F
-
2. Tuliskan lambang atom berdasarkan data partikel berikut :
Atom X memiliki 27 proton, 27 elektron dan 32 neutron.
Atom Y memiliki 1 proton, 1 elektron dan tidak ada neutron
3. Tuliskan nama-nama kulit elektron dan jumlah elektron maksimumnya !
4. kelompokkan atom-atom berikut ke dalam isotop, isobar, dan isoton.
C
12
6
N
15
7
O
18
8
N
14
7
C
14
6
O
16
8
5. Tuliskan konfigurasi elektron unsur-unsur berikut ini :
7N
16S
54Xe
82Pb
6. Jelaskan cara penentuan golongan dan periode berdasarkan konfigurasi
elektron !
Mengetahui, Kupang, Agustus 2010
Kepala Sekolah Calon Guru
( ) Isabela Florida Jedobare
Kunci Jawaban
1. . maka p = e = NA = Z = 9
n = NM NA = A Z = 19 9 = 10.
. maka e = jumlah proton = Z = NA = 11
n = A Z = 23 11 = 12.
.Ion F
-
, artinya ion F menangkap 1 elektron sehingga jumlah elektronnya
bertambah 1. Jadi, F
-
memiliki : jumlah proton = Z = 9
Jumlah electron = Z + 1 = 9 + 1 = 10
Jumlah neutron = A Z = 19 9 = 10.
2. . X memiliki NA = Z = p = 27
A = Z + n = 27 + 32 = 59
Jadi, lambang atom X adalah .
.Y memiliki NA = Z = p = 1
A = Z + n = 1 + 0 = 1.
Atom Y adalah hydrogen, yang merupakan satu-satunya atom yang tidak
memiliki neutron. Jadi, lambang atom Y adalah .
3. Jumlah elektron maksimum disetiap kulit
Kulit n e maksimum
K 1 2(1)
2
= 2
L 2 2(2)
2
= 8
M 3 2(3)
2
= 18
N 4 2(4)
2
= 32
4. -
O Odengan N Ndengan C Cdengan
18
8
16
8
15
7
14
7
14
6
12
6
; ;
adalah isotop
-
C Ndengan
14
6
14
7
adalah isobar
-
O Cdengan
16
8
14
6
adalah isoton
5.
Unsur K L M N O P
7N 2 5 - - - -
16S 2 8 6 - - -
54Xe 2 8 18 18 8 -
82Pb 2 8 18 32 18 4
6. Cara penentuan golongan dan periode berdasarkan konfigurasi elektron
Untuk periode dan Golongan
Adapun periode suatu unsur menunjukkan jumlah kulit yang telah terisi
elektron. Elektron valensi dan jumlah kulit yang telah terisi elektron
dapat diketahui dari konfigurasi elektron. Jadi, dari konfigurasi elektron
dapat diketahui nomor golongan dan periode suatu unsur.
Nomor periode sama dengan jumlah kulit.
Nomor golongan sama dengan elektron valensi.
Berdasarkan hubungan tersebut, maka letak unsur dalam sistem
periodik dapat ditentukan berdasarkan konfigurasi elektronnya.
Contoh : Misalkan unsur X dengan konfigurasi elektron sebagai berikut :
K L M N
X = 2 8 18 3
Maka, unsur itu terletak pada periode ke empat (karena mempunyai 4
kulit), dan terdapat pada golongan III A ( karena mempunyai 3 elektron
valensi ).
BAHAN AJAR
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/semester : X/I
Materi Pembelajaran : Struktur Atom dan Sistem Periodik
I. Standar Kompetensi
Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia.
II. Kompetensi Dasar
Memahami struktur atom berdasarkan atom Bohr, sifat-sifat unsur, massa
atom relatif dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel periodik unsur serta menyadari
keteraturannya melalui pemahaman konfigurasi elektron.
III.Uraian Materi
A. Partikel-partikel Dasar Penyusun Atom
a.Elektron
Partikel dalam atom pertama kali ditemukan oleh fisikawan Inggris, Joseph J.
Thomson pada tahun 1897. Eksperimen yang dilakukannya menggunakan dua pelat
logam sebagai elektrode dalam tabung kaca vakum. Kedua elektrode tersebut
dihubungkan dengan arus bertegangan tinggi.
Hasil eksperimen menunjukkan adanya sinar yang keluar dari elektrode
negatif(katode) menuju elektrode positif(anode). Sinar yang keluar dari katode
disebut sinar katode, sedangkan tabung vakumnya disebut tabung sinar katode.
Sinar ini tidak terlihat oleh mata, tetapi dapat memendarkan zat tertentu sehingga
dapat terlatak keberadaanya.
Thomson menemukan bahwa medan magnet dan medan listrik mempengaruhi
sinar katode. Ketika magnet didekatkan pada tabung, arah sinar katode berbelok.
Sementara itu, kutub positif medan listrik menarik sinar katode, sedangkan kutub
negatif menolaknya.
Dengan dibelokkannya sinar katode menuju kutub positif, Thomson
menyimpulkan bahwa sinar katode bukanlah gelombang. Menurut Thomson, sinar
katode merupakan arus partikel yang memiliki massa dan bermuatan negatif. Partikel
tersebut dinamakan elektron. Thomson juga berhasil menentukan perbandingan
harga muatan negatif elektron terhadap massanya, yaitu :
= - 1,76 x 10
8
coulomb/g
Keterangan :
e = muatan elektron dalam satuan coulomb
m = massa elektron dalam satuan gram
Pada tahun 1909, Robert Milikan berhasil menentukan muatan elektron
melalui eksperimen tetesan minyak. (perhatikan gambar 1.5). Dalam eksperimen ini,
Robert Milikan mengamati bahwa setiap tetesan halus minyak selalu memiliki muatan
berupa kelipatan 1,6 x 10
-19
C. Milikan lalu menduga bahwa setiap tetesan minyak
menangkap elektron dengan jumlah satu, dua, tiga, dan seterusnya. Milikan
menyimpulkan elektron bermuatan -1,6 x 10
-19
C. Data ini kemudian dipadukan
dengan penemuan Thomson sehinggan massa elektron dapat ditentukan, yaitu :
= -1,76 x 10
8
C/g, dan
e = -1,6 x 10
-19
C
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh massa elektron sebagai
berikut :
m =
g C
C
/ 10 76 , 1
10 6 , 1
8
19
=
gram
28
10 11 , 9
atomC massa
atomunsurX rata massarata
Satu perduabelas massa 1 atom C-12 ditetapkan sama dengan 1sma, makqa definisi
di ataa dapat ditulis sebagai berikut:
Ar unsur X =
sma
atomunsurX rata massarata
1
1
Dengan menata ujlang persamaan di atas, diperoleh :
Massa rata rata 1 atom unsur X = Ar unsur X
1 sma
C.. Konfigurasi Elektron dan Elektron Valensi
Elektron merupakan partikel atom yang sangat ringan sehingga massanya
dapat diabaikan dan dianggap sama dengan nol. Dalam satu atom, jumlah elektron
sama dengan jumlah proton, tetapi jenis muatannya berlawanan. Letak elektron
berada diluar inti, yaitu terdapat di dalam lintasan-lintasan elektron.
Menurut teori atom Bohr, elektron berada dalam suatu lintasan tau orbit
tertentu yang disebut lintasan elektron atau kulit elektron. Berdasarkan jaraknya dari
inti atom, terdapat beberapa kulit yaitu :
Kulit ke-1 atau kulit K
Kulit ke-2 atau kulit L
Kulit ke-3 atau kulit M
Kulit ke-4 atau kulit N
Kulit ke-5 atau kulit O
Kulit ke-6 atau kulit P
Kulit ke-7 atau kulit Q
Setiap kulit memiliki tingkat energi tertentu. Semakin dekat ke inti atom, semakin kecil
tingkat energinya. Sebaliknya, semakin jauh dari inti atom, semakin besar tingkat
energinya.
Berdasarkan hal tersebut, urutan tingkat energi dapat dituliskan sebagai
berikut :
Kulit K < kulit L < kulit M < kulit N < kulit O < kulit P < kulit Q , atau E1 < E2 < E3 < E4
< E5 < E6 < E7.
a.Konfigurasi elektron
Elektron dalam atom tersusun berdasarkan tingkat energinya. Penyusunan
elektron ini dikenal sebagai konfigurasi elektron. Ada dua penyusunan
elektron, yaitu :
Cara per kulit (cara K L M N ), dan
Cara per sub kulit (cara s p d f ).
Cara yang ke dua ( per sub kulit ) akan dibahas di kelas XI. Saat ini, Anda
hanya akan diperkenalkan dengan konfigurasi elektron per kulit ( cara K L M
N).
Konfigurasi elektron per kulit didasarkan pada jumlah elektron
maksimum yang dapat mengisi setiap kulit sesuai dengan rumusan,
maksimum per kulit = 2n
2
Harga n menunjukkan kulit yang ditempati elektron dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Jumlah elektron maksimum di setiap kulit
Kulit n e
maksimum
K 1 2 (1)
2
= 2
L 2 2 (2)
2
= 8
M 3 2 (3)
2
= 18
N 4 2 (4)
2
= 32
Urutan pengisian elektron dimulai dari kulit yang memiliki tingkat energi
terendah, kemudian kulit berikutnya yang memiliki energi lebih tinggi, sampai pada
kulit terakhir.
Perhatikan contoh pada tabel berikut:
Atom Jumlah elektron Kulit
K(n =1)
Kulit
L(n=2)
Kulit
M(n=2
)
Kulit
N(n=4)
1H 1 1 - - -
3Li 3 2 1 - -
12C 6 2 4 - -
12Mg 12 2 8 2 -
33As 33 2 8 18 5
Bagaimana jika jumlah elektron yang tersedia tidak mencapai jumlah elektron
maksimum dalam suatu kulit, bahkan lebih besar dari jumlah elektron sebelumnya ?.
Jika demikian, kulit yang akan ditempati elektron harus menggunakan jumlah elektron
yang sama dengan jumlah elektron maksimum dalam kulit sebelumnya. Cara
konfigurasi tersebut hanya berlaku untuk atom unsur golongan utama (golongan A).
Adapun untuk atom unsur golongan transisi (golonganB)harus menggunakan cara
per sub kulit.
Tips untuk menuliskan konfigurasi elektron unsure-unsur golongan utama :
Isi penuh sebanyak mungkin kulit, kemudian hitung jumlah elektron yang
tersisa.
Jika sisa elektron kurang dari 32, maka kulit berikutnya diisi dengan 18
elektron.
Jika sisa elektron kurang dari 18, maka kulit berikutnya diisi dengan 8 elektron.
Jika sisa elektron kurang dari 8 elektron, tempatkan pada kulit berikutnya
sebagai kulit terluar.
Perhatikan konfigurasi beberapa unsure berikut.
Atom Jumlah
electro
n
Kulit
K
Kulit
L
Kulit
M
Kulit
N
Kulit O Kulit
P
Kulit
Q
18Ar 18 2 8 8 - - - -
19K 19 2 8 8 1 - - -
36Kr 36 2 8 18 8 - - -
38Sr 38 2 8 18 8 2 - -
52Te 52 2 8 18 18 6 - -
b.Elektron Valensi
Elektron valensi merupakan elektron yang terletak pada kulit terluar
sehingga memiliki tingkat energi paling tinggi. Elektron valensi inilah yang
berperan dalam reaksi kimia. Elektron kulit teruar ini dapat lepas, dipertukarkan,
atau dipakai bersama dengan atom lain membentuk ikatan antar atom. Dengan
kata lain, sifat kimia atom ditentukan oleh elektron valensinya.
Elektron valensi dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu :
Penentuan elektron valensi dari konfigurasi elektron.
Penentuan elektron valensi menggunakan tabel periodik(berdasarkan
nomor kulit, jumlah elektron, dan sub kulit dimana pembahasannya
mengenai nama sub kulit akan dipelajari di kelas XI).
Contoh elektron valensi beberapa atom.
Atom Jumlah
electro
n
Kulit
K
Kulit L Kulit
M
Kulit
N
Kulit
O
Kulit
P
Elektron
Valensi
1H 1
O
- - - - - 1
2He 2
O
- - - - - 2
8O 8 2
O
- - - - 6
13Al 13 2 8
O
- - - 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : SMA Negeri 9 Kupang
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X/1
Pertemuan : II
Alokasi Waktu : 1 x 45 Menit
Standar Kompetensi
1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia.
Kompetensi Dasar
1.1.2. Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat-sifat unsur,
massa atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel periodik
serta menyadari keteraturannya melalui pemahaman konfigurasi
elektron.
Indikator
1. Mengklasifikasikan unsur ke dalam logam, non logam dan metalloid
2. Menganalisis tabel, grafik untuk menentukan keteraturan jari- jari atom, energi
ionisasi, afinitas elektron dan keelektronegatifan
I.Tujuan Pembelajaran
Agar siswa dapat :
1. Mengklasifikasikan unsur ke dalam logam, non logam dan metalloid
2. Menganalisis tabel, grafik untuk menentukan keteraturan jari- jari atom,
energi ionisasi, afinitas elektron dan keelektronegatifan
II. Materi Pembelajaran
1. Sistem periodik moderen
2. Perkembangan dasar pengelompokkan unsur
3. Sifat sifat periodik unsure
III. Sumber/Alat bantu :
1.Sumber : Buku Kimia untuk SMA Kelas X, Penerbit Grafindo.
2.Alat bantu : Tabel Periodik.
IV. Metode/Pendekatan
1.Metode : Diskusi, Ceramah dan Tanya Jawab.
2.Pendekatan : Keterampilan Proses.
V. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Pendahuluan
Alokasi waktu : 10 menit
Prasyarat pengetahuan : Partikel konfigurasi elektron.
Motivasi :Guru memberikan gambaran
pengelompokkan atas periode golongan
dalam sistem periodik
B. Kegiatan inti
Alokasi waktu : 60 menit
Guru menyampaikan materi tentang unsur logam, non logam dan
metalloid
Guru menyampaikan materi tentang jari- jari atom, energi ionisasi,
afinitas electron dan keelektronegatifan
Siswa diminta untuk membentuk kelompok diskusi.
Guru membimbing diskusi.
Siswa diberi latihan dan mengerjakan LKS dalam kelompok serta
mempresentasikan hasil diskusi.
C. Penutup
Guru menyimpulkan hasil diskusi.
Guru membimbing siswa membuat kesimpulan atau rangkuman dari
materi yang telah diajarkan.
Guru memberikan tes tulis untuk mengetahui daya serap siswa.
VI. Penilaian
1.Prosedur penilaian
Jenis : Pertanyaan lisan dan tulisan.
Bentuk : Kuis dan uraian.
2.Instrumen penilaian
Siswa mengerjakan latihan-latihan berikut !
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan periode dan golongan!
2. Jelaskan dengan singkat apa yang dimaksud dengan:
a. jari-jari atom,
b. energi ionisasi,
c. afinitas elektron,
d. keelektronegatifan.
3. Diketahui konfogurasi elektron unsur:
P : 2 8 2
Q : 2 8 18 3
Tentukanlah letak unsur itu dalam periodik!
4. Tentukan apakah unsur berikut termasuk unsur golongan utama, transisi atau
transisi dalam.
a. Magnesium d. zink
b. Klorin e. uranium
c. Kripton
5. Lengkapilah daftar berikut:
Sifat periodik Dari atas ke bawah Dari kiri ke kanan
Jari-jari atom
Energi ionisasi
Afinitas elektron
Keelektronegatifan
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
Mengetahui, Kupang, Agustus 2010
Kepala Sekolah Calon Guru
(..) (Isabela Florida Jedobare)
Kunci Jawaban
1. yang dimaksud dengan :
a. periode adalah lajur-lajur horizontal dalam sistem periodik
b. golongan adalah lajur-lajur vertikal dalam sistem periodik
2. yang dimaksud dengan:
a. jari-jari atom adalah jarak dari inti hingga kulit terluar elektron
b. energi ionisasi adalah besarnya energi yang diperlukan untuk melepas
suatu elektron dari suatu atom netral dalam wujud gas sehingga
terbentuk ion berwujud gas denganmuatan +1.
c. Afinitas elektron adalah energi yang menyertai penambahan 1 elektron
pada satu atom netral dalam wujud gas membentuk ion bermuatan -1.
d. Keelektronegatifan adalah suatu bilangan yang menggambarkan
kecenderungan relatif suatu unsur menarik elektron ke pihaknya dalam
suatu ikatan kimia.
3. konfogurasi elektron unsur:
P : 2 8 2
Q : 2 8 18 3
Unsur P terletak pada periode 3 golongan IIA
Unsur Q terletak pada periode 4 golongan IIIA
4. unsur-unsur berikut termasuk:
a. magnesium : unsur golongan utama
b. klorin : unsur golongan utama
c. kripton : unsur golongan utama
d. zink : unsur transisi
e. uranium : unsur transisi dalam
5.
Sifat periodik Dari atas ke bawah Dari kiri ke kanan
Jari-jari atom
Energi ionisasi
Afinitas elektron
Keelektronegatifan
Semakin besar
Semakin kecil
Semakin berkurang
Semakin berkurang
Semakin kecil
Semakin besar
Semakin bertambah
Semakin bertambah
BAHAN AJAR
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/semester : X/I
Materi Pembelajaran : Struktur Atom dan Sistem Periodak
I. Standar Kompetensi
Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia.
II. Kompetensi Dasar
Memahami struktur atom berdasarkan atom Bohr, sifat-sifat unsur, massa
atom relatif dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel periodik unsur serta menyadari
keteraturannya melalui pemahaman konfigurasi elektron.
III.Uraian Materi
A. Sistem Periodik Modern
1. Periode
Lajurlajur dalam horisontals dalam sistem periodik disebut periode.
Sistem periodik moderen terdiri atas 7 periode.
Periode Jumlah Unsur Nomor Atom
1
2
3
4
5
6
7
2
8
8
18
18
32
32
1-2
3-10
11-18
19-36
37-54
55-86
87-118
2. Golongan
Kolom- kolom vertikal dalam sistem periodik disebut golongan.
Penempatan unsur dalam golongan berdasarkan kemiripan sifat. Periodik
moderen terdiri atas 18 kolom vertikal. Ada dua cara penemaan golongan,
yaitu:
Sistem 8 golongan
Menurut cara ini, sistem periodik dibagi menjadi 8 golongan yang
masing-masing terdiri atas golongan utama (golongan A) dan golongan
tambahan (golongan B). unsur- unsur golongan B disebut unsur transisi.
Nomor golongan ditulis dengan angka Romawi. Golongan- golongan B
terletak antara golongan IIA dan IIIA. Golongan IIIB terdiri atas 3 kolom
vertikal.
Sistem 18 golongan
Menurut cara ini, sistem periodik dibagi ke dalam 18 golongan, yaitu
golongan 1 sampai dengan 18, dimulai dari golongan paling kiri. Unsur-
unsur transisi terletak pada golongan 3-12
3. Unsur Transisi dan unsur Transisi Dalam
a. Unsur Transisi
Unsur-unsur ini merupakan peralihan dari golongan IIA ke golongan IIIA,
yaitu unsure-unsur yang harus dialihkan hingga ditemukan unsur yang
mempunyai kemiripan sifat dengan golongan IIIA.
b. Unsur Transisi Dalam
Dua barfis yang ditempatkan di bagia bawah Tabel Periodik disebut unsur
transisi dalam, yaitu terdiri dari:
Lantanida, yang beranggotakan nomor atom 57 70 (14
unsur). Ke14 unsur ini mempunyai sifat yang mirip dengan lantanium (La),
sehingga disebut lantanoida atau lantanida.
Aktanida, yang beranggotakan nomor atom 89-102 (14
unsur). Ke- 14 unsur ini sangat mirip dengan aktinium, sehingga disebut
aktinoida atau aktinida.
4. Hubungan Konfigurasi Elektron dengan Sistem Perfiodik
Hubungan antara letak unsur dalam sistem periodik dalam konfigurasi
elektronnya dapat disimpulkan bahwa:
Nomor periode sama dengan jumlah kulit
Nomot golongan sama dengan elektron valensi
Berdasarkan hubungan tersebut, maka letak unsur dalam sstem periodik dapat
ditentukan berdasarkan konfigurfasi elektronnya.
B. Perkembangan Dasar Pengelompokkan Unsur
Penggolongan unsur yang pertama dilakukan oleh Lavoisier yang
mengelompokkan unsur ke dalam logam dan nonlogam. Oleh karena pengetahuan
tentang sifat-sifat unsur masih sederhana, unsure-unsur tersebut kelihatannya
berbeda antara unsur yang satu dengan yang lainnya.
Secara kimia, sifat logam dikaitkan dengan keelektropositifan, yaitu
kecenderungan atas melepas elektron membentuk ion positif. Jadi sifat logam
bergantung pada energi ionisasi, semakin sukar bagi atom untuk melepas elektron,
dan semakin berkurang sifat logamnya. Sebaliknya, sifat nonlogam dikaitkan dengan
keelektronegatifan, yaitu kecanderungan atom menarik elektron. Dengan demikian,
sifat logam dan nonlogam dalam sistem periodik unsur adalah:
Dari kiri ke kanan satu periode, sifat logam berkurang, sedangkan sifat
nonlogam bertambah.
Dari atas ke bawah suatu golongan, sifat logam bertambah, sedangkan sifat
nonlogam berkurang.
Jadi, unsur logam terletak pada bagian kiri-bawah sistem periodik unsur,
sedangkan unsur nonlogam terletak pada bagian kanan-atas. Akan tetapi, yang
paling bersifat nonlogam adalah golongan VIIA, bukan golongan VIIIA. Unsur
yang terletak di bagian tengah, yaitu unsur yang terletak di sekitar daerah
perbatasan antara logam dan nonlogam, mempunyai sifat logam sekaligus
nonlogam. Unsur itu disebut unsur metalloid.
C. Sifat Sifat Periodik Unsur
1. Jari-Jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti hingga kulit elektron terluar.
Dari atas ke bawah dalam satu golongan, jari-jari atom semakin besar
Dari kiri ke kanan dalam suatu periode, jari-jari atom semakin kecil
Besar kecilnya jari-jari suatu atom ditentukan oleh dua faktor, yaitu jumlah inti
dan muatan inti.
Untuk unsur-unsur segolongan, semakin banyak kulit atom, semakin
besar jari-jarinya.
Untuk unsur-unsur seperiode, semakin besar muatan inti, maka
semakin kuat gaya tarik inti terhadap elektron, sehingga semakin kecil
jari-jarinya.
Energi Ionisasi
Besarnya energi yang diperlukan untuk melepas suatu elektron dari suatu
atom netral dalam wujud gas sehingga terbentuk ion berwujud gas dengan muatan
+1 disebut energi ionisasi.
Hubungan energi ionisasi dengan nomor atom, yaitu:
Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, energi ionisasi semakin kecil.
Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, energi ionisasi cenderung
bertambah.
Besar kecilnya energi ionisasi tergantung pada besar gaya tarik inti
terhadap elektron kulit terluar, yaitu elektron yang akan dilepaskan. Semakin
kuat gaya tgarik inti, semakin besar energi ionisasi.
Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, jari-jari atom bertambah
besar, sehingga gaya tarik inti terhadap electron terluar semakin lemah.
Oleh karena itu, energi ionisasi berkurang.
Dalam satu periode, gaya tarik inti bertambah. Oleh karena itu, energi
ionisasi juga bertambah.
2. Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah energi yang menyertai penambahan 1 elektron
pada satu atom netral dalam wujud gas membentuk ion bermuatan -1.
Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, afinitas elektron cenderung
berkurang
Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, afinitas elektron cenderung
bertambah.
Kecuali unsur alkali tanah dan gas mulia, semua unsur golongan utama
mempunyai afinitas elektron bertanda negatif. Afinitas elektron terbesar
dimiliki oleh golongan halogen.
3. Keelektronegatifan
Keelektronegatifan adalah suatu bilangan yang menggambarkan
kecenderungan relatif suatu unsur menarik elektron ke pihaknya dalam suatu
ikatan kimia.
Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, keelektronegatifan semakin
berkurang
Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, keelektronegatifan semakin
bertambah.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : SMA Negeri 9 Kupang
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X/I
Pertemuan Ke : 1 (satu)
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
Standar Kompetensi
Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia.
Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen koordinasi dan
ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbetuk.
Indikator
Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kesetabilannya
Menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia (duplet dan
oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur Lewis)
I. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai
kesetabilannya
Siswa dapat menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia
(duplet dan oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur Lewis)
II. Materi Pembelajaran
Kestabilan unsur
Aturan dublet dan oktet
Struktur Lewis
III. Bahan Ajar (Terlampir)
IV. Metode Pembelajaran
Ceramah dan tanya jawab
V. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran Alokasi
Waktu
Pendahuluan 10 menit
Prasyarat : elektron valensi, unsur-unsur gas mulia
Motivasi : guru memberikan gambaran bagaimana kestabilan
itu dapat dicapai apabila terdapat
penambahan atau pengurangan dari jumlah suatu
benda, misalnya neraca akan stabil jika pada kedua
timbangnnya terdapat benda dengan jumlah yang
sama
Kegiatan inti 55 menit
Guru memberikan informasi tentang kecenderungan suatu
unsur mencapai kestabilannya.
Guru menjelaskan tentang kaidah Duplet dan Oktet
Guru menjelaskan tentang cara-cara suatu unsur mencapai
kestabilannya.
Latihan soal
1. Jelaskan cara atom berikut untuk mencapai
konfigurasi gas mulia!
3LI
9F
2. Tulislah susunan elektron valensi yang sesuai
dengan aturan oktet untuk unsur 19K!
3. Bagaimana unsur barium dapat mencapai
kestabilan
4. Buatlah konfigurasi elektron dari unsur Ca!
Jelaskan dengan cara apa unsur tersebut dapat mencapai
kestabilan!
5. bagaimana unsur 16S dapat mencapai kestabilan?
Guru menjelaskan tentang cara menggambar susunan
elektron valensi dengan menggunakan struktur Lewis
Penutup 15 menit
Guru memberikan kesimpulan
Guru memberikan post test
1. Jelaskan bagaimana 11Na mencapai kestabilan
2. a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan aturan
oktet
b. Dengan cara apa unusr bukan gas mulia dapat
mencapai konfigurasi oktet? Jelaskan!
3. Gambarkan struktur lewis dari 10Ne dan 8O
4. Gambarkanlah lambang Lewis untuk masing-
masing ion berikut. Apakah semuanya mempunyai
konfigurasi oktet?
a. K
+
b. S
2-
5. Gambarkanlah lambang Lewis dari atom natrium
dan ion natrium. Jelaskan, manakah yang lebih stabil,
atom natrium atau ion natrium?
VI. Sumber Belajar
1) Buku teks kimia kelas X penerbit grafindo
2) Buku teks kimia kelas X penerbit erlangga
3) Tabel periodik unsur
VII. Penilaian
INDIKATOR JENIS
TAGIHA
N
CONTOH
INSTRUMEN
BENTUK
INSTRUME
N
KUNCI
JAWABAN
SKO
R
Menjelask
an
kecenderun
Post
test
1.Jelaskan
bagaimana 11Na
mencapai
kestabilan
Uraian
objektif
11Na : 2 8 1
Na (2 8) + e
-
melepaskan satu
elektron
membentuk ion
20
gan suatu
unsur untuk
mencapai
kesetabilan
nya
Menggam
barkan
susunan
elektron
valensi
atom gas
mulia
(duplet dan
oktet) dan
elektron
valensi
bukan gas
mulia
(struktur
Lewis)
Na
+
2.a. Jelaskan apa
yang dimaksud
dengan aturan
oktet
b. Dengan cara
apa unusr
bukan gas
mulia dapat
mencapai
konfigurasi
oktet?
Jelaskan.
a. Aturan Oktet
adalah aturan
dimana kulit
terluar terisi
oleh 8
elektron.
b. Unsur bukan
gas mulia
dapat
mencapai
konfigurasi
elektron
melalui
pelepasan dan
penangkapan
elektron
20
3.Gambarkan
struktur lewis
dari 10Ne dan
8O
10Ne : 2 8
Ne
8O : 2 6
O
10
4.Gambarkanlah
lambang Lewis
untuk masing-
masing ion
berikut. Apakah
semuanya
mempunyai
konfigurasi
oktet?
K
+
S
2-
K
S
2
25
5.Gambarkanlah
lambang Lewis
dari atom
natrium dan ion
natrium.
Jelaskan,
manakah yang
lebih stabil,
atom natrium
atau ion
natrium?
Na
x
Na
x Na
Yang lebih stabil
yaitu ion Na
sebab kulit
terluarnya terisi 8
elektron
35
Kupang, Agustus 2010
Mengetahui :
Kepala Sekolah SMA Negeri 9 Kupang Guru Mata Pelajaran :
(.) Isabela Florida Jedobare
BAHAN AJAR
S
Nama Sekolah : SMA................
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X/I
Pertemuan Ke : 1 (satu)
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
Standar Kompetensi
Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia.
Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen koordinasi dan
ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbetuk.
Indikator
Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kesetabilannya
Menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia (duplet dan
oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur Lewis)
KESTABILAN UNSUR, ATURAN DUBLET DAN OKTET SERTA STRUKTUR
LEWIS
Pada umumnya materi di alam terdapat dalam molekul dan jarang sekali yang
ada dalam bentuk atom bebas. Atom-atom bergabung membentuk suatu senyawa
melalui suatu ikatan karena adanya gaya yang bekerja antara atom-atom atau ion-ion
yang disebut ikatan kimia. Pembentukkan ikatan ini bertujuan untuk mencapai
kestabilan. Kestabilan suatu unusr ditentukan oleh susunan elektron-elektronnya
dalam atom. Susunan elektron yang stabil terdapat pada gas mulia (golongan VIIIA).
Unsur Konfigurasi Elektron Elektron Valensi
2He
10Ne
18Ar
36Kr
54Xe
86Ra
2
2 8
2 8 8
2 8 18 8
2 8 18 18 8
2 8 18 32 18 8
2
8
8
8
8
8
Elektron valensi gas mulia adalah 8 (oktet), kecuali He yang memiliki elektron
valensi 2 (duplet). Karena kulit terluarnya telah terisi penuh oleh elektron maka unsur-
unsur gas mulia lebih stabil.
Suatu atom yang belum stabil akan berusaha menjadi stabil dengan jalan
menyesuaikan susunan elektron valensinya agar seperti gas mulia dengan
membentuk ikatan kimia dengan atom lain.
Ada dua aturan bagi atom-atom yang berikatan untuk mencapai susunan
elektron seperti gas milia (konfikulasi elektron stabil):
a. Aturan oktet : kecendrungan atom-atom untuk memiliki 8 elektron di kulit terluar.
b. Aturan duplet : kecendrungan atom-atom untuk memiliki 2 elektron di kulit terluar
seperti helium.
Konfigurasi gas mulia dapat dicapai oleh suatu atom dengan berbagai cara
sebagai berikut:
- Melepaskan elektron : dalam membentuk suatu senyawa, atom-atom unsur yang
memiliki elektron valensi dalam jumlah sedikit, misalnya unsur-unsur golongan IA,
IIA, dan IIIA cendrung mengikuti kaidah oktet dengan cara melepaskan elektron
untuk membentuk ion positif. Unsur-unsur ini merupakan unsur-unsur logam
(unsur elektropositif).
Unsur Konfigurasi
Elektron
Elektron
Valensi
Cenderung
Melepas Elektron
Konfigurasi
Gas mulia
3Li
4Be
11Na
19K
2 1
2 2
2 8 1
2 8 8 1
1
2
1
1
1
2
1
1
2
2
2 8
2 8 8
- Menangkap elektron : dalam pembentukan suatu senyawa, atom-atom unsur
yang memiliki elektron valensi dalam jumlah banyak misalnya unsur-unsur
golongan IVA, VA, VIA, dan VIIA, memiliki kecondongan mengikuti kaidah oktet
dengan cara menerima elektron untuk membentuk ion negatif. Unsur-unsur ysng
cenderung membentuk ion negatif disebut elektronegatif. Unsur-unsur ini
merupakan unsur-unsur non logam (unsur elektronegatif).
Unsur Konfigurasi
Elektron
Elektron
Valensi
Cenderung
Melepas Elektron
Konfigurasi
Gas mulia
1H
7N
15P
1
2 5
2 8 5
1
5
5
1
5
5
2
2 8
2 8 8
- Menggunakan pasangan elektron bersama antara atom-atom yang bergabung.
Cara ini merupakan pembentukan ikatan kovalen.
Struktur Lewis
Penggambaran distribusi elektron dalam suatu struktur molekul dengan
menggunakan tanda elektron barupa tanda titik (.) (kadang-kadang tanda bulatan
atau tanda silang x) disebut struktur Lewis. Cara penggambaran ini diperkenalkan
oleh G. N. Lewis. Tanda elektron ini menggambarkan jumlah elektron valensi. Lewis
menggambarkan suatu unsur terdiri atas lambang kimia dikelilingi oleh sejumlah titik
atau silang yang menggambarkan elektron yang mengelilingi inti atomnya.
Jika lambang unsur dilambangkan X, maka lambang Lewis untuk golongan utama
adalah:
Golongan : IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA
Lambang Lewis :
X
X X
X
X X X X
Lambang Lewis digunakan untuk menjelaskan ikatan kimia antar atom-atom,
meskipun rumus Lewis berlaku terutama untuk ikatan kovalen, tetapi juga dapat
digunakan untuk menggambarkan ikatan ion. Jadi, tanda titik dan silang kadang
digunakan untuk membedaka antara elektron-elektron dari dua atom yang berikatan.
Langkah-langkah untuk menulis struktur Lewis suatu molekul sebagai berikut:
Menulis simbol atom unsurnya
Menentukkan bilangan elektron valensiatom tersebut. Jika merupakan ion,
tambahkan elektron untuk setiap muatan negatif, atau kurangi elektron untuk
setiap muatan positif.
Meletakkan titik (.) atau silang (x) yang mewakili elektron valensi pada sisi
simbol atom.
Contoh:
Simbol
Atom
Konfigurasi
Elektron
Elektron
Valensi
Rumus Molekul Lewis
1H
6C
12Mg
1
2 4
2 8 2
1
4
2
H atau H
x
C
atau C
x
x
x
x
Mg atau Mg
x x
Kesimpulan
1. Suatu ikatan dapat terbentuk apabila setelah berikatan, atom-atom
tersebut menjadi lebih stabil dari sebelumnya. Kestabilan yang dimaksud
adalah kestabilan dari susunan elektronnya, yaitu menyamai susunan elektron
atom-atom gas mulia.
2. Ada dua aturan bagi atom-atom yang berikatan agar susunan
elektronnya menjadi stabil yaitu aturan oktet yang berarti jumlah elektron
terluarnya 8, dan aturan duplet yang berarti jumlah elektron terluarnya 2.
3. Struktur Lewis merupakan simbol yang berupa notasi titik dan silang
kecil untuk mewakili elektron valensi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA.................
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X/I
Pertemuan Ke : 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
Standar Kompetensi
Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia.
Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen koordinasi dan
ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbetuk.
Indikator
Menjelaskan proses terbentuknya ikatan ion
Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua,
dan rangkap tiga
I. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan proses pembentukan ion positif dan ion negatif
Siswa dapat menjelaskan proses terjadinya ikatan ion dan contoh
senyawa-senyawanya
Siswa dapat menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal,
rangkap dua, dan rangkap tiga.
II. Materi Pembelajaran
Pembentukan ion positif dan ion negatif
Ikatan ion
Ikatan kovalen (tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga)
III. Bahan Ajar (Terlampir)
IV. Metode Pembelajaran
Ceramah dan tanya jawab
V. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran Alokasi
Waktu
Pendahuluan 10 menit
Prasyarat : unsur-unsur logam dan non logam serta letaknya di
dalam sistem periodik.
Motivasi : guru memberikan contoh perbedaan sifat zat karena
perbedaan ikatan antar atom penyusun. Misalnya
Infardet Grafit yang tersusun dari atom karbon namun
memiliki sifat yang berbeda.
