Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

“Syaraf, Neuroglia, dan Fisiologi Syaraf”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

ENI FRANSISKA 1703842050


JEKI SIMORANGKIR 1703842050
NICELLA TILANI MELLENIA 170384205064
SEPTI RIYANI 170384205042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat taufik dan
hidayah-Nya. Penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Syaraf,
Neuroglia, dan Fisiologi Syaraf”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah anatomi dan
fisiologi manusia, yaitu Dr. Hj. Nevrita, S.Pd., M.pd dan juga kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan dan partisipasi, baik moral maupun materil
dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah anatomi dan fisiologi
manusia Selain itu, makalah ini dibuat sebagai suatu kajian terhadap pemahaman
pembaca mengenai Syaraf, Neuroglia, dan Fisiologi Syaraf.
Penulis juga menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan masukan
dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Tanjungpinang, 26 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Syaraf................................................................................................................3
B. Neuroglia...........................................................................................................4
C. Fisiologi Syaraf.................................................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................20
B. Saran.................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur sel syaraf ?
2. Bagaimana klasifikasi sel syaraf ?
3.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui strutur sel syaraf.
2. Untuk mengetahui klasifikasi syaraf.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Syaraf
Sel saraf (neuron) merupakan sel yang satuan kerja utama didalam sistem saraf
manusia. Sel Saraf berfungsi untuk menghantarkan impuls listrik dari suatu
rangsangan (Stimulus). Sistem saraf juga dibentuk oleh jutaan sel saraf. Sifat unik
dari sel saraf yang peka terhadap suatu rangsangan ini membuat ia berbeda
dibandingkan banyak sel lain yang ada di dalam tubuh. Sebuah sel saraf memiliki
satu badan sel yang mempunyai juga sitoplasma serta juga mempunyai nukleus (inti
sel).
1. Struktur syaraf

4
a. Dendrit

Merupakan suatu percabangan dari badan sel yang terlihat seperti tonjolan
yang memiliki cabang. Dendrit tersebut berfungsi untuk menerima dan juga
menghantarkan rangsangan dari badan sel.

b. Badan Sel

Badan sel ini merupakan bagian terbesar dari sel saraf yang mengandung
banyak komponen penting. Di dalam badan sel terdapat sitoplasma, nukleus (inti
sel), serta juga nukleolus (Anak inti). Badan sel bertugas untuk dapat menerima
rangsangan dari dendrit kemudian meneruskan rangsangan tersebut ke akson
(neurit). Badan sel tersebut mempunyai sebuah inti serta di dalam sitoplasmanya
terdapat butir Nissl yang berfungsi untuk sintesis protein. Butir Nissl tersebut
dapat menjalankan fungsi tersebut disebabkan mengandung RNA di dalamnya.
Badan sel itu hanya terdapat pada saraf pusat (Otak serta juga sumsum tulang
belakang) dan juga pada ganglion (sekumpulan sel saraf di luar sistem saraf
pusat).

c. Akson (Neurit)

Akson (Neurit) merupakan serabut sel saraf panjang yang terlihat seperti
penjuluran dari badan sel. Neurit ini mirip dengan dendrit, bedanya neurit itu
hanya ada satu buah serta memiliki ukuran yang lebih besar dan juga lebih
panjang. Akson ini berperan dalam menghantarkan impuls dari badan sel
menuju efektor seperti sel otot atau juga sel kelenjar. Untuk dapat menjalankan
fungsinya ini, di dalam neurit terdapat struktur yang disebut sebutan neurofibril.
Beberapa sel saraf, neuritnya ini dibungkus oleh sebuah selaput yang disebut
juga dengan sebutan selaput mielin.

Bayangkan saja akson atau juga neurit ini seperti kabel listrik, setelah itu di
dalamnya terdapat kabel yakni neurofibril serta juga pembungkus kabel tersebut
kita sebut dengan sebutan selaput mielin. Ujung dari sebuah neurit itu biasanya
akan berhubungan dengan ujung dendrit dari sel lainnya. Diantara tempat
pertemuan neurit dengan dendrit itu akan ditemukan sebuah celah yang disebut
dengan sebutan sinapsis. Pertukaran informasi antar sel neuron itu terjadi di
sinaps ini.

5
d. Selaput Mielin

Selaput atau juga selubung Mielin diantaranya selaput pembungkus neurit.


Selubung mielin tersebut tersusun dari lemak. Selaput mielin ini mempunyai
segmen – segmen serta juga lekukan di antara dua segmen disebut dengan nodus
ranvier. Selaput mielin t ersebut dikelilingi oleh sel schwann. Fungsi dari bagian
ini ialah untuk dapat melindungi sel saraf dari kerusakan serta juga mencegah
bocornya impuls dan juga mempercepat hantaran impuls yang masuk. Selubung
mielin ini diproduksi oleh sel glial.

e. Sel Schwaan

Sel Schwann ini merupakan sel yang mengelilingi selubung mielin. Nama
dari sel ini diambil dari nama penemunya yakni Theodore Schwaan, seorang
ilmuan dari Jerman. Sel schwann itu akan menghasilkan lemak yang
membungkus neurit berkali kali lipat itu sampai terbentuknya selubung mielin.
Sel Schwann tersebut berfungsi untuk mempercepat jalannya impuls,
menyediakan nutrisi bagi neuri serta juga membantu regenerasi dari neurit.

f. Nodus Ranvier

Nodus Ranvier merupakan suatu bagian antar dua segmen selubung mielin.
Nodus Ranvier tersebut berfungsi sebagai loncatan impuls saraf supaya sampai
lebih cepat ke tempat tujuan. Nodus ranvier memiliki diameter kurang lebih 1
mikrometer serta juga ditemukan oleh Louis Antoine Ranvier.

g. Sinapsis

Sinapsi ini merupakan celah yang terdapat pada pertemuan satu neuron
dengan neuron lainnya. Tiap-tiap sinapsis menyediakan koneksi antar neuron
sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran informasi antar neuron.
Informasi tersebut ditukarkan dalam bentuk zat kimia yang disebut dengan
sebutan Neurotransmiter. Pada ujung neurit tiap-tiap sel saraf terdapat sebuah
kantong yang disebut dengan Bulbus Akson, nah kantong inilah yang akan
menghasilkan neurotransmiter tadi.

h. Nukleus

6
Nukleus, yaitu inti sel saraf yang berfungsi untuk mengatur aktivitas dari
neuron.

2. Klasifikasi syaraf
a. Secara fungsional
Berdasarkan fungsi atau juga peranannya, neuron dikelompokkan menjadi
tiga bagian, yakni neuron sensorik, neuron motorik, serta neuron konektor.
1) Neuron Sensorik
Neuron sensorik ialah neuron berbadan sel yang bergerombol yang
akan membentuk ganglia, bagian aksonnya pendek namun bagian
dendritnya panjang. Neuron sensorik mempunyai ikatan langsung
dengan alat indera sebagai suatu proses penerima rangsangan.
Sel saraf Sensorik adalah jenis sel saraf yang berfungsi untuk
menghantarkan impuls dari reseptor di tubuh ke sistem saraf pusat (otak
dan sumsum tulang belakang). Sel saraf ini sering juga disebut dengan
sel saraf indra.

7
2) Neuron Motorik

Neuron motorik ialah neuron yang memiliki bagian dendrit relatif


pendek dan akson relatif panjang. Dendrit berhubungan langsung dengan
akson lain, sementara akson berkaitan langsung bagian efektor berupa
otot ataupun kelenjar. Sel Saraf Motorik adalah jenis sel saraf yang
berfungsi untuk menghantarkn impuls dari sel sistem saraf pusat ke sel
otot atau kelenjar sehingga tubuh akan menanggapi rangsangan tersebut
dengan bergerak atau menghasilkan suatu produk sekresi. Sel saraf
motorik biasanya mempunyai dendrit yang pendek dengan akson yang
sangat panjang.

