Anda di halaman 1dari 7

Mata Kuliah Telaah Kurikulum Rabu, 27 Mei

2020

Presentasi Kelompok 1: Menganalisis Permasalahan Materi Ajar Kimia SMA Kelas XII

Anggota Kelompok:
1. Ria Yasinta (4301417013)
2. Wahyu Amirudin Raharto (4301417039)
3. Fifi Amalia Lutfiana (4301417053)
4. Fira Oktavia (4301417071)

Pertanyaan Sesi Tanya Jawab

Budiyanto (4301517043)

1. Faktor penyebab miskonsepsi ada kondisi siswa dan buku, karena siswa menjadi faktor
utama penyebab terjadinya miskonsepsi setiap materi yang ada, seperti apakah siswa
yang diharapkan dalam meminimalisir miskonsepsi yang terjadi, dan hasilnya kira kira
seperti apa?
2. Selain dari kedua penyebab tersebut, apakah guru atau tenaga pendidik selalu tidak
menjadi faktor penyebab miskonsepsi pada siswa? Adakah kemungkinan guru juga
menjadi penyebab miskonsepsi pada siswa? Padahal kemampuan setiap guru berbeda
beda, sama halnya dengan kondisi siswa yang setiap siswanya mempunyai kemampuan
berbeda pula.

Jawaban:

1. Penyebab miskonsepsi yang berasal dari Siswa meliputi: Prakonsepsi yang salah,
artinya konsep awal yang tidak tepat, dimana konsep tersebut sudah lebih dulu
dimiliki oleh siswa. Selain itu, karena Intuisi yang salah, dimana siswa
mengungkapkan gagasannya mengenai suatu konsep secara spontan sebelum
mempelajarinya terlebih dahulu.

Siswa yang diharapkan dalam meminimalisir terjadinya miskonsepsi adalah siswa


yang mampu membangun jaringan supaya informasi tersebut sesuai dengan informasi
yang ada pada memori jangka panjang, jika informasi baru tersebut tidak dapat terikat
secara tepat pada struktur kognitif siswa, maka akan terjadi kurang pemahaman atau
miskonsepsi.
Jaringan yang dimaksud adalah referensi pengetahuan atau informasi
Hasilnya siswa akan lebih mengerti dan pahan betul informasi yang disampaikan, dan
dapat menimalisir miskonsepsi.
2. Pasti ada kemungkinan seorang guru menjadi penyebab miskonsepsi, berikut ini
merupakan faktor penyebab miskonsepsi, dapat dibagi menjadi lima sebab utama,
yaitu berasal dari siswa, pengajar, buku teks, konteks, dan cara mengajar. Berikut
penjelasan yang terkait dengan faktor-faktor penyebab kenaikan miskonsepsi pada
siswa.
Siswa: Prakonsepsi, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik , alasan yang tidak
lengkap, intuisi yang salah, perkembangan kognitif seseorang, kemampuan
seseorang, minat belajar seseorang
Pengajar: Tidak menguasai bahan, Bukan dari bidang ilmu , Tidak ada yang
membahas tentang ide, Relasi guru- Seseorang tidak baik
Buku Teks: Penjelasan Keliru, salah tulis terutama hearts rumus, Tingkat Penulisan
buku terlalu tinggi bagi seseorang, Tidak industri tahu membaca buku
teks, buku fiksi dan kartun sains sering salah konsep karena alasan
menariknya yang perlu.
Konteks: Pengalaman seseorang, bahasa sehari-hari yang berbeda, teman diskusi
yang salah, keyakinan dan agama , penjelasan orang tua yang keliru,
percakapan hidup seseorang (tv, radio, film yang keliru, perasaan senang
tidak senang, bebas atau tertekan).
Cara mengajar: Hanya berisi ceramah dan menulis, langsung ke dalam bentuk
matematika, tidak mengungkapkan miskonsepsi, tidak mengoreksi
PR, model analogi yang diapakai kurang tepat, model menerobos
ketat, dan lain-lain.
Tanggapan: Apakah karena kurangnya relasi pengajar tersebut jadi ide-ide terkait
mengajar, atau menyampaikan yang sekiranya bagus belum
dikembangkan?
Jawaban: Ide disini bisa seperti mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari atau
memunculkan hal inovatif yang berkaitan dengan materi, dengan begitu
siswa akan lebih mudah paham dalam menerima pembelajaran.
Tanggapan Marga: Bagaimana cara mengatasi nya jika malah guru yang mengalami
miskonsepsi?
Jawaban: Guru harus lebih belajar lagi tapi bukankah kita dituntun menjadi guru
profesional sehingga pemahaman konsep kita harus benar-benar matang.
Marga: Untuk mengetahui miskonsepsi atau tidaknya seorang guru biasanya kan
ketauan saat dilakukan evaluasi pengajaran dari guru yang lebih ahli, lalu
bagaimana jika miskonsepsi tersebut belum diketahui dan sudah terlanjur
ditransfer kepada siswa mengenai konsepnya yang salah.
Tanggapan M. Nur Abdul Aziz: Tapi selama saya sekolah kok belum pernah
merasakan diajar oleh gruu yang evaluasi pengajaran. Saya menangkap
evaluasi pengajaran dimaksud adalah evaluasi konsep. Kalau evaluasi kinerja
guru sudah beberapa kali.
Marga: Dulu waktu SMA evaluasi kinerja guru saya di lakukan oleh guru sesama
mapel yang lebih senior pada saat mengajar, jadi pernah terjadi miskonsepsi
tersebut ketahuan saat dilakukan evaluasi pengajaran.
Jawaban Kelompok 1: Nah kalau Marga pernah mengalami hal tersebut, mungkin 2
guru tersebut membahas bersama lalu pertemuan selanjutnya disampaikan
klarifikasi. Dengan klarifikasi setelah proses pembelajaran tersebut sudah
benar, karna guru ingin mencegah miskonsepsi terjadi saat berlangsungnya
pembelajaran.

