Anda di halaman 1dari 3

RUTH REBECCA OKTALIA

1705151033
AKP – 6A

Pembelian Fiktif Mengkamuflase Lebih Saji Laba Pada Perusahaan Comptronix Corpotation
Seperti yang diketahui dari pernyataan kasus terserbut bahwa anggota senior tim manajemen telah
melebih sajikan laba, dengan melakukan kecurangan penggunaaan utang usaha fiktif atas pembelian
item peralatan yang bsar untuk melebih sajikan aset tetap dan menyembunyikan penjualan fiktif.
Eksekutif seniornya mengakali pengendalian internal Comptronix Corporation agar para staf dan
karyawan tidak menyadari adanya kecurangan tersebut. Untuk melakukan kecurangan tersebut
eksekutif senior memerlukan dokumen seperti pesanan pembelian, laporan penerimaan, dan faktur
vendor sebelum pembayaran yang dimana dokumen tersebut diotorisasi oleh bendahara atau kontroler
perusahaan yang juga bekerja sama dengan para eksekutif sehingga kecurangan benar benar tidak
dapat ditemukan. Dan juga perushaan membuat penjualan fiktif dan piutang yang terkait dengan
mengeluarkan cek pembayaran untuk pembelian fiktif tersebut, lalu cek disetor kembali dalam akun
perusahaan dengan status penagihan atas piuttang agar penjualan fiktif tersebut tampak telah ditagih
dan pembayaran dilakukan mendukung adanya aset fiktif. Dengan adanya kecurangan tersebut
membuat perusahaan menghasilkan laba yang pada kenyataannya ternyata perushaan mengalami
kerugian dan penurunan harga saham seberar 72%.
Menurut saya melalui kasus diatas yang paling sangat berpengaruh adalah fungsi otorisasi, karena
untuk melakukan hal tersebut butuh banyak dokumen dan catatan terkait mulai dari membuat
pemesanan penjualan hingga sampai penjualan tersebut ditagih lalu dibayar sehingga mempengaruhi
keuntungan perusahaan. Fungsi otorisasi ini sangat berpengaruh besar pada saat kita memulai suatu
transaksi penjualan. Pada saat menerima penjualan pastinya pertama kali yang dilakukan adalah :
Memasukkan / membuat entri pelanggan
1. Mengambil pesnanan dari pelanggan
2. Memeriksa dan menyetujui kredit pelanggan
3. Memeriksana ketersediaan
Pada saat memeriksa dan menyetujui kredit seharusnya bagian otorisasi kredit memeriksa bagian
kredit pelanggan, yang mana pelanggan tersebut macet atau tidaknya kredit pelanggan tersebut. Dari
hal tersebut seharusnya bisa atau dapat diketahui pelanggan tersebut fiktif atau tidak.
Yang selanjutnya masuk kepada fungsi penagihan yaitu :
1. Penagihan kepada para pelanggan
2. Melakukan pendataan piutang usaha
Pada fungsi ini diketahui bahwa seharusnya cek yang dikeluarkan itu dicek kembali terkait penjualan
tersebut, apakah pembayaran benar benar tertagih dan sudah masuk. Karena angka dapat dimanipulasi
oleh siapapun.
Terkait masalah diatas,semuanya dapat dilakukan apabila seperti yang kita ketahui para eksekutif
tersebut bekerjasama dengan kontroler/ bendahara untuk melakukan kecurangan atas penjualan fiktif
semua dokumen dokumen yang dibutuhkan dapat diotorisasi melalui bendahara yang mengakibatkan
perusahaan mendapatkan lebih saji lapa padahal kenyataannya perusahaan mengalami kerugian. Dari
kasus tersebut bahwa fungsi otorisasi sangat mempengaruhi kecurangan pada suatu perusahaan
beserta juga karakteristik para pemilik perusahaan.
Hubungan Kasus ini dengan bab 18 audit yang berjudul “ Audit Siklus Akuisisi dan pembayaran :
Pengujian Pengendalian, Pengujian Substantif atas transaksi, dan Utang usaha” adalah dengan
melakukan aduit tersebutlah maka dari itu kasus ini dapat diketahui kebenarannya. Untuk menelaah
