Kelas/Semester : X/1
Pertemuan : I
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.1.1. Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat-sifat unsure,
massa atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel periodik
serta menyadari keteraturannya melalui pemahaman konfigurasi
elektron.
Indikator
I.Tujuan Pembelajaran
3. Konfigurasi Elektron.
4. Elektron Valensi
IV. Metode/Pendekatan
V. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Pendahuluan
C. Penutup
VI. Penilaian
1.Prosedur penilaian
2.Instrumen penilaian
F-
12 15 18
6 C 7 N 8 O
14 14 16
7 N 6 C 8 O
N
7
16 S
54 Xe
82 Pb
2. Mada E. Lakilaf
Kunci Jawaban
1. . maka ∑ p = ∑ e = NA = Z = 9
∑ n = NM – NA = A – Z = 19 – 9 = 10.
∑ n = A – Z = 23 – 11 = 12.
Jumlah electron = Z + 1 = 9 + 1 = 10
2. . X memiliki NA = Z = ∑ p = 27
A = Z + ∑ n = 27 + 32 = 59
.Y memiliki NA = Z = ∑ p = 1
A = Z + ∑ n = 1 + 0 = 1.
Kulit n ∑ e maksimum
K 1 2(1)2 = 2
L 2 2(2)2 = 8
M 3 2(3)2 = 18
N 4 2(4)2 = 32
12
Cdengan146 C ;147 Ndengan157 N ;168 Odengan188 O adalah isotop
4. - 6
14
Ndengan146 C adalah isobar
- 7
14
Cdengan168 O adalah isoton
- 6
5.
Unsur K L M N O P
7N 2 5 - - - -
16 S 2 8 6 - - -
54 Xe 2 8 18 18 8 -
82 Pb 2 8 18 32 18 4
Adapun periode suatu unsur menunjukkan jumlah kulit yang telah terisi
elektron. Elektron valensi dan jumlah kulit yang telah terisi elektron
dapat diketahui dari konfigurasi elektron. Jadi, dari konfigurasi elektron
dapat diketahui nomor golongan dan periode suatu unsur.
K L M N
X = 2 8 18 3
Kelas/semester : X/I
I. Standar Kompetensi
III.Uraian Materi
a.Elektron
Partikel dalam atom pertama kali ditemukan oleh fisikawan Inggris, Joseph J.
Thomson pada tahun 1897. Eksperimen yang dilakukannya menggunakan dua pelat
logam sebagai elektrode dalam tabung kaca vakum. Kedua elektrode tersebut
dihubungkan dengan arus bertegangan tinggi.
Keterangan :
e = -1,6 x 10-19 C
1,6 10 19 C
m = 1,76 10 C / g
8
28
= 9,11 10 gram
radioaktif. Diantara radiasi yang dikenal adalah sinar alfa ( . Sinar - merupakan
pertikel yang bermassa 4 sma (7000 x massa elektron) dan bermuatan +3,2 x 10 -19 C
(-2 x muatan elektron namun berlawanan tanda). Sinar inilah yang digunakan oleh
Ernest Rutherford untuk menemukan inti atom pada 1911. Kelompok riset Rutherford
melakukan percobaan dengan lempeng emas dan sinar- . Usaha penemuan partikel
bermuatan positif dalam atom mulai menunjukkan hasil.
Sinar alfa yang bermuatan positif dipancarkan oleh unsur radioaktif dan
diarahkan pada lempengan tipis logam emas. Ternyata, sinar alfa ini dapat
menembus lempengan tipis logam tersebut dan hanya sebagian kecil(1 dari 20.000
partikel) yang dibelokkan atau dipantulkan. Hasil ini berbeda dengan dugaan awal.
Semula partikel sinar- akan diserap, dihamburkan, dipantulkan dan juga diteruskan.
Jenis muatan inti atom sama dengan muatan sinar alfa(ditunjukkan oleh
adanya pembelokkan dan penolakkan sinar- ), yaitu muatan positif yang disebut
proton.
c.Neutron
Pada 1932, dua belas tahun setelah hipotesis Rutherford, James Chadwick
melakukan pencobaan penembakan atom berilium dengan sinar alfa. Percobaan ini
menghasilkan penemuan partikel tidak bermuatan, disebut neutron. Partikel neutron
memiliki massa yang hamper sama dengan partikel proton, yaitu 1.836 kali massa
electron.
Dalam perhitungan yang tidak memerlukan ketelitian tinggi, massa proton dan
neutron dapat dianggap sama, yakni 1,67 x 10 -24 gram atau 1 sma. Elektron memiliki
massa kali massa proton. Oleh karena bernilai sangat kecil, massa elektron
dapat diabaikan terhadap massa proton atau dianggap sama dengan nol. Muatan
elektron dinyatakan dengan – 1 sehingga muatan proton adalah + 1 dan muatan
neutron adalah 0.
Nomor Atom dan Nomor Massa
a. Nomor Atom
Muatan atom suatu unsur selalu netral. Oleh karena itu, jumlah
proton selalu sama dengan jumlah elektron. Dengan demikian, hubungan
antara nomor atom, proton, dan elektron dapat dituliskan sebagai berikut :
b. Nomor massa
Jumlah proton ∑ p = Z = NA
Jumlah neutron = ∑ n
Sehingga
A= Z+∑n
NM= NA + n
Dengan mencantumkan nomor atom dan nomor massa, suatu atom dapat
ditulis dengan notasi sebagai berikut :
Jadi, A adalah nomor massa yang ditulis di kiri atas dan Z adalah nomor
atom yang ditulis di kiri bawah.
c. Isotop
Isotop adalah atom – atom dari unsur yang sama mempunyai massa yang
berbeda. Contoh:
12
6 Cdengan136C
1. Isobar
Contoh:
14
6 Cdengan 147 N , 11
24 24
Nadengan 12 Mg
2. Isoton
Contoh:
13
6 Cdengan147 N ;15
31 32
Pdengan16 S
Massa atom relatif adalah perbandingan massa antara atom yang satu
terhadap atom yang lainnya.oleh karena pada umumnya unsure terdiri dari beberapa
isotop maka pada penetapan massa atom relatif digunakan massa rata – rata dari
isotop- isotop. Dengan demikian, massa atom relatif adalah perbandingan antara
1
massa- massa dari 1 atom suatu unsur terhadap 12 massa 1 atom C–12.
massarata rata1atomunsurX
Ar unsur X = 1 / 12massa1atomC 12
Satu perduabelas massa 1 atom C-12 ditetapkan sama dengan 1sma, makqa definisi
di ataa dapat ditulis sebagai berikut:
massarata rata1atomunsurX
Ar unsur X = 1sma
Menurut teori atom Bohr, elektron berada dalam suatu lintasan tau orbit
tertentu yang disebut lintasan elektron atau kulit elektron. Berdasarkan jaraknya dari
inti atom, terdapat beberapa kulit yaitu :
Setiap kulit memiliki tingkat energi tertentu. Semakin dekat ke inti atom, semakin kecil
tingkat energinya. Sebaliknya, semakin jauh dari inti atom, semakin besar tingkat
energinya.
Kulit K < kulit L < kulit M < kulit N < kulit O < kulit P < kulit Q , atau E 1 < E2 < E3 < E4
< E 5 < E 6 < E 7.
a.Konfigurasi elektron
Cara yang ke dua ( per sub kulit ) akan dibahas di kelas XI. Saat ini, Anda
hanya akan diperkenalkan dengan konfigurasi elektron per kulit ( cara K L M
N).
Harga n menunjukkan kulit yang ditempati elektron dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Kulit n ∑e
maksimum
K 1 2 (1)2 = 2
L 2 2 (2)2 = 8
M 3 2 (3)2 = 18
N 4 2 (4)2 = 32
Urutan pengisian elektron dimulai dari kulit yang memiliki tingkat energi
terendah, kemudian kulit berikutnya yang memiliki energi lebih tinggi, sampai pada
kulit terakhir.
Bagaimana jika jumlah elektron yang tersedia tidak mencapai jumlah elektron
maksimum dalam suatu kulit, bahkan lebih besar dari jumlah elektron sebelumnya ?.
Jika demikian, kulit yang akan ditempati elektron harus menggunakan jumlah elektron
yang sama dengan jumlah elektron maksimum dalam kulit sebelumnya. Cara
konfigurasi tersebut hanya berlaku untuk atom unsur golongan utama (golongan A).
Adapun untuk atom unsur golongan transisi (golonganB)harus menggunakan cara
per sub kulit.
Isi penuh sebanyak mungkin kulit, kemudian hitung jumlah elektron yang
tersisa.
Jika sisa elektron kurang dari 32, maka kulit berikutnya diisi dengan 18
elektron.
Jika sisa elektron kurang dari 18, maka kulit berikutnya diisi dengan 8 elektron.
Jika sisa elektron kurang dari 8 elektron, tempatkan pada kulit berikutnya
sebagai kulit terluar.
b.Elektron Valensi
Kelas/Semester : X/1
Pertemuan : II
Alokasi Waktu : 1 x 45 Menit
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.1.2. Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat-sifat unsur,
massa atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel periodik
serta menyadari keteraturannya melalui pemahaman konfigurasi
elektron.
Indikator
2. menganalisis tabel, grafik untuk menentukan keteraturan jari- jari atom, energi
ionisasi, afinitas elektron dan keelektronegatifan
I.Tujuan Pembelajaran
IV. Metode/Pendekatan
A. Pendahuluan
B. Kegiatan inti
C. Penutup
VI. Penilaian
1.Prosedur penilaian
2.Instrumen penilaian
Siswa mengerjakan latihan-latihan berikut !
a. jari-jari atom,
b. energi ionisasi,
c. afinitas elektron,
d. keelektronegatifan.
P:2 8 2
Q : 2 8 18 3
4. Tentukan apakah unsur berikut termasuk unsur golongan utama, transisi atau
transisi dalam.
a. Magnesium d. zink
b. Klorin e. uranium
c. Kripton
2. Mada E. Lakilaf
Kunci Jawaban
P:2 8 2
Q : 2 8 18 3
5.
BAHAN AJAR
Kelas/semester : X/I
I. Standar Kompetensi
Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia.
III.Uraian Materi
1. Periode
Lajur–lajur dalam sistem periodik disebut periode. Sistem periodik moderen terdiri
atas 7 periode.
1 2 1-2
2 8 3-10
3 8 11-18
4 18 19-36
5 18 37-54
6 32 55-86
7 32 87-118
2. Golongan
Sistem 8 golongan
Menurut cara ini, sistem periodik dibagi menjadi 8 golongan yang
masing-masing terdiri atas golongan utama (golongan A) dan golongan
tambahan (golongan B). unsur- unsur golongan B disebut unsur transisi.
Nomor golongan ditulis dengan angka Romawi. Golongan- golongan B
terletak antara golongan IIA dan IIIA. Golongan IIIB terdiri atas 3 kolom
vertikal.