Egit Tiana (4301417068)

1. Apakah pada kimia unsur tidak terdapat miskonsepsi pada materi ion kompleks?
2. Pada miskonsepsi makromolekul poin E, tolong dijelaskan salah peletakan gugus NH 2
dan COOH itu contohnya seperti apa?

Jawaban:

1. Pada materi kimia unsur tentang ion kompleks yg masuk pada materi unsur periode 4
biasanya terjadi miskonsepsi pada tata nama ion kompleks siswa sering salah atau
terbalik dalam memberikan nama ion kompleks karena aturan penamaan ion komplek
terdapat dua, yaitu ketika posisi ion kompleks kation anion dan anion kation dalam
penerapannya siswa sering salah karena masih terdapat siswa yang bingung dalam
menentukan kation anion maupun ligan penyusunnya.
2. NH2 dan COOH merupakan gugus penyusun protein dalam struktur protein gugus NH 2
dan COOH terdapat pada garis yang sejajar, seringkali siswa tidak memperhatikan hal
tersebut sehingga asal menuliskan gugus-gugus pada protein padahal hal tersebut salah.
Padahal penulisan tersebut sangat berpengaruh karena konsep dari protein sendiri
seperti itu dan menggambarkan bagaimana ikatan peptida dapat terbentuk.

Tanggapan:

1. Egit Tiana: Untuk jawaban pertanyaan 1, menurut kalian bagaimana cara mengatasi
agar siswa tidak terbalik/salah saat memberikan nama ion kompleks?
Jawaban: Menurut kelompok kami terlebih dahulu kita menanyakan kembali tentang
konsep kation anion sehingga siswa dapat mengingatnya kemudian
mengingatkan tentang bilangan oksidasi yang nantinya digunakan juga
untuk penuntuan muatan ion kompleks dan bilangan koordinasi selain itu
siswa juga harus paham macam-macam ligan kemudian kita sampaikan
penamaan dari ion kompleks.
Iqbal Watsofi: Berarti ada review materi sebelumnya ya.. sebelum lanjut ke materi
berikutnya.
Jawaban: Iya seperti kita melakukan kegiatan apersepsi.
Fernanda: Iya memang karena kelas XII merupakan kelas terkahir dingkat SMA,
pastinya materi yg diajarkan berkaitan dengan materi yg sebelumnya.
Oleh karena itu jangan sampai terjadi miskonsepsi pada materi
sebelumnya agar pembelajaran di kelas XII berjalan lancar
2. Elyana Wahdatun Nisa: Saya ingin menanggapi jawaban Fira yang nomor 2.
Mengenai penulisan gugus COOH dan NH2 yang harus sejajar itu kan ada beberapa
buku yg tidak menuliskan struktur asam amino yang seperti itu, dan sepertinya siswa
akan lebih mempercayai contoh dari buku. Jadi bagaimana sebaiknya guru harus
menyikapi ya?

Contohnya ini pada buku Lehninger 2004 berjudul principle of biochemistry kalau
tidak salah. Siswa mungkin bingung membedakan penulisan struktur asam amino
setelah digabung jadi protein jika peletakan gugusnya berpindah-pindah.
Jawaban: Iya mengapa sejajar karena mempermudah siswa dalam menentukan ikatan
peptida –CO-NH
Tanggapan: M. Nur Abdul Aziz: Jika saya pribadi yang menjadi guru, akan
membebaskan karena dari sumber sumber tersebut disusun oleh orang
yang berkompeten dibidang kimia sebelum ada pelursan dari ahli atau
pakar mengenai penulisan tersebut, yang harus dipahmi bahwa garis
ikatan itu pada N-C nya.
Kelompok 1: Namun berdasarkan buku yang saya baca juga kebanyakan posisi
sejajar dan mengingat kembali mata kuliah kimia organik ketika disuruh
menyusun protein dimana yang direksikan adalah gugus NH2 dan
COOH. Pada buku dan soal-soal dari Pak Ersang juga digambarkan
secara sejajar.
Elyana Wahdatun Nisa: Iya, terima kasih Fira dan teman-teman semua
yang sudah menjelaskan. Berarti bukan bergantung kesejajaran gugus
(hanya mempermudah) tapi ditekankan pada ikatan peptidanya. Berarti
siswa yang menuliskan tidak sejajar tidak dianggap miskonsepsi.

Muhammad Mur Abdul Aziz (4301417073)

Untuk materi kelas XII terutama semester 2 yang waktu efektif ±3 bulan seelbuhnya lebih
difokuskan untuk UN, ditambah dengan kondisi saat ini yang membuat senuanya serba
terbatas termasuk kegiatan sekolah. Bagaimana cara mengatasi/memininalkan miskonsepsi
yang muncul karena kondisi saat ini? Dalam kondisi normal saja miskonsepsi sering terjadi
apalagi dalam keadaan yang seperti sekarang tanpa dampingan dan pengawasan langsung
oleh guru.

Jawaban:

Kita sadari bersama bahwa pembelajaran online seperti saat ini memungkinkan untuk
menimbulkan miskonsepsi pada siswa, terlebih untuk siswa kelas XII yang harus
menyelesaikan materi dan persiapan Ujian Nasional, untuk itu diperlukan usaha untuk
meminimalisirnya.

Usaha yang dapat dilakukan oleh guru adalah :

1. Dengan membagi waktu antara antara materi yang sulit dengan materi yang mudah,
dengan memberikan waktu yang lebih banyak pada materi yang sulit.
2. Pembelajaran disampaikan berupa file/tulisan, audio dan video.
3. Dibuka ruang diskusi pada siswa untuk bertanya tentang materi yg disampaikan (ex:
penggunaan Google Meet yang membuat siswa dapat bertanya langsung pada guru).
4. Diberikan test diakhir tentang materi untuk mengetahui bagian materi yang belum
dipahami siswa.

Tanggapan M. Nur Abdul Aziz: Terima kasih sudah cukup menjawab. Untuk poin pertama
bisa diterima. Poin 2-4 bisa disimpulkan pembelajaran berbasis online. untuk
SMA yang pada dasarnya adalah pendidikan dasar, tidak menutup kemungkinan
ada siswa yang berlatar belakang ekonomi yang rendah, uang jajan sekolah
normal saja kadang-kadang. Apalagi untuk memfasilitasi pembelajaran online,
dari kita sebagai guru mungkin ada solusi apa?

Jawaban: Tidak bisa dipungkiri hal ini pasti mungkin terjadi. menurut kami jika
memungkinkan guru dapat menemui siswa langsung kerumahnya atau
sebaliknya dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, atau siswa
tersebut dapat pergi kerumah temannya untuk belajar bersama.

Tanggapan Fernanda: Kalo seperti demikian sepertinya kurang efektif dilakukan


di pandemi seperti ini dan guru akan kewalahan.

Jawaban: Iya memang sedikit beresiko jika seperti itu, tapi daripada siswa tidak
mendapatkan pelajaran sama sekali langkah itu mungkin bisa di ambil.
Hal ini saya mengambil contoh dari sekitar saya dimana siswa tidak
memiliki smartphone untuk pembelajaran online.

Dibeberapa SMA di daerah saya, ada pendataan siswa tidak mampu


yang nantinya mendapatkan bantuan Kouta dari pihak sekolah, gunanya
untuk memenuhi keberlangsungan pembelajaran siswa sendiri

Tanggapan Tasya: Itu yang siswa tidak mampu dapat subsidi kuota,
sedangkan kalau siswa yang sudah sinyal bagaimana?
Masalahnya banyak kejadian yang faktor utamanya susah
sinyal.

Jawaban Ummaroh: Kalo untuk sinyal, seperti didaerah saya juga


kesulitan akan hal sinyal. Untuk menanggapinya, saya
menggunakan kartu yang sinyalnya lebih bisa diandalkan
didaerah.

Sanggahan Fernanda: Sebenernya tergantung niat belajar dari siswa


nya kalo sinyal. Kalo niat belajar tinggi, walaupun susah sinyal,
pasti tetep bisa melakukan sekolah online. Akan tetapi
sebaliknya, apabila niat belajarnya setengah-setengah, sinyal
menghalangi sekolah dengan mengandalkan alasan tidak adanya
sinyal sehingga tidak mengikuti pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai