(RPP)
Nama Sekolah :
Kelas : XI (Sebelas)
Semester : Gasal
Program Keahlian : -
Mata Pelajaran : Kimia
Jumlah Pertemuan : 5 x pertemuan (10 x 45 menit)
1. Standar Kompetensi : Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul,
dan sifat-sifat senyawa.
2. Kompetensi Dasar : Menjelaskan teori atom Bohr dan mekanika kuantum untuk menuliskan konfigurasi
elektron dan diagram orbital serta menentukan letak unsur dalam tabel periodik.
3. Indikator : - Menjelaskan teori atom mekanika kuantum.
- Menentukan bilangan kuantum (kemungkinan elektron berada).
- Menggambarkan bentuk-bentuk orbital.
- Menjelaskan kulit dan sub kulit serta hubungannya dengan bilangan kuantum.
- Menggunakan prinsip aufbau, aturan Hund dan asas larangan Pauli untuk menuliskan
konfigurasi elektron dan diagram orbital.
- Menghubungkan konfigurasi elektron suatu unsur dengan letaknya dalam sistem
periodik.
4. Tujuan Pembelajaran :
a. Pertemuan ke-1
Siswa mampu menjelaskan teori atom mekanika kuantum.
b. Pertemuan ke-2
Siswa mampu menentukan bilangan kuantum (kemungkinan elektron berada) dan menggambarkan bentuk-bentuk
orbital.
c. Pertemuan ke-3
Siswa mampu menjelaskan kulit dan sub kulit serta hubungannya dengan bilangan kuantum.
d. Pertemuan ke-4
Siswa mampu menggunakan prinsip aufbau, aturan Hund dan asas larangan Pauli untuk menuliskan konfigurasi
elektron dan diagram orbital.
e. Pertemuan ke-5
Siswa mampu menghubungkan konfigurasi elektron suatu unsur dengan letaknya dalam sistem periodik.
5. Materi Pembelajaran :
a. Teori atom Bohr dan mekanika kuantum.
Pengembangan Model Atom Modern Berdasarkan Konsep Mekanika Gelombang:
1) Teori Kuantum Max Planck
2) Teori Atom Niels Bohr
3) Hipotesis Louis de Broglie
4) Werner Heisenberg
5) Erwin Schrodinger
b. Bilangan kuantum dan bentuk orbital.
Bilangan kuantum adalah bilangan yang diberikan pada elektron agar dapat dibedakan dari elektron-elektron yang
lain. Empat bilangan kuantum tersebut adalah:
1) Bilangan Kuantum Utama (n)
2) Bilangan Kuantum Azimut (l).
1. Asas Aufbau
Pengisian elektron dalam orbital dimulai dari tingkat energi paling rendah kemudian ke tingkat energi yang lebih
tinggi.
2. Asas Larangan Pauli
Dalam satu atom tidak boleh ada elektron-elektron yang memiliki keempat bilangan kuantum yang sama. Dua
elektron yang mempunyai bilangan kuantum utama, azimuth, dan magnetik yang sama dalam 1 orbital, harus
mempunyai spin yang berbeda.
3. Kaidah Hund
Elektron-elektron dalam orbital-orbital suatu subkulit cenderung untuk tidak berpasangan. Elektron-elektron
baru berpasangan apabila pada subkulit itu sudah tidak ada lagi orbital kosong.
Hubungan konfigurasi elektron dengan sistem periodik:
Sifat-sifat unsur ditentukan oleh konfigurasi elektronnya, terutama oleh elektron valensi. Unsur-unsur yang memiliki
elektron terluar (elektron valensi) yang sama ditempatkan pada golongan (kolom) yang sama. Dengan demikian,
unsur-unsur yang segolongan memiliki sifat-sifat kimia yang sama.
6. Metode Pembelajaran/Pendekatan
Berdiskusi, tanya jawab dan praktikum.
7. Alokasi Waktu : 5 x pertemuan (4 x 45 menit)
8. Kegiatan Pembelajaran (langkah-langkah Pembelajaran):
Pertemuan ke-1:
a. Kegiatan awal
Penjelasan dan tanya jawab sekitar wawasan siswa mengenai materi yang akan disajikan untuk apersepsi dan
memotivasi peserta didik.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
Guru menampilkan teori mengenai teori atom mekanika kuantum.
2) Elaborasi
Siswa mengkaji teori Bohr dan hubungannya dengan teori kuantum, prinsip ketidakpastian dan mekanika
gelombang melalui diskusi kelompok.
3) Konfirmasi
Guru menanyakan pendapat para siswa untuk diakomodasi, kemudian disimpulkan.
c. Kegiatan Akhir
Penugasan terstruktur (PT) mengerjakan soal.
Pertemuan ke-2:
a. Kegiatan awal
Penjelasan dan tanya jawab sekitar wawasan siswa mengenai materi yang akan disajikan untuk apersepsi dan
memotivasi peserta didik.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
Guru menjelaskan teori mengenai bilangan kuantum (kemungkinan elektron berada) dan menggambarkan
bentuk-bentuk orbital.
2) Elaborasi
Siswa berdiskusi mengenai bilangan kuantum dan bentuk orbital s, p, d, dan f.
3) Konfirmasi
10 RPP Kimia SMA Kelas XI - Smt. 1
Guru menanyakan pendapat para siswa untuk diakomodasi, kemudian disimpulkan.
c. Kegiatan Akhir
Penugasan terstruktur (PT) mengerjakan soal.
Pertemuan ke-3:
a. Kegiatan awal
Penjelasan dan tanya jawab sekitar wawasan siswa mengenai materi yang akan disajikan untuk apersepsi dan
memotivasi peserta didik.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
Guru menjelaskan teori mengenai kulit dan sub kulit serta hubungannya dengan bilangan kuantum.
2) Elaborasi
Siswa berlatih menentukan bilangan kuantum dan bentuk orbital s, p, d, dan f.
3) Konfirmasi
Guru menanyakan pendapat para siswa untuk diakomodasi, kemudian disimpulkan.
c. Kegiatan Akhir
Penugasan terstruktur (PT) mengerjakan soal.