3) Neuron Konektor/ Interneuron

Neuron konektor bersifat multipolar dan memiliki dendrit pendek,


jumlahnya relatif banyak serta akson yang relatif panjang dan pendek.
Bagian ujung dendrit saraf lain membentuk sinaps. Neuron tersebut
sering ditemukan pada bagian sumsum tulang belakang. Lalu pada bagian
otak yang mempunyai fungsi utama dalam meneruskan rangsangan dari
bagian neuron sensorik menuju bagian neuron motorik.

b. Secara struktural
Berdasarkan bentuknya, sel saraf terbagi menjadi Saraf Multipolar,
Saraf Bipolar, dan Saraf Unipolar. 
1) Neuron unipolar
Neuron unipolar mempunyai satu tonjolan yang kemudian
bercabang dua dekat dengan badan sel. Satu cabang menuju ke perifer
sedangkan cabang yang lain berjalan menuju ssp.
Contoh : neuron sensorik saraf spinal
2) Neuron bipolar
Neuron bipolar mempunyai dua tonjolan satu akson dan satu
dendrit, contohnya neuron bipolar antara lain adalah sel batang dan
kerucut retina
3) Neuron multipolar
Neuron multipolar mempunyai beberapa dendrit dan satu akson
yang dapat bercabang-cabang banyak sekali.salah satu contoh sel jenis

8
ini adalah neuron motorik yang berasal dari kornu ventral medula
spinalis dengan aksonnya yang menjulur sampai ke otot rangka

B. Neuroglia
Neuroglia adalah sel penyokong untuk neuron-neuron sistem saraf pusat (SSP)
sedangkan sel Schwann menjalankan fungsi tersebut pada sistem saraf tepi (SST).
Neuroglia menyusun 40% volume otak dan medula spinalis. Neuroglia jumlahnya
lebih banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar 10:1. Tidak seperti
neuron, sel glia tidak membentuk atau mengeluarkan impuls saraf. Sel ini
berkomunikasi dengan neuron dan di antara mereka sendiri melalui sinyal kimiawi.
1. Neuroglia SSP
Di dalam sistem saraf pusat, terdapat empat sel glia :

a. Astrosit

Astrosit yang diberi nama demikian karena berbentuk seperti bintang


(astro artinya “bintang”, sit artinya “sel”), adalah sel glia yang paling banyak.
Sel ini memliki fungsi penting, diantaranya :

1) Sebagai “lem” (glia artinya “lem”) utama SSP, astrosit menyatukan


neuron-neuron dalam hubungan ruang yang benar.

2) Astrosit berfungsi sebagai perancah untuk menuntun neuron ke tujuan


akhirnya selama perkembangan otak masa janin.

3) Sel-sel glia ini memicu pembuluh darah halus otak menjalani perubahan
anatomik dan fungsional yang berperan dalam pembentukan sawar darah-
otak suatu pembatas sangat selektif antara darah dan otak yang akan segera
dibahas secara lebih detail.

4) Astrosit penting dalam perbaikan cedera otak dan dalam pembentukan


jaringan parut saraf.

5) Sel ini berperan dalam aktifitas neurontransmitter. Astrosit menyerap dan


menguraikan glutamat dan asam gama-amino butirat (GABA), yang
masing-masing adalah neurotransmitter eksitatorik dan inhibitorik,
sehingga kerja pembawa-pembawa pesan kimiawi ini terhenti.

6) Astrosit menyerap kelebihan K+ dari CES otak ketika aktivitas potensial


aksi yang tinggi menglahkan kemampuan pompa Na+ – K+
mengembalikan K+ yang keluar ke dalam neuron.

Terdapat dua jenis astrosit :

a) Astrosit protoplasmatis terdapat banyak pada substantia grisea. Sel-sel ini


mempunyai tonjolan-tonjolan sitoplasmatis yang meluas dari seluruh
9
permukaan sel. Kadang-kadang tonjolan tersebut berakhir pada pembuluh
darah kecil sebagai cabang-cabang yang lebih kecil membentuk
“perivascularfeet“. Di dalam sitoplasmanya dapat diperlihatkan butir-butir
yang dinamakan gliosom.

b) Astrosit fibrosa sebaliknya terdapat lebih banyak dalam substanstia alba.


Perbedaannya dengan astrosit protoplasmatis dapat dilihat dari tonjolan-
tonjolannya yang lebih panjang dan lurus dengan sedikit percabangan. Di
dalam tonjolan-tonjolan tersebut terdapat gambaran filamen.

b. Oligodendrosit

Oligodendroglia bentuknya lebih kecil daripada astrosit dengan cabang


sitoplasmanya lebih pendek dan jumlah cabang sedikit (oligo= sedikit). Intinya
kecil, dan sitoplasma disekitar inti sedikit, tampak sebagai pinggiran perinuklear.
Mengandung ribosom, kompleks Golgi, mikrotubulus dan neurofilamen.

Fungsi oligodendroglia adalah membentuk selubung mielin di SSP dan


sebagai sel penyokong. Cabang sitoplasma yang serupa daun dari badan-badan sel
meluas melingkar mengitari serat-serat saraf secara spiral. Tiap oligodendroglia
mempunyai beberapa cabang sehingga dapat membentuk sarung-sarung myelin
disekitar beberapa serat-serat saraf yang berdekatan.

c. Mikroglia

Mikroglia adalah sel pertahanan imun SSP. Sel “pembersih” ini adalah
“sepupu” monosit, sejenis sel darah putih yang meninggalkan darah dan
membentuk lini pertama pertahanan di berbagai jaringan di seluruh tubuh.
Mikroglia berasal dari jaringan sumsum tulang yang sama dengan yang
menghaslkan monosit. Selama perkembangan masa mudigah, bermigrasi ke SSP,
tempat sel-sel ini berdiam diri sampai diaktifkan oleh infeksi atau cedera.

d. Sel Ependim

Sel Ependim melapisi bagian dalam rongga-rongga berisi cairan di SSP.


Ketika sistem saraf berkembang dari tabung saraf berongga, rongga sentral awal
pada tabung ini dipertahankan dan dimodifikasi untuk membentuk ventrikel dan
kanalis sentralis. Ventrikel terdiri dari empat rongga yang saling berhubungan
didalam interior otak serta juga bersambungan dengan kanalis sentralis sempit
yang membentuk terowongan dibagian tengah medulla spinalis. Sel-sel ependim
yang melapisi ventrikel ikut membentuk cairan serebrospinal. Sel-sel ependim
adalah salah satu dari beberapa jenis sel yang memiliki silia. Gerakan silia sel
ependim ikut berperan mengalirkan cairan serebrospinal diseluruh ventrikel.

Fungsi sel ependim adalah melapisi bagian dalam rongga otak dan medulla
spinalis, ikut membentuk cairan serebrospinal, berfungsi sebagai sel puncaneuron
dengan potensi membentuk neuron dan sel glia baru.

2. Neuroglia Syaraf Perifer

10
a. Sel Schwann

Sel Schwann (bahasa Inggris: Schwann cell, neurolemmocyte) adalah


sejenis sel glial yang disebut menurut nama seorang ilmuwan Jerman yaitu
Theodor Schwann. Pada akson sistem saraf tepi, sel Schwann memungkinkan
terjadinya transduksi sinyal elektrik dari dendrit menuju terminal akson,
dengan melilitkan membran plasmanya secara konsentrik sepanjang akson
yang dikenal sebagai selubung mielin. Pada sistem saraf pusat, selubung
mielin terbentuk oleh oligodendrosit.

Sel Schwann sebagai neuron unipolar, sebagaimana oligodendrosit,


membentuk mielin dan neurolemma pada SST.  Neurolema adalah membran
sitoplasma halus yang dibentuk oleh sel–sel Schwann yang membungkus
serabut akson neuron dalam SST, baik yang bermielin maupun tidak
bermielin. Neurolema merupakan struktur penyokong dan pelindung bagi
serabut akson.

b. Selubung Mielin

Selubung mielin adalah lapisan yang melingkari akson secara konsentris


dan terdiri atas lipid dan neurokeratin. Pada susunan saraf pusat selubung
mielin dibentuk oleh sel oligodendroglia sedangkan pada susunan saraf tepi
dibentuk oleh sel Schwann.