Kegiatan inti 65 menit
oGuru menjelaskan tentang pembentukan ion positif dan ion
negatif
oLatihan soal
Tentukan jumlah proton, neutron, dan elektron dari unsur-
unsur di bawah ini:
+ 2 9
4
Be
+ 2 24
12
Mg
+
K
39
19
+
Rb
5 , 85
37
+ 2 40
20
Ca
Tentukan jumlah proton, neutron dan elektron dari unsur-
unsur di bawah ini :
a)
2 32
16
S
c)
3 14
7
N
e)
Cl
37
17
b)
F
19
9
d)
2 16
8
O
oGuru menjelaskan tentang pembentukan ikatan ion dan
contoh
oLatihan soal
Gambarkan proses pembentukkan ikatan dari unsur-unsur
dibawah ini:
i. Na dengan O
ii. Mg dengan F
iii. Al dengan F
iv. Al dengan N
v. K dengan O
oGuru menjelaskan tentang pembentukan ikatan kovalen
(kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga)
oGuru menjelaskan tentang penulisan struktur Lewis pada
ikatan kovalen
oLatihan soal
Gambarkan proses pembentukkan ikatan kovalen pada
senyawa-senyawa di bawah ini, kemudian tentukanlah
jumlah PEB dan PEI:
H2O
Cl2
CO2
HCN
C2H2
Penutup 10 menit
oGuru memberikan kesimpulan
oGuru memberikan tugas
1. Jelaskan mekanisme pembentukan ikatan kovalen!
Unsur apa saja yang dapat membentuk ikatan kovalen!
2. Mengapa senyawa NaF memiliki ikatan ion sedangkan
senyawa HF memiliki ikatan kovalen?
3. Jelaskan pembentukan ikatan yang terjadi pada
molekul H2S!
4. Gambarkanlah struktur Lewis dari molekul SO2!
5. Jelaskan pembentukan ikatan yang terjadi pada
molekul F2 !
VI. Sumber Belajar
Buku teks kimia kelas X penerbit grafindo
Buku teks kimia kelas X penerbit erlangga
Charta tentang ikatan ion dan ikatan kovalen
VII. Penilaian
INDIKATOR JENIS
TAGIH
AN
CONTOH
INSTRUM
EN
BENTUK
INSTRUM
EN
KUNCI
JAWABAN
SKOR
Menjelask
an proses
terbentukn
ya ikatan
ion
Menjelask
an proses
terbentukn
ya ikatan
kovalen
tunggal,
rangkap
dua, dan
rangkap
tiga.
Tugas
mandiri
Jelaskan
mekanism
e
pembentuk
an ikatan
kovalen!
Unsur apa
saja yang
dapat
membentu
k ikatan
kovalen!
Uraian
objektif
Pembentukan
ikatan kovalen
terjadi melalui
pemakaian
pasangan
elektron
bersama.
Unsur-unsur
yang berikatan
saling
menyumbang
elektron untuk
digunakan
bersama
sehingga
memenuhi
aturan oktet
ataupun duplet.
Unsur-unsur
yang dapat
membentuk
ikatan kovalen
adalah unsur-
unsur non
logam
20
Mengapa
senyawa
NaF
memiliki
ikatan ion
sedangkan
senyawa
HF
memiliki
ikatan
kovalen?
Senyawa NaF
memiliki ikatan
ion karena
mudah
melepaskan
maupun
menangkap
elektron. Na
akan
melepaskan
satu elektron
sedangkan F
akan
menangkap
elektron yang
dilepaskan oleh
Na. Energi yang
dibutuhkan
untuk
melepaskan
elektron
maupun
menangkap
20
elektron sangat
kecil. Pada
senyawa HF
dibutuhkan
energi yang
besar untuk
melepaskan
maupun
menangkap
elektron
sehingga untuk
mencapai
kestabilan, atom
H dan F saling
berikatan
melalui
pemakaian
bersama
pasangan
elektron.
Jelaskan
pembentuk
an ikatan
yang
terjadi
pada
molekul
H2S!
1H = 1
16S = 2 8 6
S akan
meminjam 2
elektron dari 2
atom H
sehingga
mencapai
konfigurasi
seperti gas
mulia
H
S H
xx
xx
x x
25
Gambar
kanlah
struktur
Lewis
dari
molekul
SO2!
16S = 2 8 6
8O = 2 6
O S
O
xx
x
x
x
x
25
Jelaskan
pembentuk
an ikatan
yang
terjadi
pada
molekul
F2 !
9F = 2 7
Atom F akan
saling
meminjam 1
elektron
sehingga
membentuk
senyawa F2.
10
xx
x
x
xx
F F
x
Kupang, Agustus 2010
Mengetahui :
Kepala Sekolah SMA Negeri 9 Kupang Guru Mata Pelajaran :
Isabela Florida Jedobare
BAHAN AJAR
Nama Sekolah : SMA.................
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X/I
Pertemuan Ke : 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
Standar Kompetensi
Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia.
Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen koordinasi dan
ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbetuk.
Indikator
Menjelaskan proses terbentuknya ikatan ion
Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua,
dan rangkap tiga
PEMBENTUKAN ION POSITIF DAN ION NEGATIF, IKATAN ION DAN IKATAN
KOVALEN TUNGGAL (TUNGGAL, RANGKAP DUA, DAN RANGKAP TIGA)
A. Ikatan Ion
Ikatan ion terjadi akibat gaya tarik menarik elektrostatik antara ion positif da ion
negatif. Jadi, ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk dari atom yang mudah
melepaskan elektron dengan atom yang mudah menangkap elektron.
Kapan ion positif dan negatif terbentuk?
1. Pembentukkan ion positif
Ion positif terbentuk ketika suatu atom melepaskan elektron. Atom yang
cenderung melepaskan elektron adalah atom-atom golongan IA dan IIA (atom
logam). Golongan-golongan ini memiliki potensial elektro valensi 1 dan 2.
Contoh:
11Na konfigurasi elektronnya : 2 8 1 (1 sebagai elektron valensi).
Untuk mencapai kondisi seperti gas mulia maka atom Na akan melepaskan 1
elektron yang paling luar. Dengan melepaskan 1 elektron maka natrium
membentuk ion positif seperti pada reaksi di bawah ini:
Na (2 8 1) Na
+
(2 8) + e
4Be konfigurasi elektronnya : 2 2 (2 sebagai elektron valensi).
Untuk mencapai kondisi seperti gas mulia maka atom Be akan melepaskan 2
elektron yang paling luar. Dengan melepaskan 2 elektron maka Berilium
membentuk ion positif seperti pada reaksi di bawah ini:
Be (2 2) Be
2+
( 2 ) + 2e
Jadi pada pembentukkan ion positif terjadi pengurangan elektron tetapi
jumlah protonnya tetap.
Perhitungan partikel dalam ion positif
NM
a
+
NA
dimana: jumlah proton = NA
jumlah neutron = NM NA
jumlah elektron = NA a
jumlah muatan positif = a
Contoh:
+
Na
23
11
maka 11 = P
12 11 23 = = N
10 1 11 = = E
2. Pembentukkan Ion Negatif
Ion negatif terbentuk ketika suatu atom menangkap elektron. Atom yang
cendrung menerima elektron adalah atom-atom golongan VIA dan VIIA (atom
non logam). Golongan-golongan ini memiliki potensial tinggi serta memiliki
elektron valensi 6 dan 7.
Contoh:
1) 8O konfigurasi elektronnya : 2 6 (6 sebagai elektron valensi)
Untuk mencapai kondisi seperti gas mulia maka atom O akan menangkap
2 elektron. Dengan menangkap 2 elektron maka oksigen membentuk ion
negatif seperti pada reaksi dibawah ini
O (2 6) + 2e O
2-
(2 8)
2). 9F konfigurasi elektronnya : 2 7 (7 sebagai elektron valensi)
Untuk mencapai kondisi seperti gas mulia maka atom F akan menangkap
elektron. Dengan menangkap 1 elektron maka flor membentuk ion negatif
seperti pada reaksi di bawah ini:
F (2 7) + e F
-
(2 8)
Perhitungan partikel dalam ion negatif
NM a
-
NA
Dimana : Proton = NA
Neutron = NM NA
Elektron = NA a
3. Pembentukan Ikatan Ion
Pembentukan ikatan ion terjadi karena serah terima elektron dari suatu
atom ke atom yang memiliki muatan berbeda sehingga terjadi gaya tarik
menarik. Ikatan ion terjadi antara atom yang mudah melepaskan elektron
(atom logam) dengan atom yang yang mudah menangkap elektron (atom non
logam).
Contoh:
Na dan F membentuk NaF
Na (2 8 1) Na
+
(2 8) + e
F (2 7) + e F
-
(2 8)
Na
F
x
Na
F
NaF x
Pembentukkan MgS
12Mg (2 8 2) Mg
2+
(2 8) + 2e
16S (2 8 6) + 2e S
2-
(2 8 8)
x Mg
S
x
Mg
S
MgS x x
2
2
Pada ikatan ion antara golongan IIA dengan golongan VIIA, golongan IIA
melepaskan 2 elektron sedangkan golongan VIIA menerima 1 elektron.
Padahal jumlah elektron yang dilepaskan harus sama dengan jumlah elektron
yang diterima, sehingga golongan VIIA harus dikalikan 2.
Contoh:
Pembentukkan MgS
12Mg (2 8 2) Mg
2+
(2 8) + 2e
17Cl (2 8 7) + e S
2-
(2 8 8) x2
Mg
Mg
MgCl x x
2
Cl
Cl
Cl
Cl
x
x
2
B. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena penggunaan bersama pasangan
elektron oleh dua atau lebih atom yang berikatan sehingga memenuhi aturan oktet
maupun duplet. Atom-atom yang berikatan kovalen adalah atom-atom nonlogam.
Penggambaran penggunaan bersama pasangan elektron dalam atom biasanya
menggunakan notasi (.) dan tanda (x) atau lebih dikenal dengan struktur Lewis.
Contoh:
Pembentukkan senyawa CH4
Jawab:
Untuk menggambarkan struktur Lewis yang pertama kali harus
menyusun konfigurasi elektron
6C = (2 4),
1H = 1
Langkah selanjutnya kita gambar strukturnya sesuai dengan jumlah
elektron valensinya.
Perhatikan gambar struktur Lewis berikut:
C
H
x
Untuk mebentuk kaidah oktet (8 e.v), maka i ataom C akan berikatan dengan
4 atom H. Gambar struktur Lewisnya:
Muatan molekul
C
H H
H
H
x
x
x
x
Ikatan kovalen terdiri dari ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap dua dan
ikatan kovalen rangkap tiga
a) Ikatan Kovalen Tunggal
Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan kovalen yang terjadi karena
penggunaan bersama satu pasang elektron. Ikatan ini digambarkan dengan
satu garis lurus.
Ikatan ini terjadi pada atom H2, HF, CH4, dan lain-lain.
Contoh:
Ikatan antara C dan H dalam molekul CH4
6C, struktur Lewisnya
C
1H, struktur lewisnya H
x
Ikatan kovalen tunggal
C
H H
H
H
x
x
x
x
Ikatan antara H dengan H dalam molekul H2
1H, struktur lewisnya
H
1H, struktur lewisnya
H
Struktur H2 sebagai berikut :
H H
H H x
Ikatan kovalen tunggal
b) Ikatan Kovalen Rangkap Dua
Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang terjadi karena
penggunaan bersama dua pasang elektron. Ikatan ini digambarkan dengan
dua garis lurus.
Ikatan ini terjadi pada atom O2, C2H4, dan lain-lain.
Ikatan antara atom O dengan atom O yang lain dalam molekul O2
PEB
O O
O O
x
x
x
x
xx
xx
atau O O
PEI
Ikatan kovalen rangkap 2
c) Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
Ikatan kovalen rangkap tiga ikatan kovalen yang terjadi karena
penggunaan bersama tiga pasang elektron. Ikatan ini digambarkan dengan
tiga garis lurus.
. Ikatan ini terjadi pada atau N2, C2H2 dan lain-lain.
Contoh:
N2 mempunyai konfigurasi elektron untuk atom 5N = 2 3, dan elektron
valensinya = 3. dalam struktur lewis molekul N2, atom N memiliki 3
elektron tidak berpasangan. Jika dua atom nitrogen berikatan, setiap
elektron yang tidak berpasangan saling berikatan dan membentuk struktur
lewis sebagai berikut
N N
atau N N
N
N
xx
xxxx
xx
x
x
PEI
Ikatan kovalen rangkap 3
C. Penyimpangan Kaidah Oktet
Penyimpangan ini dapat terjadi pada senyawa kovalen yang struktur Lewis tidak
oktet. Misalnya pada senyawa BeH2, BF3, BCl3, BH3, NO dan NO2, dimana atom Be,
B dan N memiliki elektron kurang dari 8 serta molekul PF5, PCl5 dan SF6 dimana atom
P dan S memiliki elektron lebih dari 8.
Contoh:
1) Pembentukan molekul BCl3.
5 B dengan konfigurasi elektrron : 2 3 digambarkan
B
17 Cl dengan konfigurasi elektron 2 8 7 di gambarkan
Cl
x x
x
xx
xx
Penggambaran elektron untuk molekul BCl3 adalah sebagai berikut :
x
Cl
B x
x
Cl
atau Cl B Cl
Cl
x
x
xx
x
x
xx
x
x
xx
Cl
xx
x
x
xx
2) pembentukan Molekul BH3
5 B dengan konfigurasi elektron: 2 3 digambarkan
1 H dengan konfigurasi elektron: 1 digambarkan x H
Pengembangan elektron untuk molekul BH3 adalah sebagai berikut:
x
H
B x
x
H
H
atau H B H
H
Kesimpulan:
1. Ion positif terbentuk ketika suatu atom melepaskan elektron,
sedangkan Ion negatif terbentuk ketika suatu atom menangkap elektron.
2. Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan kovalen yang terjadi karena
penggunaan bersama satu pasang elektron.
3. Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang terjadi
karena penggunaan bersama dua pasang elektron.
4. Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan kovalen yang terjadi
karena penggunaan bersama tiga pasang elektron.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA.
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X / 1
Pertemuan ke- : 3 (tiga)
Standar Kompetensi : Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan
ikatan kimia.
Kompetensi Dasar : Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan
kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam serta
hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
Indikator : - Menjelaskan proses terbentuknya ikatan koordinasi pada
beberapa senyawa
- Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan
hubungannya dengan keelektronegatifan melalui
percobaan
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran ( 2 x 45 menit ).
I. Tujuan Pembelajaran
1. Aspek Kognitif, siswa dapat:
menjelaskan proses terbentuknya ikatan koordinasi pada beberapa
senyawa
mengetahui kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan
keelektronegatifan melalui percobaan
2. Aspek Afektif, siswa dapat :
patuh melaksanakan tugas belajar.
aktif mengikuti kegiatan pembelajaran (di kelas maupun di laboratorium)
memiliki respon (mengemukakan pendapat) yang baik terhadap mata
pelajaran yang disapaikan.
3. Aspek Psikomotorik
Siswa diharapkan dapat menuliskan rumus kimia yang terbentuk pada
ikatan kovalen.
II. Materi Ajar / Pembelajaran
Ikatan Kovalen Koordinasi
Kepolaran Senyawa
III. Metode Pembelajaran
Metode : Diskusi kelompok, eksperimen, diskusi informasi, dan tanya-
jawab.
Pendekatan : Konsep
Media : Bahan ajar, LKS (terlampir)
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Kegiatan Waktu
I. Kegiatan awal :
Prasyarat : Tulis struktur Lewis dari 10Ne!
Motivasi : Tentukan ikatan apakah yang akan terbentuk antara
satu atom S dengan tiga atom O
10 menit
II. Kegiatan Inti :
Guru menjelaskan tentang ikatan kovalen koordinasi
Guru menjelaskan tentang kepolaran senyawa,
dilanjutkan dengan percobaan yang dilakukan secara
singkat menggunakan LKS (terlampir).
Guru melakukan tanya-jawab dan latihan soal
70 menit
III. 1. Kegiatan akhir
Guru bersama siswa menyimpulkan apa yang telah
dipelajari maupun yang telah dipraktekkan.
10 menit
Guru memberikan tugas individu kepada siswa, termasuk
tugas pembuatan laporan percobaan yang telah dilakukan.
V. Alat / Bahan / Sumber Belajar
KIMIA jilid 1 untuk kelas X, Penerbit Erlangga (2007) Jakarta, karangan
Michael Purba.
KIMIA Untuk SMA/MA Kelas X, Penerbit Grasindo (2007) Jakarta, Karangan
Suyatno, Aris Purwadi, Henang Widayanto, Kuncoro PR.
PANDUAN KIMIA PRAKTIS SMA, Penerbit Pustaka Widyatama (2008)
Jakarta, Karangan Adi Krisbiyantoro.
VI. Penilaian
a. Jenis tagihan
Tugas individu
Laporan percobaan
b. Bentuk instrument : Tes tertulis.
c. Contoh instrument
Soal tugas:
1. Jelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen koordinasi!
2. Tunjukkan ikatan kovalen koordinasi yang terjadi pada senyawa SO3!
3. Bagaimana cara menentukan kepolaran suatu senyawa?
d. Kunci jawaban dan pedoman penskoran
N
o.
Jawaban Sko
r
1. Proses terbentuknya ikatan kovalen koordinasi dapat terjadi bila :
Pasangan elektron yang digunakan secara bersama hanya
berasal dari salah satu atom yang berikatan.
Salah satu atom yang berikatan memiliki pasangan elektron
bebas (PEB).
15
2. Ikatan kovalen yang terjadi pada senyawa SO3 adalah sebagai
berikut :
20
3. Kepolaran suatu zat dapat ditentukan dengan mengamati perilaku
zat tersebut dalam medan magnet. Zat polar akan tertarik dalam
medan magnet, sedangkan zat nonpolar tidak. Senyawa akan
bersifat polar jika pada atom pusat dari molekul senyawa tersebut
terdapat pasangan elektron bebas (PEB) sehingga bentuk
molekulnya menjadi tidak simetris.
15
Total nilai 50
Kupang, Juni 2009
Mengetahui, Calon Guru
Kepala Sekolah
(...) Isabela Florida Jedobare
H
H
H
.
N
.
.
+
.
..
..
Cl
. .
. .
. .
B
. .
. .
.
.
Cl
. .
. .
.
.
Cl
. .
. .
.
.
H
H
H
.
N
.
.
.
..
..
Cl
. .
. .
. .
B
. .
. .
.
.
Cl
. .
. .
.
.
Cl
. .
. .
.
.
atau
H
H
H
N B
Cl
. .
. .
.
.
Cl
. .
. .
.
.
Cl
. .
. .
.
.
BAHAN AJAR
Nama Sekolah : SMA....
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X / 1
Pertemuan ke- : 3 (tiga)
Standar Kompetensi : Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan
ikatan kimia.
Kompetensi Dasar : Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan
kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam serta
hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
Indikator : - Menjelaskan proses terbentuknya ikatan koordinasi pada
beberapa senyawa
- Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan
hubungannya dengan keelektronegatifan melalui
percobaan
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran ( 2 x 45 menit ).
IKATAN KOVALEN KOORDINASI
Ikatan kovalen koordinasi merupakan ikatan yang terbentuk antara ikatan atom
non logam dengan atom unsur non logam. Dalam ikatan ini terjadi pemakaian
bersama elektron dari salah satu unsur. Atau dengan kata lain, ikatan kovalen
koordinasi adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang digunakan
bersama berasal dari satu atom saja.
Ikatan kovalen koordinasi dapat dicontohkan seperti di bawah ini.
Contoh : Amonia (NH3) dapat bereaksi dengan boron triklorida (BCl3) membentuk
senyawa NH3.BCl3. bagaimanakah bentuk ikatan antara dua molekul tersebut?
Perhatikan rumus elektron dari NH3 dan BCl3 berikut ini.
Pasangan elektron bebas belum oktet
Atom N dalam NH3 sudah oktet dan mempunyai sepasang elektron bebas. Di pihak
lain, atom B dalam BCl3 sudah memasangkan semua elektron valensinya, namun
balum oktet. Seperti yang diketahui, atom N (dari NH3) dan atom B (dari BCl3) dapat
berkaitan dengan menggunakan bersama pasangan elektron bebas dari atom N.
Ikatan seperti itu kita sebut ikatan kovalen koordinasi atau ikatan semipolar.
Dalam menggambarkan strukutr molekul, ikatan kovalen koordinat dinyatakan
dengan garis berpanah dari atom donor menuju akseptor pasangan elektron. Rumus
elektron dan rumus struktur NH3.BCl3 sebagai berikut.
Gambar. Pembentukan ikatan kovalen kordinasi dalam NH3.BCl3
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini.
Contoh:
Ikatan kovalen koordinat dalam ion NH4
+
NH4
+
terbentuk dari reaksi antara NH3 dengan ion H
+
. Atom N dalam NH3 mempunyai
sepasang elektron bebas, sementara ion H
+
sudah tidak mempunyai elektron.
Elektron bebas dari atom N kemudian digunakan bersama dengan ion H
+
.
H
H
H
.
N
.
.
.
..
..
+ H
+
H
H
H
.
N
.
.
.
..
..
H
+
atau
H
H
H
N H
+
POLARISASI IKATAN KOVALEN
Apakah anda dapat menjelaskan mengapa minyak sukar larut dalam air? Peristiwa
itu berkaitan dengan pokok bahasan berikut, yaitu molekul polar dan molekul
nonpolar.
1. Ikatan Kovalen Polar dan Kovalen Nonpolar
Di atas, telah dijelaskan hakikat ikatan kovalen, yaitu ikatan yang terbentuk
karena menggunakan sepasang elektron bersama. Namun dekimian, kedudukan
pasangan elektron milik bersama itu selalu simetris terhadap kedua atom yang
berkaitan. Pasangan elektron akan lebih dekat ke arah atom yang mempunyai
keelektronegatifan lebih besar. Hal ini mengakibatkan polarisasi atau pengutuban
ikatan.
(a) Nonpolar (b) Polar
Pada contoh (a), kedudukan pasangan elektron ikatan sudah pasti simetris
terhadap kedua atom H. Dalam molekul H2 tersebut, muatan negatif (elektron)
terbesar secara homogen. Ikatan seperti itu disebut ikatan kovalen nonpolar.
Pada contoh (b), pasangan elektron ikatan tertarik lebih dekat ke atom Cl, karena
Cl mempunyai daya tarik elektron lebih besar daripada H. Akibatnya, pada HCl
terjadi polarisasi, dimana atom Cl lebih negatif daripada atom H. Ikatan seperti itu
disebut ikatan kovalen polar.
2. Model Polar dan nonpolar
Molekul dengan ikatan kovalen nonpolar, seperti H2, Cl2, dan N2 sudah tentu
bersifat nonpolar. Tetapi, molekul dengan ikatan polar bisa bersifat polar, bisa
pula bersifat nonpolar, bergantung pada geometri (bentuk) molekulnya. Meski
ikatan yang bersifat polar, jika molekul berbentuk simetris, maka secara
keseluruhan molekul itu akan bersifat nonpolar.
Perhatikan beberapa molekul berikut.
H2O BeCl2 NH3 BF3
bengkok linear piramida segitiga planar
Molekul H2O dan NH3 bersifat polar karena ikatan O H maupun N H
bersifat polar (ada perbedaan keelektronegatifan) dan bentuk molekul tidak
simetris. Elektron tidak tersebar merata. Dalam molekul H2O, pusat muatan (pol)
negatif terletak pada atom O, sedangkan pol positif terletak di antara kedua atom
H. Dalam molekul NH3 pol negatif terletak pada atom N (puncak piramida),
sedangkan pol positif terletak pada bidang alasnya. Bagaimana halnya dengan
molekul BeCl2 dan BF3? Walaupun ada perbedaan keelektronegatifan antara Be
dengan Cl dan B dengan F, molekul BeCl2 dan BF3 bersifat nonpolar karena
bentuk molekulnya simetris, elektron tersebar merata. Kita tidak dapat
mengatakan sisi sebelah mana lebih positif dan sisi sebelah mana lebih negatif
dari kedua molekul (BeCl2 atau BF3) itu, bukan?
Memeriksa kepolaran dari suatu molekul poliatom dapat dilakukan dengan
menggambarkan ikatan polar sebagai suatu vektor yang arahnya dari atom yang
bermuatan positif ke atom yang bermuatan negatif, jika resultan vektor-vektor
dalam suatu molekul sama dengan nol, berarti molekul itu bersifat nonpolar.
Sebaliknya, jika resultan vektor-vektor tersebut tidak sama dengan nol, berarti
molekul itu bersifat polar. Perhatikan beberapa contoh berikut.
H2O BeCl2 NH3 BF3
(Polar) (Nonpolar) (Polar) (Nonpolar)
3. Menunjukkan kepolaran
Kepolaran suatu zat dapat ditentukan dengan mengamati perilaku zat itu dalam
medan magnet, zat polar tertarik ke dalam medan magnet, sedangkan zat
nonpolar tidak.
4. Momen Dipol
Kepolaran dinyatakan dalam suatu besaran yang disebut momen dipol (), yaitu
hasil kali antara selisih muatan (Q) dengan jarak (r) antara pusat muatan positif
dengan pusat muatan negatif.
= Q x r
Satuan momen dipol adalah debye (D), dimana 1 D = 3,33 x 10
-30
C m.
Semakin polar suatu zat, semakin besar momen dipolnya. Zat nonpolar
mempunyai momen dipol sama dengan nol. Sekarang dapatlah diketahui
mengapa minyak tidak bercampur dengan air. Hal itu terjadi karena air bersifat
polar, sedangkan minyak bersifat nonpolar. Zat polar cenderung lebih tertarik
pada zat polar, sedangkan zat nonpolar lebih cenderung tertarik pada zat
nonpolar. Oleh karena itu, kedua zat itu tidak saling bercampur. Namun, minyak
bisa saja terlarut dalam tetraklorometana (CCl4).
LEMBAR KERJA SISWA
Judul : Membedakan Zat Polar dan Zat Non Polar
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : I / I
Tempat : Laboratorium SMA....
A. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar siswa dapat mengetahui perbedaan
zat polar dan non polar
B. PETUNJUK BELAJAR
Siswa dapat membaca materi mengenai polarisasi senyawa.
C. RINGKASAN MATERI
Kepolaran suatu zat dapat ditentukan dengan mengamati perilaku zat itu dalam
medan magnet, zat polar akan tertarik ke dalam medan magnet, sedangkan zat
nonpolar tidak.
D. KEGIATAN
a. Alat dan Bahan yang digunakan
Alat : buret dan magnet batang
Bahan : aquades dan minyak tanah
b. Cara Kerja
Meletakkan buret pada statif dengan posisi yang benar.
Isi buret dengan aquades. Buka kran buret dan dekatkan magnet
batang pada cucuran air. Perhatikan apakah cucuran air tertarik magnet atau
tidak.
Catatan : jika magnet tidak tersedia, sebagai gantinya bisa digunakan
penggaris plastik yang digosokkan terlebih dahulu pada kain wol
atau rambut.
Ganti buret dengan buret yang bersih dan kering. Kemudian
ulangi proseur dua di atas dengan menggunakan minyak tanah. Lakukan
dengan hati-hati karena minyak tanah mudah terbakar.
c. Pertanyaan/Analisis Data
Zat manakah yang tertarik oleh magnet?
Mengapa zat tersebut tertarik oleh magnet?
Tariklah kesimpulan dari kegiatan ini.
Selamat Bekerja
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA.
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X / 1
Pertemuan ke- : 4 (empat)
Standar Kompetensi : Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur
dan ikatan kimia.
Kompetensi Dasar : Membandingkan proses pembentukan ikatan ion,
ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan
logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa
yang terbentuk.
Indikator : - Mendeskripsikan proses pembentukan ikatan logam
dan hubungannya dengan sifat fisik logam.
- Menghubungkan sifat fisis materi dengan jenis
ikatan
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran ( 2 x 45 menit ).
I. Tujuan Pembelajaran
1. Aspek Kognitif, siswa dapat:
mendeskripsikan proses pembentukan ikatan logam dan hubungannya
dengan sifat fisik logam.
menjelaskan hubungkan sifat fisis materi dengan jenis ikatan
2. Aspek Afektif, siswa dapat :
patuh melaksanakan tugas belajar.
aktif mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan tepat merespon pelajaran (mengemukakan pendapat).
3. Aspek Psikomotorik, siswa dapat :
menuliskan gambaran pembentukan ikatan logam.
II. Materi Ajar / Pembelajaran
Ikatan Logam
Sifat Fisis Materi dalam Ikatan
III. Metode Pembelajaran
Metode : Diskusi kelompok, diskusi informasi, dan tanya-jawab.
Pendekatan : CTL dan konsep
Media : Charta
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Kegiatan Waktu
I. Kegiatan awal :
Prasyarat : Jelaskan bagaimana terbentuknya ikatan kovalen!
Motivasi : Mengapa tembaga dan seng membentuk ikatan
logam?
10 menit
II. Kegiatan Inti :
Guru menjelaskan tentang proses pembentukan ikatan
logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam.
Guru menjelaskan hubungan antara sifat fisis materi
dengan jenis ikatannya.
Guru melakukan tanya-jawab dengan siswa, serta
memberikan beberapa contoh.
70 menit
III. Kegiatan Akhir:
Guru bersama siswa menyimpulkan apa yang telah
10 menit
dipelajari bersama.
Guru memberikan tugas/PR individu kepada siswa.
V. Alat / Bahan / Sumber Belajar
KIMIA jilid 1 untuk kelas X, Penerbit Erlangga (2007) Jakarta, karangan
Michael Purba.
KIMIA Untuk SMA/MA Kelas X, Penerbit Grasindo (2007) Jakarta,
Karangan Suyatno, Aris Purwadi, Henang Widayanto, Kuncoro PR.
RUMUS LENGKAP KIMIA SMA, Penerbit Wahyu Media (2008) Jakarta,
Karangan Anwar Santoso.
VI. Penilaian
a. Jenis tagihan
Tugas individu berupa PR
b. Bentuk instrument : pekerjaan tertulis.
c. Contoh Instrument
Soal tugas :
1. Jelaskan secara singkat bagaimana ikatan logam dapat
terbentuk!
2. Sebutkan minimal dua perbandingan sifat fisis senyawa ion dan
senyawa kovalen!
d. Kunci jawaban dan pedoman penskoran
No
.
Jawaban Sko
r
1. Proses terbentuknya ikatan logam dapat terjadi bila :
Elektron valensi yang terdapat di dalam logam, membaur
membentuk awan elektron yang menyelimuti ion-ion positif logam
yang telah melpaskan sebagian elektron valensinya. Akibatnya,
terjadi interaksi antara kedua muatan (elektron bermuatan negatif
dengan ion logam yang bermuatan positif) yang berlawanan dan
akan membentuk ikatan logam.
25
2. Dua perbandingan sifat fisis senyawa ion dan senyawa kovalen
diantaranya adalah sebagai berikut :
Senyawa ion :
- mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
- cairan dan larutannya dapat menghantarkan listrik
(berifat elektrolit).
Senyawa kovalen :
- mempunyai titik didih dan titik leleh yang rendah.
- cairannya tidak dapat menghantarkan listrik.
25
Total nilai 50
Kupang, Agustus 2010
Mengetahui, Calon Guru
Kepala Sekolah
(...) Isabela Florida Jedobare
BAHAN AJAR
Nama Sekolah : SMA.
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X / 1
Pertemuan ke- : 4 (empat)
Standar Kompetensi : Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur
dan ikatan kimia.
Kompetensi Dasar : Membandingkan proses pembentukan ikatan ion,
ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan
logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa
yang terbentuk.
Indikator : - Mendeskripsikan proses pembentukan ikatan logam
dan hubungannya dengan sifat fisik logam.
- Menghubungkan sifat fisis materi dengan jenis
ikatan
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran ( 2 x 45 menit ).
IKATAN LOGAM
Telah diketahui bersama, bahwa logam mempunyai sifat dapat ditempa
(maleable), dapat tarik (ductile), dan merupakan konduktor yang baik. Sifat-sifat
tersebut dapat diperoleh dimana dengan mengetahui bahwa unsur logam mempunyai
sedikit elektron valensi yang kecil. Oleh karena itu, kulit terluar unsur logam relatif
longgar (terdapat banyak tempat kosong), sehingga elektron dapat berpindah dari
satu atom ke atom yang lain. Mobilitas elektron dalam sedemikian bebasnya,
sehingga elektron valensi logam mengalami delokalisasi, yanitu suatu keadaan
dimana suatu elektron valensi tersebut tidak tetap posisinya pada satu atom, tetapi
senantiasa berpindah-pindah dari satu atom ke atom yang lain. Atau dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa elektron valensi yang kecil menyebabkan elektron dapat
bergerak bebas dan sangat mudah dilepaskan, akibatnya elektron-elektron valensi
tersebut bukan hanya milik hanya salah satu ion logam, tetapi merupakan milik
bersama ion-ion logam yang berada dalam kisi kristal logam. Elektron-elektron
valensi tersebut berbaur sehingga menyerupai awan atau lautan yang membungkus
ion-ion positif ligam di dalamnya. Jadi, struktur logam dapat dibayangkan sebagai ion-
ion positif yang dibungkus oleh awan atau lautan elektron valensi.
Struktur logam dapat menjelaskan sifat-sifat khas logam, seperti daya hantar
listrik, sifat dapat ditempa dan dapat ditarik. Logam merupakan konduktor yang baik
karena elektron valensinya mudah mengalir. Logam dapat ditempa atau dapat ditarik
karena ketika logam dipukul atau ditarik, atom-atom logam hanya bergeser sehingga
ikatan diantaranya tidak terputus. Contoh ikatan logam adalah tembaga dan seng
yang dapat membentuk kuningan (brass).
PERBANDINGAN SIFAT SENYAWA ION DENGAN SENYAWA KOVALEN
Telah dipelajari, bahwa senyawa antara unsur logam dan nonlogam bersifat
ionik, sedangkan senyawa antarsesama nonlogam bersifat kovalen. Sebenarnya
tidak ada senyawa yang 100% ionik atau 100% kovalen. Misalnya dapat dikatakan
bahwa CsF merupakan senyawa yang paling ionik, sedangkan molekul unsur, seperti
F2, dapat dianggap sebagai 100% kovalen. Kebanyakan senyawa-senyawa lain
terletak diantara dua keadaan ekstrim ini.
F2 AlI3 AlCl3 AlF3 CsF
100% kovalen cenderung kovalen kovalen-ionik cenderung ionik 100%
ionik
Oleh karena itu, untuk memastikan suatu senyawa bersifat ionik atau kovalen,
khususnya jika perbedaan keelektronegatifan tidak terlalu besar, perlu dilakukan
pengamatan pada sifat-sifatnya. Antara senyawa ion dan senyawa kovalen terdapat
beberapa perbedaan sifat secara fisik , diantaranya sebagai berikut :
a. Titik Didih
Titik didih senyawa kovalen relatif rendah, sedangkan senyawa ion relatif tinggi.
Kebanyakan senyawa kovalen mendidih di bawah 200
o
C, sedangkan senyawa
ion umumnya mendidih di atas 900
o
C. Pada suhu kamar, senyawa kovalen ada
yang berupa padatan dengan titik leleh yang relatif rendah, ada yang berupa
cairan, ada pula yang bersifat gas.
Contoh :
Air ( senyawa kovalen ) : titik leleh 0
o
C; titik didih 100
o
C.
Garam dapur ( senyawa ion ) : titik leleh 801
o
C; titik didih 1.517
o
C.
b. Kemudahan menguap (volatilitas)
Zat yang mudah menguap, seperti alkohol, cuka, parfum, minyak cengkeh dan
bensin, kita sebut volatil atau atsiri. Zat-zat yang volatil adalah senyawa kovalen
dengan titik didih rendah, sehingga pada suhu kamar sudah cukup banyak yang
menguap. Tidak ada senyawa ionik yang volatil.
c. Kelarutan
Senyawa ion cenderung larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut organik
(seperti petroleum eter, aseton, alkohol dan trikloroetana). Misalnya, natrium
klorida (garam dapur) larut dalam air tetapi tidak larut dalam kloroform.
Sebaliknya, kebanyakan senyawa kovalen tidak larut dalam air, tetapi lebih
mudah larut dalam pelarut yang kurang atau nonpolar.
d. Daya Hantar Listrik
Senyawa ion padat tidak menghantar listrik, tetapi lelehan dapat menghantar
listrik. Sebaliknya, baik lelehan maupun padatan senyawa kov alen tidak dacpat
menghantar listrik.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA................................
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/ Semester : X/ I
Pertemuan ke : 8
Standar Kompetensi : Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya
dalam perhitungan kimia (stoikiometri)
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan
organik sederhana serta persamaan reaksinya.
Indikator :
Menuliskan nama senyawa biner
Menuliskan nama senyawa poliatomik
Menuliskan nama senyawa organik sederhana
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat:
- Menentukan nama senyawa biner untuk senyawa anorganik jika
diberikan rumus molekulnya atau sebaliknya.