Pertemuan ke-4:
a. Kegiatan awal
Penjelasan dan tanya jawab sekitar wawasan siswa mengenai materi yang akan disajikan untuk apersepsi dan
memotivasi peserta didik.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
Guru menjelaskan teori mengenai prinsip Aufbau, aturan Hund dan asas larangan Pauli untuk menuliskan
konfigurasi elektron dan diagram orbital.
2) Elaborasi
Siswa berlatih menentukan konfigurasi elektron, diagram orbital serta hubungannya dengan letak unsur dalam
tabel periodik melalui diskusi kelas.
3) Konfirmasi
Guru menanyakan pendapat para siswa untuk diakomodasi, kemudian disimpulkan.
c. Kegiatan Akhir
Penugasan terstruktur (PT) mengerjakan soal.
Pertemuan ke-5:
a. Kegiatan awal
Penjelasan dan tanya jawab sekitar wawasan siswa mengenai materi yang akan disajikan untuk apersepsi dan
memotivasi peserta didik.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
Guru menjelaskan teori mengenai hubungan konfigurasi elektron suatu unsur dengan letaknya dalam sistem
periodik.
2) Elaborasi
Siswa berlatih menentukan penulisan konfigurasi elektron dan letak unsur dalam tabel periodik.
3) Konfirmasi
Guru menanyakan pendapat para siswa untuk diakomodasi, kemudian disimpulkan.
c. Kegiatan Akhir
Penugasan terstruktur (PT) mengerjakan soal.
9. Penilaian
a. Teknik : Tugas individu, kuis dan ulangan.
b. Bentuk Instrumen : Tes tertulis.
Norma penilaian
Aspek Penilaian Nilai Maksimal
Teoretis 75
Praktik 25
Jumlah 100
Kunci jawaban:
4. Atom O mempunyai konfigurasi elektron : 1s2 2s2 2p4. Ion O2- (menangkap 2 elektron), maka konfigurasi
Nama Sekolah :
Kelas : XI (Sebelas)
Semester : Gasal
Program Keahlian : -
Mata Pelajaran : Kimia
Jumlah Pertemuan : 1 x pertemuan (2 x 45 menit)
1. Standar Kompetensi : Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul, dan
sifat-sifat senyawa.
2. Kompetensi Dasar : Menjelaskan teori jumlah pasangan elektron di sekitar inti atom dan teori hibridasi untuk
meramalkan bentuk molekul.
3. Indikator : - Menentukan bentuk molekul berdasarkan teori pasangan elektron.
- Menentukan bentuk molekul berdasarkan teori hibridasi.
4. Tujuan Pembelajaran :
Pertemuan ke-6
Siswa mampu menentukan bentuk molekul berdasarkan teori pasangan elektron.
Siswa mampu Menentukan bentuk molekul berdasarkan teori hibridasi.
5. Materi Pembelajaran :
Bentuk molekul menggambarkan kedudukan atom-atom di dalam suatu molekul, yaitu dalam ruang tiga dimensi dan
besarnya sudut-sudut yang dibentuk dalam suatu molekul. Bentuk molekul dapat dijelaskan dengan menggunakan
berbagai pendekatan, yaitu teori hibridisasi orbital, teori domain elektron, dan teori tolakan pasangan elektron (Valence
Shell Electron Pair Repulsion atau VSEPR).
a. Teori VSEPR
Bentuk molekul ditentukan melalui percobaan, tetapi untuk molekul-molekul sederhana dapat diramalkan bentuknya
berdasarkan struktur-struktur elektron dalam molekul melalui teori VSEPR (Valence Shell Elektron Pair Repulsion).
Struktur elektron dalam molekul, yaitu bentuk molekul, ditentukan oleh pasangan elektron terikat dan kekuatan
tolak-menolak antar pasangan.
b. Teori Domain Elektron
Teori Domain elektron merupakan penyempurnaan dari Teori VSEPR.
Prinsip dasar Teori Domain elektron:
1) Antardomain elektron mengatur diri sedemikian rupa sehingga tolak-menolak di antaranya menjadi minimum.
2) Urutan kekuatan tolak-menolak di antara domain elektron adalah:
tolakan antardomain elektron bebas > tolakan antardomain elektron bebas dengan domain elektron ikatan >
tolakan antardomain elektron ikatan.
3) Bentuk molekul hanya ditentukan oleh pasangan elektron terikat.
c. Teori Hibridisasi
Hibridisasi merupakan peleburan dua orbital atau lebih yang mempunyai tingkat energi yang berbeda menjadi
orbital yang mempunyai tingkat energi yang sama, sehingga pengikatan elektron atau pengisian elektron pada
orbital yang mempunyai tingkat energi sama lebih mudah dilakukan.
1. Diketahui molekul-molekul sebagai berikut: CCl 4, SF6, BCl 3 dan CS2.Tentukan kepolaran masing-masing
senyawa dan ramalkan bentuk molekulnya!
2. Berapakah PEI dan PEB senyawa yang memiliki bentuk molekul piramida trigonal menurut teori VSEPR?
3. Ramalkan bentuk molekul dari CH4!
4. Tentukan bentuk molekul dari BF3! Gambarkan pula hibridisasinya!
Norma penilaian
Aspek Penilaian Nilai Maksimal
Teoretis 75
Praktik 25
Jumlah 100
Kunci jawaban:
Empat orbital yang belum berpasangan akan berikatan dengan 4 atom H membentuk CH 4. Jadi, bentuk
2s 2s 2p
2
o rb ita l h ib rid isa si sp
Orbital yg belum berpasangan akan berikatan dengan 3 atom F membentuk BF 3. Jadi bentuk molekul BF3
segitiga planar.
5. NH3: Jumlah elektron valensi atom pusat (nitrogen) = 5
_____________________ _____________________
NIP. NIP.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah :
Kelas : XI (Sebelas)
Semester : Gasal
Program Keahlian : -
Mata Pelajaran : Kimia
Jumlah Pertemuan : 1 x pertemuan (2 x 45 menit)
1. Standar Kompetensi : Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul, dan
sifat-sifat senyawa.
2. Kompetensi Dasar : Menjelaskan interaksi antar molekul (gaya antar molekul) dengan sifatnya.
3. Indikator : - Menjelaskan perbedaan sifat fisik (titik didih, titik beku) berdasarkan perbedaan gaya antar molekul
(gaya Van Der Waals, gaya London dan ikatan hidrogen).
4. Tujuan Pembelajaran :
Pertemuan ke-7
Siswa mampu menjelaskan perbedaan sifat fisik (titik didih, titik beku) berdasarkan perbedaan gaya antar molekul (gaya
Van Der Waals, gaya London dan ikatan hidrogen).mengidentifikasi makna tindak tutur menasehati.
5. Materi Pembelajaran :
Gaya tarik-menarik antarmolekul dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Gaya Van der Waals
Gaya Van der Waals dipengaruhi oleh 3 macam gaya antarmolekul, yaitu,
1) Gaya tarik-menarik dipol sesaat (Gaya London)
Dipol sesaat terbentuk apabila elektron dari suatu daerah berpindah ke daerah lainnya. Hal itu menyebabkan
suatu molekul yang secara normal bersifat nonpolar menjadi polar, sehingga antar molekul nonpolar terjadi
gaya tarik-menarik yang lemah.
2) Gaya tarik dipol-dipol.
Suatu molekul yang penyebaran muatannya tidak simetris akan bersifat polar dan mempunyai ujung-ujung yang
berbeda muatan (dipol). Susunan molekul seperti ini akan menghasilkan suatu gaya tarik-menarik yang disebut
gaya tarik dipol-dipol. Gaya tersebut terdapat pada senyawa polar. Senyawa polar cenderung mempunyai titik
leleh dan titik didih yang lebih tinggi daripada senyawa nonpolar.
3) Gaya imbas.
Terjadi bila molekul yang memiliki dipol permanen berinteraksi dengan molekul yang memiliki dipol sesaat.
Adanya molekul-molekul polar dengan dipol permanen akan menyebabkan imbasan dari molekul polar kepada
molekul nonpolar, sehingga elektron-elektron dari molekul nonpolar tersebut mengumpul pada salah satu sisi
molekul (terdorong atau tertarik), yang menyebabkan terjadinya dipol sesaat pada molekul nonpolar. Terjadinya
dipol sesaat mengakibatkan adanya tarik-menarik antar dipol yang menghasilkan gaya imbas. Gaya ini juga
memberikan sumbangan yang kecil terhadap keseluruhan gaya Van der Waals.
b. Ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen terjadi antara molekul-molekul yang sangat polar dan mengandung atom hidrogen (H). Molekul-
molekul yang sangat polar, misalnya F2, O2, dan N2 sedangkan yang termasuk ikatan hidrogen, misalnya HF,
yang mempunyai ikatan hidrogen mempunyai titik cair dan titik didih yang relatif tinggi.
6. Metode Pembelajaran/Pendekatan
Berdiskusi, tanya jaab dan praktikum.
7. Alokasi Waktu : 1 x pertemuan ( 2 x 45 menit)
8. Kegiatan Pembelajaran (Langkah-langkah Pembelajaran):
Pertemuan ke-7:
a. Kegiatan awal
Penjelasan dan tanya jawab sekitar wawasan siswa mengenai materi yang akan disajikan untuk apersepsi dan
memotivasi peserta didik.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
Guru menampilkan teori mengenai perbedaan sifat fisik (titik didih, titik beku) berdasarkan perbedaan gaya
antar molekul (gaya van der Waals, gaya London dan ikatan hidrogen).
2) Elaborasi
Siswa berdiskusi tentang gaya antar molekul, kemudian menganalisis grafik yang menunjukkan hubungan
antara titik didih dengan molekul yang terbentuk melalui ikatan hidrogen dan dilanjutkan dengan
mengidentifikasi sifat-sifat fisik molekul berdasarkan gaya antar molekul melalui diskusi kelas.
3) Konfirmasi
Guru menanyakan pendapat para siswa untuk diakomodasi, kemudian disimpulkan.
c. Kegiatan Akhir
Penugasan terstruktur (PT) mengerjakan soal.
9. Penilaian
a. Teknik : Tertulis
b. Bentuk Instrumen : Uraian dan penugasan.
c. Contoh Instrumen :
Tes tertulis :
1. Jelaskan istilah-istilah berikut:
a. ikatan Van der Walls
b. gaya London
c. gaya antar dipol
2. Apakah yang dimaksud dengan ikatan hidrogen? Jelaskan terjadinya ikatan hidrogen antar molekul dalam air!
3. Gambarkan terjadinya ikatan hidrogen antar molekul NH3!
4. Manakah yang mempunyai titik didih lebih tinggi, PH3 (Mr = 36) atau NH3 (Mr = 17)? Jelaskan!
Norma penilaian
Aspek Penilaian Nilai Maksimal
Teoretis 75
Praktik 25
Jumlah 100
Kunci jawaban :
1. a. Ikatan Van der Walls : ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik menarik yang lemah antar molekul non
polar.
b. Gaya London : gaya tarik menarik antarmolekul diatomik
Contoh : H2, O2, Cl2
titik didih yang tinggi, meskipun harga Mr NH3 lebih kecil dari Mr PH3.
Nama Sekolah :
Kelas : XI (Sebelas)
Semester : Gasal
Program Keahlian : -
Mata Pelajaran : Kimia
Jumlah Pertemuan : 6 x pertemuan (12 x 45 menit)
1. Standar Kompetensi : Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya.
2. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi, reaksi eksoterm, dan reaksi endoterm.
3. Indikator : - Menjelaskan hukum atau asas kekekalan energi.
- Membedakan sistem dan lingkungan.
- Membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang menerima kalor
(endoterm) melalui percobaan.
- Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi.
4. Tujuan Pembelajaran :
a. Pertemuan ke- 8
b. Menjelaskan hukum atau asas kekekalan energi.
c. Pertemuan ke-9
Membedakan sistem dan lingkungan.
d. Pertemuan ke-10, 11 dan 12
Membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang menerima kalor (endoterm) melalui
percobaan.
e. Pertemuan ke-13
Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi.
5. Materi Pembelajaran :
a. Hukum kekekalan energi
Asas kekekalan energi disebut juga Hukum Pertama Termodinamika yang menyatakan bahwa:
“Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari bentuk energi yang satu menjadi
bentuk energi yang lain.”
b. Sistem dan lingkungan
Sistem adalah bagian dari alam semesta yang sedang menjadi pusat perhatian. Bagian lain dari alam semesta
yang berinteraksi dengan sistem kita sebut lingkungan. Sistem kimia adalah campuran pereaksi yang sedang
dipelajari.
c. Reaksi eksoterm dan endoterm
Berdasarkan perubahan entalpinya, reaksi kimia dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Reaksi endoterm
Yaitu reaksi yang menyerap kalor. Ini berarti kalor mengalir dari lingkungan ke sistem, sehingga entalpi awal
lebih kecil dari entalpi akhir (Hawal < Hakhir), akibatnya H > 0 (positif).
2. Reaksi eksoterm
20 RPP Kimia SMA Kelas XI - Smt. 1
Yaitu reaksi yang melepaskan kalor. Ini berarti kalor mengalir dari sistem ke lingkungan, sehingga entalpi awal
lebih besar dari entalpi akhir (Hawal > Hakhir), akibatnya H < 0 (negatif).
d. Perubahan entalpi
Perubahan entalpi yang diukur pada temperatur 25oC (298 K) dan tekanan 1 atm disepakati sebagai perubahan
entalpi standar, dinyatakan dengan simbol . Perubahan entalpi berdasarkan kondisi perubahan kimia yang terjadi
dibagi menjadi 7 macam, yaitu:
1. Perubahan Entalpi Pembentukan Standar (H f 0)
Perubahan entalpi pembentukan standar adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pembentukan 1 mol
senyawa dari unsur-unsurnya yang paling stabil pada keadaan standar (suhu 298 K dan tekanan 1 atm).
2. Perubahan Entalpi Penguraian Standar (H d 0)
Perubahan entalpi penguraian standar adalah perubahan entalpi yang terjadi pada penguraian 1 mol senyawa
menjadi unsur-unsurnya yang paling stabil pada keadaan standar.
3. Perubahan Entalpi Pembakaran Standar (H c0)
Pembakaran adalah reaksi suatu zat dengan oksigen. Perubahan entalpi pembakaran standar adalah
perubahan entalpi yang terjadi pada pembakaran 1 mol suatu zat secara sempurna.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
Guru menampilkan teori mengenai sistem dan lingkungan.
2) Elaborasi
Siswa mengidentifikasi sistem dan lingkungan melalui diskusi kelompok.
3) Konfirmasi
Guru menanyakan pendapat para siswa untuk diakomodasi, kemudian disimpulkan.
c. Kegiatan Akhir
Penugasan terstruktur (PT) mengerjakan soal.
Pertemuan ke-10, 11 dan 12:
a. Kegiatan awal
Penjelasan dan tanya jawab sekitar wawasan siswa mengenai materi yang akan disajikan untuk apersepsi dan
memotivasi peserta didik.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
Guru menampilkan teori mengenai reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang menerima
kalor (endoterm) melalui percobaan.
2) Elaborasi
Siswa merancang dan melakukan percobaan tentang reaksi eksoterm dan endoterm dalam kelompok di
laboratorium. Kemudian siswa menyimpulkan perbedaan antara reaksi eksoterm dan endoterm dari data
percobaan dan dilanjutkan dengan menggambarkan grafik yang menunjukkan reaksi eksoterm dan endoterm.
3) Konfirmasi
Guru menanyakan pendapat para siswa untuk diakomodasi, kemudian disimpulkan.
c. Kegiatan Akhir
Penugasan terstruktur (PT) mengerjakan soal.
Pertemuan ke-13:
a. Kegiatan awal
Penjelasan dan tanya jawab sekitar wawasan siswa mengenai materi yang akan disajikan untuk apersepsi dan
memotivasi peserta didik.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
Guru menampilkan teori mengenai macam-macam perubahan entalpi.
2) Elaborasi
Siswa menjelaskan macam-macam perubahan entalpi melalui diskusi kelas.
3) Konfirmasi
Guru menanyakan pendapat para siswa untuk diakomodasi, kemudian disimpulkan.
c. Kegiatan Akhir
Penugasan terstruktur (PT) mengerjakan soal.
9. Penilaian
a. Teknik : Tertulis
b. Bentuk Instrumen : Uraian dan penugasan.
c. Contoh Instrumen :
Tes tertulis :
22 RPP Kimia SMA Kelas XI - Smt. 1
1. Perhatikan persamaan termodinamika berikut:
4NH3(g) + 5O2(g) 4NO(g) + 6H2O(g) = -1.168 kJ/mol
Hitunglah besarnya entalpi pembentukan NH 3 jika diketahui nilai NO (g) = 90,37 kJ/mol dan H2O(g) =
-286 kJ/mol!
2. Berapakah perubahan entalpi yang terjadi dalam pembentukan H2S dengan massa 1,7 gram jika untuk
3. Bagaimanakah persamaan termokimia untuk pembakaran isooktana (Mr C 8H18 = 144) jika pada pembakaran
570 gram isooktana dibebaskan 27.500 kJ kalor? Hitung pula nilai perubahan entalpinya!
4. Perhatikan persamaan reaksi berikut:
Jika reaksi tersebut dilakukan dalam sebuah kalorimeter dengan volume dan konsentrasi masing-masing
reaktan 100 mL dan 1 M, maka akan terjadi kenaikan suhu dari 25 0C menjadi 310C. Jika kalor jenis larutan
sebesar 4,8 Jg-1 K-1 dan kalorimeter dianggap tidak menyerap kalor, tentukan reaksi di atas!
5. Jika dalam sebuah percobaan diperoleh grafit, gas hidrogen dan gas oksigen berturut-turut sebanyak 2 m ol,
3 mol, dan mol dari penguraian satu mol etanol cair sehingga didapatkan nilai = +277,7 kJ/mol, tuliskan
persamaan termokimia reaksi yang terjadi!
Norma penilaian
Aspek Penilaian Nilai Maksimal
Teoretis 75
Praktik 25
Jumlah 100
Kunci jawaban:
1. Reaksi: 4NH3(aq) + 5O2(g) 4NO(g) + 6H2O(g) H = -1168 kJ/mol
Massa larutan = massa NaOH + massa HCl = (100 + 100) gram = 200 gram
Jadi, untuk reaksi antara 0,1 mol NaOH dengan 0,1 mol HCl terjadi perubahan kalor sebesar 223.244 J atau
223,244 kJ, sehingga untuk reaksi antara 1 mol NaOH dengan 1 mol HCl terjadi perubahan kalor sebesar = =
Persamaan akhir termokimianya: NaOH(aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + H2O(l) H = -22,3 kJ.
Nama Sekolah :
Kelas : XI (Sebelas)
Semester : Gasal
Program Keahlian : -
Mata Pelajaran : Kimia
Jumlah Pertemuan : 2 x pertemuan (4 x 45 menit)
1. Standar Kompetensi : Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya.
2. Kompetensi Dasar : Menentukan H reaksi berdasarkan percobaan, hukum Hess, data perubahan entalpi
pembentukan standar, dan data energi ikatan.
3. Indikator : - Menghitung harga H reaksi melalui percobaan.
- Menghitung harga H dengan menggunakan data entalpi pembentukan standar (Hof), diagram
siklus dan diagram tingkat maupun energi ikatan.
4. Tujuan Pembelajaran :
Pertemuan ke-14
Siswa mampu menghitung harga H reaksi melalui percobaan.
Pertemuan ke-15
Siswa mampu menghitung harga H dengan menggunakan data entalpi pembentukan standar (H of), diagram siklus
dan diagram tingkat maupun energi ikatan.
5. Materi Pembelajaran :
a. Hukum Hess
Hukum Hess yang menyatakan bahwa:
“Kalor reaksi tidak bergantung pada lintasan, tetapi hanya ditentukan oleh keadaan awal dan keadaan akhir reaksi”.
Hukum Hess dapat dinyatakan dalam bentuk diagram tingkat energi. Contoh diagram tingkat energi:
H
1
NO (g) + O
2 2(g)
H 3 = -5 6 ,5 2 k J/m o l
H 2 = + 9 0 ,3 7 k J /m o l NO 2 (g)
H 4 = + 3 3 ,8 5 k J /m o l
1
N
2 2
+ O 2(g)
Gambar di atas merupakan diagram perubahan dari N 2(g) dan O2(g) menjadi NO(g) disertai dengan perubahan entalpi
(H1) sebesar +33,85 kJ/mol, baik reaksi ditetapkan dalam satu tahap maupun dua tahap, H1 = H2 + H3.
b. Penentuan Perubahan Entalpi (H) dengan Data Entalpi Pembentukan Standar (Hf0)
Dengan menggunakan data perubahan entalpi pembentukan standar (Hf0), kita dapat menghitung perubahan
S + O2 SO3 H = -395,2 kJ
2SO2 + O2 2SO3 H = -198,2 kJ
Hitung pula besarnya perubahan entalpi yang terjadi!
3. Hitung perubahan entalpi yang terjadi pada pembakaran gas propana (C 3H8) menghasilkan karbondioksida dan
uap air berdasarkan data berikut:
C(s) + O2(g) CO2(g) H = -94 kJ
H1 = x kJ H 2 = -283 kJ
1
CO + /2 O 2
Norma penilaian
Aspek Penilaian Nilai Maksimal
Teoretis 75
Praktik 25
Jumlah 100
Kunci jawaban:
1. 2H2 + O2 2H2O H = -571 kJ (:2)
Ca + O2 CaO H = -634,5 kJ
CaO + H2O Ca(OH)2 H = -64 kJ
+
Ca + H2 + O2 Ca(OH)2 H = -984 kJ
2. Diagram energi :
H
(kJ)
3
S+ 2 O2 Reaktan
o
o H = -296,1 kJ
H =
-395,2 kJ 1
SO 2 + 2 O2
o
H = -99,1 kJ
SO 3 Produk
S + O2 SO3 H = -395,2 kJ
S + O2 SO2 H = -296,1 kJ
Hf SO2 : -395,2 kJ = x + (-99,1 kJ)
x = -296,1 kJ
3. C(s) + O2(g) CO2(g) H = -94 kJ (x 3)
2H2(g) + O2(g) 2H2O(g) H = -136 kJ (x 2)
Nama Sekolah :
Kelas : XI (Sebelas)
Semester : Gasal
Program Keahlian : -
Mata Pelajaran : Kimia
Jumlah Pertemuan : 3 x pertemuan (6 x 45 menit)
1. Standar Kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
2. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-
faktor yang memengaruhi laju reaksi.
3. Indikator : - Menghitung konsentrasi larutan (molaritas larutan).
- Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan, suhu, dan
katalis) melalui percobaan.
- Menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
- Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh, dan suhu terhadap laju reaksi
berdasarkan teori tumbukan.
4. Tujuan Pembelajaran :
Pertemuan ke-16
Siswa mampu menghitung konsentrasi larutan (molaritas larutan).
Pertemuan ke-17
Siswa mampu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan, suhu, dan
katalis) melalui percobaan.
Pertemuan ke-18
Siswa mampu menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi serta
menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh, dan suhu terhadap laju reaksi berdasarkan teori
tumbukan.
5. Materi Pembelajaran :
a. Konsentrasi larutan (Kemolaran)
Molaritas (M)
Molaritas adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Molaritas dirumuskan dengan:
M= atau M=
Keterangan:
M : molaritas (mol/liter) g : massa zat terlarut (gram)
n : mol zat terlarut (mol atau mmol) : volume larutan (L)
3. Dua orang siswa diminta untuk membuat larutan NaC l dengan konsentrasi 0,2 M sebanyak 250 mL. Siswa
pertama diminta untuk membuat larutan tersebut dari padatan NaC l sedangkan siswa kedua diminta untuk
membuat larutan tersebut dengan mengencerkan larutan NaC ll 1 M. Tentukan massa padatan yang harus
dilarutkan siswa pertama dan volume larutan NaC l 1 M yang harus diencerkan oleh siswa kedua untuk
menghasilkan larutan yang diinginkan!
4. Dalam sebuah percobaan, 50 mL larutan H 2SO4 dengan konsentrasi 2 M diencerkan dengan menambahkan
150 mL air. Hitung molaritas larutan setelah pengenceran!
5. Jika ke dalam gelas ukur berisi 2 gram natrium hidroksida ditambahkan air hingga volume keseluruhannya
mencapai 500 mL, berapakah molaritas larutan tersebut?