Sistem 18 golongan
a. Unsur Transisi
Unsur-unsur ini merupakan peralihan dari golongan IIA ke golongan IIIA, yaitu
unsure-unsur yang harus dialihkan hingga ditemukan unsur yang mempunyai
kemiripan sifat dengan golongan IIIA.
Dua barfis yang ditempatkan di bagia bawah Tabel Periodik disebut unsur
transisi dalam, yaitu terdiri dari:
Dari kiri ke kanan satu periode, sifat logam berkurang, sedangkan sifat
nonlogam bertambah.
Dari atas ke bawah suatu golongan, sifat logam bertambah, sedangkan sifat
nonlogam berkurang.
Jadi, unsur logam terletak pada bagian kiri-bawah sistem periodik unsur,
sedangkan unsur nonlogam terletak pada bagian kanan-atas. Akan tetapi, yang
paling bersifat nonlogam adalah golongan VIIA, bukan golongan VIIIA. Unsur
yang terletak di bagian tengah, yaitu unsur yang terletak di sekitar daerah
perbatasan antara logam dan nonlogam, mempunyai sifat logam sekaligus
nonlogam. Unsur itu disebut unsur metalloid.
1. Jari-Jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti hingga kulit elektron terluar.
Dari atas ke bawah dalam satu golongan, jari-jari atom semakin besar
Dari kiri ke kanan dalam suatu periode, jari-jari atom semakin kecil
Besar kecilnya jari-jari suatu atom ditentukan oleh dua faktor, yaitu jumlah inti
dan muatan inti.
2. Energi Ionisasi
Besarnya energi yang diperlukan untuk melepas suatu elektron dari suatu atom netral
dalam wujud gas sehingga terbentuk ion berwujud gas dengan muatan +1 disebut
energi ionisasi.
Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, energi ionisasi semakin kecil.
Besar kecilnya energi ionisasi tergantung pada besar gaya tarik inti
terhadap elektron kulit terluar, yaitu elektron yang akan dilepaskan. Semakin
kuat gaya tgarik inti, semakin besar energi ionisasi.
Dalam satu periode, gaya tarik inti bertambah. Oleh karena itu, energi
ionisasi juga bertambah.
3. Afinitas Elektron
Kecuali unsur alkali tanah dan gas mulia, semua unsur golongan utama
mempunyai afinitas elektron bertanda negatif. Afinitas elektron terbesar
dimiliki oleh golongan halogen.
4. Keelektronegatifan
Kelas/Semester : X/I
Pertemuan Ke : 1 (satu)
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
I. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai
kesetabilannya
Siswa dapat menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia (duplet dan
oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur Lewis)
Pendahuluan 10 menit
8 O:2 6→
4. Gambarkanlah 25
lambang Lewis K
untuk masing-
masing ion berikut.
2
Apakah semuanya S
mempunyai
konfigurasi oktet?
a.K+
b.S2-
5. Gambarkanlah Na x 35
lambang Lewis dari
atom natrium dan Na x Na
ion natrium.
Jelaskan, manakah Yang lebih stabil yaitu
yang lebih stabil, ion Na sebab kulit
atom natrium atau terluarnya terisi 8
ion natrium? elektron
Mengetahui :
Kelas/Semester : X/I
Pertemuan Ke : 1 (satu)
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Pada umumnya materi di alam terdapat dalam molekul dan jarang sekali yang ada
dalam bentuk atom bebas. Atom-atom bergabung membentuk suatu senyawa melalui suatu
ikatan karena adanya gaya yang bekerja antara atom-atom atau ion-ion yang disebut ikatan
kimia. Pembentukkan ikatan ini bertujuan untuk mencapai kestabilan. Kestabilan suatu unusr
ditentukan oleh susunan elektron-elektronnya dalam atom. Susunan elektron yang stabil terdapat
He
2 2 2
10 Ne 2 8 8
18 Ar 2 8 8 8
36 Kr 2 8 18 8 8
54 Xe 2 8 18 18 8 8
86 Ra 2 8 18 32 18 8 8
Elektron valensi gas mulia adalah 8 (oktet), kecuali He yang memiliki elektron valensi
2 (duplet). Karena kulit terluarnya telah terisi penuh oleh elektron maka unsur-unsur gas
Suatu atom yang belum stabil akan berusaha menjadi stabil dengan jalan
menyesuaikan susunan elektron valensinya agar seperti gas mulia dengan membentuk
Ada dua aturan bagi atom-atom yang berikatan untuk mencapai susunan elektron
b. Aturan duplet : kecendrungan atom-atom untuk memiliki 2 elektron di kulit terluar seperti
helium.
Konfigurasi gas mulia dapat dicapai oleh suatu atom dengan berbagai cara sebagai
berikut:
memiliki elektron valensi dalam jumlah sedikit, misalnya unsur-unsur golongan IA, IIA,
dan IIIA cendrung mengikuti kaidah oktet dengan cara melepaskan elektron untuk
elektropositif).
3 Li 2 1 1 1 2
4 Be 2 2 2 2 2
11 Na 2 8 1 1 1 2 8
19 K 2 8 8 1 1 1 2 8 8
memiliki elektron valensi dalam jumlah banyak misalnya unsur-unsur golongan IVA, VA,
VIA, dan VIIA, memiliki kecondongan mengikuti kaidah oktet dengan cara menerima
elektron untuk membentuk ion negatif. Unsur-unsur ysng cenderung membentuk ion
negatif disebut elektronegatif. Unsur-unsur ini merupakan unsur-unsur non logam (unsur
elektronegatif).
1 H 1 1 1 2
7 N 2 5 5 5 2 8
15 P 2 8 5 5 5 2 8 8
- Menggunakan pasangan elektron bersama antara atom-atom yang bergabung. Cara ini
Struktur Lewis
menggunakan tanda elektron barupa tanda titik (.) (kadang-kadang tanda bulatan atau tanda
silang x) disebut struktur Lewis. Cara penggambaran ini diperkenalkan oleh G. N. Lewis.
Tanda elektron ini menggambarkan jumlah elektron valensi. Lewis menggambarkan suatu
unsur terdiri atas lambang kimia dikelilingi oleh sejumlah titik atau silang yang
Jika lambang unsur dilambangkan X, maka lambang Lewis untuk golongan utama adalah:
Lambang Lewis : X X X X X X X X
meskipun rumus Lewis berlaku terutama untuk ikatan kovalen, tetapi juga dapat digunakan
untuk menggambarkan ikatan ion. Jadi, tanda titik dan silang kadang digunakan untuk
elektron untuk setiap muatan negatif, atau kurangi elektron untuk setiap muatan
positif.
Meletakkan titik (.) atau silang (x) yang mewakili elektron valensi pada sisi simbol
atom.
Contoh:
Elektron
1 H 1 1 H atau H x
6 C 2 4 4 x
C atau x C x
x
12 Mg
2 8 2 2
Mg atau x Mg x
Kesimpulan
1. Suatu ikatan dapat terbentuk apabila setelah berikatan, atom-atom tersebut menjadi
lebih stabil dari sebelumnya. Kestabilan yang dimaksud adalah kestabilan dari
2. Ada dua aturan bagi atom-atom yang berikatan agar susunan elektronnya menjadi
stabil yaitu aturan oktet yang berarti jumlah elektron terluarnya 8, dan aturan duplet
3. Struktur Lewis merupakan simbol yang berupa notasi titik dan silang kecil untuk
Kelas/Semester : X/I
Pertemuan Ke : 2 (dua)
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
I. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan proses pembentukan ion positif dan ion negatif
Siswa dapat menjelaskan proses terjadinya ikatan ion dan contoh senyawa-
senyawanya
Siswa dapat menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua,
dan rangkap tiga.
V. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran Alokasi Waktu
Pendahuluan 10 menit
Prasyarat : unsur-unsur logam dan non logam serta letaknya di
dalam sistem periodik.
bawah ini:
9
4 Be 2
39
19 K
24
12 Mg 2
85 , 5
37 Rb
40
20 Ca 2
Tentukan jumlah proton, neutron dan elektron dari unsur-unsur di
bawah ini :
a)
32
16 S 2 c)
14
7 N 3 e)
37
17 Cl
b)
19
9 F d)
16
8 O 2
dibawah ini:
i. Na dengan O
ii. Mg dengan F
iii. Al dengan F
iv. Al dengan N
v. K dengan O
H2O
Cl2
CO2
HCN
C2H2
Penutup 10 menit
Jelaskan 1 H=1 25
pembentukan
ikatan yang 16 S=2 8 6
terjadi pada
S akan meminjam 2
molekul H2S!
elektron dari 2 atom
H sehingga mencapai
konfigurasi seperti
gas mulia
xx
x Sxx x H
H
Gambarka 16 S=2 8 6 25
nlah
struktur O=2 6
8
Lewis dari
molekul
SO2! xx
O S O
xx
xx
Jelaskan 9 F=2 7 10
pembentukan
ikatan yang Atom F akan saling
terjadi pada meminjam 1 elektron
molekul F2 ! sehingga membentuk
senyawa F2.
xx
x F
xx
F
xx
Kupang, Mei 2009
Mengetahui :
1. Siti Q. Sado
2. Sri B.R. Ridja
BAHAN AJAR
Kelas/Semester : X/I
Pertemuan Ke : 2 (dua)
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
PEMBENTUKAN ION POSITIF DAN ION NEGATIF, IKATAN ION DAN IKATAN KOVALEN
TUNGGAL (TUNGGAL, RANGKAP DUA, DAN RANGKAP TIGA)
A. Ikatan Ion
Ikatan ion terjadi akibat gaya tarik menarik elektrostatik antara ion positif da ion
negatif. Jadi, ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk dari atom yang mudah melepaskan
Ion positif terbentuk ketika suatu atom melepaskan elektron. Atom yang
cenderung melepaskan elektron adalah atom-atom golongan IA dan IIA (atom logam).
Contoh:
elektron yang paling luar. Dengan melepaskan 1 elektron maka natrium membentuk
Na (2 8 1) → Na+ (2 8) + e
Untuk mencapai kondisi seperti gas mulia maka atom Be akan melepaskan 2
elektron yang paling luar. Dengan melepaskan 2 elektron maka Berilium membentuk
Be (2 2) → Be2+ ( 2 ) + 2e
Jadi pada pembentukkan ion positif terjadi pengurangan elektron tetapi jumlah
protonnya tetap.
NM a+
NA
jumlah neutron = NM – NA
jumlah elektron = NA – a
Contoh:
23
11 Na maka P 11
N 23 11 12
E 11 1 10
Ion negatif terbentuk ketika suatu atom menangkap elektron. Atom yang
cendrung menerima elektron adalah atom-atom golongan VIA dan VIIA (atom non
logam). Golongan-golongan ini memiliki potensial tinggi serta memiliki elektron valensi
6 dan 7.
Contoh:
Untuk mencapai kondisi seperti gas mulia maka atom O akan menangkap 2
O (2 6) + 2e → O2- (2 8)
Untuk mencapai kondisi seperti gas mulia maka atom F akan menangkap
elektron. Dengan menangkap 1 elektron maka flor membentuk ion negatif seperti
F (2 7) + e → F- (2 8)
NM a-
NA
Dimana : ∑ Proton = NA
∑ Neutron = NM – NA
∑ Elektron = NA – a
Pembentukan ikatan ion terjadi karena serah terima elektron dari suatu atom ke
atom yang memiliki muatan berbeda sehingga terjadi gaya tarik menarik. Ikatan ion
terjadi antara atom yang mudah melepaskan elektron (atom logam) dengan atom
Contoh:
Na (2 8 1) → Na+ (2 8) + e
F (2 7) + e → F- (2 8)
xF
Na x F Na NaF
Pembentukkan MgS
12 Mg (2 8 2) → Mg2+ (2 8) + 2e
16 S (2 8 6) + 2e → S2- (2 8 8)
2 2
xS
x Mg x S Mg x MgS
Pada ikatan ion antara golongan IIA dengan golongan VIIA, golongan IIA melepaskan
yang dilepaskan harus sama dengan jumlah elektron yang diterima, sehingga
Contoh:
Pembentukkan MgS
12 Mg (2 8 2) → Mg2+ (2 8) + 2e
17 Cl (2 8 7) + e → S2- (2 8 8) x2
xCl
Cl
2
x Mg x Mg MgCl2
x
Cl Cl
B. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena penggunaan bersama pasangan
elektron oleh dua atau lebih atom yang berikatan sehingga memenuhi aturan oktet maupun
menggunakan notasi (.) dan tanda (x) atau lebih dikenal dengan struktur Lewis.
Contoh:
Jawab:
Untuk menggambarkan struktur Lewis yang pertama kali harus menyusun konfigurasi
elektron
C = (2 4),
6
H =1
1
Langkah selanjutnya kita gambar strukturnya sesuai dengan jumlah elektron valensinya.
Hx
Untuk mebentuk kaidah oktet (8 e.v), maka i ataom C akan berikatan dengan 4
atom H. Gambar struktur Lewisnya:
Muatan molekul
H
x
H x C x H
Ikatan kovalen terdiri dari ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap dua dan ikatan
kovalen rangkap tiga
bersama satu pasang elektron. Ikatan ini digambarkan dengan satu garis lurus.
Ikatan ini terjadi pada atom H2, HF, CH4, dan lain-lain.
Contoh:
C
C, struktur Lewisnya
6
H, struktur lewisnya H x
1
H
x
H x C x H
x
H, struktur lewisnya H
1
H, struktur lewisnya H
1
H H H x H
Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang terjadi karena
penggunaan bersama dua pasang elektron. Ikatan ini digambarkan dengan dua garis
lurus.
xx
O O x atau O O
O x O
xx
PEI
Ikatan kovalen rangkap tiga ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan
bersama tiga pasang elektron. Ikatan ini digambarkan dengan tiga garis lurus.
Contoh:
berpasangan. Jika dua atom nitrogen berikatan, setiap elektron yang tidak
x
N N N x N atau N N
xx
PEI
Penyimpangan ini dapat terjadi pada senyawa kovalen yang struktur Lewis tidak oktet.
Misalnya pada senyawa BeH2, BF3, BCl3, BH3, NO dan NO2, dimana atom Be, B dan N
memiliki elektron kurang dari 8 serta molekul PF 5, PCl5 dan SF6 dimana atom P dan S
xx
xx
Cl x
17 Cl dengan konfigurasi elektron 2 8 7 di gambarkan xx
xx
Cl
xx
xx
x
Cl
xx xx
Cl atau Cl B Cl
xx
x B Cl
xx
x
xx xx
x
H
H x B atau H B H
x H
Kesimpulan:
1. Ion positif terbentuk ketika suatu atom melepaskan elektron, sedangkan Ion negatif
2. Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan
3. Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan
4. Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan
I. Tujuan Pembelajaran
1. Aspek Kognitif, siswa dapat:
menjelaskan proses terbentuknya ikatan koordinasi pada beberapa senyawa
mengetahui kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan
keelektronegatifan melalui percobaan
2. Aspek Afektif, siswa dapat :
patuh melaksanakan tugas belajar.
aktif mengikuti kegiatan pembelajaran (di kelas maupun di laboratorium)
memiliki respon (mengemukakan pendapat) yang baik terhadap mata
pelajaran yang disapaikan.
3. Aspek Psikomotorik
Siswa diharapkan dapat menuliskan rumus kimia yang terbentuk pada ikatan
kovalen.
VI. Penilaian
a. Jenis tagihan
Tugas individu
Laporan percobaan
b. Bentuk instrument : Tes tertulis.
c. Contoh instrument
Soal tugas:
1. Jelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen koordinasi!
2. Tunjukkan ikatan kovalen koordinasi yang terjadi pada senyawa SO 3!
3. Bagaimana cara menentukan kepolaran suatu senyawa?
d. Kunci jawaban dan pedoman penskoran
No. Jawaban Skor
1. Proses terbentuknya ikatan kovalen koordinasi dapat terjadi bila : 15
Pasangan elektron yang digunakan secara bersama hanya
berasal dari salah satu atom yang berikatan.
Salah satu atom yang berikatan memiliki pasangan elektron
bebas (PEB).
2. Ikatan kovalen yang terjadi pada senyawa SO3 adalah sebagai 20
berikut :
3. Kepolaran suatu zat dapat ditentukan dengan mengamati 15
perilaku zat tersebut dalam medan magnet. Zat polar akan
tertarik dalam medan magnet, sedangkan zat nonpolar tidak.
Senyawa akan bersifat polar jika pada atom pusat dari molekul
senyawa tersebut terdapat pasangan elektron bebas (PEB)
sehingga bentuk molekulnya menjadi tidak simetris.
Total nilai 50
Ikatan kovalen koordinasi merupakan ikatan yang terbentuk antara ikatan atom
non logam dengan atom unsur non logam. Dalam ikatan ini terjadi pemakaian
bersama elektron dari salah satu unsur. Atau dengan kata lain, ikatan kovalen
koordinasi adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang digunakan
bersama berasal dari satu atom saja.
Contoh : Amonia (NH3) dapat bereaksi dengan boron triklorida (BCl 3) membentuk
senyawa NH3.BCl3. bagaimanakah bentuk ikatan antara dua molekul tersebut?
Perhatikan rumus elektron dari NH3 dan BCl3 berikut ini.
Atom N dalam NH3 sudah oktet dan mempunyai sepasang elektron bebas. Di pihak
lain, atom B dalam BCl3 sudah memasangkan semua elektron valensinya, namun
balum oktet. Seperti yang diketahui, atom N (dari NH 3) dan atom B (dari BCl3) dapat
berkaitan dengan menggunakan bersama pasangan elektron bebas dari atom N.
Ikatan seperti itu kita sebut ikatan kovalen koordinasi atau ikatan semipolar.
Dalam menggambarkan strukutr molekul, ikatan kovalen koordinat dinyatakan
dengan garis berpanah dari atom donor menuju akseptor pasangan elektron. Rumus
elektron dan rumus struktur NH3.BCl3 sebagai berikut.
Gambar. Pembentukan ikatan kovalen kordinasi dalam NH 3.BCl3
. . ...
..
.. H
.. Cl
H .. Cl Cl H ....
. ..B Cl.
.. N . .... .... .. N
.... .... . N B
H + B Cl H Cl atau H
.. ..
.. .. .. .. ..
. .. Cl.
.. H
.. ..
H Cl Cl H ..
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini.
.. ..
Contoh:
NH4+ terbentuk dari reaksi antara NH 3 dengan ion H+. Atom N dalam NH3 mempunyai
sepasang elektron bebas, sementara ion H + sudah tidak mempunyai elektron.
Elektron bebas dari atom N kemudian digunakan bersama dengan ion H +.
H
H
.. ..
+
H
+
H .. N .. + H
+
H .. N . H atau
H
.. .. H N H
H H
Apakah anda dapat menjelaskan mengapa minyak sukar larut dalam air? Peristiwa
itu berkaitan dengan pokok bahasan berikut, yaitu molekul polar dan molekul
nonpolar.
Pada contoh (a), kedudukan pasangan elektron ikatan sudah pasti simetris
terhadap kedua atom H. Dalam molekul H 2 tersebut, muatan negatif (elektron)
terbesar secara homogen. Ikatan seperti itu disebut ikatan kovalen nonpolar.
Pada contoh (b), pasangan elektron ikatan tertarik lebih dekat ke atom Cl, karena
Cl mempunyai daya tarik elektron lebih besar daripada H. Akibatnya, pada HCl
terjadi polarisasi, dimana atom Cl lebih negatif daripada atom H. Ikatan seperti itu
disebut ikatan kovalen polar.
3. Menunjukkan kepolaran
Kepolaran suatu zat dapat ditentukan dengan mengamati perilaku zat itu dalam
medan magnet, zat polar tertarik ke dalam medan magnet, sedangkan zat
nonpolar tidak.
4. Momen Dipol
Kepolaran dinyatakan dalam suatu besaran yang disebut momen dipol (μ), yaitu
hasil kali antara selisih muatan (Q) dengan jarak (r) antara pusat muatan positif
dengan pusat muatan negatif.
μ=Qxr
A. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar siswa dapat mengetahui perbedaan
zat polar dan non polar
B. PETUNJUK BELAJAR
Siswa dapat membaca materi mengenai polarisasi senyawa.
C. RINGKASAN MATERI
Kepolaran suatu zat dapat ditentukan dengan mengamati perilaku zat itu dalam
medan magnet, zat polar akan tertarik ke dalam medan magnet, sedangkan zat
nonpolar tidak.
D. KEGIATAN
a. Alat dan Bahan yang digunakan
Alat : buret dan magnet batang
Bahan : aquades dan minyak tanah
b. Cara Kerja
Meletakkan buret pada statif dengan posisi yang benar.
Isi buret dengan aquades. Buka kran buret dan dekatkan magnet batang
pada cucuran air. Perhatikan apakah cucuran air tertarik magnet atau tidak.
Catatan : jika magnet tidak tersedia, sebagai gantinya bisa digunakan
penggaris plastik yang digosokkan terlebih dahulu pada kain wol
atau rambut.
Ganti buret dengan buret yang bersih dan kering. Kemudian ulangi proseur
dua di atas dengan menggunakan minyak tanah. Lakukan dengan hati-hati
karena minyak tanah mudah terbakar.
c. Pertanyaan/Analisis Data
Zat manakah yang tertarik oleh magnet?
Mengapa zat tersebut tertarik oleh magnet?
Tariklah kesimpulan dari kegiatan ini.
Selamat Bekerja
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
I. Tujuan Pembelajaran
1. Aspek Kognitif, siswa dapat:
mendeskripsikan proses pembentukan ikatan logam dan hubungannya
dengan sifat fisik logam.
menjelaskan hubungkan sifat fisis materi dengan jenis ikatan
2. Aspek Afektif, siswa dapat :
patuh melaksanakan tugas belajar.
aktif mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan tepat merespon pelajaran (mengemukakan pendapat).
3. Aspek Psikomotorik, siswa dapat :
menuliskan gambaran pembentukan ikatan logam.
VI. Penilaian
a. Jenis tagihan
Tugas individu berupa PR
b. Bentuk instrument : pekerjaan tertulis.
c. Contoh Instrument
Soal tugas :
1. Jelaskan secara singkat bagaimana ikatan logam dapat terbentuk!
2. Sebutkan minimal dua perbandingan sifat fisis senyawa ion dan senyawa
kovalen!
d. Kunci jawaban dan pedoman penskoran
No. Jawaban Skor
1. Proses terbentuknya ikatan logam dapat terjadi bila : 25
Elektron valensi yang terdapat di dalam logam, membaur
membentuk awan elektron yang menyelimuti ion-ion positif logam
yang telah melpaskan sebagian elektron valensinya. Akibatnya,
terjadi interaksi antara kedua muatan (elektron bermuatan negatif
dengan ion logam yang bermuatan positif) yang berlawanan dan
akan membentuk ikatan logam.
2. Dua perbandingan sifat fisis senyawa ion dan senyawa kovalen 25
diantaranya adalah sebagai berikut :
Senyawa ion :
- mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
- cairan dan larutannya dapat menghantarkan listrik
(berifat elektrolit).
Senyawa kovalen :
- mempunyai titik didih dan titik leleh yang rendah.
- cairannya tidak dapat menghantarkan listrik.
Total nilai 50
IKATAN LOGAM
Struktur logam dapat menjelaskan sifat-sifat khas logam, seperti daya hantar
listrik, sifat dapat ditempa dan dapat ditarik. Logam merupakan konduktor yang baik
karena elektron valensinya mudah mengalir. Logam dapat ditempa atau dapat ditarik
karena ketika logam dipukul atau ditarik, atom-atom logam hanya bergeser sehingga
ikatan diantaranya tidak terputus. Contoh ikatan logam adalah tembaga dan seng
yang dapat membentuk kuningan (brass).
PERBANDINGAN SIFAT SENYAWA ION DENGAN SENYAWA KOVALEN
Telah dipelajari, bahwa senyawa antara unsur logam dan nonlogam bersifat
ionik, sedangkan senyawa antarsesama nonlogam bersifat kovalen. Sebenarnya
tidak ada senyawa yang 100% ionik atau 100% kovalen. Misalnya dapat dikatakan
bahwa CsF merupakan senyawa yang paling ionik, sedangkan molekul unsur, seperti
F2, dapat dianggap sebagai 100% kovalen. Kebanyakan senyawa-senyawa lain
terletak diantara dua keadaan ekstrim ini.
Oleh karena itu, untuk memastikan suatu senyawa bersifat ionik atau kovalen,
khususnya jika perbedaan keelektronegatifan tidak terlalu besar, perlu dilakukan
pengamatan pada sifat-sifatnya. Antara senyawa ion dan senyawa kovalen terdapat
beberapa perbedaan sifat secara fisik , diantaranya sebagai berikut :
a. Titik Didih
Titik didih senyawa kovalen relatif rendah, sedangkan senyawa ion relatif tinggi.
Kebanyakan senyawa kovalen mendidih di bawah 200 oC, sedangkan senyawa
ion umumnya mendidih di atas 900 oC. Pada suhu kamar, senyawa kovalen ada
yang berupa padatan dengan titik leleh yang relatif rendah, ada yang berupa
cairan, ada pula yang bersifat gas.
Contoh :
Air ( senyawa kovalen ) : titik leleh 0 oC; titik didih 100 oC.
Garam dapur ( senyawa ion ) : titik leleh 801 oC; titik didih 1.517 oC.
b. Kemudahan menguap (volatilitas)
Zat yang mudah menguap, seperti alkohol, cuka, parfum, minyak cengkeh dan
bensin, kita sebut volatil atau atsiri. Zat-zat yang volatil adalah senyawa kovalen
dengan titik didih rendah, sehingga pada suhu kamar sudah cukup banyak yang
menguap. Tidak ada senyawa ionik yang volatil.
c. Kelarutan
Senyawa ion cenderung larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut organik
(seperti petroleum eter, aseton, alkohol dan trikloroetana). Misalnya, natrium
klorida (garam dapur) larut dalam air tetapi tidak larut dalam kloroform.
Sebaliknya, kebanyakan senyawa kovalen tidak larut dalam air, tetapi lebih mudah
larut dalam pelarut yang kurang atau nonpolar.
Kelas/ Semester : X/ I
Pertemuan ke : 8
Indikator :
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat:
Pendekatan: Konsep
b. CCl4 d. HNO3
VI. Penilaian
Jenis tagihan : Tugas Mandiri
Contoh instrumen :
b. CCl4 d. HNO3
KUNCI JAWABAN
1. a. Nitrogen Oksida
b. Karbon Tetraklorida
c. Barium Oksida
d. Asam Nitrat
e. Tembaga Sulfat
2. a. KO
b. MgPO4
c. CuCO3
d. HgO
e. AgSO4
3. a. HCl
b. CH3COOH
c. NaOH
d. Al(OH)2
e. Ba(OH)2
4. a. Sukrosa
b. Iodoform
c. Aseton
d. Etana
e. Pentanol
PEDOMAN PENSKORAN
1. 25
2 25
3 25
4 25
Jumlah 100
Kepala SMA…………..
Debrina O. Tasekeb
NIM: 0601060041
Sepliana A. Bessie
NIM: 0601060028
BAHAN AJAR
Tata nama senyawa merupakan nama yang diberikan terhadap suatu senyawa
berdasarkan aturan tertentu.
a. Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terdiri dari dua jenis unsur, misalnya: air
(H2O), amoniak (NH3), karbondioksida (CO2) dan lain sebagainya.
1) Rumus senyawa:
Unsur yang terdapat lebih dahulu dalam urutan berikut di tulis didepan
B - Si - C – Sb – As- P – N – H – S- I – Br – Cl – O – F
Contoh:
Rumus kimia amoniak biasa di tulis NH 3 bukan H3N, dan rumus kimia air biasa ditulis
H2O, bukan OH2
2) Nama senyawa ;
Nama senyawa kovalen biner adalah rangkaian nama kedua jenis unsur dengan
akhiran ida pada nama unsur yang kedua.
Contoh :
Jika pasangan unsur yang bersenyawa membentuk lebih dari sejenis senyawa, maka
senyawa itu dibedakan dengan angka indeksnya dalam bahasa Yunani. Indeks satu tidak
perlu disebutkan kecuali karbon monoksida 1= mono, 2= di, 3= tri, 4= tetra, 5= penta, 6=
heksa, 7= hepta, 8= okta, 9= nona, 10= deka.
CO2 = Karbondioksida
N2O = Dinitrogenoksida
NO = Nitrogenoksida
CS2 = Karbondisulfida
3) Senyawa yang sudah umum dikenal tidak perlu mengikuti aturan diatas. Contoh:
H2O = Air
NH3 = Amoniak
CH4 = Metana
Senyawa ion terdiri dari satu kation dan anion. Kation umumnya adalah satu ion
logam, sedangkan anion dapat berupa anion tunggal atau satu anion poliatomik.
Rumus senyawa ion ditentukan oleh perbandingan muatan kation dan anionnya.
Kation dan anion diberi indeks sedemikian rupa sehingga senyawa bersifat netral. Contohnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Rumus
Kation Anion Nama garam
garam
2) Nama senyawa; nama senyawa ion adalah rangkaian nama kation (didepan) dan
nama anionnya, angka indeks tidak disebut.
Contoh: NaCl = Natrium Klorida
Asam adalah senyawa hidrogen yang didalam air mempunyai rasa masam. Rumus
kimia Asam umumnya terdiri dari asam hidrogen (umumnya ditulis didepan, dapat dilepas
sebagai ion H+) dan suatu anion yang disebut sisa asam.
Nama anion sisa asam sama dengan asam yang bersangkutan tanpa kata asam. Contoh:
Basa adalah senyawa ion dari suatu logam dengan ion OH-. Tata nama basa sama
dengan tata nama senyawa ion.
CO(NH2)2 = Urea
CHCl3 = Kloroform
CHI3 = Iodoform
CH3COCH3 = Aseton
Kelas / Semester : X/ 1
Pertemuan ke : 9
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, siswa diharapkan dapat:
Pendekatan : Konsep
Penyetaraan atom Na
Penyetaraan atom S
Penyetaraan atom H
Untuk atom O tidak perlu disetarakan lagi karena persamaan sudah setara.
Jumlah atom O di kiri = di kanan yaitu 6.
Jumlah atom O diruas kiri= 2b, sedangkan diruas kanan= 1x3, berarti 2b= 3,
b= 1,5
b) Etana bereaksi dengan oksigen menghasilkan gas karbondioksida dan uap air.
Menuliskan persamaan reaksi
Langkah 1; Etana + gas oksigen gas karbon dioksida + uap air
Menyetarakan reaksi
Langkah 1;
Penyetaraan atom C
Penyetaraan atom H
menjadi:
c) Kristal besi (III) bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan besi III dan
uap air.
Menuliskan persamaan reaksi
Langkah 1; Kristal besi (III) + larutan asam klorida besi III + uap air
Penyetaraan atom Fe
Penyetaran atom Cl
Untuk atom O tidak perlu disetarakan lagi karena persamaan reaksi sudah
setara. Jumlah atom O di kiri = di kanan yaitu 3. Angka 1 tidak ditulis, maka
persamaan reaksinya sebagai berikut;
VI. Penilaian
Jenis tagihan : Tugas Mandiri
Contoh instrumen :
KUNCI JAWABAN
Penyetaraan atom O:
Langkah 2 ;
Langkah 3;
PEDOMAN PENSKORAN
1. 25
2. 75
Jumlah 100
Kupang, Juni 2009
Kepala SMA…………..
Sepliana A. Bessie
NIM: 0601060028
Debrina O. Tasekeb
NIM: 0601060041
BAHAN AJAR
Persamaan reaksi terdiri dari rumus kimia zat-zat pereaksi (reaktan) dan zat-zat
produk yang dihubungkan dengan tanda panah.
Tanda panah menunjukan arah reaksi, dan dapat dibaca sebagai “membentuk” atau
“bereaksi menjadi”, atau istilah lain yang sesuai. Huruf kecil miring dalam tanda kurung yang
mengikuti rumus kimia zat dalam persamaan reaksi menyatakan wujud zat atau keadaan zat
yang bersangkutan. Huruf g berarti gas, l berarti cairan (liquid), s berarti padatan(solid), dan
aq berarti larutan dalam air (aqueos, baca; akues). Bilangan yang mendahului rumus kimia
zat dalam persamaan reaksi disebut koefisien reaksi. Koefisien reaksi menyatakan
perbandingan partikel zat yang terlibat dalam reaksi. Koefisien reaksi haruslah bilangan bulat
paling sederhana. Untuk koefisien 1 tidak perlu ditulis. Jenis dan jumlah atom sebelum dan
sesudah reaksi haruslah sama. Jika persaman reaksinya sudah diberi koefisien yang sesuai
maka disebut persamaan setara. Istilah “ persamaan” digunakan dalam persamaan reaksi
karena kesetaraan atom-atom sebelum dan sesudah reaksi. Persamaan reaksi yang sudah
setara juga mencerminkan hukum kekekalan massa atau hukum Lavoisier.
1) Menuliskan perrsamaan kata-kata yang terdiri dari nama dan keadaan zat (zat-
zat) pereaksi serta nama dan keadaan zat (zat-zat) hasil reaksi, lengkap dengan
keterangan tentang wujud/keadaannya.
2) Menuliskan persamaan rumus yang terdiri dari rumus kimia zat (zat-zat) pereaksi
dan zat-zat hasil reaksi, lengkap dengan keterangan tentang wujud/keadaannya.
3) Menyetarakan yaitu, memberi koefisien yang sesuai sehingga jumlah atom setiap
unsur sama pada kedua ruas.
Contoh;
Langkah 3. Penyetaraan
a. Tetapkan koefisien salah satu zat, biasanya zat yang rumusnya paling
kompleks=1, sedangkan zat lain diberikan koefisien sementara dengan huruf.
b. Setarakan terlebih dahulu unsur yang terkait langsung dengan zat yang diberi
koefisien itu.
c. Setarakan unsur lainnya. Biasanya akan membantu jika atom O
disetarakan paling akhir.
Contoh;
Langkah 1;
Langkah 3 Setarakan H.
c = 1,5
Sekolah : SMA…………
Kelas/semester : X/I
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Aspek kognitif ,siswa dapat :
membuktikan berlakunya hukum Lavoisier melalui percobaan
membuktikan berlakunya hukum Proust melalui percobaan
menganalisis senyawa untuk membuktikan berlakunya hukum kelipatan
perbandingan (hukum Dalton).
membuktikan berlakunya hukum Gay-Lussac melalui data percobaan
membuktikan berlakunya hukum Avogadro melalui data percobaan
2. Aspek afektif
Siswa patuh melaksanakan tugas belajar
Siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran
Siswa tepat dan respon mengemukakan pendapat
II. MATERI AJAR
Hukum – Hukum Dasar Kimia
Pendekatan : konsep
Media : LKS
2 Kegiatan Inti:
1 Kegiatan awal :
Kegiatan inti :
I.Belerang dioksida 32 g 32 g …
belerang oksigen
II.Belerang trioksida
32 g 48 g
belerang oksigen
I.Nitrogen 14 g 16 g …
monoksida nitrogen oksigen
10 30 20
20 60 40
30 90 60
40 120 80
V. ALAT/BAHAN/SUMBER BELAJAR
KIMIA Jilid I Untuk Kelas X, Penerbit Erlangga (2007) Jakarta karangan Michael Purba
VI. PENILAIAN
N INDIKATOR JENIS CONTOH BENTUK KUNCI JAWABAN SKO
O TAGIH INSTRUMEN INSTRUM R
AN EN
berganda MassaA=
Dalton
25x4=100
Massa B =
75x4=300
100
Jadi perbandingan
B1 : B2 = 150 : 300=
1:2
Mengguna
kan data
percobaan Perbandingan volum
untuk gas sesuai dengan
membuktik perbandingan
an koefisiennya.
berlakunya Perbandingan
hukum volume yang ada
Gay- disederhanakan,kem
Lussac udian dijadikan
sebaga koefisien.
Jika 50 ml gas
CxHy(g) + O2(g)
CxHy dibakar
CO2(g) + H2O(g)
dengan 250 ml
oksigen,dihasilk Perbandingan volum
an 150 CxHy(g) : O2(g) : CO2(g) +
karbondioksida H2O(g) adalah 50 :
dan sejumlah 250 : 150,dapat
uap air. Semua disederhanakan
gas diukur pada menjadi 1 : 5 : 3.
suhu dan karena koefisien H2O
tekanan yang belum
sama. Tentukan diketahui,dimisalkan
rumus CxHy! koefisien H2O adalah
z.
Berdasarkan jumlah
O,10= 6 + z,maka z
= 4. sehingga
persamaan
reaksinya menjadi
Untuk menentukan x
dan y,dilakukan
penyetaraan jumlah
atom C dan H.
Jumlah atom C = x =
3
Jadi,rumus CxHy
adalah C3H8
a. Persamaa
n reaksinya : 4
percobaan molekul O2
untuk =koefisien
membuktik O2/koefisien Fe x
an jumlah atom Fe =
Avogadro
c. Jumlah
melekul Fe2O3=
2/4 x 5x109 = 2,5 x
109 molekul.
Pada
pengaratan 5
miliar atom besi
dengan oksigen
terbentuk
molekul karat
Fe2O3.
tentukan :
a. Pers
amaan
reaksinya
b. Juml
ah molekul
gas oksigen
yang
diperlukan
c. Juml
ah molekul
karat (Fe2O3)
yang
terbentuk.
Mengetahui :
Ada lima hukum dasar dalam perhitungan kimia,yaitu Hukum Kekekalan Massa
(Hukum Lavoisier),Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust),Hukum Perbandingan
Berganda (Hukum Dalton),Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay-Lussac),Hukum
Avogadro.
Pengamatan terhadap proses pembakaran ini sudah dimulai sejak abad ke-17
dengan munculnya teori flogiston yang dikemukakan George Ernest Stahl. Dalam
bahasa Yunani,flogiston berarti tidak mudah terbakar. Teori ini menyebutkan bahwa
pada proses pembakaran dihasilkan gas flogiston sehingga massa zat sisa
pembakaran menjadi lebih kecil. Pada pembakaran kayu dan bensin,abu yang
dihasilkan dari pembakaran bensin jauh lebih sedikit dibandingkan abu sisa
pembakaran kayu. Berarti bedasarkan teori flogiston,bensin mewngandung lebih
banyak gas flogiston,bensin mengandung lebih banyak gas flogiston dibandingkan
kayu. Secara umum,teori flogiston dapat dirumuskan sebagai berikut.
Masssa benda yang dibakar = Massa sisa pembakaran (abu) + Massa gas flogiston
Antoine Laurent Lavoisier telah menyelidiki massa zat sebelum dan sesudah
reaksi. Lavoisier menimbang zat sebelum bereaksi kemudian menimbang hasil
reaksinya. Ternyata massa zat sebelum dan sesudah bereaksi selalu sama. Lavoisier
menyimpulkan hasil penemuannya dalam suatu hukum yang disebut Hukum
Kekekalan Massa:”Dalam sistem tertutup,massa zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah sama”
Inilah yang menjadi salah satu hukum dasar kimia yang kemudian dikenal
sebagai Hukum Perbandingan Tetap atau Hukum Proust. Perhatikan data reaksi
hidrogen dan oksigen menghasilkan air berikut.
1g 8g 9g
3g 8g 9g
1g 13g 9g
1 8 1+8=9 9 0 0 9+0=9
3 8 3 + 8 = 11 9 2 0 9 + 2 = 11
1 13 1 + 13 = 9 0 5 9 + 5 = 14
14
Perhatikan massa unsur yang dicetak tebal pada tabel di atas. Ternyata,jumlah
massa unsur-unsur sebelum bereaksi sama dengan jumlah massa sesudah
reaksi,yaitu jumlah massa senyawa yang terbentuk dan massa unsur sisa yang tidak
bereaksi. Jadi reaksi tersebut sesuai dengan Hukum Kekekalan Massa.
Nilai perbandingan massa hidrogen dalam air dan dalam hydrogen peroksida
sama,yaitu 1. perbedaaanya pada perbandingan massa okisigennya. Massa oksigen
dalam air (massa OI) sebesar 8 dan massa oksigen pada hydrogen peroksida (massa
OII) sebesar 8 dan massa oksigen pada hidrogen peroksida (massa OII) sebesar 16
sehingga perbandingan OI : OII = 8 : 16 = 1 : 2. Jadi,massa H tetap,massa O berbeda.
Volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas hasil reaksi,jika diukur pada suhu dan
tekanan yang sama ,berbanding lurus sebagai bilangan-bilangan bulat dan
sederhana.
Perbandingan volume = 2 : 1 : 2
Perbandingan koefisien = 2 : 1 : 2
b. Reaksi pembentukkan gas hidrogen klorida
H2(g) + Cl2(g) 2HCl(g)
Perbandingan volume = 1 : 1 : 2
Perbandingan koefisien = 1 : 1 :2
Perbandingan volume = 3 : 1 : 2
Perbandingan koefisien = 3 : 1 : 2
Jika dimisalkan volume gas A sebanyak x liter,volume gas lain dapat dihitung
dengan rumusan :
koefiienyangdicari
x
= koefisienyangdiketahui volume yang diketahui.
5. Hukum Avogadro
Menurut hipotesis Dalton-Gay –Lussac :
Pada suhu dan tekanan yang sama,semua gas yang volumenya sama mengandung
jumlah molekul yang sama.
Berarti,jika :
2 volume gas hidrogen + 1 volume gas oksigen 2 volume uap air
2 n molekul gas hidrogen + 1n molekul gas oksigen 2n molekul uap air.
Pada suhu dan tekanan yang sama,perbandingan volume gas sesuai dengan
perbandingan jumlah molekulnya.
jumlahmolekulx Volumegasx
jumlahmolekuly Volumegasy
Vgasyangdicari
xVgasyangdiketahui
Vgasyangdiketahui
jumlahmolekulyangdicari
xVgasyangdiketahui
V gas = jumlahmolekulyangdiketahui
LEMBAR KERJA SISWA
TUJUAN
RINGKASAN MATERI
Bunyi hukum Lavoisier adalah :”massa zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah sama”. jika pemanasan dilakukan dalam tabung tertutup, maka massa tabung
beserta isinya sebelum dan sesudah reaksi akan sama. akan tetapi, jika pemanasan
dilakukan dalam tabung terbuka, maka massa tabung dan isinya setelah pemanasan
akan lebih kecil, karena satu hasil (oksigen) berupa gas.
Bunyi hukum Proust adalah “Perbandingan massa unsur – unsur dalam suatu
senyawa adalah tertentu dan tetap”. Contoh : pada reaksi pembentukkan air
1g 8g 9g
3g 8g 9g
1g 13g 9g
Dari uraian di atas dapat dibuat grafik hubungan massa hydrogen versus
massa oksigen dalam air sebagai berikut:
Maka perbandingan massa hydrogen : massa oksigen dalam air selalu tetap,
yaitu 1 : 8.
LANGKAH KERJA
Pertanyaan
1. Pembakar Bunsen
2. Neraca
3. Kaki tiga
4. Cawan porselin
5. Eksikator
6. Penjepit
7. Tembaga (II) oksida (CuO)
LANGKAH KERJA :
I II III … …
1 … … … … … … …
2 … … … … … … …
PENGOLAHAN DATA
1 … … … …
2 … … … …
Pertanyaan
(RPP)
Kelas/Semester : X/2
Pertemuan Ke : 1
STANDAR KOMPETENSI
Memahami hukum – hukum dasar Kimia dan penerapannya dalam perhitungan Kimia
(Stoikiometri)
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
Mengkonversikan jumlah mol dengan jumlah partikel, massa dan volume zat.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
Pendahuluan:
Prasyarat pengetahuan:
Kegiatan inti:
60 menit
10 menit
V. SUMBER/ALAT/BAHAN PEMBELAJARAN
Sumber : Buku Teks Kimia Kelas X, Penerbit Grafindo
VI. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian
1.1 Penilaian Kognitif
Jenis : quis,tes lisan dan tes tulis
Bentuk : uraian
2.1 Penilaian Afektif
Lembar pengamatan sikap siswa.
2. Bentuk Instrumen:
Tes isian
3. Contoh Instrumen
1. Berapakah jumlah mol amonia yang terdapat dalam 3,01 x 1026 molekul NH3?
2. Asam sulfat digunakan secara luas dalam industri seperti industri pupuk,
detergen,cat, kertas dan industri bahan peledak. Tentukan massa molar asam
sulfat (H2SO4) jika diketahui Ar H=1, S=32 dan O=16.
3. Berapa gramkah massa zat dari 5 mol emas jika diketahui Ar Au=197.
4. Berapakah jumlah mol 700 g batu kapur (CaCO 3), jika diketahui Ar Ca=40,
C=12 dan O=16.
5. Berapa garam massa 896 mL gas SO2 yang diukur pada keadaan STP?
6. terdapat 4,48 L gas hidrogen pada keadaan STP yang tepat bereaksi dengan
gas oksigen menghasilkan air. Tentukan massa air yang dihasilkan (diketahui
Ar H=1 dan O=16)!
2. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran
NO Kunci Jawaban Skor
1. 3,01x10 26 molekul 5
Jumlah mol NH3 = 500 mol
6,02 x10 23 molekul mol 1
= 2+32+64
= 98.
= 100.
Mm CaCO3 = Mr CaCO3
700 g
Jumlah mol CaCO3 = 7 mol
100 g mol 1
= 32 + (2 x 16) 15
= 64
= 2,56 g.
Mengetahui, Kupang,
( ) 1. Irena Abi
3. Maria F. Tarto
Kelas/Semester : X/2
I. Standar Kompetensi
Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia
(stoikiometri)
Mol menyatakan satuan jumlah zat. Satu mol nilainya sebesar tetapan Avogadro.
1 mol = L partikel
jumlahpartikelx
Jumlah mmol x =
L
Atom = jumlah x = n x L
Keterangan :
n = jumlah mol
L = bilangan Avogadro
a. Massa molar
Massa suatu zat disebut massa molar dengan satuan gram/mol. Bilangan massa
molar atom unsur sama dengan bilangan massa atom relatif yang membedakannya
hanya satuannya. Massa molar ditentukan dann massa molar ditentukan dari massa
atom relatif atau ,massa molekul relatif.
Mm = Ar (sma)
Mm = Mr
Untuk menghitung jumlah mol zat yang diketahui jumlah massanya digunakan
rumus :
massaZat M M
Jumlah mol = atau n = atau n =
massaMolar Ar Mr
b. Volume molar
Volume molar didefenisikan sebagai volume satu mol zat dalam wujud gas pada
keadaan standar. Volume molar dalam keadaan STP.
n x R xT
Sesuai persamaan gas ideal Vm =
P
= 22.4 L
VSTP = 22.4 L
Keterangan :
P = tekanan (atm)
V = volume (L)
T = suhu (K)
Secara umum perhitungan jumlah mol gas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Volumegasx
Jumlah mol gas x =
VSTP
PERTANYAAN
1. Hitung banyaknya molekul gas NO2 dalam 1.5 mol gas NO2?
2. Hitung jumlah mol gas belerang dioksida jika diketahui jumlah partikel SO2 adalah
3.01 x 10-23 molekul?
3. Berapa gramkah massa zat-zat berikut:
a. 5 mol emas (Ar = 197)
b. 8 mol gula (C12H22O11)dimana Ar: C= 12, H=1, O=16.
4. Berapakah jumlah mol 700 gram batu kapur CaCO3 jika diketahui Ar Ca=40,
C=12,dan O=16?
5. Berapa volume (dalam mL) 2,408 x 1021 molekul gas hydrogen?
6. Terdapat 4.48 L gas hydrogen pada keadaan STP yang tepat bereaksi dengan gas
oksigen menghasilkan air. Tentukan:
a. Volume dan massa gas oksigen yang bereaksi pada keadaan STP
b. Massa air yang dihasilkan (diketahui Ar H=1, O=16)
KUNCI JAWABAN
1. Jawab:
mol zat = 6.02 x 1023 partikel
n = 1.5 mol
2. Jawab:
jumlah partikel = 3.01 x 10-23 molekul
3.01 x 10 23 molekul
jumlah mol SO2 = x 1 mol 0.005 mol SO2
6.02 x 10 23 molekul
3. Jawab:
a. massa 5 mol Au = 6 mol x 197 gr/mol = 985 mol
b. Mr C12H22O11 = (12x Ar C) + (22x Ar H) + (11 x Ar O)
= (12x 12) + (22x 1) + (11 x 16)
= 342gr/mol
4. Jawab:
Mr CaCO3 = (1x Ar Ca) + (1x Ar C) + (3 x Ar O)
m 700 gram
n CaCO3 = Mr 100 gram / mol 7 mol
5. Jawab:
2,408 x 10 23 molekul
jumlah mol H2 =
6,02 x 10 23 molekul / mol
= 4 x 10-3 mol
= 89,6 x 10-3 L
=89,6 mL
6. Jawab:
a. Persamaan reaksi : 2 H2(g) + O2(g) 2 H2O(l)
volume H 2 4,49 L
Jumlah mol H2 = 0,2 mol
volume molar STP 22,4 L mol 1
koefisien O3
Jumlah mol O2 = x jumlah mol H 2
koefisien H 2
1
= x 0,2 mol 0,1 mol
2
Volume O2 = n O2 x VSTP
= 3,6 g.
Kepala Sekolah
( ) 1. Irena Abi
3. Maria F. Tarto
(RPP)
Kelas/Semester : X/2
Pertemuan Ke : 2
STANDAR KOMPETENSI
Memahami hukum – hukum dasar Kimia dan penerapannya dalam perhitungan Kimia
(Stoikiometri)
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
Pendahuluan:
Prasyarat pengetahuan:
Kegiatan inti:
60 menit
10 menit
V. SUMBER/ALAT/BAHAN PEMBELAJARAN
Sumber : Buku Teks Kimia Kelas X, Penerbit Grafindo
VI. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian
3.1 Penilaian Kognitif
Jenis : quis,tes lisan dan tes tulis
Bentuk : uraian
6,67
Berat H = x100 g 6,67 g
100
40 6,67 53,33
: :
12 1 16
=1 :2 :1
= (12+2+16)n = 60
= 30n = 60
60
n= 2
30
= 2+32+64
= 98.
Persamaan reaksi;
= 31,2 g – 24 g = 7,2 g
massa MgSO4 24 g
Jumlah mol MgSO4 = 0,2 mol 10
Mr MgSO4 120 g mol 1
massa H 2 O 7,2 g
Jumlah mol H2O = = 0,4 mol
Mr H 2 O 18 g mol 1
Total Skor 60
Mengetahui, Kupang,
( ) 1. Irena Abi
3. Maria F. Tarto
Kelas/Semester : X/2
I. Standar Kompetensi
Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia
(stoikiometri)
a. Massa unsur, perbandingan massa unsur atau perentase massa unsur yang
menyusun senyawa;
b. Massa atom relative (Ar) unsur tersebut.
Adapun rumus molekul senyawa merupakan rumus kimia yang
menggambarkan jumlah atom dan unsur penyusun senyawa. Dalam penentuan rumus
molekul, perlu ditentukan terlebih dahulu rumus empirisnya. Selanjutnya, dengan
menggunakan data massa molekul relativ (Mr) senyawa dapat ditentukan rumus
molekulnya.
Contoh soal:
12 g
Jumlah mol C = 0,1mol
120 g mol 1
0,2 g
Jumlah mol H = 0,2mol
1g mol 1
1,6 g
Jumlah mol O = 0,1mol
16 g mol 1
Mr (CH2O)x = 60 (12+2+16)x = 60
(30)x = 60
X= 2
Contoh:
Jawab:
= 31,2 g – 24 g = 72 g
massa MgSO4 24 g
1
0,2 mol
Jumlah MgSO4 =
M r MgSO4 120 g mol
massa H 2O 7,2 g
0,4 mol
Jumlah H2O =
M r H 2O 18 g mol 1
= 0,2 : 0,4 = 1: x
= 0,2 x = 0,4
x=2
m. Ar X
Massa x = x massa X mYn
M r X mYn
m. Ar X
%x = x % X mYn
M r X mYn
Contoh:
Tentukan massa Al, S dan O dalam 171 kg senyawa Al 2(SO4)3 jika diketahui Ar Al = 27,
S=32 dan O=16.
Jawab:
= 342.
2 x Ar Al
Massa Al = x massa Al ( SO4 ) 3
M r Al 2 ( SO4 ) 3
2 x 27
Massa Al = 342 x 171 kg 27
3 x Ar s 3 x 32 gmol 1
Massa S = x massa Al 2 ( SO4 ) 3 x171kg 48 kg
Mr Al 2 ( SO4 ) 3 342 g mol 1
12 x Ar O 12 x16 gmol 1
Massa O = x massa Al 2 ( SO4 ) 3 x171kg 96 kg
Mr Al 2 ( SO4 ) 3 342 g mol 1
PERTANYAAN
1. Suatu senyawa hidrokarbon mengandung 85,7% massa karbon dan sisanya massa
hydrogen. Jika ditentukan Ar H=1, C=12 dan Mr senyawa hidrokarbon 56, tentukan
rumus empiris dan rumus molekul senyawa tersebut.
jadi rumus molekulnya adalah (CH2)4 atau C4H8.
KUNCI JAWABAN
1. Jawab:
% massa hydrogen = 100% - % massa karbon
%C % H
Perbandingan jumlah mol C : jumlah mol H = :
Ar C Ar
85,7% 14,3%
: 7,14: 14,3 1: 2 jadi rumus empiris senyawa teresbut =
12 1
(CH2)n.
(Ar C+ (2 x ArH)n= 56
(12+ (2 x 1)n = 56
n=4
2. Jawab:
MgSO4.xH2O MgSO4 + xH2O
= 31,2 g – 24 g = 72 g
massa MgSO4 24 g
Jumlah MgSO4 = 0,2 mol
M r MgSO4 120 g mol 1
massa H 2O 7,2 g
Jumlah H2O = 0,4 mol
M r H 2O 18 g mol 1
= 0,2 : 0,4 = 1: x
= 0,2 x = 0,4
x=2
3. Jawab:
Mr Al2(SO4)3 = (2 x Ar Al)+ (3 x Ar S)+ (12 x Ar O)
= 342.
2 x Ar Al
Massa Al = x massa Al ( SO4 ) 3
M r Al2 ( SO4 ) 3
2 x 27
Massa Al = 342 x 171 kg 27
3 x Ar s 3 x 32 gmol 1
Massa S = x massa Al 2 ( SO4 ) 3 x171kg 48 kg
Mr Al 2 ( SO4 ) 3 342 g mol 1
12 x Ar O 12 x16 gmol 1
Massa O = x massa Al 2 ( SO4 ) 3 x171kg 96 kg
Mr Al 2 ( SO4 ) 3 342 g mol 1
Kelas/Semester : X/2
Pertemuan Ke : 1
STANDAR KOMPETENSI
Memahami hukum – hukum dasar Kimia dan penerapannya dalam perhitungan Kimia
(Stoikiometri)
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
Pendahuluan:
Kegiatan inti:
Penutup:
10 menit
V. SUMBER/ALAT/BAHAN PEMBELAJARAN
Sumber : Buku Teks Kimia Kelas X, Penerbit Grafindo
VI. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian
1.1 Penilaian Kognitif
Jenis : quis,tes lisan dan tes tulis
Bentuk : uraian
1. jawab: 10
8g
a. Jumlah mol metana(CH4)= 0,5 mol
16 g mol 1
40 g
Jumlah mol O2 = 1,25 mol
32 g mol 1
Total Skor 10
Mengetahui, Kupang,
( ) 1. Irena Abi
3. Maria F. Tarto
Kelas/Semester : X/2
I. Standar Kompetensi
Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia
(stoikiometri)
28 g
a. Jumlah mol Fe = 0,5 mol
56 g mol 1
48 g
Jumlah mol O2 = 1,5 mol
32 g mol 1
Karena nilai pembagian junlah mol terhadap koefisiennya lebih kecil, zat
yang habis bereaksi adalah besi sehingga digunakan sebagai patokan untuk
perhitungan selanjutnya.
koefisien Fe2 O3
Jumlah mol Fe2O3 x jumlah mol Fe 0,25 mol
koefisien Fe
2
x 0,5 mol 0,25 mol
3
Mr Fe2O3 = (2 x Ar Fe) + (3 x Ar O)
koefisien O2
b. Jumlah O2 yang bereaksi = x jumlah mol Fe
koefisienFe
3
= x 0,5 mol = 0,375 mol
4
= 12 gram
= 48 gram – 12 gram
= 36 gram.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA...........
Kelas/semester :X/I
INDIKATOR :
I. TUJUAN
o Agar siswa dapat menyimpulkan gejala-gejala hantaran arus listrik dalam
berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan
o Agar siswa dapat mengelompokan larutan kedalam larutan elektrolit dan
nonelektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya
o Agar siswa dapat mejelaskan penyebab kemampuan larutan elektolit
menghantarkan arus listrik
o Agar siswa dapat Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa
ion dan senyawa kovalen polar
Pertemuan I (Pertama)
Pertemuan II (Kedua)
Kegiatan inti
a. Dari data hasil percobaan yang ada maka guru membantu siswa dalam
mengelompokan larutan berdasarkan daya hantar listriknya
b. Guru menjelaskan kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus
listrik
c. Guru menjelaskan larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan
senyawa kovalen polar
Kegiatan penutup
a. Guru membantu siswa dalam menarik kesimpulan dari materi yang
telah disampaikan
b. Guru memberi tugas individu kepada siswa
Instrument :
Pertemuan pertama
No Aspek Skor
1. Ketepatan merangkai peralatan praktikum 4
2. Ketelitian dalam pengamatan 4
3. Prosedur pengamatan yang tepat 2
Jumlah 10
Pertemuan kedua
Zat yang dapat menghantarkan arus listrik disebut kondoktor dan yang tidak
dapat menghantarkan arus disebut isolator.
Jika bola lampu menyala terang maka larutan tersebut adalah larutan elektrolit
kuat,jika bola lampu menyala redup atau tidak menyala tapi terdapat
gelembung gas pada batang karbon maka larutan tersebut merupakan larutan
elektrolit lemah sedangkan jika bola lampu tidak menyala serta tidak ada
gelembung gas maka larutan tersebut merupakan larutan nonelektrolit.
Menurut seorang ahli bernama Svante August Arrhenius dari Swedia pada
tahun 1887, larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena
mengandung ion-ion yang bergerak bebas. Ion-ion itulah yang menghantarkan
arus listrik melalui larutan. Contohnya larutan yang menghantar arus listrik
yang didalamnya terdapat ion-ion yang bergerak bebas adalah NaOH. NaOH
akan terurai dalam air menjadi ion-ion sebagai berikut:
Adapun zat nonelektrolit dalam larutan tidak terurai menjadi ion-ion tetapi tetap
berupa molekul. Contohnya: C2H5OH(l) → C2H5OH(aq)
Elektrolit dapat berupa senyawa ion atau senyawwa kovalen polar yang dapat
terhidrolisis. Senyawa-senyawa seperti NaCl dan NaOH dalam bentuk padatan
tidak dapat menghantarkan arus listrik karena ion-ionnya tidak dapat bergerak
bebas melainkan diam. Oleh karena itu apabila senyawa tersebut dilelehkan
atau dilarutkan maka ion-ionnya akan dapat bergerak bebas sehingga larutan
atau lelehan senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik.
Molekul dapat menghantarkan arus listrik karena dalam air akan mengalami
ionisasi namun tidak semua senyawa polar dapat mengionisasi dalam air, hal
ini terjadi karena dalam molekul tersebut terdapat suatu gaya tarik menarik
yang dapat memutuskan ikatan-ikatan tertentu dalm molekul tersebut sehingga
dapat mengionisasi. Molekul nonpolar tidak ada yang bersifat elektrolit.
Sekolah : SMA………
Kelas/semester : X/I
INDIKATOR :
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Agar siswa dapat membedakan konsep oksidasi reduksi ditinjau dari penggabungan
dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron serta peningkatan dan
penurunan bilangan oksidasi.
b. Agar siswa dapat menentukan bilangan oksida atom unsur dalam senyawa atau ion.
c. Agar siswa dapat menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks
d. Agar siswa dapat memberi nama senyawa menurut IUPAC
e. Agar siswa dapat menerapkan konsep larutan elektrolit dan konsep redoks dalam
memecahkan masalah lingkungan.
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan I (Pertama)
Pertemuan II (Kedua)
I. Pertemuan I (pertama)
1. Tuliskan pengertian reaksi reduksi dan oksidasi berdasarkan penggabungan dan
pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan electron yang disertakan dengan
contohnya masing-masing.
2. Kelompokkan reaksi berikut kedalam reaksi oksidasi dan reduksi
4Fe(s) + 3O2(g) → 2Fe2O3(s)
Reaksi yang melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi dasebut sebagai reaksi redoks.
Berdasarkan pelepasan dan penangkapan oksigen maka reaksi oksidasi adalah
reaksi penangkapan atau pengikatan oksigen sedangkan reduksi adalah reaksi
pelepasan oksigen.
Contoh reaksi oksidasi :4Fe(s) + 3O2(g) → 2Fe2O3(s)
Oksidator adalah suatu zat yang mengalami reduksi sedangkan reduktor adalah zat
yang mengalami oksidasi.
Contoh reaksinya: CuO(s) + H2(g) → Cu(s) + H2O (g)
Banyak unsur yang dapat membentuk senyawa dengan lebih dari satu macam tingkat
oksidasi. Salah satu cara yang disarankan IUPAC untuk membedakan senyawa-
senyawa dari unsur seperti itu adalah dengan menuliskan bilangan oksidasinya,
dengan tanda kurung dan angka romawi.
Contoh:
Kepala Sekolah
Budiono S. Rahayu
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kelas / semester : X / II
Pertemuan ke :1
Standar kompetensi
Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa
makromolekul.
Kompetensi dasar
Indikator
I. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat mengidentifikasi unsur C, H
dan O dalam senyawa karbon.
Pendekatan : konsep
Media : LKS
V. Langkah-langkah pembelajaran
1) Kegiatan awal (5 menit)
Prasyarat : apa yang anda ketahui tentang senyawa hidrokarbon?
Adanya unsur C, H dan O dalam senyawa karbon dapat diketahui dengan membakar
senyawa tersebut sehingga terjadi reaksi,
Massa C dalam senyawa karbon dapat dihitung dari massa CO2 yang dihasilkan.
Massa C dalam senyawa karbon sama dengan massa C dalam CO 2 dan dapat
dihitung dengan rumus sbb ; Ar C
Massa C = x massa CO2
Mr CO2
Sedangkan massa H dalam senyawa karbon sama dengan massa H dalam H2O.
Massa H ini dapat dihitung dengna menggunakan rumus sbb;
2 x Ar H
Massa H = X massa H2O
Mr H 2 O
. Adapun massa O dalam senyawa karbon dapat dihitung dengan menerapkan hukum
kekekalan massa sehingga diperoleh persamaan berikut.
Massa O = massa senyawa karbon – (massa C + massa H)
Membahas soal :
VI. Penilaian
Indiaktor : Mengidentifikasi unsur C, H dan O dalam senyawa karbon.
Pada pembakaran suatu senyawa kidrokarbon, dihasilkan 6,6 g gas CO 2 dan 2,7 g uap
air. Jika diketahui massa molekul relatif (Mr) senyawa hidrokarbon tersebut adalah 42,
tentukan massa atom C, H dan O. ( diketahui Ar C=12, H=1, dan O=16).
Kunci jawaban :
massa atom H dalam senyawa CxHy = massa atom H dalam senyawa H2O.
Ar C
Massa atom C dalam senyawa CO2 = x massa CO2
Mr CO2
12
= x 6,6 g = 1,8 g ( skor = 40 )
44
2 x Ar H
Massa atom H dalam senyawa H2O = x massa H2O
Mr H 2 O
2
= x 2,7 g = 0,3 g ( skor = 40 )
8
( ) ( Rosalina ubang)
NIP. NIM.0601060055
Kelas / semester : X / II
Pertemuan ke :1
Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa
makromolekul.
Kompetensi dasar
Indikator
Pendekatan : konsep
Media : charta
V. Langkah-langkah pembelajaran
1) Kegiatan awal / kuis ( 5 menit )
a. Berdasarkan kejenuhan ikatan senyawa hidrokarbon dikelompokan menjadi 2.
Sebutkan dan jelaskan!
b. Apakah nama senyawa : CH3
CH3-CH2-C-CH3
CH3
a. CH3-CH-CH2-CH3
CH3
CH3 CH3
VI. Penilaian
Indikator :
Contoh instumen :
CH3
Kunci Jawaban :
1. Ada 2 yakni senyawa hidrokarbon jenuh yang memiliki ciri antar atom C
berikatan tunggal (C-C) sedangkan senyawa hidrokarbon tak jenuh memiliki ciri antar
atom C ada yang berikatan rangkap yaitu iaktan rangkap dua (C=) atau ikatan
rangkap tiga. ( skor = 50 )
2. 2,2 – metilbutana ( skor = 50 )
( ) ( Rosalina ubang)
NIP. NIM.0601060055
BAHAN AJAR
I. Standar Kompetensi
Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa
makromolekul
Bening Keruh
Massa C =
Massa H =
Contoh :
Jawab :
= = 1,8 gram
= = 0,3 gram
= :
= 0,15 : 0,3 = 1 : 2
(CH2)n = 42
(14)n = 42 ; n = 3
a. Atom C primer, yaitu atom C yang hanya mengikat satu atomC lainnya.
Pada senyawa hidrokarbon jenuh, atom C primer mengikat tiga atom H
(-CH3)
Contoh:
*CH3
c. Atom C tersier, yaitu atom C yang mengikat tiga atom C lainnya. Pada
senyawa hidrokarbon jenuh, atom C hanya mengikat satu atom H.
(-CH-)
Contoh:
CH3
│ │
CH3 CH3
│ │ │ │
│ │ │ │
Contoh soal: tentukan jumlah atom C primer, sekunder, tersier dan kuartener
pada senyawa berikut:
CH2
CH3
Jawab:
Pada senyawa ini terdapat 8 atom C primer (CH3), 7 atom C sekunder (CH2), 2
atom C tersier (CH) dan 2 atom C kuartener (C).
Struktur Lewis Atom dan Senyawa Karbon
H– C–H
Satu ikatan karbon rangkap dan dua ikatan kovalen tunggal, contohnya :
C2H4.
C2H4 :
Satu ikatan kovalen rangkap tiga dan satu ikatan kovalen tunggal, contohnya
C2H2.
C2H2: H – C C – H
Senyawa karbon dapat membentuk rantai yang sangat panjang. Hal ini terjadi
karena atom C memiliki kemampuan untuk mengikat satu, dua, tiga dan bahkan
empat atom C lainnya.
C5H12
Disingkat CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3 atau CH3 – (CH2)3 – CH3
( ) ( Rosalina ubang)
NIP. NIM.0601060055
Kelas / semester : X / II
Pertemuan ke :1
Standar kompetensi
Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa
makromolekul.
Kompetensi dasar
Menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan strukturnya dan hubungannya
dengan sifat senyawa.
Indikator
I. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:
Pertemuan I
Pendahuluan:
Kegiatan Inti:
Kesimpulan
Pemberian tugas
Pertemuan II
Pendahuluan:
Pengetahuan prasyarat: penamaan
senyawa-senyawa alkana (quis)
10 menit
Kegiatan inti:
Kesimpulan
Pemberian tugas
65 menit
5 menit
VI. Penilaian
1. Prosedur penilaian
1.1. Penilaian kognitif.
Jenis: pertanyaan lisan dan tertulis, quis.
A. a dan b D. c dan d
B. a dan c E. d dan e
C. b dan c
2. Mana yang benar untuk senyawa :
adalah:
I. Standar Kompetensi
Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa
makromolekul.
1) Golongan alkana:
2) Golongan sikloalkana:
1) Golongan alkena:
2) Golongan alkuna:
3) Senyawa aromatik
B. Tata nama senyawa hidrokarbon
1. Alkana
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon jenuh (ikatan antar atom C hanya
berupa ikatan tunggal). Senyawa alkana dapat bersifat kurang reaktif sehingga
disebut dengan parafin atau mempunyai afinitas yang kecil terhadap unsur lain.
Metana CH4
Etana C2H6
Propana C3H8
Butana C4H10
Pentana C5H12
Heksana C6H14
Heptana C7H16
Oktana C8H18
Nonana C9H20
Dekana C10H22
Undekana C11H24
Dodekana C12H26
Triadekana C13H28
Tetradekana C14H30
Eikosana C15H42
Heneikoksana C16H44
Dokosana C17H46
Trikosana C18H48
Hentriakoktana C19H61
Tetraoktana C20H82
Pentanakontana C21H102
Hektana C22H202
Setiap perubahan satu atom C berarti penambahan satu gugus (CH2). Urutan
suatu golongan senyawa hidrokarbon berdasarkan perbedaan jumlah gugus
CH2 yang teratur disebut deret homolog.
CH3-CH2-CH2-CH3 n . butana
CH3-CH2-CH2-CH2-CH3 n . pentana
Dan seterusnya
CH3
Atau :
CH3-CH2-CH2-CH2-CH3
CH3
CH3-CH2-CH2-CH2-CH3
CH3 CH2
CH3
Memberi nomor urut pada rantai utama atom C dimulai dari atom
C yang terdekat dengan cabang.
2. Tata nama alkana yang bersifat umum (nama trival / nama lazim).
a. Untuk rantai karbon yang lurus dan tidak memiliki cabang, diberi
awalan normal atau singkatan n.
Contoh:
Kelas / semester : X / II
Pertemuan ke :1
Standar kompetensi
Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa
makromolekul.
Kompetensi dasar
Indikator
1. Siswa dapat mendeskripsikan proses pembentukan minyak bumi dan gas alam.
2. Siswa dapat menjelaskan komponen-komponen penyusun utama minyak bumi.
3. Menafsirkan bagan penyulingan bertingkat untuk menjelaskan dasar dan teknik
pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi.
4. Membedakan kualitas bensin dan bilangan oktannya.
I. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:
Pendahuluan:
Kegiatan Inti:
10 menit
VI. Penilaian
1) Prosedur penilaian
Penilaian kognitif.
Bentuk: uraian.
2) Instrumen penilaian
Contoh soal uraian:
1. Sebutkan komponen penyusun minyak bumi.
2. Gas karbon monoksida (CO) yang dihasilkan pada proses pembakaran
minyak bumi memiliki sifat toksik (racun). Jelaskan sifat toksik CO.
Lembar Pengamatan Sikap Siswa
BAHAN AJAR
I. Standar Kompetensi
Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa
makromolekul.
Minyak bumi terbebtuk akibat pelapukan sisa-sisa atau bangkai hewan dan tumbuhan
renik serta lapisan-lapisan lumpur yang terkubur dalam jangka waktu jutaan tahun
lamanya didasar laut. Perubahan endapan fosil secara bertahap menjadi lapisan
batuan endapan (sedimen) karena adanya tekanan dan suhu yang tinggi dari panas
bumi. Endapan atau sedimen tersebut secara alami akan berubah menjadi minyak
bumi dan gas alam.
Sebagian komposisi minyak mentah merupakan hidrokarbon jenuh yaitu alkana dan
sikloalkana. Sebanyak 50% - 95% terdiri dari hidrokarbon alkana, sikloalkana dan
senyawa aromatik. Susunan hidrokarbon dalam minyak bumi berbeda-beda
tergantung dari umur dan suhu pembentukan zat tersebut.
1) Golongan alifatik
Alkana yang dimulai dari rantai pendek sampai rantai panjang dan rantai lurus
maupun bercabang. Komponen yang paling banyak adalah n-oktana atau
isooktana (2,2,4-trimetil pentana).
2) Golongan elisiklik
Sikloalkana, alkana yang berupa rantai tertutup atau siklik, seperti siklopentana
dan sikloheksana. Sikloheksana merupakan komponen terbesar.
3) Golongan aromatik
Senyawa hidrokarbon yang berbentuk siklik segienam dengan ikatan rangkap
selang-seling (benzena dan turunannya).
4) Hidrokarbon tidak jenuh
Jumlahnya sangat sedikit karena mudah mengalami adisi membentuk hidrokarbon
jenuh.
5) Senyawa anorganik
Belerang = 0,01 – 0,7% terdapat sebagai R-S-R (trioalkana)
Nitrogen = 0,01 – 0,9% terdapat sebagai pirol (C4H5N)
Oksigen =0,06–0,4% terdapat sebagai R-COOH (asam karboksilat).
Organologam = vanadium dan nikel (sedikit)
E. Fraksi-fraksi minyak bumi
Minyak mentah harus diolah terlebih dahulu untuk keperluan bahan bakar kendaraan
atau industri. Pengolahan minyak bumi di pengilangan minyak melalui proses
penyulingan bertingkat (destilasi dan fraksinasi). Prinsip dasar penyulingan bertingkat
adalah pemisahan suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Hidrokarbon yang mempunyai titik didih paling randah akan menguap/ memisahkan
diri terlebih dahulu kemudian disusul hidrokarbon yang mempunyai titik didih lebih
tinggi sehingga secara bertingkat seluruh hidrokarbon yang terkandung dalam minyak
bumi dapat dipisahkan.
Ketukan pada mesin tidak terjadi jika alkana bercabang dibakar sehingga mutu bensin
dapat dipertinggi dengan menambahkan zat TEL (tetra etil timbal, Pb(C2H5)4) yang
dapat mengurangi ketukan pada mesin.
Mutu bensin ditentukan oleh banyaknya isooktana dan dinyatakan dengan bilangan
oktan. Makin besar bilangan oktan maka kualitas bensin semakin tinggi. Terjadinya
ketukan pada pembakaran menyebabkan bilangan oktan bensin menjadi rendah.
(………………..)
NIM : 0601060007
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kelas / semester : X / II
Pertemuan ke :1
Standar kompetensi
Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa
makromolekul.
Kompetensi dasar
Indikator
Pendahuluan:
Kegiatan Inti:
10 menit
VI. Penilaian
a. Prosedur penilaian
1. Penilaian kognitif: pertanyaan lisan.
2. Penilaian afektif: lembar pengamatan sikap siswa.
b. Instrumen penilaian
Mengetahui Kupang,… Juni 2009
BAHAN AJAR
Mata pelajaran : Kimia
I. Standar Kompetensi
Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa
makromolekul.