Anda di halaman 1dari 33

TUGAS 4

K3
Usaha Pencegahan Kecelakaan Kerja

Oleh :
Nama : Made Tomi Gunawan Saputra
NIM : 1815313037
Kelas : 4A TL

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BALI
2020

1
SOAL DAN JAWABAN
1. Jelaskan tentang 8 aspek K3!

Jawab :

Menurut UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 pasal 87, setiap


perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan, maka dari itu perlu adanya 8 aspek berikut
untuk menyelaraskan dan menunjang manajemen K3 tersebut.

Berikut adalah 8 aspek K3 :

a) Aspek gizi dan kalori

Guna meningkatkan kesehatan serta produktifitas kerja, maka setiap tenaga


kerja (karyawan) harus mendapatkan makanan/ gizi yang cukup. Karena tingkat
penghasilan pekerja di Indonesia pada umumnya rendah,maka tingkat gizi dan
kesehatan pekerja rendah, sehingga diperlukan usaha langsung yang dapat
meningkatkan gizi pekerja dengan cara memberikan penyuluhan kepada para pekerja
perlu diberikan, sehinga mereka dapat memanfaatkan penghasilanya yang terbatas itu
secara lebih efisien.
Gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting
dalam peningkatan produktivitas kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak,
terutama pengelola tempat kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan
waktu sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja. Rendahnya produktivitas kerja
dianggap akibat kurangnya motivasi kerja, tanpa menyadari faktor lainnya seperti gizi
pekerja. Perbaikan dan peningkatan gizi mempunyai makna yang sangat penting dalam
upaya mencegah morbiditas, menurunkan angka absensi serta meningkatkan
produktivitas kerja. Berat ringannya beban kerja seseorang ditentukan oleh lamanya
waktu melakukan pekerjaan dan jenis pekerjaan itu sendiri. Semakin berat beban kerja,
sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan dan gangguan
fisiologis yang berarti atau sebaliknya.
Penilaian status gizi pekerja perlu dilakukan, karena dengan mengetahui status
gizi pekerja dapat ditentukan kebutuhan gizi yang sesuai serta pemberian intervensi gizi
bila diperlukan. Penilaian status gizi dilakukan melalui beberapa cara antara lain :

2
pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biofisik dan antropometri.
Antropometri merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penilaian status
gizi. Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi badan (TB).
Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan Indeks Masa
Tubuh (IMT) dengan rumus sebagai berikut :

(Sumber: PUGS, 2005)


Kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh : Usia, Ukuran tubuh, dan
Jenis kelamin yang harus terpenuhi karena memiliki peran penting dalam peningkatan
produktivitas kerja.

b) Sikap kerja
Yang dimaksud adalah sikap alamiah dari pekerja, ini juga untuk menghindari
terjadinya tumpang tindih pekerjaan, saling mendahului atau keadaan terbengkalai
suatu pekerjaan. Perlu juga ada pasal yang mengatur tentang pekerja dalam sikap kerja
SMK 3. Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja didalam BAB VIII mengenai kewajiban dan hak tenaga kerja, kewajiban dan hak
tenaga kerja adalah sebagai berikut :

➢ Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja
➢ Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
➢ Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan
➢ Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan yang diwajibkan

3
➢ Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas
dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-jawabkan.

c) Tenaga otot
Para pekerja tidak boleh diberi beban yang berlebih saat bekerja di lapangan.
Berdasarkan data dari antropometri kita dapat melakukan desain stasiun kerja. Contoh
tinggi meja kerja untuk pekerjaan yang membutuhan tenaga otot tangan di bawah pusar,
tinggi meja kerja yang membutuhkan tenaga otot sedang setara pusar, sedangkan yang
membutuhkan ketelitian tinggi meja kerja di atas pusar.

d) Lingkungan
Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor
fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial yang mempengaruhi pekerjaan dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Kesehatan lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang ditunjukkan untuk
mengenal, mengevaluasi dalam mengendalikan semua faktor-faktor dan stres
lingkungan di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
kesejahteraan, kenyamanan dan efisiensi dikalangan pekerjaan dan masyarakat.
Tujuan utama dari kesehatan lingkungan kerja adalah melindungi pekerja dan
masyarakat sekitar suatu RS atau perusahaan dari bahaya-bahaya yang mungkin timbul.
Untuk dapat mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya lingkungan kerja
yang diperkirakan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja, utamanya terhadap
pekerja, ditempuh tiga langkah utama yaitu: pengenalan, penilaian dan pengendalian
dari berbagai bahaya dan resiko kerja.

Keselamatan kerja termasuk dalam perlindungan teknis, yaitu perlindungan


terhadap pekerja/buruh agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja
atau bahan yang dikerjakan. Keselamatan kerja tidak hanya memberikan perlindungan
kepada pekerja/buruh, tetapi juga kepada pengusaha dan pemerintah :
1) Bagi pekerja/buruh, adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja akan
menimbulkan suasana kerja yang tenteram sehingga pekerja/buruh akan dapat

4
memusatkan perhatiannya pada pekerjaannya semaksimal mungkin tanpa khawatir
sewaktu-waktu akan tertimpa kecelakaan kerja.
2) Bagi pengusaha, adanya pengaturan keselamatan kerja di perusahaannya akan
dpat mengurangi terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan pengusaha harus
memberikan jaminan social.
3) Bagi pemerintah (dan masyarakat), dengan adanya dan ditaatinya peraturan
keselamatan kerja, maka apa yang direncanakan pemerintah untuk menyejahterakan
masyarakat akan tercapai dengan meningkatnya produksi perusahaan baik kualitas
maupun kuantitasnya.

Untuk mewujudkan perlindungan keselamatan kerja, maka pemerintah telah


melakukan upaya pembinaan norma di bidang ketenagakerjaan. Dalam pengertian
pembinaan norma ini sudah mencakup pengertian pembentukan, penerapan dan
pengawasan norma itu sendiri.
Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja harus
diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat kerja.
(perusahaan). Tempat kerja adalah setiap tempat yang di dalamnya terdapat 3 (tiga)
unsur, yaitu :
1) Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun social.
2) Adanya sumber bahaya.
3) Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus menerus
maupun hanya sewaktu-waktu.