Norma penilaian
Aspek Penilaian Nilai Maksimal
Teoretis 75
Praktik 25
Jumlah 100
Kunci jawaban :
1. n = 0,2 mol
V = 1 liter
M = = 0,2 mol/liter
4m = 11,7 M1 = 50 mL
m = 2,9 gram
4. V1.M1 = V2.M2 = 50 x 2 = 200 x M2
M2 = 0,5 M
5. Massa NaOH (zat terlarut) = 2 gram
Volume larutan = 500 mL
M= = 0,1 M
_____________________ _____________________
Nama Sekolah :
Kelas : XI (Sebelas)
Semester : Gasal
Program Keahlian : -
Mata Pelajaran : Kimia
Jumlah Pertemuan : 4 x pertemuan (8 x 45 menit)
1. Standar Kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
2. Kompetensi Dasar : Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan
orde reaksi serta terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Indikator : - Membedakan diagram energi potensial dari reaksi kimia dengan menggunakan katalisator dan yang
tidak menggunakan katalisator.
- Menjelaskan pengertian peranan katalisator dan energi pengaktifan dengan menggunakan diagram.
- Menentukan orde reaksi, persamaan laju reaksi dan waktu reaksi.
- Menjelaskan peranan katalis dalam makhluk hidup dan industri.
4. Tujuan Pembelajaran :
a. Pertemuan ke-19
Membedakan diagram energi potensial dari reaksi kimia dengan menggunakan katalisator dan yang tidak
menggunakan katalisator.
Membedakan diagram energi potensial dari reaksi kimia dengan menggunakan katalisator dan yang tidak
menggunakan katalisator.
b. Pertemuan ke-20 dan 21
Menentukan orde reaksi, persamaan laju reaksi dan waktu reaksi.
c. Pertemuan ke-22
Menjelaskan peranan katalis dalam makhluk hidup dan industri.
5. Materi Pembelajaran :
a. Teori tumbukan
Suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain apabila partikel-partikelnya saling bertumbukan akibat gerakan partikel-
partikel yang tidak teratur. Tumbukan yang terjadi tersebut akan menghasilkan energi untuk memulai reaksi, tetapi
tumbukan yang terjadi tidak selalu menghasilkan reaksi. Hanya tumbukan yang menghasilkan energi cukup dan
arah tumbukan tepat yang dapat menghasilkan reaksi.
Reaksi kimia terjadi karena adanya tumbukan yang efektif antara partikel-partikel zat yang bereaksi. Tumbukan
efektif adalah tumbukan yang mempunyai energi yang cukup untuk memutuskan ikatan-ikatan pada zat bereaksi.
Energi pengaktifan atau energi aktivasi adalah energi minimum agar suatu reaksi dapat berlangsung. Makin
banyak tumbukan efektif yang terjadi, makin cepat laju reaksinya.
b. Orde reaksi
Menentukan orde reaksi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1) Bila reaksi diketahui berlangsung 1 tahap maka orde reaksi sama dengan koefisien masing-masing.
2) Bila reaksi berlangsung beberapa tahap maka tahap lambat sebagai penentu laju reaksi, sehingga orde reaksi
sama dengan koefisien reaksi tahap lambat.
3) Bila tidak diketahui tahap-tahap reaksinya maka orde reaksi hanya dapat ditentukan dari data percobaan.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
Guru menampilkan teori mengenai peranan katalis dalam makhluk hidup dan industri.
2) Elaborasi
Siswa menjelaskan peranan katalis dalam reaksi melalui diskusi.
3) Konfirmasi
Guru menanyakan pendapat para siswa untuk diakomodasi, kemudian disimpulkan.
c. Kegiatan Akhir
Penugasan terstruktur (PT) mengerjakan soal.
9. Penilaian
a. Teknik : tertulis
b. Bentuk Instrumen : Uraian dan penugasan.
c. Contoh Instrumen :
Tes tertulis :
1. Apakah hubungan antara katalis dan laju reaksi? Jelaskan cara kerja suatu katalis dalam sebuah reaksi!
2. Hitunglah laju suatu reaksi yang suhunya dinaikkan menjadi 60 oC, jika reaksi tersebut pada suhu 20 oC lajunya
adalah X M/detik dan lajunya naik 2 kali lipat setiap kenaikan 10oC!
3. Perhatikan reaksi berikut: 3X + 4Y 5Z
Pada suhu 28oC reaksi tersebut berlangsung selama 136 detik. Jika suhu reaksi dinaikkan menjadi 100 oC maka
reaksi hanya memerlukan waktu 3 detik. Hitung koefisien penambahan laju reaksi setiap kenaikan suhu 12 oC!
4. Jika pada suatu percobaan dilakukan reaksi antara zink dan asam klorida dengan kondisi seperti data di bawah
ini, tentukan faktor apakah yang akan menentukan laju reaksi serta ramalkan manakah dari kelima reaksi
tersebut yang berlangsung paling cepat!
No. Zn Larutan HC l Suhu
1. Keping 0,4 M 25 o C
2. Serbuk 0,4 M 25 o C
3. Serbuk 0,6 M 40 o C
4. Keping 0,4 M 40 o C
5. Serbuk 0,4 M 40 o C
5. Dalam suatu reaksi kimia yang dipengaruhi oleh temperatur diketahui bahwa laju reaksi akan meningkat dua
kali lipat jika suhunya dinakkan 10 oC. Hitunglah waktu yang diperlukan untuk reaksi yang terjadi pada suhu
50oC, jika pada suhu 30oC diperlukan waktu reaksi sebesar 40 detik!
Norma penilaian
Aspek Penilaian Nilai Maksimal
Teoretis 75
Praktik 25
Jumlah 100
Kunci jawaban:
1. Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi tidak ikut bereaksi atau ikut bereaksi tetapi pada
akhir reaksi dihasilkan kembali. Secara umum ada 2 cara kerja katalisator yaitu dengan membentuk senyawa
antara dan adsorpsi.
2. t = (60 - 20) oC = 40oC
V2 = = 16 x
3. 3 = 192
3 = 192 (X)-6
3= X6 = 64
direaksikan dengan HCl 0,6 M (konsentrasi tinggi), dan dilakukan pada suhu 40oC.
V1 =
V2 =
t2 = = 10 detik
_____________________ _____________________
NIP. NIP.
