Anda di halaman 1dari 8

Nama : Virna Damayanthy Ekasari

NIM : 302017078

FRAKTUR
A. Definisi

Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan yang di tentukan
sesuai jenis dan luasnya yang dapat mengakibatkan trauma langsung atau tidak langsung.

B. Klasifikasi fraktur
a. Berdasarkan Sifat
1. Fraktur terbuka, yang perlukaannya menembus kulit dan terlihat oleh mata.
2. Fraktur tertutup, yang perlukaanya di dalam kulit dan tidak muncul serta tidak
terlihat oleh mata.
b. Berdasarkan komplitnya
1. Fraktur komplit, yaitu yang terjadi pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran.
2. Fraktur inkomplit, terjadi hanya berbentuk serabut posisi tulang masih tetap
tetapi terdapat patahan
c. Berdasarkan radiologis
1. Fraktur transversal, yang garis patahannya tegak lurus terhadap sumbu
panjang tulang.
2. Fraktur komunikatif, yaitu terputusnya keutuhan jaringan yang terdiri dari dua
fragmen tulang.
3. Fraktur oblik, fraktur yang garis patahannya membuat sudut terhadap tulang.
4. Fraktur segmental, dua fraktur yang berdekatan pada satu tulang yang
menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya.
5. Fraktur implikasi, terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang yang berada
diantara vertebra.
6. Fraktur spinal, timbul akibat torsi ekstremitas.
C.
Perbedaan pada gambar di atas
1. Tipe I: luka kecil kurang dari 1 cm, terdapat sedikit kerusakan jaringan, tidak
terdapat tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang terjadi
biasanya bersifat simpel, tranversal, oblik pendek atau komunitif.
2. Tipe II: laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak terdapat kerusakan jaringan yang
hebat atau avulsi kulit. Terdapat kerusakan yang sedang dan jaringan.
3. Tipe III: terdapat kerusakan yang hebat pada jaringan lunak termasuk otot, kulit
dan struktur neovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. Dibagi dalam 3 sub tipe
lagi tipe
a. IIIA : jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah,
b. tipe IIIB : disertai kerusakan dan kehilangan janingan lunak, tulang tidak dapat
di tutup jaringan lunak dan
c. tipe IIIC : disertai cedera
arteri yang memerlukan
repair segera.
D. Perbedaan pada gambar di atas
1. Simple fraktur atau biasa disebut fraktur tertutup, merupakan terjadinya patah
tulang yang tidak menyebabkan robekan pada kulit.
2. Kominuted fraktur, terputusnya keutuhan jaringan terdiri dari dua fragmen.
3. Fraktur terbuka, fraktur dengan luka pada kulit, atau membran mukosa sampai ke
patahan tulang.
E. Penyebab Fraktur dan Manifestasi Klinis pada Fraktur terbuka dan tertutup
a. Penyebab: terjatuh, benturan menyerang langsung ke tubuh, peristiwa traumatis,
seperti kecelakaan mobil atau luka tembak, dan cedera karena olahraga
b. Manifestasi klinis
1. Fraktur terbuka
Hilangnya kontinuitas tulang, adanya luka terbuka, serta tulang terpapar
dengan lingkungan luar sehingga memiliki risiko tinggi terjadinya infeksi.
Luka terbuka disebabkan oleh serpihan tulang yang menembus kulit saat
cedera
2. Fraktur tertutup
Nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus,
pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci
fragmen tulang diimobilisasi.
F. Fraktur yang disebabkan oleh tomur
Fraktur yang disenabkan marena tumor ini terjadi karena proses patologis penyakit
yang sudah tumbuh dalam tulang dan menyebabkan tulang menjadi rapuh, osteoporosis,
dan infeksi yang dapat terjadi di beberapa area. Kerusakan pembuluh darah pada saat
fraktur menyebabkan penurunan tekanan darah juga dengan suplay darah ke otak pun
menurun hingga dapat terjadi penurunan kesadaran akibat syok hipovolemi. Ketika
mengenai jaringan lunak maka terjadi luka dan kuman menjadi mudah masuk sehingga
mudah terinfeksi.
G. Penatalaksanaan Operatif dan Non Operatif
a. Operatif
Reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi eksterna, reposisi secara
non‒operatif yang diikuti dengan pemasangan fiksator tulang secara operatif dan
reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna.

b. Non Operatif
Dengan cara proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi, imobilisasi luar tanpa reposisi
(seperti pembidaian), reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan
imobilisasi, dan reposisi dengan traksi terus menerus selama masa tertentu pada
beberapa minggu, lalu diikuti dengan imobilisasi (seperti pemasangan gips).
H. Prinsi 4R dan PMS
a. Prinsip 4R
1. Recognition : diagnosa dan penilaian fraktur mengetahui dan menilai keadaan
fraktur dengan anannesis, pemeriksaan klinis dan radiologi. Pada awal
pengobatan perlu diperhatikan : lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan
tehnik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama
pengobatan.
2. Reduction : tujuannya untuk mengembalikan panjang & kesegarisan tulang.
Dapat dicapai yang manipulasi tertutup/reduksi terbuka progresi. Reduksi
tertutup terdiri dari penggunaan traksimoval untuk menarik fraktur kemudian
memanupulasi untuk mengembalikan kesegarisan normal/dengan traksi
mekanis. Reduksi terbuka diindikasikan jika reduksi tertutup gagal/tidak
memuaskan. Reduksi terbuka merupakan alat frusasi internal yang digunakan
itu mempertahankan dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid
seperti pen, kawat, skrup dan plat. Reduction interna fixation (orif) yaitu
dengan pembedahan terbuka kan mengimobilisasi fraktur yang berfungsi
pembedahan untuk memasukkan skrup/pen kedalam fraktur yang berfungsi
untuk menfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara bersamaan.
3. Retention, imobilisasi fraktur tujuannya mencegah pengeseran fregmen dan
mencegah pergerakan yang dapat mengancam union. Untuk mempertahankan
reduksi (ektrimitas yang mengalami fraktur) adalah dengan traksi. Traksi
merupakan salah satu pengobatan dengan cara menarik/tarikan pada bagian
tulang-tulang sebagai kekuatan dngan kontrol dan tahanan beban keduanya
untuk menyokong tulang dengan tujuan mencegah reposisi deformitas,
mengurangi fraktur dan dislokasi, mempertahankan ligamen
tubuh/mengurangi spasme otot, mengurangi nyeri, mempertahankan anatomi
tubuh dan mengimobilisasi area spesifik tubuh. Ada 2 pemasangan traksi yaitu
: skin traksi dan skeletal traksi.
4. Rehabilitation, mengembalikan aktiftas fungsional seoptimal mungkin.
b. PMS
1. Pulse : Nadi Radial pada ekstrimitas atas, nadi Dorsalis pedis (atas kaki) atau
Nadi posterior tibial (belakang ankle-ditengah)
2. Motorik : Periksa kemampuan gerak korban, seperti menggoyangkan jari
tangan atau kaki (gerakan menunjukan syaraf utuh)
3. Sensorik : Dengan lembut, remas atau cubit salah satu ekstrimitas kemudian
lainnya, tanya korban apakah dapat dirasakannya
I. Fraktur Cervikal, Fraktur Femur, Fraktur Pelvis dapat menyebabkan kematian ? bagai
mana penatalaksanaannya

Karena tingginya angka kejadian trauma dan patah tulang pada ekstrimitas bagian
bawah dan buruknya komplikasi yang akan dialami oleh pasien apabila kejadian ini tidak
ditangani dengan baik, diperlukan pemahaman mengenai penyakit ini oleh tenaga medis
agar dapat memberikan penanganan yang lebih komprehensif.