Bahaya di lingkungan kerja dapat didefinisikan sebagai segala kondisi yang


dapat memberi pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan atau kesejahteraan orang
yang bekerja. Faktor bahaya di lingkungan kerja meliputi faktor Kimia, Biologi, Fisika,
Fisiologi dan Psikologi.
1. Bahaya kimia
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh: Pernapasan (inhalation), Kulit (skin
absorption), Tertelan (ingestion). Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,
kronis atau kedua-duanya.

5
❖ Korosi : Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada
permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan
adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan
basa , fosfor.
❖ Iritasi : iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak.
Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada
alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan
dan oedema (bengkak). Contoh : Kulit : asam, basa,pelarut, minyak. Dan
pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene,
chlorine ,bromine, ozone.
❖ Kanker : Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah
terbukti pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan
kimia yang secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan .
Contoh:
❖ Terbukti karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver
angiosarcoma); 2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih ); asbestos
(kanker paru-paru , mesothelioma);
❖ Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride,
dichromates, beryllium.
❖ Racun Sistemik : Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka
pada organ atau sistem tubuh. Contoh :
❖ Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
❖ Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
❖ Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
❖ Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons

6
❖ Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara (pneumoconiosis).

2. Bahaya Biologi
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari
sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang
atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi. Bahaya
biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-infeksi.
Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme viable, racun
biogenik dan alergi biogenik.
❖ Organisme viable dan racun biogenic
Organisme viable termasuk di dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun
biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri. Perkembangan produk bakterial
dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media dimana mereka tumbuh.
Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage & sludge
treatment, dll. Contoh : Byssinosis, “grain fever”, Legionnaire’s disease.
❖ Alergi Bionik
Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim. Bahan
alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu dan
protein dari urine dan feaces binatang. Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari
proses fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga
dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur jaringan). Pada orang yang sensitif,
pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau
asma. Contoh : Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.
❖ Bahaya Infeksi

7
Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang
potensial mengalaminya yaitu pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga
binatang, dokter hewan dll. Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella,
tetanus, salmonella, chlamydia, psittaci.
3. Bahaya Fisik
Bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan
intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang
memadai, getaran, radiasi.
❖ Kebisingan
Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang
dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang
maupun suatu populasi. Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah
energi bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan. Kebisingan dapat menghasilkan
efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya
mengganggu job performance tenaga kerja. Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya
>85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara
maupun kronis. Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di
klaim . Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.
❖ Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti:
frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau
intermitten. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam
memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool”
berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ”Raynaud’s
phenomenon” atau ”vibration-induced white fingers” (VWF). Peralatan yang
menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem
musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.
Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.
1. Pencahayaan
a) Tujuan pencahayaan : Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan
pekerjaan dan memberi lingkungan kerja yang aman.
b) Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala,
berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan.
8
c) Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja,
produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan
lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja.
4. Bahaya Psikologi
Bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis
ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti :
penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak
sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai
akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang
tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan
menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
· Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik terhadap
setiap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini
dinamakan stress.
· Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah, gangguan kepribadian,
penyimpangan seksual, ketagihan alkohol dan psikotropika.
· Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan darah
tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan, asma bronkial,
penyakit kulit seperti eksim,dll.
5. Bahaya Fisiologi
Potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi
yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam
melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak
sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
Pembebanan Kerja Fisik
· Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial
ekonomi dan derajat kesehatan.
· Pembebanan tidak melebihi 30 – 40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga
kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari.
· Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40
kg. Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban
maksimum tersebut harus disesuaikan.
9
· Oleh karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit, parameter
praktis yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak melebihi
30-40 permenit di atas denyut nadi sebelum bekerja.

e) Waktu
Para pekerja saat melakukan suatu pekerjaan harus mengerjakannya dengan on
time atau tepat waktu.Dalam K3 yang diutamakan adalah keselamatan dan kesehatan
namun harus jugamenjunjung tinggi waktu agar efisien dalam berbagai pengerjaan.
Namnu, efisiensi dan efektivitas terkadang dijadikan alasan pekerja untuk melakukan
pekerjaannya dengan terburu-buru. Padahal hal ini bisa membuat pekerja tersebut
melakukan kesalahan yang nantinya akan membahayakan dirinya sendiri. Terlebih jika
pekerjaan itu memerlukan konsentrasi tinggi, bekerja dengan terburu-buru hanya akan
mengurangi konsentrasi pekerja dan berpotensi menyebabkan kecelakaan.
Melakukan short cut tanpa mempertimbangkan faktor keselamatan juga bisa
meningkatkan terjadinya kecelakaan.

Lakukan pekerjaan sesuai prosedur dan hindari mengambil jalan pintas (short
cut). Jika memang diharuskan melaksanakan pekerjaan dengan cepat, pastikan juga
mempertimbangkan faktor keselamatannya juga dan mengikuti prosedur bekerja aman
yang sudah diterapkan.

f) Sosial
Sosial yang dimaksud disini adalah teamwork atau kerjasama antara para
pekerja sehingga meminimalisir kecelakaan kerja.Kerja sama tim adalah proses bekerja
bersama-sama dengan sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan .Ketika hal
tersebut menyangkut keselamatan, kerja sama tim memberikan kontribusi terbesar
mengenai apakah seseorang mengalami cedera di tempat kerja. Fakta bahwa kerja tim
mengurangi Lost Time Accident Rates (LTA's) dan bahwa orang lebih cenderung
merasa bekerja lebih aman dalam sebuah tim, daripada independen.
Sebuah studi (Hechanova, Alampay & Beehr, 2002) meneliti hubungan antara
kerja tim dengan kinerja keselamatan, dan menemukan hubungan antara tingkat
manajemen diri dengan perilaku tidak aman yang mengakibatkan cedera. Dengan kata
lain, Jika sebuah tim mampu memanage diri (yang berarti mereka memiliki

10
keterampilan, pengetahuan dan kemampuan untuk membuat keputusan), maka semakin
aman tim tersebut saat bekerja.Dalam literature tersebut dijelaskan bahwa Kerjasama
Meningkatkan Kesehatan dan Keselamatan karena alasan berikut :
1. Peningkatan keterlibatan dalam kegiatan keselamatan
2. Safety Ownership
3. Otonomi Tugas
4. Proses Kelompok (Misalnya kerjasama, perencanaan dan koordinasi, kesediaan untuk
mendekati anggota lain)
5. Meningkatkan komunikasi kelompok mengenai keselamatan
6. Peningkatan interaksi tatap muka (mengakui prestasi orang lain)
7. Kerjasama antara tim dan pengawas

g) Informasi
Komunikasi antara pekerja sangaatlah penting dalam suatu
pekerjaan.Komunikasi meliputi komunikasi internal antar bagian maupun sesama
bagian dalam struktur organisasi Perusahaan maupun komunikasi eksternal dengan
pihak lain seperti kontraktor, pemasok, pengunjung, tamu dan masyarakat luas maupun
pihak ke tiga yang bekerja sama dengan Perushaaan berkaitan dengan K3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja). Komunikasi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)dapat
melalui beragam media, cara dan teknologi yang secara efektif dapat menyampaikan
pesan kepada semua pihak yang perlu mendapat informasi berkaitan dengan Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
❖ Informasi-informasi yang termasuk dalam komunikasi internal antara lain :
- Komitmen Perusahaan terhadap Penerapan K3 di tempat kerja.
- Program-program yang berkaitan dengan Penerapan K3 di tempat kerja.
- Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko K3 di tempat kerja.
- Prosedur kerja, instruksi kerja, diagram alur proses kerja serta
material/bahan/alat/mesin yang digunakan dalam proses kerja.
- Tujuan K3 dan aktivitas peningkatan berkelanjutan lainnya.
- Hasil-hasil investigasi kecelakaan kerja.
- Perkembangan aktivitas pengendalian bahaya di tempat kerja.
- Perubahan-perubahan manajemen Perusahaan yang mempengaruhi penerapan
K3 di tempat kerja, dsb.

11
❖ Informasi-informasi terkait komunikasi eksternal dengan kontrakator antara
lain :
- Sistem Manajemen K3 pekerja individual.
- Peraturan dan persyaratan komunikasi kontraktor.
- Kinerja K3 pekerja.
- Daftar pekerja lain di tempat kerja.
- Hasil pemeriksaan dan pemantauan K3.
- Tanggap Darurat.
- Hasil investigasi kecelakaan, ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan dan
tindakan pencegahan.
- Persyaratan komunikasi harian, dsb.
❖ Informasi-informasi terkait komunikasi eksternal dengan pengunjung/tamu
antara lain :
- Persyaratan-persyaratan K3 untuk tamu.
- Prosedur evakuasi darurat.
- Aturan lalu lintas di tempat kerja.
- Aturan akses tempat kerja dan pengawalan.

h) Man and machine interface

Hubungan manusia dan mesin harus selaras, yang dimaksud adalah tidak terjadi
kesalahan terhadap pengoprasiannya. Kombinasi antara satu atau beberapa manusia
dengan satu atau beberapa mesin, dimana salah satu dengan lainnya akan saling
berinteraksi untuk menghasilkan output berdasarkan input yang diperoleh.
1) Manusia menerima informasi melalui fungsi receptor (5 indera).

12
2) Informasi yang datang dikirim melalui sistem saraf ke pusat otak, yang selanjutnya
akan diproses untuk diambil keputusan.
3) Proses tersebut mrp integrasi antara informasi yang masuk, informasi yang
tersimpan di memori dan keputusan diambil menggunakan logika.
• Dalam menerima informasi, memproses dan mengambil keputusan untuk
bertindak, manusia melalui mekanisme effektor yaitu aktivitas otot syaraf yang
berdasar pada sistem kerangka tubuh manusia.

2. Jelaskan bagaimana ILO memberikan rekomendasi untuk mencegah terjadinya


kecelakaan kerja!

Jawab :

Langkah Penanggulangan Kerja Menurut ILO:

• PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

• Ketentuan & syarat K3 mengikuti perkemb ilmu pengetahuan, tehnik &


teknologi

• Penerapan ketentuan & syarat K3 sejak tahap rekayasa

• Penyelenggaraan pengawasan & pemantauan pelaku K3

• STANDARISASI

• Standar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan pelaku K3

• INSPEKSI / PEMERIKSAAN

13
• Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja masih
memenuhi ketentuan & persyaratan K3

• RISET TEKNIS, MEDIS, PSIKOLOGIS & STATISTIK


• Riset/penelitian untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3 sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik & teknologi
• PENDIDIKAN & LATIHAN
• Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan & ketrampilan K3 bagi
TK
• PERSUASI
• Cara penyuluhan & pendekatan di bid K3, bukan melalui penerapan &
pemaksaan melalui sanksi-sanksi
• ASURANSI
• Insentif finansial utk meningkatkan pencegahan kecelakaan dengan
pembayaran premi yg lebih rendah terhadap perusahaan yang
memenuhi syarat K3
• PENERAPAN K3 DI TEMPAT KERJA
o Langkah-langkah pengaplikasikan di tempat kerja dalam upaya
memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja

Dalam memberikan rekomendasi untuk mencegah, tentunya International


Labour Organization (ILO) memiliki alasan utama agarsuatu perusahaan untuk secara
aktif mengatasi keselamatandan kesehatan di tempat kerja, antara lain :
1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
manusia
2. Meningkatkan komitment pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga
kerja
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi kompetisi
perdagangan global
4. Proteksi terhadap industri dalam negeri
5. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional
6. Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor
7. Meningkatkan pelaksanaan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan

14
sistem
8. Perlunya upaya pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi yang tekait
dengan penerapan K3
9. mencegah penderitaan yang disebabkan oleh kecelakaan kerja dan kematian;
10. menunjukkan karyawan Anda bahwa Anda peduli tentang keselamatan dan
kesehatan mereka;
11. melindungi investasi pada karyawan melalui perekrutan dan pelatihan;
12. mengurangi absensi karena sakit dan cedera, kesalahan dan interupsi kerja;
13. membantu dalam menjaga kualitas produk atau jasa;
14. menghemat biaya yang berkaitan dengan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja
15. Terpantaunya bahaya dan risiko di perusahaan
16. Pengakuan terhadap kinerja K3 diperusahaan atas pelaksanaan SMK3
Berdasarkan alasan diatas dapat disimpulkan bahwa didalam ILO ini yang
terpenting adalah SMK 3. Dalam ILO, SMK3 dilaksanakan pada setiap perusahaan
dengan berpedoman pada penerapan 5 prinsip dasar sebagai berikut. Penjelasan secara
rinci terhadap kelima prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

A. Komitmen dan Kebijakan


1) Kepemimpinan dan Komitmen
Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja sehingga Sistem ManajemenK3 berhasil di terapkan
15
dan dikembangkan. Komitmen tersebut harusselalu ditinjau ulang secara berkala dan
melibatkan semua pekerja danorang lain yang berada di tempat kerja.Komitmen K3
tersebut diwujudkan dalam:
a) Penempatan organisasi K3 pada posisi strategis dalam penentuan keputusan
perusahaan
b) Penyediaaan anggaran dan tenaga kerja yang berkualitas serta sarana-sarana
lain dibidang K3
c) Penetapan personil yang bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan serta
kewajiban yang jelas dalam penanganan K3
d) Perencanaan K3
e) Penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3
2) Tinjauan awal K3 (Initial Review)
Tinjauan awal terhadap kondisi keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di
perusahaan dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut:
a) Identifikasi kondisi yang ada.
b) Identifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatanperusahaan.
c) Penilaian tingkat pengetahuan .
d) Membandingkan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih
baik.
e) Meninjau sebab dan akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi dan
gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yangberkaitan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja.
f) Menilai efisiensi dan efektifitas sumberdaya yang disediakan. Hasil peninjauan
awal keselamatan dan kesehatan kerja merupakanbahan masukan dalam
perencanaan dan pengembangan SistemManajemen K3.
3) Kebijakan K3
Kebijakan K3 adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh
pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tinjauanperusahaan,
komitmen dan tekad melaksanakan keselamatan, dankesehatan kerja, kerangka dan
program kerja yang mencakup kegiatanperusahaan secara menyeluruh yang bersifat
umum dan operasional.Kebijakan K3 tersebut dibuat melalui proses konsultasi antara
pengurusdan wakil tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan
disebarluaskankepada semua tenaga kerja, pemasok dan pelanggan.

16
Kebijakankeselamatan dan kesehatan kerja bersifat dinamik dan selalu ditinjau
ulangdalam rangka peningkatan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
B. Perencanaan
Perusahaan hendaknya membuat perencanaan yang efektif dengan sasaran yang
jelas dan dapat di ukur. Perencanaan memuat tujuan, sasaran ,danindikator kinerja yang
diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasisumber bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko serta hasil pelaksanaantinjauan awal terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja.
Beberapa hal yang terkait dengan perencanaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Perencanaan dibuat berdasarkan pertimbangan hasil identifikasi bahaya,
penilaian dan pengendalian risiko
2) Perencanaan dibuat sesuai dengan kegiatan perusahaan, untuk itu perusahaan
menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi,identifikasi serta
pemahaman peraturan perundang-undangan, danpersyaratan lainnya.
3) Tujuan dan sasaran dalam perencanaan harus dapat diukur, terdapat
satuan/indicator pencapaian, terdapat sasaran pencapaian yang jelas danjangka
waktu pencapaian. Tujuan dan sasaran tersebut ditetapkan
setelahdikonsultasikan dengan wakil pekerja, dan pihak terkait lainnya
sertaditinjau secara teratur.
C. Penerapan
Dalam mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan dapat
menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai. Beberapa hal
yangdilakukan perusahaan dalam penerapan K3 meliputi:
1) Jaminan Kemampuan
a) Sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana
Dalam penerapan Sistem Manajemen K3 yang efektif dibutuhkan beberapa
hal-hal sebagai berikut:
• Menyediakan sumber daya (personel, sarana dan dana) yangmemadai sesuai
dengan ukuran dan kebutuhan denganprosedur yang dapat memantau manfaat
yang akan didapatmaupun biaya yang harus dikeluarkan.
• Melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan padasetiap tingkatan
manajemen perusahaan danmenyelenggarakan setiap pelatihan yang
dibutuhkan.

17
• Membuat ketentuan untuk mengkomunikasikan informasikeselamatan dan
kesehatan kerja secara efektif.
• Membuat peraturan untuk mendapatkan pendapat dan sarandari para ahli.
• Membuat peraturan untuk pelaksanaan konsultasi danketerlibatan tenaga kerja
secara aktif.
b) Integrasi.
Perusahaan dapat mengintegrasikan Sistem Manajemen K3 kedalam sistem
manajemen perusahaan yang ada.
c) Tanggung Jawah dan Tanggung Gugat
Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja akan efektif apabila semua pihak
dalam perusahaan didorong untuk berperan serta dalampenerapan dan pengembangan
Sistem Manajemen K3, serta memilikibudaya perusahaan yang mendukung dan
memberikan kontribusi bagiSistem Manajemen K3.
Perusahaan harus:
• Menentukan, menunjuk, mendokumentasikan danmengkomunikasikan
tanggung jawab dan tanggung gugat K3 sertawewenang untuk bertindak.
• Mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikansetiap
perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yangberpengaruh terhadap
sistem dan program K3.
• Dapat memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisiyang
menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.

Tanggung jawab pengurus terhadap keselamatan dan kesehatan kerjaadalah:

• Pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harusmemastikan bahwa


Sistem Manajemen K3 telah diterapkan danhasilnya sesuai dengan yang
diharapkan oleh setiap lokasi dan jeniskegiatan dalam perusahaan.
• Pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja sebagaisumber daya yang
berharga yang dapat ditunjuk untuk menerimapendelegasian wewenang dan
tanggung jawab dalam menerapkandan mengembangkan Sistem Manajemen
K3.
d) Konsultasi, Motivasi, dan Kesadaran
Pengurus harus menunjukkan komitmennya terhadap K3 melaluikonsultasi
dengan melibatkan tenaga kerja maupun pihak lain yangterkait sehingga semua pihak

18
merasa ikut memiliki dan merasakanhasilnya.Tenaga kerja harus memahami serta
mendukung tujuan dan sasaranSMK3 dan perlu disadarkan serta harus memahami
sumber bahaya yangada di perusahaan sehingga dapat mencegah terjadinya insiden.
e) Pelatihan dan Kompetensi Kerja
Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetensi kerja
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan K3.Prosedur untuk melakukan identifikasi
standar kompetensi kerja danpenerapannya melalui program pelatihan harus tersedia.
Program pelatihan yang sudah ada harus dikembangkan sesuai denganhasil
penilaiannya.Prosedur pendokumentasian harus ditetapkan untuk melakukan
evaluasiefektivitas pelatihan yang telah dilaksanakan.
2) Kegiatan Pendukung
a) Komunikasi
Perusahaan harus mempunyai prosedur yang menjamin bahwa informasi K3
terbaru dikomunikasikan ke semua pihak dalam perusahaan.
b) Pelaporan
Prosedur pelaporan harus ditetapkan untuk menjamin bahwa Sistem
Manajemen K3 dipantau untuk peningkatan kinerja dan kinerjanyaditingkatkan.
c) Pendokumentasian
Pendokumentasian merupakan unsur utama pada sistem manajemen untuk itu
harus dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan.Pendokumentasian Sistem
Manajemen K3 diintegrasikan dengan system manajemen perusahaan dalam
keseluruhan dokumentasi yang ada.
d) Pengendalian Dokumen
Perusahaan harus menjamin bahwa:
• Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dantanggung jawab
di perusahaan.
• Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan direvisi sesuaikebutuhan.
• Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui olehpersonel yang
berwenang.
• Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yangdianggap perlu.
• Semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan.
• Dokumen mudah ditemukan dan mudah dipahami.
e) Pencatatan dan Manajemen Informasi

19
Pencatatan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menunjukkankesesuaian
penerapan Sistem Manajemen K3 dan harus mencakup:
• Persyaratan internal/indicator kinerja keselamatan dan kesehatankerja.
• Izin kerja.
• Risiko dan sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin-mesin,pesawat
pesawat, alat kerja, serta peralatan lainnya, bahan-bahandan sebagainya,
lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja danproses produksi.
• Kegiatan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja.
• Kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan.
• Pemantauan data.
• Rincian insiden, keluhan dan tindak lanjut.
• Identifikasi produk termasuk komposisinya.
• Informasi mengenai pemasok dan kontraktor.
• Audit dan peninjauan ulang Sistem Manajemen K3.
3) Identifikasi Sumber Bahaya,
Penilaian dan Pengendalian risiko Perusahaan harus melakukan identifikasi
bahaya, penilaian dan selanjutnyapenentuan pengendalian yang tepat. Untuk itu
beberapa hal yang harusdilakukan adalah sebagai berikut:
a) Identifikasi Sumber Bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan:
• Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
• Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapatterjadi.
b) Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian
terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
c) Tindakan Pengendalian
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui metode:
• Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, substitusi,isolasi,
ventilasi, higiene dan sanitasi.
• Pendidikan dan pelatihan.
• Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus,insentif,
penghargaan dan motivasi diri.
• Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi.
• Penegakan hukum.

20
d) Perancangan (Design) dan Rekayasa
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam proses
rekayasa harus dimulai sejak tahap perancangan dan perencanaan.Setiap tahap dari
siklus perancangan meliputi pengembangan, verifikasi, tinjauan ulang, validasi dan
penyesuaian harus dikaitkan denganidentifikasi sumber bahaya, prosedur penilaian dan
pengendalian risiko.
Personel yang memiliki kompetensi kerja harus ditentukan dan diberi
wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk melakukan verifikasipersyaratan
Sistem Manajemen K3.
e) Pengendalian Administratif
Prosedur dan instruksi kerja dibuat dengan mempertimbangkan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap tahapan, harusdidokumentasikan dan
ditinjau ulang secara berkala terutama jika terjadiperubahan peralatan, proses atau
bahan baku yang digunakan sertadibuat oleh personel yang memiliki kompetensi kerja
dengan melibatkanpara pelaksana.
f) Tinjauan Ulang Kontrak
Pengadaan barang dan jasa melalui kontrak harus ditinjau ulang untuk
menjamin terpenuhinya persyaratan keselamatan dan kesehatan kerjayang ditentukan.
g) Pembelian
Sistem pembelian barang dan jasa harus terintegrasi dengan penanganan
pencegahan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja,dan dapat menjamin
terpenuhinya persyaratan keselamatan dankesehatan kerja.Pada saat barang dan jasa
diterima, perusahaan harus menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan
barang dan jasa tersebutmengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko
kecelakaan danpenyakit akibat kerja.
h) Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana
Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau
bencana, diuji secara berkala dan dilakukan oleh personel yangmemiliki kompetensi
kerja, Untuk instalasi yang mempunyai bahayabesar harus dikoordinasikan dengan
instansi terkait yang berwenang.
i) Prosedur Menghadapi Insiden
Untuk mengurangi dampak terjadinya insiden, perusahaan harus memilki prosedur
yang meliputi:
• Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai.
21
• Proses perawatan lanjutan.
j) Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat
Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat untuk
mengembalikan pada kondisi yang normal secara cepatdan membantu pemulihan
tenaga kerja yang mengalami trauma.
D. Pengukuran dan Evaluasi
Perusahaan harus memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan
mengevaluasi kinerja Sistem Manajemen K3 dan hasilnya harus dianalisisguna
menentukan keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi tindakanperbaikan.
1) Inspeksi dan Pengujian
Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur inspeksi, pengujian
dan pemantauan yang berkaitan dengan tujuan dan sasarankeselamatan dan kesehatan
kerja. Frukuensi inspeksi dan pengujian disesuaikan dengan obyeknya.
2) Audit Sistem Manajemen K3
Audit Sistem Manajemen K3 dilakukan secara berkala untuk mengetahui
keefektifan penerapan Sistem Manajemen K3. Audit dilaksanakan secarasistematik dan
independen oleh personel yang memiliki kompetensi kerjadengan menggunakan
metodologi yang sudah ditetapkan.Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan
tinjauan ulang hasil audit
sebelumnya dan hasil identifikasi sumber bahaya. Hasil audit digunakan oleh pengurus
dalam proses tinjauan ulang manajemen.
3) Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, audit dan tinjauan ulang
Sistem Manajemen K3 harus didokumentasikan dan digunakanuntuk identifikasi
tindakan perbaikan dan pencegahan serta pihakmanajemen menjamin pelaksanaannya
secara sistematik dan efektif.
E. Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen
Pimpinan yang ditunjuk harus melaksanakan tinjauan ulang Sistem Manajemen
K3 secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifanyang berkesinambungan
dalam pencapaian kebijakan dan tujuan keselamatandan kesehatan kerja.
Ruang lingkup tinjauan ulang Sistem Manajemen K3 harus dapat mengatasi
implikasi keselamatan dan kesehatan kerja terhadap seluruh kegiatan, produkbarang
dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan.

22
Organisasi K3 yang harus ada di perusahaan yaitu P2K3 (Panitia PembinaK3)
adalah jantung dari sukses sistem manajemen K3.P2K3 merupakan wadah kerjasama
antara unsur pimpinan perusahaan dan tenagakerja dalam menangani masalah K3 di
perusahaan.
• Manfaat dibentuknya P2K3 adalah:
• Mengembangkan kerjasama bidang K3
• Meningkatkan kesadaran dan partisipasi tenaga kerja terhadap K3
• Forum komunikasi dalam bidang K3
• Menciptakan tempat kerja yang nihil kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Tugas Pokok P2K3 adalah memberikan saran dan pertimbangan di bidang K3 kepada
pengusaha/pengurus tempat kerja (diminta maupun tidak)
Fungsi:
• Menghimpun dan mengolah data K3
• Membantu, menunjukan dan menjelaskan :
➢ Faktor bahaya
➢ Faktor yang mempengaruhi efisiensi dan prod’s
➢ APD
➢ Cara dan sikap kerja yang benar dan aman
• Membantu pengusaha atau pengurus :
➢ Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja
➢ Tindakan koreksi dan alternatif
➢ Mengembangkan sistem pengendalian bahaya
➢ Mengevaluasi penyebab kec. dan PAK
➢ Mengembangkan penyuluhan dan penelitian
➢ Pemantauan gizi kerja dan makanan
➢ Memeriksa kelengkapan peralatan K3
➢ Pelayanan kesehatan tenaga kerja
➢ Mengembangkan lab. Dan interpretasi hasil pem.
➢ Menyelenggarakan administrasi K3
• Membantu menyusun kebijakan manajemen K3 dan pedoman kerja
Porgram Kerja P2K3 meliputi:
a. Safety meeting
b. Inventarisasi permasalahan K3

23
c. Indentifikasi dan inventarisasi sumber bahaya
d. Penerapan norma K3
e. Inspeksi secara rutin dan teratur
f. Penyelidikan dan analisa kecelakaan
g. Pendidikan dan latihan
h. Prosedur dan tata cara evakuasi
i. Catatan dan data K3
j. Laporan pertanggungjawaban
Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya
terdiri dari ketua sekretaris dan anggota. Sebagai sekretaris P2K3 adalah Ahli K3yaitu
tenaga tehnis berkeahlian khusus yang membantu pimpinan perusahaan ataupengurus
untuk menyelenggarakan dan meningkatkan usaha keselamatan kerja,higiene
perusahaan dan kesehatan kerja, membantu pengawasan dibidang K3.\

3. Apa yang menjadi kewajiban pekerja dalam hal mencegah terjadinya kecelakaan
kerja?

Jawab :

Point penting yang menjadi kewajiban pekerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
yaitu :

a. Mentaati semua peraturan Undang-Undangan K3

b. Memakai alat pelindung diri yang disediakan pengurus

c. Memberikan keterangan yang benar apabila diminta oleh pengawas

Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
didalam BAB VIII mengenai kewajiban dan hak tenaga kerja, kewajiban dan hak tenaga
kerja adalah sebagai berikut :

• Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja
• Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
• Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan

24
• Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan
yang diwajibkan
• Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan
kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam
hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih
dapat dipertanggung-jawabkan.

4. Apa yang menjadi kewajiban pengusaha/perusahaan dalam hal mencegah terjadinya


kecelakaan kerja?

Jawab :

Salah satu cara yang dapat ditempuh perusahaan untuk memberikan jaminan
keselamatan dalam kerja yaitu perusahaan harus menyediakan fasilitas yang memadai
baik itu mesin, peralatan maupun alat pelindung diri. Menurut Sedarmayanti
(2011:134), salah satu tindakan pengamanan yaitu dengan cara memberikan fasilitas
untuk karyawannya seperti mesin-mesin yang dapat digunakan karyawan untuk
bekerja, menyediakan peralatan yang aman termasuk pakaian/perlindungan kerja
khusus, guna melindungi karyawan pada waktu melaksanakan pekerjaannya.
Menurut Sedarmayanti (2011:160), perusahaan dapat mencegah kecelakaan
dengan membuat area mesin, area peralatan dan area kerja sehingga karyawan yang
kadang melamun atau yang kemungkinan besar melakukan pekerjaan yang berbahaya
tidak dapat melukai diri mereka sendiri dan orang lain. Menyediakan peralatan yang
aman dan penjaga mesin, memasang tombol keadaan darurat, memasang jeruji
pengaman, mengosongkan gang, serta memasang ventilasi, penerangan, pemanas dan
pendiding ruangan yang memadai dapat membantu membuat lingkungan kerja menjadi
lebih aman. Beberapa faktor yang mempengaruhi keselamatan telah diidentifikasi,
termasuk ukuran area kerja, jenis material yang digunakan kondisi panca indera, jarak
antara area kerja, serta gangguan dari kegaduhan dan arus lalu lintas.
Beberapa upaya-upaya pencegahan kecelakaan juga dapat dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya adalah:

1. Memberikan penanda dan isyarat keselamatan kerja.

Penanda dan isyarat digunakan agar karyawan lebih mengetahui apa saja yang menjadi
bahaya ditempat kerja. Menurut Ridley (2006:98), untuk mencegah terjadinya kecelakaan

25
maka perusahaan perlu memberikan penanda dan isyarat keselamatan kerja. Penggunaan papan
penanda keselamatan yang benar di tempat kerja dapat:

a) Menggalakkan instruksi-instruksi dan aturan-aturan keselamatan kerja.


b) Memberikan informasi atas resiko dan tindakan pencegahan yang harus
diambil.
Terdapat tiga kelompok penanda keselamatan yang dapat digunakan ditempat
kerja diantaranya yaitu:
a) Penanda keselamatan kerja yang digunakan untuk memberikan informasi
dalam kondisi kerja normal.
b) Penanda peringatan bahaya digunakan untuk mengidentifikasi beberapa
substansi berbahaya dan perlu dimasukkan sebagai bagian dari pelabelan
substansi-substansi berbahaya.
c) Papan Hazchem digunakan untuk memberikan peringatan dalam kondisi
darurat mengenai sifat substansi-substansi yang mungkin terlibat dalam
kebakaran atau kecelakaan di jalan raya. Untuk kendaraan transportasi telah
dilengkapi dengan sebuah kartu trem yang dipegang pengemudi.

2. Memberikan pemahaman kepada karyawan untuk selalu berhati-hati dalam bekerja.


Perusahaan harus memberikan pemahaman kepada karyawan bahwa
pentingnya bekerja dengan hati-hati agar dapat mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja.
Menurut Sedarmayanti (2011:125), untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya
keselamatan kerja yaitu selalu berhatihati dalam bekerja dapat dilakukan dalam beberapa cara
yaitu:
a. Pengarahan singkat yang dilakukan oleh pihak perusahaan setiap hari
sebelum bekerja.
b. Memberi pengertian kepada karyawan mengenai cara bagaimana mereka
harus bekerja dengan benar, (tepat, cepat dan selamat).
c. Meyakinkan karyawan bahwa keselamatan kerja mempunyai dasar yang
sama pentingnya dengan kualitas/ mutu dan target.
d. Memberi pengertian kepada karyawan tentang cara pelaksanaan pengamanan
kerja tanpa disertai suatu peraturan.

26
e. Menginsyafkan diri sendiri beserta staf, bahwa kecelakaan kerja yang
mungkin dan telah terjadi, sebenarnya dapat dihindarkan. Jika karyawan lebih dahulu
mengetahuinya dan mau mencegah segera.
f. Perlu ditekankan bahwa cara kerja yang baik dan aman merupakan kebiasaan
dan dapat dikembangkan dengan kesadaran untuk selalu berhati-hati dalam bekerja.
3. Memberikan Sanksi kepada karyawan yang melanggar peraturan keselamatan dalam
bekerja.
Sanksi diberikan kepada karyawan yang melanggar peraturan yang telah dibuat
dan disahkan perusahaan. Menurut Ridley (2006:74), beberapa langkah sanksi yang
diberikan kepada karyawan yang melanggar peraturan mengenai keselaman kerja
diantaranya adalah:
a. Memberikan peringatan lisan kepada pekerja dengan memberi kesempatan untuk
memperbaiki kesalahan, menawarkan pelatihan tambahan jika dipandang perlu.
Selain itu, berilah kesempatan pula kepada karyawan untuk mengemukakan
argumentasinya atau keluhannya.
b. Jika tidak ada perubahan dalam diri pekerja, perusahaan berhak mengeluarkan surat
peringatan pertama berikut pernyataan kemungkinan konsekuensinya jika tidak
diikuti, misalnya pemecatan.
c. Memberikan surat peringatan kedua yang mengulangi pernyataan yang diberikan
pada surat peringatan pertama.
d. Memberikan surat peringatan terakhir beserta pernyataan tentang kemungkinan
pemecatan.
e. Jika tidak juga ada perubahan, perusahaan dapat melakukan pemecatan langsung
kepada karyawan tersebut.

4. Memberikan pemahaman agar karyawan mematuhi standar prosedur keselamatan


kerja.
Perusahaan perlu memberikan pemahaman kepada karyawan agar karyawan dapat
lebih mengetahui dan memahami bahwa pentingnya mengikuti standar prosedur keselamatan
kerja agar dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. UU No. 1 Tahun 1970 Bab VIII pasal
13 tentang Kewajiban dan Hak Kerja yang salah satunya berbunyi: bahwa karyawan harus
memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan.

5. Memberikan perhatian lebih kepada karyawan yang kondisi tubuhnya melemah.


27
Perusahaan harus melindungi karyawannya dari masalah kondisi tubuh karyawan,
karena apabila karyawan kondisi tubuhnya sehat maka dapat bekerja dengan baik. Menurut
Sedarmayanti (2011:165), masalah kesehatan karyawan ada beraneka ragam jenis dan sulit
dihindari. Masalah tersebut dapat berkisar dari keadaan sakit kecil sampai keadaan sakit serius
berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan. Beberapa karyawan memiliki masalah
kesehatan emosional, masalah alcohol/narkoba, masalah kronis, masalah yang tidak permanen,
tetapi semua masalah yang mempengaruhi operasi organisasional dan produktivitas karyawan.
Dalam UU No. 1 tahun 1970, yang memiliki kewajiban memberikan pencegahan dalam
perusahan yaitu pengurus/pengawas. Yang perlu diketahui pertama adalah Pengurus/Pengawas
merupakan orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau
bagiannya yang berdiri sendiri. Berdasarkan pasal 8, 9, 11 dan 14 Undang - Undang No. 1
tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengurus bertanggung jawab untuk :

• Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja
yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat - sifat pekerjaan
yang diberikan padanya.
• Memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada
Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur
• Menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
o Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam tempat
kerjanya
o Semua pengamanan dan alat - alat perlindungan yang diharuskan dalam semua
tempat kerjanya
o Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
o Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya
• Bertanggung jawab dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan
pertama dalam kecelakaan.
• Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
• Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat
keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat

28
yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
kesehatan kerja

5. Apa yang menjadi kewajiban pemerintah dalam hal menegah terjadinya kecelakaan
kerja?

Jawab :

Pemerintah sendiri sebenarnya cukup menaruh perhatian terhadap


permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja ini. Berbagai macam produk
perundang-undangan dan peraturan-peraturan pendukung lainnya dikeluarkan untuk
melindungi hak-hak pekerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja mereka.

Beberapa program yang dilaksanakan pemerintah dalam upaya mewujudkan


kesehatan dan keselamatan kerja diantaranya adalah :

1. Kebijakan, Hukum, dan Peraturan


a. Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Indonesia mempunyai kerangka hukum K3 yang ekstensif,
sebagaimanaterlihat pada daftar peraturan perundang-undangan K3 yang terdapat
dalam Lampiran II. Undang-undang K3 yang terutama di Indonesia adalah
Undang-Undang No. 1/ 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang ini
meliputi semua tempat kerja dan menekankan pentingnya upaya atau tindakan
pencegahan primer.
Undang-Undang No. 23/ 1992 tentang Kesehatan memberikan ketentuan
mengenai kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan
kerja dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan
yang baik tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya
mereka dapat mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai dengan program
perlindungan tenaga kerja.

29
b. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Di antara negara-negara Asia, Indonesia termasuk negara yang telah
memberlakukan undang-undang yang paling komprehensif (lengkap) tentang
sistem manajemen K3 khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang berisiko
tinggi. Peraturan tersebut (Pasal 87 UU no 13 Tahun 2003) menyebutkan bahwa
“setiap perusahaan yang mempekerjakan 100 karyawan atau lebih atau yang sifat
proses atau bahan produksinya mengandung bahaya karena dapat menyebabkan
kecelakaan kerja berupa ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja
diwajibkan menerapkan dan melaksanakan sistem manajemen K3.
Audit K3 secara sistematis, yang dianjurkan Pemerintah, diperlukan untuk
mengukur praktik sistem manajemen K3. Perusahaan yang mendapat sertifikat
sistem manajemen K3 adalah perusahaan yang telah mematuhi sekurang-
kurangnya 60 persen dari 12 elemen utama, atau 166 kriteria.
c. Panitia Pembina K3 (P2K3)
Menurut Topobroto (Markkanen, 2004 : 15), Pembentukan Panitia Pembina
K3 dimaksudkan untuk memperbaiki upaya penegakan ketentuan-ketentuan K3
dan pelaksanaannya di perusahaan-perusahaan. Semua perusahaan yang
mempekerjakan lebih dari 50 karyawan diwajibkan mempunyai komite K3 dan
mendaftarkannya pada kantor dinas tenaga kerja setempat. Namun, pada
kenyataannya masih ada banyak perusahaan dengan lebih dari 50 karyawan yang
belum membentuk komite K3, dan kalau pun sudah, komite tersebut sering kali
tidak berfungsi sebagaimana seharusnya.
d. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)

30
Berdasarkan Undang-Undang No 3/ 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja, Pemerintah mendirikan perseroan terbatas PT JAMSOSTEK. Undang-
undang tersebut mengatur jaminan yang berkaitan dengan :
(i) Kecelakaan kerja [JKK],
(ii) Hari tua [JHT],
(iii) Kematian [JK], dan
(iv) Perawatan kesehatan [JPK].
Keikutsertaan wajib dalam Jamsostek berlaku bagi pengusaha yang
mempekerjakan 10 karyawan atau lebih, atau membayar upah bulanan sebesar1
juta rupiah atau lebih. Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja berhak atas
manfaat/ jaminan yang meliputi (i) biaya transportasi, (ii) biaya pemeriksaan dan
perawatan medis, dan/ atau perawatan di rumah sakit, (iii) biaya rehabilitasi, dan
(iv) pembayaran tunai untuk santunan cacat atau santunan kematian.
e. Konvensi-konvensi ILO yang berkaitan dengan K3
Pada tahun 2003, Indonesia masih belum meratifikasi Konvensi-konvensi
ILO yang berkaitan dengan K3 kecuali Konvensi ILO No 120/ 1964 tentang
Higiene (Komersial dan Perkantoran). Tetapi hingga tahun 2000, Indonesia sudah
meratifikasi seluruh Konvensi Dasar ILO tentang Hak Asasi Manusia yang
semuanya berjumlah delapan.
Karena Indonesia mayoritas masih merupakan negara agraris dengan
sekitar 70% wilayahnya terdiri dari daerah pedesaan dan pertanian, Konvensi ILO
yang terbaru, yaitu Konvensi No. 184/ 2001 tentang Pertanian dan
Rekomendasinya, dianggap merupakan perangkat kebijakan yang bermanfaat.
Tetapi secara luas Indonesia dipandang tidak siap untuk meratifikasi Konvensi ini
karena rendahnya tingkat kesadaran K3 di antara pekerja pertanian. Tingkat
pendidikan umum pekerja pertanian di Indonesia juga rendah, rata-rata hanya 3
sampai 4 tahun di sekolah dasar (Markkanen, 2004 : 16)

2. Penegakan Hukum
Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan peraturan hukum terkait K3 kemudian
membentuk lembaga-lembaga penunjang diantaranya :
a. Direktorat Pengawasan Norma K3 di DEPNAKERTRANS
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pengawasan/ inspeksi keselamatan
kerja telah didesentralisasikan dan tanggung jawab untuk pengawasan tersebut
31
telah dialihkan ke pemerintah provinsi sejak tahun 1984. Di Direktorat Jenderal
Pengawasan Ketenagakerjaan DEPNAKERTRANS, sekitar 1,400 pengawas
dilibatkan dalam pengawasan ketenagakerjaan secara nasional. Sekitar 400
pengawas ketenagakerjaan memenuhi kualifikasi untuk melakukan pengawasan
K3 di bawah yurisdiksi Direktorat Pengawasan Norma K3 (PNKK).
b. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan
Pelayanan kesehatan kerja adalah tanggung jawab Pusat Kesehatan Kerja di bawah
Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Pusat ini dibagi menjadi (i) Seksi
Pelayanan Kesehatan Kerja, (ii) Seksi Kesehatan dan Lingkungan Kerja, dan (iii)
Unit Administrasi.
Pusat ini sudah menyusun Rencana Strategis Program Kesehatan Kerja untuk
melaksanakan upaya nasional. K3 merupakan salah satu program dalam mencapai
Visi Indonesia Sehat 2010, yang merupakan kebijakan Departemen Kesehatan saat
ini. Visi Indonesia Sehat 2010 dibentuk untuk mendorong pembangunan kesehatan
nasional, meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau untuk
perorangan, keluarga, dan masyarakat .
c. Dewan Tripartit National Keselamatan dan Kesehatan Kerja (DK3N)
Dewan K3 Nasional (DK3N) dibentuk oleh DEPNAKERTRANS pada tahun 1982
sebagai badan tripartit untuk memberikan rekomendasi dan nasihat kepada
Pemerintah di tingkat nasional. Anggota Dewan ini terdiri dari semua instansi
pemerintah yang terkait dengan K3, wakil-wakil pengusaha dan pekerja dan
organisasi profesi. Tugasnya adalah mengumpulkan dan menganalisa data K3 di
tingkat nasional dan provinsi, membantu DEPNAKERTRANS dalam
membimbing dan mengawasi dewan-dewan K3 provinsi, melakukan kegiatan-
kegiatan penelitian, dan menyelenggarakan program-program pelatihan dan
pendidikan. Selama periode 1998-2002, DK3N telah menyelenggarakan
sekurangkurangnya 27 lokakarya dan seminar mengenai berbagai subyek di sektor-
sektor industri terkait. DK3N juga telah menerbitkan sejumlah buku dan majalah
triwulan.
Pada hakikatnya kita memang tidak akan menemukan konsep dan realita
yang berjalan bersamaan, begitu pula dengan implementasi dari K3 yang belum
bisa berjalan maksimal apabila belum ada komitmen yang tegas dari berbagai pihak
baik pmerintah, pengusaha dan lembaga terkait lainnya dalam melaksanakan K3.

32
33

Anda mungkin juga menyukai