Fungsi selubung mielin adalah seperti insulator pada kawat listrik. Arus
listrik meloncat dari dari nodus Ranvier yang satu ke nodus Ranvier
berikutnya dengan sangat cepat (saltatory conduction). Dengan demikian
kecepatan rambat saraf listrik pada saraf yang bermielin jauh lebih cepat
dibandingkan dengan serat saraf tanpa mielin.

C. Fisiologi syaraf
1. Potensial transmembran
2. Perubahan dalam potensial transmembran

3. Potensial aksi
Potensial aksi adalah peristiwa listrik yang terlokalisir yaitu depolarisasi
membran pada titik perangsangan yang spesifik. Potensial aksi tidak
bergantung pada kekuatan stimulus pendepolarisasi. Semakin besar diameter
akson semakin cepat penghantaran potensial aksi karena tahanan arus listrik
berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar arus tersebut.
Potensial aksi dibangkitkan ketika ion Natrium mengalir ke dalam melintasi

11
membran. Depolarisasi potensial pertama telah menyebar ke wilayah
bersebelahan pada membran tersebut, mendepolarisasi wilayah ini dan
memulai potensial aksi kedua. Pada lokasi potensial aksi pertama membran
mengalami repolarisasi ketika K+ mengalir keluar. Potensial aksi ketiga
merambat secara berurutan saat repolarisasi berlangsung. Melalui mekanisme
ini aliran ion lokal menembus membran plasma dan menghasilkan impuls
saraf yang merambat sepanjang akson tersebut.Saluran ion yang pembukaan
gerbangnya diatur oleh voltase yang menghasilkan potensial aksi hanya
berkonsentrasi di sekitar nodus Ranvier. Cairan ekstraseluler juga
berhubungan dengan membran akson namun melompat dari satu nodus ke
nodus lain melewati daerah yang berinsulasi myelin pada membran di antara
nodus itu.
Potensial aksi sesungguhnya tejadi di seluruh membran sel, hal ini
didasarkan oleh adanya perbedaan konsentrasi ion natrium dan kalium antara
intra-seluler dan ekstra-seluler. Perbedaan gradien konsentrasi ion tersebut
dipertahankan oleh adanya suatu enzim pada membran sel yang disebut
dengan enzim Na-K ATPase atau dalam istilah lainnya disebut pompa Na-K.
Pompa NaK ini bekerja dengan cara mentranfer tiga ion Natrium keluar sel
serta 2 ion Kalium ke dalam sel. Gradien konsentrasi ini menyebabkan
adanya potensial positif di luar membran sel dan potensial negatif di dalam
sel. Perbedaan potensial membran ini disebut sebagai Resting Membrane
Potential. Sitoplasma sel memiliki potensial listrik sebesar -60 hingga -80 mV
diabandingkan dengan cairan ekstraseluler.
Ketika suatu saluran ion tertentu terbuka maka akan terjadi perpindahan
ion menuruni gradien konsentrasinya. Potensial aksi merupakan suatu
perubahan yang cepat pada membran sel saraf akibat terbukanya saluran ion
Natrium dan terjadi influks Natrium menuruni gradien konsentrasinya.
Akibatnya meningkatnya jumlah Natrium di dalam sel, sedangkan jumlah
Kalium tetap maka terjadi perubahan potensial listrik membran dimana
potensial listrik intraseluler menjadi lebih positif dibandingkan ektraseluler.
Setelah terjadi depolarisasi maka resting membrane potential akan
dikembalikan lagi melalui suatu proses yang disebut dengan repolarisasi.
Pada proses ini saluran Natrium yang tadi terbuka akan menutup dan diikuti
dengan terbukanya saluran Kalium. Kalium akan berpindah keluar sel
12
menuruni gradien konsentrasinya dan mengembalikan potensial membran
dalam sel menjadi negatif.

Gambar 4.
(A) Elemen Potensial Aksi (B) Potensial Transmembran dan Durasi Potensial Aksi
pada Bebagai Jaringan Tubuh

Penyebaran Potensial Aksi

Potensial Aksi menyebar di sepanjang serabut saraf dan hal ini merupakan
dasar mekanisme transmisi sinyal pada sistem saraf. Potensial aksi menyebar
disepanjang perjalanan serabut saraf melalui mekanisme depolarisasi sistem saraf.
Depolarisasi di sepanjang serabut saraf inilah yang kita kenal dengan istilah
impuls saraf. Biasanya keseluruhan potensial aksi akan berlangsung selama
kurang dari 1 millisecond.