kasus ini dapat diketahui fungsi bisnis,dokumen dan catatan yang terkait dengan untuk mengetahui
kebenaran dari kasus.
Aktivitas Pengendalian dalam Sistem Informasi Akuntansi Pembelian.
Aktivitas pengendalian yang dapat mencegah dan mendeteksi salah saji mencakup :
1. Otorisasi umum dan khusus untuk setiap pembelian.
3. Setiap surat order pembelian harus didasarkan pada surat permintaan pembelian yang telah
diotorisasi.
4. Setiap penenrimaan barang harus didasarkan pada surat order pembelian yang telah
diotorosisasi.
5. Fungsi penerimaan barang menghitung, menginspeksi, dan membandingkan barang yang
diterima dengan data barang yang tercantum dalam surat order pembelian.
6. Penyerahan barang dari fungsi penerimaan barang ke fungsi gudang harus didokumentasikan.
7. Bukti kas keluar harus dilampirkan dengan dokumen pendukung yang lengkap dan sah.
8. Setiap pencatatan ke register bukti kas harus didukung dengan bukti kas keluar yang dilampiri
dengan dokumen pendukung yang lengkap.
9. Pengecekan secara independen posting ke dalam buku pembantu utang usaha, sediaan, aktiva
tetap, dengan akun kontrol yang bersangkuatn ke buku besar,
10. Pertanggungjawaban secara periodik semua formulir bernomor urut tercetak
11. Panduan akun dan review terhadap pemberian kede akun.
12. Review kinerja secara periodik.
Dengan melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi dapat
berhubungan dengan kasus seperti akuisisi yang dicatat adalah untuk barang dan jasa yang diterima,
yang konsisten dengan kepentingan utama klien hal ini dapat mencegah akuisisi yang sebenarnya
tidak ada secara tidak sengaja. Intinnya adalah keterjadian dari suatu transaksi itu benar benar sudah
terjadi atau tidak. Yang selanjutnya adalah akuisisi yang ada telah dicatat kelalaian dalam mencatat
akuisisi barang atau jasa yang diterima dapat mengurangi utang usaha ataupun mungkin menghasilkan
lebih saji laba. Melihat apakah kelengkapan dari transaksi tersebut sudah memenuhi kriteria.
Berikutnya adalah transaksi akuisisi yang dicatat sudah akurat untuk melakukan ini pengujian atas
saldo bergantung kepada kefektifan pengendalian internal dari perusahaan tersebut. Apakah nominal
dengan transaksi yang terjadi sudah benar tercatat. Yang terakhir akuisisi telah diklasifikasikan
dengan benar yang artinya akun akun yang tercatat dalam transaksi sudah penempatannya dalam
laporan keuangan. Inti dari kasus ini adalah apabila pengendalian internal dari perusahaan sudah
berjalan dengan baik dan efektif maka aktivitas bisnis,fungsi bisnis,catatan dan dokumennya pasti
tentu akan lebih dapat diandalkan dan layak untuk diuji. Berdasarkan kasus di atas, Comptronik corp
terbukti telah melakukan kecurangan (fraud) dengan melakukan permainan angka-angka laporan
keuangan atau Financial Numbers Game. Perusahaan berusaha menaikkan laba dengan membuat
penjualan dan piutang fiktif untuk menarik investor. Investor akan bersedia menginvestasikan
modalnya di perusahaan yang memiliki corporate earning power (kemampuan untuk menghasilkan
pendapatan) yang bagus. Harga saham yang semakin tinggi akan meningkatkan market valuation dan
secara otomatis meningkatkan nilai kemakmuran pejabat senior, sebab jika pendapatan perusahaan
naik, maka bonus yang diterimanya pun akan meningkat. Kecurangan dalam bentuk ini dapat
dideteksi dengan menggunakan rasio perputaran persediaan (inventory turnover), dan dokumen
pendukung dari pihak ketiga yang adalah dokumen bank dan dokumen Vendor.

Anda mungkin juga menyukai