a. Fraktur cervikal
Penanganan fraktur servikal tergantung pada vertebra servikal mana yang
mengalami kerusakan. Pasien yang mengalami fraktur minor dapat menggunakan
cervical collar ataupun neck brace selama 6 sampai 8 minggu sampai tulang pulih
dengan sendirinya.
b. Fraktur femur
Pasien yang mengeluh nyeri di panggul sebaiknya diimobilisasi dan diposisikan di
tandu. Bila pasien mengalami trauma multipel, lakukan langkah ABC dan
imobilisasi servikal. Lakukan tindakan gawat darurat sesuai kondisi pasien.
Fraktur atau deformitas femur yang tampak jelas dapat dipasangkan bidai.
c. Fraktur pelvis
Pola spesifik dari fraktur, berapa banyak tulang yang keluar dari garisnya, kondisi
pengidap secara keseluruhan dan cedera terkait, perawatan Non-surgikal, alat
bantu jalan.
J. Emboli Lemak
Emboli lemak adalah gumpalan darah/gelembung gas yang tersangkut dalam
pembuluh darah yang menyebabkan penyumbatan dalam pada aliran darah. operasi
pada tulang femur menyebabkan sumsum tulang masuk ke dalam pembuluh darah,
emboli lemak terjadi 12-36 jam setelah cedera, gejala yang timbul tergantung dari
tempat cedera. jika mengenai pembuluh darah yang menyuplai ke SSP bisa
menyababkan kematian, ketidakteraturan detak jantung dan ritme pernafasan, demam,
anemia biasanya terlihat ada perdarahan akibat pembuluh darah pecah.
K. Prosedur Diagnostik
1. Foto rontgen untuk memnentukan lokasi dan luas fraktur
2. Scan tulang, temogram/CT scan untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas dan
mengidentifikasi kerusakan jaringan
3. Anteriogram untuk memastikan adanya kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap kemungkinan turun/meningkatnya pada perdarahan selain
itu peningkatan leukosit mungkin terjadi sebagai respon peradangan
L. Proses Penyembuhan Tulang
1. hematoma: pembuluh darah yang robek akan membentuk hematoma di sekitar
fraktur, tulang pada permukaan fraktur tidak dapat pemasokan darah dan mati
terjadi poses ini selama 2-3 minggu.
2. Inflamasi: Dengan adanya patah tulang, tubuh mengalami respon yang sama bila
ada cedera di tempat lain dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang
cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung
fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat
cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar) yang akan
membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan, dan nyeri.
Tahap inflmasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya
pembengkakan dan nyeri.
3. Tahap proliferasi sel
Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi
penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel – sel osteogenik
yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada
daerah endosteum membentuk kalus interna sebagi aktivitas seluler dalam kanalis
medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka
penyembuhan sel berasal dari diferansiasi sel – sel mesenkimal yang
berdiferensiasi kedalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan
fraktur ini terjadi penambahan jumlah dari sel – sel osteogenik yang memberi
penyembuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari
tumor ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan
hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan
membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan
radiologist kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah
radioluscen. Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur
dan berakhir pada minggu ke 4 – 8.
4. pembentukan kalus : Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan
defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran
tulang. Perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang
rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi
digerakkan.
5. penulangan kalus : Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara
perlahan – lahan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas
yang menjadi struktur lamellar dan kelebihan kalus akan di resorpsi secara
bertahap. Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 – 8 dan berakhir pada
minggu ke 8 – 12 setelah terjadinya fraktur. tulang dewasa: Remodeling
memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun – tahun tergantung beratnya
modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang
melibatkan tulang kompak dan kanselus – stres fungsional pada tulang.
M. Komplikasi Dan kebutuhan beban traksi (skin traksi dan skeletal traksi)
a. Komplikasi awal:
1. Sindrom emboli lemak
2. Sindrom kompartmen
3. Perdarahan
4. Tromboemboli
5. Infeksi
b. Komplikasi lambat:
1. Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan tulang
2. Nekrosis avaskuler lemak
3. Reaksi terhadap alat fiksasi adanya nyeri, respon alergi, kegagalan material
atau alat yg rusak.
kebutuhan beban traksi (skin traksi dan skeletal traksi)
Rumus traksi kulit: 1/7 x BB
Rumus traksi skelet 1/5 x BB
N. Proses penyembuhan tulang melibatkan hormon, vitamin dan mineral
Proses resorpsi meliputi sel osteoklas yang ‘menghancurkan’, menyerap, dan
mengeluarkan jaringan tulang yang lama. Setelahnya akan diikuti dengan proses
formasi atau proses pembentukan jaringan tulang yang baru. Kegagalan proses ini
dapat menyebabkan penyakit osteopetrosis sehingga membuat tulang rentan patah.
Proses-proses ini jugalah yang membuat tulang makin kuat dan tebal saat diberikan
tekanan tertentu tiap harinya, seperti tekanan yang dilakukan saat berolahraga. Proses
perbaikan dan pembentukan jaringan tulang dipengaruhi oleh hormon tubuh, seperti
vitamin D, hormon paratiroid, testosteron, dan estrogen.

Anda mungkin juga menyukai