- Menentukan nama senyawa biner yang terbentuk dari ikatan kovalen
jika diberikan rumus kimianya atau sebaliknya.
- Menentukan nama senyawa poliatomik jika diberiakn rumus kimia atau
sebaliknya.
II. Materi Pembelajaran
+ Tata nama senyawa sederhana
III. Metode Pembelajaran
Ceramah, diskusi informasi, dan tanya jawab.
Pendekatan: Konsep
Media : Charta, LKS
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Awal ( 5 Menit)
Prasyarat: Sebutkan lambang unsur dari Besi, Nitrogen, Perak,
Aluminium,emas, Kalsium, Neon, Kalium, Oksigen, Helium,
Karbon, Belerang.
Motivasi: Tulis rumus kimia dari Natrium Klorida, Air, dan Magnesium
Oksida
b. Kegiatan Inti ( 30 Menit)
1) Siswa mengkaji informasi tentang tata nama senyawa biner dan
tata nama senyawa poliatomik.
2) Guru menjelaskan cara memberikan nama senyawa biner dan
bagaimana menuliskannya (memberi contoh) .
3) Guru menjelaskan cara memberikan nama senyawa poliatomik
dan bagaimana menuliskannya (memberi contoh).
4) Guru memberikan latihan soal:
a) Tulislah nama senyawa dari: BaCl2, ClCr3. SO3, KNO3, dan KOH.
b) Tulislah rumus kimia senyawa organik dari: alkohol, urea,
glukosa, kholoform, dan metana
c. Kegiatan Akhir ( 35 Menit)
- Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
a) Menuliskan nama senyawa dari:
BaCl2= Barium Klorida, ClCr3= Kromium (III) Klorida, SO3= Belerang(VI)
Oksida atau Belerang Trioksida, NO3= Kalium Nitrat, KOH= Kalium
Hidroksida
b) Alkohol(etanol)= CH3CH2OH, urea(ureum)= CO(NH2)2,
glukosa(gula darah, gula anggur)= C6H12O6, kloroform= CHCl3, metana=
CH4
- Pemberian tugas individu sebagai tindak lanjut.
1. Tulislah nama senyawa untuk rumus kimia berikut:
a. NO c. BaO e. CuSO4
b. CCl4 d. HNO3
2. Tulislah rumus kimia senyawa berikut:
a. Kalium Oksida
b. Magnesium Fosfat
c. Tembaga (II) karbonat
d. Raksa (I) Oksida
e. Perak Sulfat
3. Tulislah rumus kimia asam/basa berikut:
a. Asam klorida
b. Asam asetat
c. Natrium hidroksida
d. Aluminium hidroksida
e. Barium hidroksida
4. Tentukan nama senyawa organik dari senyawa berikut:
a. C12H22O11
b. CHI3
c. CH3COCH3
d. C2H6
e. C5H10OH
V. Sumber Belajar
Kimia Jilid 1 untuk kelas X, penerbit Erlangga (2007) Jakarta, karangan
Michael Purba
Kimia untuk SMA/MA kelas X, penerbit Grasindo (2007) Jakarta, karangan
Suyatno,dkk.
VI. Penilaian
Jenis tagihan : Tugas Mandiri
Bentuk instrumen : Uraian Objektif
Contoh instrumen :
1. Tulislah nama senyawa untuk rumus kimia berikut:
a. NO c. BaO e. CuSO4
b. CCl4 d. HNO3
2. Tulislah rumus kimia senyawa berikut:
a. Kalium Oksida
b. Magnesium Fosfat
c. Tembaga (II) karbonat
d. Raksa (I) Oksida
e. Perak Sulfat
3. Tulislah rumus kimia asam/basa berikut:
a. Asam klorida
b. Asam asetat
c. Natrium hidroksida
d. Aluminium hidroksida
e. Barium hidroksida
4. Tentukan nama senyawa organik dari senyawa berikut:
a. C12H22O11
b. CHI3
c. CH3COCH3
d. C2H6
e. C5H10OH
KUNCI JAWABAN
1. a. Nitrogen Oksida
b. Karbon Tetraklorida
c. Barium Oksida
d. Asam Nitrat
e. Tembaga Sulfat
2. a. KO
b. MgPO4
c. CuCO3
d. HgO
e. AgSO4
3. a. HCl
b. CH3COOH
c. NaOH
d. Al(OH)2
e. Ba(OH)2
4. a. Sukrosa
b. Iodoform
c. Aseton
d. Etana
e. Pentanol
PEDOMAN PENSKORAN
No. Soal Skor
1. 25
2 25
3 25
4 25
Jumlah 100
Kupang, Agustus 2010
Mengetahui Calon Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah
(..) (Isabela Florida Jedobare)
BAHAN AJAR
Tata nama senyawa merupakan nama yang diberikan terhadap suatu
senyawa berdasarkan aturan tertentu.
1. Tata Nama Senyawa Anorganik
Tata nama senyawa anorganik terdiri dari:
Senyawa molekul (senyawa kovalen ) biner
Senyawa ion
Senyawa asam
Senyawa basa
a. Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terdiri dari dua jenis unsur,
misalnya: air (H2O), amoniak (NH3), karbondioksida (CO2) dan lain sebagainya.
1) Rumus senyawa:
Unsur yang terdapat lebih dahulu dalam urutan berikut di tulis didepan
B - Si - C Sb As- P N H S- I Br Cl O F
Contoh:
Rumus kimia amoniak biasa di tulis NH3 bukan H3N, dan rumus kimia air biasa
ditulis H2O, bukan OH2
2) Nama senyawa ;
Nama senyawa kovalen biner adalah rangkaian nama kedua jenis unsur
dengan akhiran ida pada nama unsur yang kedua.
Contoh :
HCl ; hidrogen klorida
H2S ; hidrogen sulfida
Jika pasangan unsur yang bersenyawa membentuk lebih dari sejenis
senyawa, maka senyawa itu dibedakan dengan angka indeksnya dalam bahasa
Yunani. Indeks satu tidak perlu disebutkan kecuali karbon monoksida 1= mono, 2= di,
3= tri, 4= tetra, 5= penta, 6= heksa, 7= hepta, 8= okta, 9= nona, 10= deka.
Contoh: CO = Karbon monoksida
CO2 = Karbondioksida
N2O = Dinitrogenoksida
NO = Nitrogenoksida
CS2 = Karbondisulfida
3) Senyawa yang sudah umum dikenal tidak perlu mengikuti aturan diatas.
Contoh: H2O = Air
NH3 = Amoniak
CH4 = Metana
b. Tata Nama Senyawa Ion
Senyawa ion terdiri dari satu kation dan anion. Kation umumnya adalah satu
ion logam, sedangkan anion dapat berupa anion tunggal atau satu anion poliatomik.
1) Rumus senyawa; kation ditulis didepan.
Contoh:
Natrium klorida ditulis NaCl bukan ClNa
Rumus senyawa ion ditentukan oleh perbandingan muatan kation dan
anionnya. Kation dan anion diberi indeks sedemikian rupa sehingga senyawa bersifat
netral. Contohnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Kation Anion
Rumus
garam
Nama garam
Na
+
Al
3+
Cu
2+
Cl
-
SO4
2-
S
2-
NaCl
Al2(SO4)3
CuS
Natrium klorida
Aluminium sulfat
Tembaga (II) sulfida
2) Nama senyawa; nama senyawa ion adalah rangkaian nama kation
(didepan) dan nama anionnya, angka indeks tidak disebut.
Contoh: NaCl = Natrium Klorida
CACL2 = Kalsium Klorida
NA2SO4 = Natrium Sulfat
Apabila logam mempunyai lebih darii sejenis bilangan oksidasi, senyawa-
senyawanya dibedakan dengan menuliskan bilangan oksidasinya yang ditulis dalam
tanda kurung dengan angka Romawi dibelakang nama unsur logam tersebut.
Contoh; FeCl2 = Besi(II) Klorida
Fe2Cl3 = Besi (III) Sulfida
SnO2 = Timah(IV) Oksida
c. Tata Nama Asam
Asam adalah senyawa hidrogen yang didalam air mempunyai rasa masam.
Rumus kimia Asam umumnya terdiri dari asam hidrogen (umumnya ditulis didepan,
dapat dilepas sebagai ion H
+
) dan suatu anion yang disebut sisa asam.
Nama anion sisa asam sama dengan asam yang bersangkutan tanpa kata asam.
Contoh:
H3PO4, nama asam = Asam Pospat, anionnya = PO4
3-
d. Tata Nama Basa
Basa adalah senyawa ion dari suatu logam dengan ion OH
-
. Tata nama basa
sama dengan tata nama senyawa ion.
Contoh: NaOH = Natrium Hidroksida
Al(OH)3 = Aluminium Hidroksida
Ca(OH)2 = Kalsium Hidroksida
2. Tata Nama Senyawa Organik
Senyawa organik adalah senyawa-senyawa karbon dengan sifat-sifat tertentu.
Senyawa organik memiliki tata nama khusus.
Contoh: CH4 = Metana
CO(NH2)2 = Urea
CH3COOH = Asam cuka
CHCl3 = Kloroform
CHI3 = Iodoform
CH3COCH3 = Aseton
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA...............................
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X/ 1
Pertemuan ke : 9
Standar Kompetensi : Memahami hukum-hukum dasar kimia dan
penerapannya dalam perhitungan kimia (stoikiometri)
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan
organik sederhana serta persamaan reaksinya.
Indikator : Menyetarakan reaksi sederhana dengan diberikan
nama-nama zat yang terlibat dalam reaksi atau
sebaliknya.
Alokasi waktu : 2 X 45 Menit
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, siswa diharapkan dapat:
- Menyetarakan persamaan reaksi jika diberikan rumus kimianya.
- Menyetarakan persamaan reaksi jika diberikan pereaksi dan hasil
reaksi dalam bentuk kata-kata.
II. Materi pembelajaran
Persamaan reaksi
Pengertian persamaan reaksi
Menuliskan persamaan reaksi
Menyetarakan persamaan reaksi
III. Metode Pembelajaran
Diskusi informasi, ceramah dan tanya jawab.
Pendekatan : Konsep
Media : Charta , LKS
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Awal ( 10 Menit)
Apersepsi: Tentukan rumus kimia dari asam sulfat!
Motivasi : Jelaskan apakah persamaan reaksi berikut sudah seimbang!
H2(g) + O2(g) H2O(g)
b. Kegiatan Inti ( 45 Menit)
1) Siswa mengkaji informasi
tentang persamaan reaksi.
2) Guru menjelaskan tentang cara
menuliskan dan menyetarakan persamaan reaksi.
3) Guru memberikan latihan soal:
a) Setarakan persamaan
reaksi dari:
1) NaOH(aq) + H2SO4(aq) Na2SO4(aq) + H2O(l)
2) Al(s) + O2(g) Al2O3(s)
b) Tuliskan dan setarakan
persamaan reaksi dari pembakaran Etana (C2H6) dengan oksigen
menghasilkan gas Karbondioksida dan Uap air!
c) Tuliskan dan setarakan
persamaan reaksi dari kristal besi (III) dengan larutan asam klorida
menghasilkan besi (III) dan uap air
c. Kegiatan Akhir ( 35 Menit)
- Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi pembelajaran dengan
menjawab latihan soal.
a). Menyetarakan persamaan reaksi dari:
1) NaOH(aq) + H2SO4 (aq) Na2SO4(aq) + H2O(l)
Langkah 1
Tetapkan koefisien Na2SO4= 1, sedangkan zat lainnya dengan
koefisien sementara.
aNaOH(aq) + bH2SO4 (aq 1Na2SO4(aq) + cH2O(l)
Langkah 2 ; Setarakan atom Na dan S
Penyetaraan atom Na
Jumlah atom Na di kiri= a, sedangkan di kanan = 1x2, berarti a= 2
2NaOH(aq) + 1H2SO4 (aq) 1Na2SO4(aq) + cH2O(l)
Penyetaraan atom S
Jumlah atom S di kiri= b, sedangkan di kanan= 1, berarti b= 1.
2NaOH(aq) + 1H2SO4 (aq) 1Na2SO4(aq) + cH2O(l)
Langkah 3; Setarakan atom H.dan O
Penyetaraan atom H
Jumlah atom H di kiri= 4, sedangkan di kanan= 2c, berarti 2c= 4, atau
c= 2
2NaOH(aq) + 1H2SO4 (aq) 1Na2SO4(aq) + 2H2O(l)
Untuk atom O tidak perlu disetarakan lagi karena persamaan sudah
setara. Jumlah atom O di kiri = di kanan yaitu 6.
2NaOH(aq) + H2SO4 (aq) Na2SO4(aq) + 2H2O(l) (setara)
2) Al(s) + O2(g) Al2O3(s) (belum setara)
Langkah 1;
Tetapkan koefisien Al2O3= 1. sedangkan zat lainnya dengan koefisien
sementara.
aAl(s) + bO2(g) 1Al2O3(s)
Langkah 2; Setarakan atom Al
Jumlah atom Al diruas kiri= a, sedangkan diruas kanan 1x2= 2, berarti
a= 2
2Al(s) + bO2(g) 1Al2O3(s)
Langkah 3; Setarakan atom O
Jumlah atom O diruas kiri= 2b, sedangkan diruas kanan= 1x3, berarti
2b= 3, b= 1,5
2Al(s) + 1,5O2(g) 1Al2O3(s)
Agar tidak berbentuk pecahan, semua koefisien persamaan reaksi
dikalikan 2.
4Al(s) + 3O2(g) 2Al2O3(s) (setara)
b) Etana bereaksi dengan oksigen menghasilkan gas karbondioksida dan
uap air.
Menuliskan persamaan reaksi
Langkah 1; Etana + gas oksigen gas karbon dioksida + uap air
Langkah 2 ; C2H6 (g) + O2(g) CO2(g) + H2O(l)
Menyetarakan reaksi
Langkah 1;
Tetapkan koefisien C2H6= 1, sedangkan zat lain diberikan koefisien
sementara
1C2H6(g) + aO2(g) bCO2(g) + cH2O(l)
Langkah 2; Setarakan atom C dan H.
Penyetaraan atom C
Jumlah atom C di kanan b sedangkan di kiri= 1x 2= 2, berarti b= 2
1C2H6(g) + aO2(g) 2CO2(g) + cH2O(l)
Penyetaraan atom H
Jumlah atom H di kiri=6, sedangkan di kanan= 2c berarti, 2c= 6,
maka c= 3
1C2H6(g) + aO2(g) 2CO2(g) + 3H2O(l)
Langkah 3; Setarakan atom O.
Jumlah atom O di kiri=2 sedangkan di kanan=7 berarti 2a= 7, maka a=
7/2
1C2H6(g) + 7/2O2(g) 2CO2(g) + 3H2O(l)
Agar tidak berbentuk pecahan, persamaan reaksi dikalikan 2,
menjadi:
2C2H6(g) + 7O2(g) 4CO2(g) + 6H2O(l) (setara)
c) Kristal besi (III) bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan besi
III dan uap air.
Menuliskan persamaan reaksi
Langkah 1; Kristal besi (III) + larutan asam klorida besi III + uap air
Langkah 2; Fe2O3(s) + HCl(aq) FeCl3(aq) + H2O(l)
Menyetarakan persamaan reaksi
Langkah 1;
Tetapkan koefisien Fe2O3= 1, sedangkan zat lain diberi koefisien
sementara.
1Fe2O3(s) + aHCl(aq) bFeCl3(aq) + cH2O(l)
Langkah 2; Setarakan atom Fe dan Cl
Penyetaraan atom Fe
Jumlah atom Fe, di kiri=2 sedangkan di kanan= b, berarti b= 2
1Fe2O3(s) + aHCl(aq) 2Cl3(aq) + cH2O(l)
Penyetaran atom Cl
Jumlah atom Cl, di kiri=a, sedangkan di kanan= 6 berarti a= 6
1Fe2O3(s) + 6HCl(aq) 2Cl3(aq) + cH2O(l)
Langkah 3; Setarakan atom H dan O
Jumlah atom H di kiri= 6 sedangkan di kanan= 2c, berarti 2c=6 maka
c= 3,
1Fe2O3(s) + 6HCl(aq) 2Cl3(aq) + 3H2O(l)
Untuk atom O tidak perlu disetarakan lagi karena persamaan reaksi
sudah setara. Jumlah atom O di kiri = di kanan yaitu 3. Angka 1 tidak
ditulis, maka persamaan reaksinya sebagai berikut;
Fe2O3(s) + 6HCl(aq) 2Cl3(aq) + 3H2O(l) (setara)
- Guru memberikan tugas (PR) sebagai tindak lanjut
V. Sumber Belajar
Kimia jilid 1 untuk kelas X , penerbit Erlangga (2007) Jakarta, karangan
Michael Purba
Kimia untuk SMA/MA kelas X, penerbit Grasindo (2007) Jakarta, karangan
Suyatno,dkk.
VI. Penilaian
Jenis tagihan : Tugas Mandiri
Bentuk instrumen : Uraian Objektif
Contoh instrumen :
1. Setarakan persamaan reaksi berikut
SiO2(s)+ C(s) Si(s) + CO(g)
2. Tuliskan persamaan reaksi setara untuk reaksi berikut
a. Logam natrium bereaksi dengan gas klor membentuk natrium klorida
b. Gas nitrogen bereaksi dengan gas hidrogen membentuk gas amoniak
c. Larutan amonium klorida bereaksi dengan larutan timbal nitrat
membentuk larutan amonium nitrat dan endapan timbal klorida.
KUNCI JAWABAN
1. SiO2(s) + C (s) Si(s) + CO(g)
Langkah 1;
Tetapkan koefisien SiO2= 1, sedangkan zat lainnya dengan koefisien
sementara.
1SiO2(s) + bC (s) cSi(s) + dCO(g)
Langkah 2 ; setarakan atom Si dan atom O
Penyetaraan atom Si;
Jumlah atom Si di kiri= 1, sedangkan di kanan= c, berarti c= 1
1SiO2(s) + bC (s) 1Si(s) + dCO(g)
Penyetaraan atom O:
Jumlah atom O di kiri= 2, sedangkan di kanan= d, berarti d= 2
1SiO2(s) + bC (s) 1Si(s) + 2CO(g)
Langkah 3; Setarakan atom C.
Jumlah atom C di kiri= b, sedangkan di kanan= 2, berarti b=2
1SiO2(s) + 2C (s) 1Si(s) + 2CO(g)
Angka 1 tidak ditulis, maka reaksinya sebagai berikut:
SiO2(s) + 2C (s) Si(s) + 2CO(g) (setara)
2. Menuliskan persaman reaksi setara untuk reaksi;
Logam natrium bereaksi dengan gas khlor membentuk natrium klorida
Langkah 1 ; Logam natrium + gas khlor natrium klorida
Langkah 2 ; Na(s) + Cl(g) NaCl(aq) (setara)
b. Nitrogen bereaksi dengan gas hidrogen membentuk gas amoniak
Langkah 1; Gas nitrogen + gas hidrogen gas amoniak
Langkah 2; N2(g) + H2(g) NH3(g) (belum setara)
Langkah 3; N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) ( setara)
c. Larutan amonium klorida bereaksi dengan larutan timbal nitrat
membentuk larutan amonium nitrat dan endapan timbal klorida
Langkah 1;
Larutan amonium klorida + larutan timbal nitrat larutan amonium
nitrat + timbal klorida
Langkah 2 ;
NH4Cl(aq) + Pb (NO3)2(aq) NH4NO3(aq) + PbCl2(s) (belum setara)
Langkah 3;
2NH4Cl(aq) + Pb (NO3)2(aq) 2NH4NO3(aq) + PbCl2(s) (setara)
PEDOMAN PENSKORAN
No. Soal Skor
1. 25
2. 75
Jumlah 100
Kupang, Juni 2010
Mengetahui Calon Guru
Kepala Sekolah
(..) Isabela Florida
Jedobare
NIM: 0701060519
BAHAN AJAR
1. Pengertian Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi terdiri dari rumus kimia zat-zat pereaksi (reaktan) dan zat-
zat produk yang dihubungkan dengan tanda panah.
Misalnya: Reaksi antara gas hidrogen dan oksigen membentuk air
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)
Tanda panah menunjukan arah reaksi, dan dapat dibaca sebagai
membentuk atau bereaksi menjadi, atau istilah lain yang sesuai. Huruf kecil miring
dalam tanda kurung yang mengikuti rumus kimia zat dalam persamaan reaksi
menyatakan wujud zat atau keadaan zat yang bersangkutan. Huruf g berarti
gas(gass), l berarti cairan (liquid), s berarti padatan(solid), dan aq berarti larutan
dalam air (aqueos, baca; akues). Bilangan yang mendahului rumus kimia zat dalam
persamaan reaksi disebut koefisien reaksi. Koefisien reaksi menyatakan
perbandingan partikel zat yang terlibat dalam reaksi. Koefisien reaksi haruslah
bilangan bulat paling sederhana. Untuk koefisien 1 tidak perlu ditulis. Jenis dan
jumlah atom sebelum dan sesudah reaksi haruslah sama. Jika persaman reaksinya
sudah diberi koefisien yang sesuai maka disebut persamaan setara. Istilah
persamaan digunakan dalam persamaan reaksi karena kesetaraan atom-atom
sebelum dan sesudah reaksi. Persamaan reaksi yang sudah setara juga
mencerminkan hukum kekekalan massa atau hukum Lavoisier.
2. Menuliskan Persamaan Reaksi
Langkah-langkah dalam menuliskan persamaan reaksi:
1) Menuliskan perrsamaan kata-kata yang terdiri dari nama dan
keadaan zat (zat-zat) pereaksi serta nama dan keadaan zat (zat-zat) hasil
reaksi, lengkap dengan keterangan tentang wujud/keadaannya.
2) Menuliskan persamaan rumus yang terdiri dari rumus kimia zat (zat-
zat) pereaksi dan zat-zat hasil reaksi, lengkap dengan keterangan tentang
wujud/keadaannya.
3) Menyetarakan yaitu, memberi koefisien yang sesuai sehingga
jumlah atom setiap unsur sama pada kedua ruas.
Contoh;
Aluminium bereaksi dengan larutan asam sulfat membentuk larutan
Aluminium Sulfat dan gas Hidrogen
Langkah 1. Menuliskan persamaan kata-kata
Alumunium + larutan asam sulfat larutan aluminium sulfat + gas
hidrogen.
Langkah 2. Menuliskan persamaan rumus
Al(s) + H2SO4(aq) Al2(SO4)3(aq) + H2(g) (belum setara)
Langkah 3. Penyetaraan
2Al(s) + 3H2SO4(aq) Al2(SO4)3(aq) + 3H2(g) (setara)
3. Menyetarakan Persamaan Reaksi
Langkah-langkah menyetarakan persamaan reaksi antara lain :
a. Tetapkan koefisien salah satu zat, biasanya zat yang rumusnya
paling kompleks=1, sedangkan zat lain diberikan koefisien sementara
dengan huruf.
b. Setarakan terlebih dahulu unsur yang terkait langsung dengan zat
yang diberi koefisien itu.
c. Setarakan unsur lainnya. Biasanya akan membantu jika atom O
disetarakan paling akhir.
Contoh;
Reaksi aluminium dengan larutan asam klorida membentuk larutan
aluminium klorida dan gas hidrogen.
Al(s) + HCl(aq) AlCl3(aq) + H2(g) (belum setara)
Langkah 1;
Tetapakan koefisien AlCl3=1, sedangkan zat lainnya dengan koefisien
sementara
aAl(s) + bHCl(aq) 1AlCl3(aq) + cH2(g)
Langkah 2; Setarakan atom Al dan Cl
Penyetaraan atom Al;
Jumlah atom Al di kiri= a, sedangkan di kanan= 1, berarti a= 1.
Penyetaraan atom Cl;
Jumlah atom Cl di kiri= b, sedangkan di kanan= 3, berarati b= 3.
1Al(s) + 3HCl(aq) 1AlCl3(aq) + cH2(g)
Langkah 3 Setarakan H.
Jumlah atom H di kiri= 3, sedangkan di kanan = 2c, berarti 2c= 3, maka
c = 1,5
1Al(s) + 3HCl(aq) 1AlCl3(aq) + 1,5H2(g)
Akhirnya, untuk membulatkan pecahan setengah, semua koefisien
dikalikan dengan 2: 2Al(s) + 6HCl(aq) 2AlCl3(aq) + 3H2(g) (setara)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA Negeri 9 Kupang
Mata pelajaran : Kimia
Kelas/semester : X/I
Alokasi waktu : 4 x 45 menit
Standar Kompetensi
Hukum Dasar Kimia
Kompetensi Dasar
Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum-hukum dasar kimia
melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam menyelesaikan
perhitungan kimia.
Indikator
Menggunakan data percobaan untuk membuktikan berlakunya hukum
Lavoisier
Menggunakan data percobaan untuk membuktikan berlakunya hukum
Proust
Menganalisis senyawa untuk membuktikan berlakunya hukum kelipatan
perbandingan (hukum Dalton).
Menggunakan data percobaan untuk membuktikan berlakunya hukum
Gay-Lussac
Menggunakan data percobaan untuk membuktikan berlakunya hukum
Avogadro
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Aspek kognitif ,siswa dapat :
membuktikan berlakunya hukum Lavoisier melalui percobaan
membuktikan berlakunya hukum Proust melalui percobaan
menganalisis senyawa untuk membuktikan berlakunya hukum
kelipatan perbandingan (hukum Dalton).
membuktikan berlakunya hukum Gay-Lussac melalui data
percobaan
membuktikan berlakunya hukum Avogadro melalui data
percobaan
2. Aspek afektif
Siswa patuh melaksanakan tugas belajar
Siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran
Siswa tepat dan respon mengemukakan pendapat
II. MATERI AJAR
Hukum Hukum Dasar Kimia
III. METODE PEMBELAJARAN
Diskusi informasi,ceramah,dan Tanya jawab
Pendekatan : konsep
Media : LKS
IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN:
PERTEMUAN I
No KEGIATAN PEMBELAJARAN ALOKASI
WAKTU
1
2
3
Kegiatan Awal:
Kegiatan Inti:
1. Guru memberikan penjelasan tentang percobaan
yang akan dilakukan.
2. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok.
3. Siswa melakukan percobaan di bawah
pengawasan guru
Kegiatan Akhir:
Siswa menyimpulkan hasil percobaan yang dilakukan
5 Menit
70 Menit
15 Menit
PERTEMUAN II
No KEGIATAN PEMBELAJARAN ALOKASI
WAKTU
1
2
Kegiatan awal :
Guru memberikan pertanyaan berikut kepada siswa:
1. Tuliskan rumus kimia dari senyawa dalam persamaan
reaksi berikut ini dan setarakan persamaan reaksinya :
gas klor + kalium iodida menghasilkan kalium klorida +
gas iod.
2. Asam bromida + aluminium menghasilkan aluminium
bromida + gas hidrogen
Kegiatan inti :
1. Guru menjelaskan hukum kekekalan massa
(Lavoisier),hukum perbandingan tetap (Proust)
berdasarkan percobaan yang telah dilakukan.
2. Guru menjelaskan bagaimana membuktikan berlakunya
hukum Dalton dari data percobaan.
3. Siswa diberi kesempatan berdiskusi untuk membuktikan
berlakunya hukum Dalton, hukum Gay Lussac, dan
hokum Avogadro berdasarkan data percobaan.
1. Tabel : Perbandingan massa unsur -unsur dalam
beberapa senyawa
Senyawa Perbandingan massa
unsur-unsur
Perbandingan
massa unsur
yang berbeda
I.Karbon
monoksida
II.Karbon
dioksida
12 g
karbon
12 g
karbon
16 g
oksigen
32 g
oksigen
I.Belerang
dioksida
II.Belerang
trioksida
32 g
belerang
32 g
belerang
32 g
oksigen
48 g
oksigen
I.Nitrogen
monoksida
II.Dinitrogen
oksida
14 g
nitrogen
28 g
nitogen
16 g
oksigen
16 g
oksigen
Menggu
nakan
data
percoba
an untuk
membuk
tikan
berlakun
ya
hukum
Gay-
Lussac
dan senyawa
II
mengandung
25% unsur A.
Tentukan
perbandingan
massa unsur
B sehingga
mengikuti
hukum
perbandingan
berganda
Dalton
Jika 50 ml gas
CxHy dibakar
dengan 250 ml
oksigen,dihasilk
an 150
karbondioksida
dan sejumlah
uap air. Semua
gas diukur pada
suhu dan
tekanan yang
sama. Tentukan
rumus CxHy!
senyawa II
dikalikan 4
sehingga diperoleh
perbandingan
massa A dan B sbb
Senyawa I
Massa A =
40x2,5=100
Massa B=
60x2,5=160
Senyawa II
MassaA=
25x4=100
Massa B =
75x4=300
Jadi perbandingan
B1 : B2 = 150 : 300=
1 : 2
Perbandingan
volum gas sesuai
dengan
perbandingan
koefisiennya.
Perbandingan
volume yang ada
disederhanakan,ke
mudian dijadikan
sebaga koefisien.
CxHy(g) + O2(g)
CO2(g) + H2O(g)
Perbandingan
volum CxHy(g) : O2(g) :
CO2(g) + H2O(g)
adalah 50 : 250 :
150,dapat
disederhanakan
menjadi 1 : 5 : 3.
karena koefisien
H2O belum
diketahui,dimisalka
n koefisien H2O
adalah z.
CxHy(g) +5 O2(g)
3
CO2(g) +z H2O(g)
atom di ruas
kanan.
Berdasarkan
100
Menggu
nakan
data
percoba
an untuk
membuk
tikan
berlakun
ya
hukum
Avogadr
o
Pada
pengaratan 5
miliar atom besi
dengan oksigen
terbentuk
molekul karat
Fe2O3.
tentukan :
a. Persa
maan
jumlah O,10= 6 +
z,maka z = 4.
sehingga
persamaan
reaksinya menjadi
CxHy(g) +5 O2(g)
3
CO2(g) +4 H2O(g)
Untuk menentukan
x dan y,dilakukan
penyetaraan jumlah
atom C dan H.
atom di ruas
kanan
Jumlah atom C = x
= 3
Jumlah atom H = y
= 8
Jadi,rumus CxHy
adalah C3H8
a. Persama
an reaksinya : 4
Fe(s) + 3 O2(g)
2
Fe2O3(s)
b. Jumlah
molekul O2
=koefisien
O2/koefisien Fe x
jumlah atom Fe =
x 5 x 10
9
=
3,75 x 10
9
molekul.
c. Jumlah
melekul Fe2O3=
2/4 x 5x10
9
= 2,5
x 10
9
molekul.
100
reaksinya
b. Jumla
h molekul gas
oksigen yang
diperlukan
c. Jumla
h molekul
karat (Fe2O3)
yang
terbentuk.
Kupang, Agustus 2010
Mengetahui :
Kepala Sekolah Calon Guru
( ) (ISABELA FLORIDA JEDOBARE)
BAHAN AJAR
HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA
Ada lima hukum dasar dalam perhitungan kimia,yaitu Hukum Kekekalan
Massa (Hukum Lavoisier),Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust),Hukum
Perbandingan Berganda (Hukum Dalton),Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay-
Lussac),Hukum Avogadro.
1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
Perhatikan proses pembakaran kayu. Zat apakah yang tersisa dari
pembakaran kayu tersebut? Samakah berat kayu semula dengan abu sisa
pembakaran? Tentu abu tersebut lebih ringan. Perhatikan pula pembakaran
bensin. Adakah zat sisa pada pembakaran bensin? Benarkah terjadi
perubahan massa selama reaksi pembakaran kayu dan bensin tersebut?
Pengamatan terhadap proses pembakaran ini sudah dimulai sejak abad
ke-17 dengan munculnya teori flogiston yang dikemukakan George Ernest
Stahl. Dalam bahasa Yunani,flogiston berarti tidak mudah terbakar. Teori ini
menyebutkan bahwa pada proses pembakaran dihasilkan gas flogiston
sehingga massa zat sisa pembakaran menjadi lebih kecil. Pada pembakaran
kayu dan bensin,abu yang dihasilkan dari pembakaran bensin jauh lebih
sedikit dibandingkan abu sisa pembakaran kayu. Berarti bedasarkan teori
flogiston,bensin mewngandung lebih banyak gas flogiston,bensin mengandung
lebih banyak gas flogiston dibandingkan kayu. Secara umum,teori flogiston
dapat dirumuskan sebagai berikut.
Masssa benda yang dibakar = Massa sisa pembakaran (abu) + Massa gas
flogiston
Jadi semakin sedikit massa sisa pembakaran (massa abu),semakin
banyak massa gas flogiston yang dihasilkan. Akan tetapi,bagaimana dengan
proses pembakaran logam? Ternyata,pada proses pembakaran logam terjadi
peningkatan massa logam yang dibakar. Bagaimana dengan jumlah gas
flogistonnya? Berdasarkan teori flogiston tersebut,massa gas flogiston logam
bernilai negatif.
Antoine Laurent Lavoisier telah menyelidiki massa zat sebelum dan
sesudah reaksi. Lavoisier menimbang zat sebelum bereaksi kemudian
menimbang hasil reaksinya. Ternyata massa zat sebelum dan sesudah
bereaksi selalu sama. Lavoisier menyimpulkan hasil penemuannya dalam
suatu hukum yang disebut Hukum Kekekalan Massa:Dalam sistem
tertutup,massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama
Kembali pada proses pembakaran kayu,ternyata selain abu,pada
pembakaran kayu dihasilkan juga oksida karbon,asap,dan uap air. Oksida
karbon dan uap air tersebut berwujud gas yang tidak berwarna sehingga tidak
tidak dapat dilihat oleh mata. Jika keseluruhan massa zat-zat ini
ditimbang,diperoleh
Massa kayu + massa oksigen = massa oksida + massa uap + massa asap +
massa abu
Pada teori flogiston,jumlah massa oksigen,oksida karbon,uap air,dan
asap tidak diperhitungkan. Logam yang dibakar akan bereaksi dengan oksigen
menghasilkan oksida logam. Oleh karena mengandung oksigen,tentu massa
oksida logam tersebut lebih besar daripada massa logam semula.
2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
Jika anda menguraikan senyawa air melalui elektrolisis,anda akan
memperoleh gas hidrogen dan oksigen. Anda akan mendapati bahwa hidrogen
dan oksigen tersebut memiliki perbandingan volume yang selalu tetap,yaitu 2 :
1. kemudian jika massa gas-gas tersebut ditimbang secara teliti,anda akan
memperoleh perbandingan massa yang selalu tetap pula,yaitu 1 : 8. Hal ini
berlaku untuk elektrolisis senyawa air dari mana pun sumber airnya,seperti air
sungai,air sumur,air hujan,maupun air es.
Gejala perbandingan tetap yang terdapat pada penguraian air
tersebut,juga terjadi pada penguraian senyawa lain,misanya gas amonia (NH3).
Penguraian amonia menghasilkan gas nitrogen dan gas hydrogen dengan
perbandingan volume 1: 3 dan perbandingan massa 14 : 3. Adapun
penguraian senyawa padatan,seperti besi sulfida,tidak menghasilkan gas
sehingga hanya diperoleh data perbandingan massanya. Pada penguraian
senyawa besi sulfida tersebut diperoleh perbandingan massa besi dan
belerang selalu 7 : 4.
Ternyata,jika gas hidrogen direaksikan dengan gas oksigen dengan
perbandingan massa 5 g : 45 g dan 5 g : 40 g,masing-masing tetap
menghasilkan 45 g air. Jadi,pada perbandingan massa 5 g : 45 g,massa
oksigen yang bereaksi hanya 40 g dan bersisa 5 g sehingga massa air yang
terbentuk tetap 45 g,bukan 50 g. begitu pula jika massa hidrogen ditambah.
Misalnya,2 g gas hidrogen direaksikan dengan 8 g gas oksigen. Senyawa air
yang terbentuk tetap 9 g,bukan 10 g karena jumlah hidrogen yang bereaksi
hanya 1 g sedangkan 1 g sisanya tidak bereaksi.
Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan Joseph Louis Proust
(1807) ditemukan fakta sebagai berikut
Perbandingan massa unsur-unsur dalam setiap senyawa selalu tetap.
Inilah yang menjadi salah satu hukum dasar kimia yang kemudian
dikenal sebagai Hukum Perbandingan Tetap atau Hukum Proust. Perhatikan
data reaksi hidrogen dan oksigen menghasilkan air berikut.
Gas Hidrogen + Gas Oksigen
Air
1g 8g 9g
3g 8g 9g
1g 13g 9g
Bagaimana hubungan data reaksi tersebut dengan Hukum Kekekalan
Massa? Reaksi tersebut seolah-olah tidak memenuhi Hukum Kekekalan
Massa,bukan? Benarkah demikian? Ingat,bahwa dalam hasil reaksi terdapat
sisa unsur yang tidak bereaksi. Jika massa unsur yang tidak bereaksi ini diukur
dan diperhitungkan,diperoleh data sebagai berikut.
Tabel: Massa Unsur-Unsur dalam Pembentukkan Senyawa Air
Massa
Hidrogen(g)
Massa
Oksigen(g
)
Massa
Sebelum
Reaksi
(g)
Massa
Air (g)
Massa
Sisa
Hidrogen
(g)
Massa
Sisa
Oksigen
(g)
Massa
Sesudah
Reaksi
(g)
1
3
1
8
8
13
1 + 8 = 9
3 + 8 =
11
1 + 13 =
14
9
9
9
0
2
0
0
0
5
9 + 0 = 9
9 + 2 =
11
9 + 5 =
14
Perhatikan massa unsur yang dicetak tebal pada tabel di atas.
Ternyata,jumlah massa unsur-unsur sebelum bereaksi sama dengan jumlah
massa sesudah reaksi,yaitu jumlah massa senyawa yang terbentuk dan
massa unsur sisa yang tidak bereaksi. Jadi reaksi tersebut sesuai dengan
Hukum Kekekalan Massa.
3. Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)
Menurut Hukum Proust,perbandingan hidrogen dan oksigen dalam
pembentukan air (H2O) adalah 1 : 8. selain air,unsur hidrogen dan oksigen
juga dapat membentuk senyawa lain,yaitu hidrogen peroksida (H2O2).
Namun,dalam senyawa hidrogen peroksida,perbandingan massa hidrogen dan
oksigennya bukan 1 : 8,melainkan 1 : 16.
Nilai perbandingan massa hidrogen dalam air dan dalam hydrogen
peroksida sama,yaitu 1. perbedaaanya pada perbandingan massa
okisigennya. Massa oksigen dalam air (massa OI) sebesar 8 dan massa
oksigen pada hydrogen peroksida (massa OII) sebesar 8 dan massa oksigen
pada hidrogen peroksida (massa OII) sebesar 16 sehingga perbandingan OI :
OII = 8 : 16 = 1 : 2. Jadi,massa H tetap,massa O berbeda.
Perhatikan perbandingan massa 1 : 2 atau 2 : 3 merupakan bilangan
bulat dan sederhana. Fakta ini pertama kali ditemukan oleh Dalton sehingga
dikenal sebagai Hukum Dalton atau Hukum Perbandingan Berganda.
Jadi,jika dua unsur membentuk dua macam senyawa atau lebih,untuk
massa salah satu unsur yang sama banyaknya,massa unsur kedua dalam
senyawa-senyawa itu akan berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana.
4. Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay-Lussac
Kimiawan Inggris,Henry Cavendish (1731 -1810),menemukan fakta
bahwa pada pembentukkan air,perbandingan volume gas hidrogen dan gas
oksigen adalah 2 : 1. Artinya, 2 volume gas hidrogen (T
o
C dan P cmHg) akan
bereaksi dengan 1 volume gas oksigen (T
o
C dan P cmHg) untuk menghasilkan
air.
Tertarik dengan hasil percobaan Cavendish,seorang kimiawan
Perancis,Gay-Lussac melakukan percobaan dengan sangat teliti dan
membenarkan hasil pecobaan Cavendish. Gay-Lussac mengembangkan
penelitian Cavendish dengan melakukan reaksi pembentukkan air pada suhu
di atas 100
o
C. Gay Lussac mereaksikan 2 volume gas hidrogen dan 1
volume gas oksigen,ternyata menghasilkan 2 volume uap air.
Penelitian tersebut dikembangkan dengan mereaksikan 1 volume gas
hidrogen dan 1 volume gas klorin yang menghasilkan 2 volume gas hidrogen
klorida. Ia juga mereaksikan 3 volume gas hydrogen dan 1 volume gas
nitrogen menghasilkan 2 volume gas ammonia. Berdasarkan ketiga percobaan
tersebut ia memperoleh perbandingan volume gas H2 : O2 : H2O = 2 : 1 : 2 ,
perbandingan volume gas H2 : Cl : HCl = 1 : 1 : 2,dan perbandingan volume
gas H2 : N2 : NH3 = 3 : 1 : 2.
Berdasarkan data tersebut,ternyata perbandingan volume gas-gas yang
bereaksi dan gas hasil reaksi merupakan perbandingan dengan bilangan bulat
dan sederhana. Berdasarkan fakta ini,Gay-Lussac mengemukakan Hukum
Perbandingan Volume atau Hukum Gay-Lussac.
Volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas hasil reaksi,jika diukur pada
suhu dan tekanan yang sama ,berbanding lurus sebagai bilangan-bilangan
bulat dan sederhana.
Jika data dari ketiga percobaan pembentukkan air,hidrogen klorida,dan
ammonia tersebut dikaitkan dengan persamaan reaksinya,diperoleh hasil
sebagai berikut :
a. Reaksi pembentukkan uap air
2H2(g) + O2(g)
2H2O(g)
Perbandingan volume = 2 : 1 : 2
Perbandingan koefisien = 2 : 1 : 2
b. Reaksi pembentukkan gas hidrogen klorida
H2(g) + Cl2(g)
2HCl(g)
Perbandingan volume = 1 : 1 : 2
Perbandingan koefisien = 1 : 1 :2
c. Reaksi pembentukan gas ammonia
3 H2(g) + N2(g)
2NH3(g)
Perbandingan volume = 3 : 1 : 2
Perbandingan koefisien = 3 : 1 : 2
Jadi, dari ketiga persamaan reaksi tersebut dapat disimpulkan bahwa :
Perbandingan volume gas sesuai dengan perbandingan koefisien reaksinya.
Kesimpulan tersebut dapat digunakan untuk membuat rumusan
penentuan volume gas dalam suatu reaksi kimia.
pA(g) + qB (g)
rC(g) + sD(g)
Jika dimisalkan volume gas A sebanyak x liter,volume gas lain dapat
dihitung dengan rumusan :
Volume gas yang dicari
=
x
ui angdiketah koefisieny
ngdicari koefiienya
volume yang diketahui.
5. Hukum Avogadro
Menurut hipotesis Dalton-Gay Lussac :
2 volume hidrogen + 1 volume oksigen
2 volume uap air
2 n atom hidrogen + 1 n atom oksigen
2 n molekul uap air
Dari perbandingan tersebut berlaku :
2 atom hidrogen + 1 atom oksigen
2 molekul uap air
Jadi,untuk menghasilkan 2 molekul uap air diperlukan 1 atom oksigen.
Berarti,untuk menghasilkan 1 molekul uap air diperlukan atom oksigen.
Data tersebut sangat bertentangan dengan teori atom Dalton
sebelumnya yang menyatakan bahwa atom tidak dapat dibagi-bagi sehingga
tidak mungkin 1 molekul air dibentuk oleh 1 atom hidrogen dan atom
oksigen. Karena alasan inilah,hipotesis Dalton-Gay-Lussac ditolak. Pada tahun
1811,Amedeo Avogadro berpendapat bahwa unsure-unsur tersebut tidak
harus merupakan atom-atom bebas tetapi dapat berupa gabungan dari atom-
atom yang sama membentuk molekul. Atas dasar ini,Avogadro
mengembangkan hipotesis yang diajukan Dalton-Gay-Lussac.
Pada suhu dan tekanan yang sama,semua gas yang volumenya sama
mengandung jumlah molekul yang sama.
Berarti,jika :
2 volume gas hidrogen + 1 volume gas oksigen
2 volume uap air
2 n molekul gas hidrogen + 1n molekul gas oksigen
2n molekul uap air.
Perhatikan bahwa dalam setiap molekul air yang dihasilkan,terdapat 1
buah atom oksigen bukan atom oksigen. Hipotesis ini dibuktikan
kebenarannya melalui berbagai eksperimen dan sekarang dikenal sebagai
Hukum Avogadro.
Berdasarkan Hukum Avogadro,diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Pada suhu dan tekanan yang sama,perbandingan volume gas sesuai dengan
perbandingan jumlah molekulnya.
Hukum Avogadro dapat dirumuskan dengan pesamaan sebagai berikut
Volumegasy
Volumegasx
kuly jumlahmole
kulx jumlahmole
=
Untuk perhitungan penyelesaian soal-soal yang berkaitan dengan
volume gas dan jumlah molekul,dapat dirumuskan sebagai berikut.
Jumlah molekul yang dicari =
iketahui xVgasyangd
ketahui Vgasyangdi
cari Vgasyangdi
V gas =
iketahui xVgasyangd
etahui kulyangdik jumlahmole
ari kulyangdic jumlahmole
LEMBAR KERJA SISWA
Mata pelajaran : Kimia
Materi pembelajaran : Hukum-hukum Dasar Kimia
Kelas / semester : X / I
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
TUJUAN
Membuktikan berlakunya hukum kekakalan massa dan hkum perbandingan
tetap.
RINGKASAN MATERI
Bunyi hukum Lavoisier adalah :massa zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah sama. jika pemanasan dilakukan dalam tabung tertutup, maka massa
tabung beserta isinya sebelum dan sesudah reaksi akan sama. akan tetapi,
jika pemanasan dilakukan dalam tabung terbuka, maka massa tabung dan
isinya setelah pemanasan akan lebih kecil, karena satu hasil (oksigen) berupa
gas.
Bunyi hukum Proust adalah Perbandingan massa unsur unsur dalam
suatu senyawa adalah tertentu dan tetap. Contoh : pada reaksi
pembentukkan air
Gas Hidrogen + Gas Oksigen
Air
1g 8g 9g
3g 8g 9g
1g 13g 9g
Dari uraian di atas dapat dibuat grafik hubungan massa hydrogen
versus massa oksigen dalam air sebagai berikut:
Maka perbandingan massa hydrogen : massa oksigen dalam air selalu
tetap, yaitu 1 : 8.
I. Hukum Kekalan Massa
ALAT DAN BAHAN
1. Tabung Y
2. Tutup gabus
3. Neraca
4. Larutan KCl 0,1 M
5. Larutan Pb(NO3)2 0,1M
6. Larutan Pb(CH3COOH)2 0.1M
7. Larutan KI 0,5M
LANGKAH KERJA
1. Timbang tabung Y kosong dan tutup gabusnya.
2. Isi salah satu kaki tabung dengan 5 ml larutan KCl 0,1M kemudian
timbang.
3. Isi kaki lainnya dengan 5ml larutan Pb(NO3)2 0,1M dengan volume yang
sama dengan KCl 0,1M. Kemudian timbang.
4. Miringkan tabung hingga kedua larutan bereaksi. Kemudian timbang
kembali. Catat hasil penimbangan sebagai data pengamatan.
5. Lakukan percobaan yang sama dengan menggunakan larutan
Pb(CH3COOH)2 0,1M dan larutan KI 0,5M
Massa zat yang bereaksi Massa zat hasil reaksi
Massa KCl 0,1
M
Massa Pb(NO3)2 0,1M
Massa KI
0,5M
Massa Pb(CH3COOH)2
0.1M
Pertanyaan
1. Manakah senyawa yang termasuk pereaksi ?
2. Bagaimana cara anda mengetahui telah terjadi reaksi dalam percobaan
ini ? Berapa massa zat hasil reaksi tersebut ? Bandingkan dengan massa
total pereaksi.
3. Apakah yang dapat anda simpulkan berdasarkan data percobaan
tersebut ?
KESIMPULAN DAN TUGAS
Berdasarkan percobaan tersebut, buatlah kesimpulan dan laporan secara
berkelompok dengan sebaik mungkin.
II. Hukum Perbandingan Tetap
ALAT DAN BAHAN :
1. Pembakar Bunsen
2. Neraca
3. Kaki tiga
4. Cawan porselin
5. Eksikator
6. Penjepit
7. Tembaga (II) oksida (CuO)
LANGKAH KERJA :
1. Timbang cawan porselin yang bersih dan kering, kemudian dicatat.
2. Masukkan senyawa tembaga (II) oksida sbanyak 7,95 g.
3. Panaskan (cawan + tembaga oksida) selama 1 jam.
4. Matikan api, tutup cawan dan simpan dalam eksikator sampai dingin.
5. Timbang kembali.
6. Ulangi langkah langkah tersebut hingga diperoleh bobot konstan.
7. Ulangi percobaan dengan bobot tembaga (II) oksida 15,9 g.
DATA PENGAMATAN
N
o
Massa Cawan
Kosong
Massa Cawan +
CuO Sebelum
Pemanasan
Massa cawan + CuO
setelah Pemanasan
I II III
1
2
PENGOLAHAN DATA
1. Massa CuO = (massa cawan + massa CuO) (massa cawan kosong)
2. Massa Cu = (massa cawan + massa Cu) ( massa cawan kosong)
(Data massa cawan + massa tembaga diambi; dari massa hasil
pemanasan dengan bobot konstan )
3. Massa oksigen = massa CuO massa Cu.
No Massa CuO Massa Cu Massa O Perbandingan
Massa Cu
dengan Massa O
1
2
Pertanyaan
1. Jelaskan alas an mengapa pemanasan perlu dilakukan sampai bobot
konstan!
2. Gambarkan grafik hubungan massa tembaga dan massa oksigen .
3. Jelaskan hasil perbandingan massa unsure tembaga dan oksigen .
Sesuaikan dengan Hukum Perbandingan Tetap!
4. Tentukan persen massa tembaga dan persen massa oksigen!
5. Jika massa tembaga (II) oksida sebanyak 23,85 g, perkirakan massa
tembaga dan massa oksigen yang dihasilkan!
KESIMPULAN DAN TUGAS
Berdasarkan percobaan ini, buatlah kesimpulan dan laporan secara
berkelompok dengan sebaik mungkin.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah :SMA Negri 9 Kupang
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/Semester : X/2
Pertemuan Ke : 1
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
Tahun Pelajaran : 2010/2011
Standar Kompetensi
Memahami hukum hukum dasar Kimia dan penerapannya dalam perhitungan
Kimia (Stoikiometri)
Kompetensi Dasar
Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum hukum dasar Kimia
melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam menyelesaikan
perhitungan Kimia (Stoikiometri)
Indikator
Mengkonversikan jumlah mol dengan jumlah partikel, massa dan volume zat.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
Menjelaskan pengertian mol sebagai satuan jumlah zat.
Mengkonversikan jumlah mol dengan jumlah partikel, massa dan volume zat.
II. MATERI PEMBELAJARAN
Perhitungan kimia
III. METODE PEMBELAJARAN
Metode : ceramah, Tanya jawab dan pemberian tugas.
Pendekatan : konsep.
IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Pembelajaran Waktu
Pendahuluan:
Prasyarat pengetahuan:
Siswa dapat menjelaskan dan menentukan massa
atom relatif dan massa molekul relatif suatu
senyawa.
Motivasi; Guru memberi gambaran mol sebagai satuan
10 menit
jumlah zat.
Kegiatan inti:
Guru menjelaskan tentang bilangan Avogadro dan
pengertian mol.
Guru menjelaskan tentang massa molar dan volume
molar.
Latihan soal-soal.
Guru menjelaskan hubungan jumlah mol dengan
koefisien reaksi.
Latihan soal-soal.
Penutup:
Guru merangkum atau memberi kesimpulan tentang
materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Guru memberi tugas.
60 menit
10 menit
V. SUMBER/ALAT/BAHAN PEMBELAJARAN
Sumber : Buku Teks Kimia Kelas X, Penerbit Grafindo
VI. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian
Penilaian Kognitif
Jenis : quis,tes lisan dan tes tulis
Bentuk : uraian
Penilaian Afektif
Lembar pengamatan sikap siswa.
2. Bentuk Instrumen:
Tes isian
3. Contoh Instrumen
1. Berapakah jumlah mol amonia yang terdapat dalam 3,01 x 10
26
molekul
NH3?
2. Asam sulfat digunakan secara luas dalam industri seperti industri
pupuk, detergen,cat, kertas dan industri bahan peledak. Tentukan
massa molar asam sulfat (H2SO4) jika diketahui Ar H=1, S=32 dan
O=16.
3. Berapa gramkah massa zat dari 5 mol emas jika diketahui Ar Au=197.
4. Berapakah jumlah mol 700 g batu kapur (CaCO3), jika diketahui Ar
Ca=40, C=12 dan O=16.
5. Berapa garam massa 896 mL gas SO2 yang diukur pada keadaan
STP?
6. terdapat 4,48 L gas hidrogen pada keadaan STP yang tepat bereaksi
dengan gas oksigen menghasilkan air. Tentukan massa air yang
dihasilkan (diketahui Ar H=1 dan O=16)!
2. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran
NO Kunci Jawaban Skor
1.
2.
Jumlah mol NH3 =
mol
mol molekul x
molekul x
500
10 02 , 6
10 01 , 3
1 23
26
=
Jadi, 3,01 x 10
26
molekul NH3 = 500 mol
Mr H2SO4 = (2 x Ar H)+ (1 x Ar S)+ (4 x Ar O)
= (2 x 1)+ (1 x 32)+ (4 x 16)
= 2+32+64
5
10
3.
4.
5.
6.
= 98.
Jadi, massa molar H2SO4 = Mr H2SO4 = 98 g mol
-1
Massa 5 mol Au = 5 mol x 197 g mol
-1
= 985 gram.
Mr CaCO3 = (1 x Ca)+ (1 x Ar C)+ (3 x Ar O)
= (1 x 40)+ (1 x 12)+ (3 x 16)
= 40+12+48
= 100.
Mm CaCO3 = Mr CaCO3
Jumlah mol CaCO3 =
mol
mol g
g
7
100
700
1
=
5
15
15
10
Total Skor 60
Mengetahui, Kupang, Agustus 2010
Kepala Sekolah, Calon Guru Kimia
( ) Isabela Florida Jedobare
BAHAN AJAR
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X/2
Materi Pembelajaran : Perhitungan Kimia
I. Standar Kompetensi
Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan
kimia (stoikiometri)
II. Kompetensi Dasar
Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum-hukum dasar kimia
melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam menyelesaikan
perhitungan kimia.
III. Uraian Materi
Untuk menghitung jumlah partikel yang merupakan suatu materi yang
sangat kecil, digunakan konsep mol. Mol menyatakan satuan jumlah zat.
Satuan jumlah zat ini sama halnya dengan penyederhanaan jumlah suatu
barang.penyederhanaan ini perlu dilakukan karena proses kimia yang
berlangsung dalam kehidupan sehari-hari melibatkan sekumpulan partikel
sangat kecil yang jumlahnya sangat banyak.
Perhitungan konsep mol
Mol menyatakan satuan jumlah zat. Satu mol nilainya sebesar tetapan
Avogadro.
1 mol = L partikel
L = bilangan Avogadro = 6.02 x 10
23
partikel/mol
Hubungan antara jumlah mol dengan jumlah partikel tersebut dapat
dirumuskan :
Jumlah mmol x =
L
ikelx jumlahpart
Atom = jumlah x = n x L
Keterangan :
n = jumlah mol
L = bilangan Avogadro
a. Massa molar
Massa suatu zat disebut massa molar dengan satuan gram/mol. Bilangan
massa molar atom unsur sama dengan bilangan massa atom relatif yang
membedakannya hanya satuannya. Massa molar ditentukan dann massa
molar ditentukan dari massa atom relatif atau ,massa molekul relatif.
Untuk atom berlaku:
Massa molar (gram/mol) = massa atom relatif
Mm = Ar (sma)
Untuk senyawa berlaku:
Massa molar (gram/mol) = massa molekul relatif
Mm = Mr
Untuk menghitung jumlah mol zat yang diketahui jumlah massanya
digunakan rumus :
Jumlah mol =
massaMolar
massaZat
atau n =
Ar
M
atau n =
Mr
M
b. Volume molar
Volume molar didefenisikan sebagai volume satu mol zat dalam wujud gas
pada keadaan standar. Volume molar dalam keadaan STP.
Sesuai persamaan gas ideal Vm =
P
T x R x n
=
atm
K x K mol atm L x mol
1
273 082 . 0 1
1 1
= 22.4 L
VSTP = 22.4 L
Keterangan :
P = tekanan (atm)
V = volume (L)
n = jumlah mol gas (mol)
T = suhu (K)
R = tetapan gas = 0.082 L atm mol
-1
K
-1
Secara umum perhitungan jumlah mol gas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Jumlah mol gas x =
STP
V
Volumegasx
Volume gas x = jumlah mol gas x VSTP
c. Hubungan jumlah mol dan koefisien reaksi
Jumlah mol suatu zat dalam reaksi kimia dapat ditentukan dengan persamaan
rumus:
Jumlah mol =
diketahui yang mol jumlah x
diketahui yang koefisien
dicari yang koefisien
PERTANYAAN
1. Hitung banyaknya molekul gas NO2 dalam 1.5 mol gas NO2?
2. Hitung jumlah mol gas belerang dioksida jika diketahui jumlah partikel SO2
adalah 3.01 x 10
-23
molekul?
3. Berapa gramkah massa zat-zat berikut:
a. 5 mol emas (Ar = 197)
b. 8 mol gula (C12H22O11)dimana Ar: C= 12, H=1, O=16.
4. Berapakah jumlah mol 700 gram batu kapur CaCO3 jika diketahui Ar Ca=40,
C=12,dan O=16?
5. Berapa volume (dalam mL) 2,408 x 10
21
molekul gas hydrogen?
6. Terdapat 4.48 L gas hydrogen pada keadaan STP yang tepat bereaksi dengan
gas oksigen menghasilkan air. Tentukan:
a. Volume dan massa gas oksigen yang bereaksi pada keadaan STP
b. Massa air yang dihasilkan (diketahui Ar H=1, O=16)
KUNCI JAWABAN
1. Jawab:
mol zat = 6.02 x 10
23
partikel
n = 1.5 mol
jumlah molekul gas NO2 = n x L
= 1,5 x 6,02 x 10
23
molekul NO2
= 9,03 x 10
23
molekul NO2
2. Jawab:
jumlah partikel = 3.01 x 10
-23
molekul
jumlah mol SO2 = 2 23
23
005 . 0 1
10 02 . 6
10 01 . 3
SO mol mol x
molekul x
molekul x
=
3. Jawab:
a. massa 5 mol Au = 6 mol x 197 gr/mol = 985 mol
b. Mr C12H22O11 = (12x Ar C) + (22x Ar H) + (11 x Ar O)
= (12x 12) + (22x 1) + (11 x 16)
= 342gr/mol
Massa 1 mol gula = 342 gram
Massa 8 mol gula = 7 mol x 342gr/mol = 2736 gram.
4. Jawab:
Mr CaCO3 = (1x Ar Ca) + (1x Ar C) + (3 x Ar O)
= (1x 40) + (1x 12) + (3 x 16) = 100
n CaCO3 =
mol
mol gram
gram
Mr
m
7
/ 100
700
= =
5. Jawab:
jumlah mol H2 =
mol molekul x
molekul x
/ 10 02 , 6
10 408 , 2
23
23
= 4 x 10
-3
mol
Volume H2 = n H2 x VSTP = 4 x 10
-3
mol x 22,4 L mol
-1
= 89,6 x 10
-3
L
=89,6 mL
6. Jawab:
a. Persamaan reaksi : 2 H2(g) + O2(g) 2 H2O(l)
Jumlah mol H2 =
mol
mol L
L
STP molar volume
H volume
2 , 0
4 , 22
49 , 4
1
2
= =
Jumlah mol O2 = 2
2
3
H mol jumlah x
H koefisien
O koefisien
=
mol mol x 1 , 0 2 , 0
2
1
=
Volume O2 = n O2 x VSTP
= 0,1 mol x 22,2 l mol
-1
= 2,24
Massa O2 = n O2 x Mr O2
= 0,1 mol x 32 g mol
-1
= 3,2 g.
b. Jumlah mol H2O = jumlah H2 = 0,2 mol (karena koefisiennya sama).
Massa H2O = n H2O x Mr H2O
= 0,2 mol x 18 g mol
-1
= 3,6 g.
Kupang, Agustus 2009
Mengetahui Guru Kimia
Kepala Sekolah
( ) Isabela Florida Jedobare
NIP :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah :SMA Negeri 9 Kupang
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/Semester : X/2
Pertemuan Ke : 2
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
Tahun Pelajaran : 2008/2009
Standar Kompetensi
Memahami hukum hukum dasar Kimia dan penerapannya dalam perhitungan
Kimia (Stoikiometri)
Kompetensi Dasar
Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum hukum dasar Kimia
melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam menyelesaikan
perhitungan Kimia (Stoikiometri)
Indikator
+ Menentukan rumus empiris dan rumus molekul
+ Menentkan rumus air kristal
+ Menentukan kadar zat dalam senyawa
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
Menentukan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa.
Menentukan rumus air kristal.
Menentukan kadar zat dalam suatu senyawa.
II. MATERI PEMBELAJARAN
Perhitungan kimia
III. METODE PEMBELAJARAN
Metode : ceramah, Tanya jawab dan pemberian tugas.
Pendekatan : konsep.
IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Pembelajaran Waktu
Pendahuluan:
Prasyarat pengetahuan:
Siswa dapat menentukan jumlah mol, Ar dan Mr
(kuis).
Motivasi; guru melakukan percobaan bagaimana pengaruh
10 menit
kandungan air terhadap bentuk kristal melalui pemanasan
CuSO4.2H2O (biru) CuSO4 (putih)
Kegiatan inti:
Guru menyampaikan informasi tentang rumus
empiris dan rumus molekul.
Latihan penentuan rumus empiris dan rumus
molekul.
Guru menjelaskan tentang penentuan rumus
senyawa hidrat (air kristal).
Latihan soal-soal.
Guru menjelaskan tentang penentuan kadar unsure
dalam suatu senyawa.
Latihan penentuan kadar unsur
Penutup:
Guru merangkum atau memberi kesimpulan tentang
materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Guru memberi tugas.
60 menit
10 menit
V. SUMBER/ALAT/BAHAN PEMBELAJARAN
Sumber : Buku Teks Kimia Kelas X, Penerbit Grafindo
VI. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian
Penilaian Kognitif
Jenis : quis,tes lisan dan tes tulis
Bentuk : uraian
Penilaian Afektif
Lembar pengamatan sikap siswa.
2. Bentuk Instrument:
Tes isian
3. Contoh Instrument
1. Suatu senyawa yang terdiri dari unsur C, H, dan O berisi 40% C; 6,67%
H dan sisanya O, jika Mr senyawa itu 60, tentukan rumus empiris dan
rumus molekulnya!
2. Pemanasan 31,2 g garam magnesium sulfat hidrat menghasilkan 24 g
magnesium anhidrat. Jika Ar Mg=24; S=32 ; O=16 dan H=1, tentukan
jumlah molekul hidrat yang terikat dan rumus senyawa terhidratnya!
3. Tentukan massa Al, S dan O dalam 171 kg senyawa Al2(SO4)3. jika
diketahui Ar Al=27, S=32 dan O=16!
Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran
NO Kunci Jawaban Skor
1.
Berat C =
g g x 40 100
100
40
=
Berat H =
g g x 67 , 6 100
100
67 , 6
=
Berat O = 100- (40+6,67 g)=53,33 g.
Perbandingan molekul C : H : O adalah
16
33 , 53
:
1
67 , 6
:
12
40
20
2.
= 3,33 : 6,67 : 3,33
= 1 : 2 : 1
Rumus empirisnya adalah: CH2O
Rumus molekulnya: (CH2O)n = 60
= (12+2+16)n = 60
= 30n = 60
n =
2
30
60
=
jadi rumus molekul senyawa tersebut adalah C2H4O2.
Jadi, 3,01 x 10
26
molekul NH3 = 500 mol
Mr H2SO4 = (2 x Ar H)+ (1 x Ar S)+ (4 x Ar O)
= (2 x 1)+ (1 x 32)+ (4 x 16)
= 2+32+64
= 98.
Jadi, massa molar H2SO4 = Mr H2SO4 = 98 g mol
-1
Persamaan reaksi;
MgSO4. xH2O MgSO4 + xH2O
Massa H2O = massa MgSO4. xH2O massa MgSO4
= 31,2 g 24 g = 7,2 g
Jumlah mol MgSO4 =
mol
mol g
g
MgSO Mr
MgSO massa
2 , 0
120
24
1
4
4
= =
Jumlah mol H2O =
1
2
2
18
2 , 7
=
mol g
g
O H Mr
O H massa
= 0,4 mol
Jumlah mol MgSO4 : jumlah H2O = koefisien MgSO4 :
koefisien H2O = 0,2 : 0,4 = 1: x
= 0,2 x = 0,4
X = 2
Jumlah molekul hidrat = 2
Jadi, rumus senyawa tersebut adalah MgSO4. 2H2O
Mr Al2(SO4)3 = 342 g mol
-1
Massa Al =
kg kg x
mol g
gmol x
SO Al massa x
SO Al Mr
Al Ar x
27 171
342
27 2
) (
) (
2
1
1
3 4 2
3 4 2
= =
10
3.
Massa S =
kg kg x
mol g
gmol x
SO Al massa x
SO Al Mr
s Ar x
48 171
342
32 3
) (
) (
3
1
1
3 4 2
3 4 2
= =
Massa O =
kg kg x
mol g
gmol x
SO Al massa x
SO Al Mr
O Ar x
96 171
342
16 12
) (
) (
12
1
1
3 4 2
3 4 2
= =
Total Skor 60
Mengetahui, Kupang,
Kepala Sekolah, Calon Guru Kimia
( ) Isabela Florida Jedobare
NIP : NIM : 0701060519
BAHAN AJAR
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X/2
Materi Pembelajaran : Perhitungan Kimia
I. Standar Kompetensi
Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan
kimia (stoikiometri)
II. Kompetensi Dasar
Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum-hukum dasar kimia
melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam menyelesaikan
perhitungan kimia.
III. Uraian Materi
a. Penentuan Rumus Empiris Dan Rumus Molekul
Rumus empiris merupakan rumus perbandingan jumlah mol unsure-
unsur yang menyusun suatu senyawa. Menentukan rumus empiris berarti
menghitung jumlah mol unsure-unsur kemudian membandingkannnya.
Dalam penentuan tersebut diperlukan sejumlah data, yaitu:
a. Massa unsur, perbandingan massa unsur atau perentase massa unsur yang
menyusun senyawa;
b. Massa atom relative (Ar) unsur tersebut.
Adapun rumus molekul senyawa merupakan rumus kimia yang
menggambarkan jumlah atom dan unsur penyusun senyawa. Dalam penentuan
rumus molekul, perlu ditentukan terlebih dahulu rumus empirisnya. Selanjutnya,
dengan menggunakan data massa molekul relativ (Mr) senyawa dapat
ditentukan rumus molekulnya.
Contoh soal:
+ Diketahui bahwa suatu senyawa mengandung unsur karbon, hidrogen
dan oksigen, dalam 3 garam senyawa itu terdapat 1,2 gram karbon, 0,2
gram hydrogen dan sisanya adalah oksigen. Tentukan rumus empiris
senyawa tersebut!
Jawab:
Jumlah mol C =
mol
mol g
g
1 , 0
120
12
1
=
Jumlah mol H =
mol
mol g
g
2 , 0
1
2 , 0
1
=
Massa O =
kg kg x
mol g
gmol x
SO Al massa x
SO Al Mr
O Ar x
96 171
342
16 12
) (
) (
12
1
1
3 4 2
3 4 2
= =
PERTANYAAN
1. Suatu senyawa hidrokarbon mengandung 85,7% massa karbon dan sisanya
massa hydrogen. Jika ditentukan Ar H=1, C=12 dan Mr senyawa hidrokarbon
56, tentukan rumus empiris dan rumus molekul senyawa tersebut.
jadi rumus molekulnya adalah (CH2)4 atau C4H8.
2. Pemanasan 31,2 garam magnesium sulfat hidrat menghasilkan 24 g
magnesium anhidrat. Jika diketahui Ar Mg = 24; S=32; O=16; dan H=1,
tentukan jumlah molekul hidrat yang terikat dan rumus senyawa terhidratnya.
3. Tentukan massa Al, S dan O dalam 171 kg senyawa Al2(SO4)3 jika diketahui
Ar Al = 27, S=32 dan O=16.
KUNCI JAWABAN
1. Jawab:
% massa hydrogen = 100% - % massa karbon
= 100% - 85,7% = 14,3%
Perbandingan jumlah mol C : jumlah mol H =
r r
A
H
C A
C %
:
%
=
2 : 1 3 , 14 : 14 , 7
1
% 3 , 14
:
12
% 7 , 85
= =
jadi rumus empiris senyawa teresbut
= (CH2)n.
Massa molekul relatif (CH2)n = 56
(Ar C+ (2 x ArH)n= 56
(12+ (2 x 1)n = 56
n = 4
Jadi rumus molekulnya adalah (CH2)4 atau C4H8.
2. Jawab:
MgSO4.xH2O MgSO4 + xH2O
Massa H2O = massa MgSO4.xH2O massa MgSO4
= 31,2 g 24 g = 72 g
Jumlah MgSO4 =
mol
mol g
g
MgSO M
MgSO massa
r
2 , 0
120
24
1
4
4
= =
Jumlah H2O =
mol
mol g
g
O H M
O H massa
r
4 , 0
18
2 , 7
1
2
2
= =
Jumlah mol MgSO4 : jumlah H2O = koefisien MgSO4 : koefisien H2O
= 0,2 : 0,4 = 1: x
= 0,2 x = 0,4
x = 2
Jumlah molekul hidrat = 2
Jadi, rumus senyawa tersebut adalah MgSO4. 2H2O
3. Jawab:
Mr Al2(SO4)3 = (2 x Ar Al)+ (3 x Ar S)+ (12 x Ar O)
= (2 x 27)+ (3 x 32)+ (12 x 16)
= 342.
Massa Al = 3 4
3 4 2
) (
) (
2
SO Al massa x
SO Al M
Al A x
r
r
Massa Al =
27 171
342
27 2
= kg x
x
Massa S =
kg kg x
mol g
gmol x
SO Al massa x
SO Al Mr
s Ar x
48 171
342
32 3
) (
) (
3
1
1
3 4 2
3 4 2
= =
Massa O =
kg kg x
mol g
gmol x
SO Al massa x
SO Al Mr
O Ar x
96 171
342
16 12
) (
) (
12
1
1
3 4 2
3 4 2
= =
Jumlah mol O2 =
mol
mol g
g
25 , 1
32
40
1
= =
Jumlah mol O2 =
mol
mol g
g
5 , 1
32
48
1
= =
uh
l O H s CaCO
ker
) ( 2 ) ( 3 +
Massa C dalam senyawa karbon dapat dihitung dari massa CO2 yang
dihasilkan. Massa C dalam senyawa karbon sama dengan massa C dalam
CO2 dan dapat dihitung dengan rumus sbb ;
Sedangkan massa H dalam senyawa karbon sama dengan massa H dalam
H2O. Massa H ini dapat dihitung dengna menggunakan rumus sbb;
. Adapun massa O dalam senyawa karbon dapat dihitung dengan menerapkan
hukum kekekalan massa sehingga diperoleh persamaan berikut.
Membahas soal :
a. Kekeruhan pada air kapur disebabkan oleh gas Co2
b. Perubahan warna kertas kobalt disebabkan oleh air
- Guru memberi tugas
Pada pembakaran suatu senyawa kidrokarbon, dihasilkan 6,6 g gas CO2
dan 2,7 g uap air.jika diketahui massa molekul relatif (Mr) senyawa
hidrokarbon tersebut adalah 42, tentukan massa atom C, H dan O.
( diketahui Ar C=12, H=1, dan O=16)
VI. Penilaian
Indiaktor : Mengidentifikasi unsur C, H dan O dalam senyawa karbon.
Jenis tagihan : tugas mandiri
Contoh istrumen :
Pada pembakaran suatu senyawa kidrokarbon, dihasilkan 6,6 g gas CO2 dan
2,7 g uap air. Jika diketahui massa molekul relatif (Mr) senyawa hidrokarbon
tersebut adalah 42, tentukan massa atom C, H dan O. ( diketahui Ar C=12, H=1,
dan O=16).
Bentuk instrumen : uraian obyektif.
Kunci jawaban :
Reaksi pembakaran hidrokarbon berlangsung sebagai berikut ;
CxHy + O2