Nama Sekolah :
Kelas : XI (Sebelas)
Semester : Gasal
Program Keahlian : -
Mata Pelajaran : Kimia
Jumlah Pertemuan : 3 x pertemuan (6 x 45 menit)
1. Standar Kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
2. Kompetensi Dasar : Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan dengan melakukan percobaan.
3. Indikator : - Menjelaskan kesetimbangan dinamis.
- Menjelaskan kesetimbangan homogen dan heterogen.
- Menjelaskan tetapan kesetimbangan.
- Meramalkan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan asas Le Chatelier.
- Menganalisis pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan, dan volume pada pergeseran
kesetimbangan melalui percobaan.
4. Tujuan Pembelajaran :
a. Pertemuan ke- 23
Siswa mampu menjelaskan tentang kesetimbangan dinamis, kesetimbangan homogen dan heterogen serta tetapan
kesetimbangan.
b. Pertemuan ke-24
Siswa mampu meramalkan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan asas Le Chatelier.
c. Pertemuan ke-25
Siswa mampu menganalisis pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan, dan volume pada pergeseran
kesetimbangan melalui percobaan.
5. Materi Pembelajaran :
a. Kesetimbangan dinamis.
Keadaan dimana reaksi berlangsung terus-menerus dan kecepatan membentuk zat produk sama dengan
kecepatan menguraikan zat pereaksi disebut kesetimbangan dinamik.
Ciri-ciri kesetimbangan dinamis adalah:
1) Reaksi berlangsung terus-menerus dengan arah yang berlawanan.
2) Terjadi pada ruang tertutup, suhu, dan tekanan tetap.
3) Kecepatan reaksi ke arah produk (hasil reaksi) sama dengan kecepatan reaksi ke arah reaktan (zat-zat
pereaksi).
4) Tidak terjadi perubahan yang dapat dilihat (perubahan makroskopis) tetapi terjadi perubahan pada tingkat
partikel (perubahan mikroskopis).
5) Setiap komponen tetap ada.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi arah pergeseran kesetimbangan.
a. Konsentrasi
Bila dalam suatu sistem kesetimbangan, salah satu konsentrasi komponen diperbesar, maka reaksi sistem
adalah mengurangi komponen tersebut. Sebaliknya, jika salah satu konsentrasi komponen diperkecil maka
reaksi sistem adalah menambah komponen itu.
- Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
- Jika konsentrasi pereaksi diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke kiri.
Kunci jawaban:
_____________________ _____________________
NIP. NIP.
1. Standar Kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
2. Kompetensi Dasar : Menentukan hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi
kesetimbangan.
3. Indikator : - Menafsirkan data percobaan mengenai konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan
setimbang untuk menentukan derajat disosiasi dan tetapan kesetimbangan.
- Menghitung harga Kc berdasarkan konsentrasi zat dalam kesetimbangan.
- Menghitung harga Kp berdasarkan tekanan parsial gas pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan
setimbang.
- Menghitung harga Kc berdasarkan Kp atau sebaliknya.
4. Tujuan Pembelajaran :
a. Pertemuan ke-26
Siswa mampu menafsirkan data percobaan mengenai konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan
setimbang untuk menentukan derajat disosiasi dan tetapan kesetimbangan.
b. Pertemuan ke-27 dan 28
Siswa mampu menghitung harga Kc berdasarkan konsentrasi zat dalam kesetimbangan.
Siswa menghitung harga Kp berdasarkan tekanan parsial gas pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan setimbang.
c. Pertemuan ke-29 dan 30
Siswa mampu menghitung harga Kc berdasarkan Kp atau sebaliknya.
5. Materi Pembelajaran :
Hubungan kuantitatif antara pereaksi dari reaksi kesetimbangan.
Hubungan kuantitatif antara reaktan dan produk dapat digambarkan dengan harga tetapan kesetimbangan (K c) maupun
Kc =
Keterangan:
Kc : tetapan kesetimbangan reaksi
Selain berdasarkan konsentrasi, tetapan kesetimbangan untuk sistem gas juga dinyatakan berdasarkan tekanan
parsial gas.
aA + bB cC + dD
tetapan kesetimbangannya adalah:
P A = X A x Pt XA =
P B = X B x Pt XB =
Keterangan:
Kp : tetapan kesetimbangan gas
H2(g) + I2(l) . Jika HI yang direaksikan adalah 0,1 mol dan dihasilkan I2 senilai 0,02 mol sedangkan volume
bejana 0,5 liter maka berapakah tetapan kesetimbangan reaksi itu?
3. Seorang siswa melakukan percobaan dengan mencampurkan gas H 2 dan gas Br2 sebanyak 0,16 mol dan 0,12
mol dalam bejana 2 liter. Dalam bejana tersebut terjadi kesetimbangan dengan reaksi: H 2(g) + Br2(g) 2HBr(g).
Jika pada saat setimbang diperoleh 0,08 mol HBr, tentukan harga kesetimbangan reaksi itu!
4. Pada reaksi antara 2 mol karbon monoksida dan 2 mol uap air membentuk karbon dioksida dan gas hidrogen
dalam bejana satu liter terbentuk kesetimbangan dengan persamaan reaksi: CO + H 2O CO2 + H2.
Tentukan berapakah mol masing-masing zat saat dalam kondisi kesetimbangan! (K c = 4)
5. Dalam tabung 1 mL, 4 mol gas NO direaksikan dengan sejumlah tertentu gas O 2 dengan persamaan reaksi:
2NO(g) + O2(g) 2NO2(g). Dalam keadaan setimbang diperoleh 2 mol NO2. Hitung berapa mol O2 yang
Norma penilaian
Aspek Penilaian Nilai Maksimal
Teoretis 75
Praktik 25
Jumlah 100
Kunci jawaban:
1. Kc =
2. 2HI H2 + I2
Mula-mula 0,1 - -
Reaksi 0,04 0,02 0,02
[H2] = = 0,04 M
[I2] = = 0,04 M
Kc =
3. H2 + Br2 2HBr
Mula-mula 0,16 0,12 -
Terurai 0,04 0,04 0,08
Setimbang 0,12 0,08 0,08
Kc = = 0,67
4. CO + H2O CO2 + H2
Mula-mula 2 2
Reaksi x x x x
K =
4 =
2 =
4 - 2x =2
-2x = -2
x =1
Jadi, konsentrasi saat setimbang: [CO] = [H2O] = 2 - 1 = 1
[CO2] = [H2] = x = 1
KC =
4x – 4 = 16
x =3
mol O2 = 3 mol
9. Alat/Media/Sumber Belajar
_____________________ _____________________
NIP. NIP.
1. Standar Kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
2. Kompetensi Dasar : Menjelaskan penerapan prinsip kesetimbangan dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
3. Indikator : Menjelaskan kondisi optimum untuk memproduksi bahan-bahan kimia di industri yang didasarkan pada
reaksi kesetimbangan.
4. Tujuan Pembelajaran :
Pertemuan ke-31
Siswa mampu menjelaskan kondisi optimum untuk memproduksi bahan-bahan kimia di industri yang didasarkan pada
reaksi kesetimbangan.
5. Materi Pembelajaran :
Proses Haber Bosch dan proses kontak.
a. Proses Haber Bosch (pembuatan amoniak)
Amonia dibuat berdasarkan reaksi antara gas nitrogen dengan hidrogen. Reaksi pembuatan amonia ini
dikemukakan oleh Frizt Haber dan Karl Bosch sehingga proses pembuatan amonia disebut proses Haber-Bosch.
Dalam industri, amonia diproduksi melalui proses Haber-Bosch. Dalam proses ini digunakan katalis platina. Reaksi
yang terjadi adalah:
N2(g) + 2H2(g) 2NH3(g) H = - 92 kkal
Berdasar asas Le Chatelier, agar kesetimbangan bergeser ke kanan, untuk menghasilkan amoniak maksimum,
proses dilakukan pada tekanan ± 250 atm dan suhu ± 550oC.
Dengan menggunakan katalis yang lebih baik, yaitu katalis besi oksida yang mengandung sedikit kalium dan
aluminium oksida, seperti Al2O3, MgO, CaO, dan K2O. Pengoptimalan reaksi ke arah kanan juga bisa dilakukan
dengan mengatur kondisi sistem sehingga tekanan yang digunakan tinggi. Tekanan 200 atm akan menghasilkan
NH3 sekitar 15%, tekanan 350 atm menghasilkan NH3 sekitar 30%, dan tekanan 1000 atm akan menghasilkan NH3
sebanyak 40%.
b. Proses Kontak (pembuatan asam sulfat)
Salah satu cara pembuatan asam sulfat dalam industri adalah melalui proses kontak. Bahan utama yang digunakan
dalam pembuatan asam sulfat adalah gas SO3. Gas SO3 dibuat dengan cara proses kontak berdasarkan reaksi
eksoterm.
2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)
Berdasar Asas Le Chatelier, agar kesetimbangan bergeser ke kanan, untuk menghasilkan asam sulfat maksimum,
proses dilakukan pada tekanan ± 1 atm dan suhu ± 400 - 500oC.
6. Metode Pembelajaran/Pendekatan
Ceramah, tanya jawab, dan praktik
7. Alokasi Waktu : 1 x pertemuan (2 x 45 menit)
8. Kegiatan Pembelajaran (Langkah-langkah Pembelajaran):
Pertemuan ke-31:
a. Kegiatan awal
Penjelasan dan tanya jawab sekitar wawasan siswa mengenai materi yang akan disajikan untuk apersepsi dan
memotivasi peserta didik.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
46 RPP Kimia SMA Kelas XI - Smt. 1
Guru menampilkan teori mengenai kondisi optimum untuk memproduksi bahan-bahan kimia di industri yang
didasarkan pada reaksi kesetimbangan.
2) Elaborasi
Siswa mengkaji kondisi optimum untuk memproduksi bahan-bahan kimia di industri yang didasarkan pada
reaksi kesetimbangan melalui diskusi.
3) Konfirmasi
Guru menanyakan pendapat para siswa untuk diakomodasi, kemudian disimpulkan.
c. Kegiatan Akhir
Penugasan terstruktur (PT) mengerjakan soal.
9. Penilaian
a. Teknik : Tertulis
b. Bentuk Instrumen : Uraian dan penugasan.
c. Contoh Instrumen :
Tes tertulis :
1. Dalam pembuatan asam sulfat menurut proses kontak,
a. Bagaimana pengaturan suhu dan tekanan agar diperoleh SO3 maksimum?
b. Mengapa SO3 yang dihasilkan tidak langsung direaksikan dengan air?
2. Sebutkan contoh reaksi kesetimbangan dalam kehidupan sehari-hari!
Norma penilaian
Aspek Penilaian Nilai Maksimal
Teoretis 75
Praktik 25
Jumlah 100
Kunci jawaban:
1. a. Reaksi dilakukan pada suhu ± 400 – 500 oC dan tekanan 1 atm.
b. Karena SO3 yang terbentuk agak sukar larut dalam air sehingga direaksikan dengan asam sulfat pekat,
kemudian asam pirosulfat yang terbentuk disiram dengan air sehingga dihasilkan asam sulfat.
2. Perebusan air dalam panci tertutup, proses terjadinya hujan, proses pembekuan dan pencairan es, dan lain-
lain.
9. Alat/Media/Sumber Belajar
a. Anshory, Irfan dan Achmad, Hiskia. 2000. Kimia SMU untuk Kelas 3. Jakarta: Erlangga.
b. Atkins, PN. 1989. General Chemistry Scientific American Books. New York.
c. Broudu, JE. 1990. General Chemistry Principle and Structure. John Wiley and Sons. New York: Inc.
d. Depdikbud. 1994. Kurikulum Sekolah Menengah Umum Garis-garis Besar Pengajaran Sekolah Menengah Umum
Mata Pelajaran Kimia. Jakarta.
e. Glinka, N. 1996. General Chemistry. Moskow: Inc Peoce Publisher.
f. Muis, Abdul. 2002. Perang Siasat Kimia Praktis Kelas 1, 2, dan 3 SMU serta Persiapan SPMB. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
g. Pujaatmaka, A. Hadyana. 1990. Kimia Universitas Azaz dan Struktur. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.
h. Purba, Michael. 1996. Buku Pelajaran Ilmu Kimia untuk SMU Kelas 3. Jakarta: Erlangga.
i. Retnowati, Priscilla. 1990. Seribu Pena Kimia SMU Kelas 3. Jakarta: Erlangga.
j. Soekardjo. 1984. Kimia Anorganik. Yogyakarta: Bina Aksara.
_____________________ _____________________
NIP. NIP.