13
Selama terjadinya potensial aksi, membran sel saraf berada dalam
keadaan sulit untuk mengalami stimulasi lanjutan. Kondisi ini disebut
sebagai suatu kondisi absolute refractory period. Kondisi ini terjadi
karena keberadaan saluran ion Natrium yang berada dalam kondisi inaktif
dalam jumlah yang besar selama periode tersebut. Namun pada akhir
periode potensial aksi, stimulus yang lebih kuat dari normal dapat
menimbulkan munculnya potensial aksi sekunder. Kondisi ini dinamakan
sebagai relative refractory period. Kondisi ini menandakan bahwa
perlunya untuk mengaktivasi beberapa saluran ion Natrium untuk memicu
munculnya potensial aksi.

Potensial Aksi Abnormal

Defisiensi kalsium pada cairan ekstraseluler (hipokalsemia) akan


mencegah penutupan saluran ion natrium diantara potensial aksi. Kondisi
ini akan menyebabkan masuknya natrium secara terus-menerus ke dalam
sel sehingga sel mengalami depolarisasi yang berkepanjangan atau
mengalami potensial aksi yang berulang. Suatu kondisi yang kita kenal
dengan istilah tetani. Begitu pula sebaliknya, dimana tingginya kadar ion
kalsium di dalam darah akan mengurangi permeabilitas membran sel
terhadap natrium. Hal ini akan mengurangi eksitabilitas sel saraf untuk
mengalami depolarisasi.
Rendahnya konsentrasi ion kalium dalam cairan ekstraseluelr akan
meningkatkan potensial negatif membran di dalam sel saraf. Akibatnya
akan terjadi hiperpolarisasi sel saraf dan penurunan eksitabilitas membran
sel saraf karena sulit untuk mencapai nilai ambang untuk terjadi potensial
aksi. Kelemahan otot skeletal yang terjadi setelah seseorang mengalami
hipokalemia merupakan hasil dari terjadinya hiperpolarisasi dari membran
sel otot skeleton tersebut. Obat anestesi lokal akan menurunkan
permeabilitas membran sel saraf terhadap ion natrium, mencegah
tercapainya nilai ambang untuk memunculkan suatu potensial aksi.

1
Blokade saluran ion sodium pada jantung menggunakan obat anestesi
lokal akan menimbulkan gangguan konduksi impuls dan menurunkan
kontraktilitas otot jantung.

2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sel saraf (neuron) merupakan sel yang satuan kerja utama didalam sistem
saraf manusia. Sel Saraf berfungsi untuk menghantarkan impuls listrik dari
suatu rangsangan (Stimulus). Dengan Struktur syaraf yaitu dendrit, badan sel,
akson, selaput mielin, sel schwan, nodus ranvier, sinapsis, dan nukleus.
Pada Neuroglia adalah sel penyokong untuk neuron-neuron sistem saraf
pusat (SSP) sedangkan sel Schwann menjalankan fungsi tersebut pada sistem
saraf tepi (SST). Pada neuroglia ssp terdapat empat sel glia yaitu astrosit,
oligodendrosit, mikroglia, sel ependim. Dan pada neuroglia syaraf perifer
terdapat sel schwan dan selubung mielin.
B. Saran
Semoga makalah yang kami susun ini dapat sangat bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat memberikan pengetahuan sedikit tentang Syaraf,
Neuroglia, dan Fisiologi Syaraf. Kami mengetahui bahwa dalam penyusunan
makalah ini terdapat kekurangan. Untik itu saran dari pembaca yang bersifat
membangun yang kami harapkan.

3
DAFTAR PUSTAKA

Sinaga, Erlintan dkk. 2011. Anatomi Fisiologi Manusia. Medan: FMIPA Unimed.
Nur, lis. 2013. Sistem Saraf Pada Manusia. Bandung: Sekolah Tinggi Farmasi.
Setiadi. 2007. Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai