b. Kecelakaan kerja, etc. 2. Gastritis 3. Krisis hipertensi (Urgency dan Emergency) 4. Gastroenteritis akut (Diare) 5. Ureterolithiasis (Batu saluran kencing) 6. Retensio urine (t.u e.c BPH) 7. Infeksi saluran kemih 8. Malaria 9. Unspecified bacterial infection 10. Unspecified viral infection 11. Vertigo (t.u e.c BPPV) 12. Fraktur pada extremitas 13. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan kasus berisiko tinggi. 14. Daftar kasus-kasus beresiko tinggi yang sering ditangani: a. TBC b. Malaria c. Campak d. Varicella / Herpes Zoster e. Demam Berdarah Dengue 15. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi harus ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan universal). 16. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur pemberian obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti prosedur aseptik. 17. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan indikator yang jelas. 18. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat pemberian layanan. 19. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan dan ditindak lanjuti. 20. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu. 21. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, perencanaan layanan, pelaksanaan layanan, pemberian obat/tindakan, sampai dengan pasien pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya. 22. Pasien berhak untuk menolak pengobatan. 23. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan lain. 24. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan dipandu oleh prosedur yang baku. 25. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib diberikan informasi tentang hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari keputusan, dan tanggung jawab mereka berkenaan dengan keputusan tersebut. 26. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dipandu dengan prosedur baku. 27. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dilaksanakan oleh petugas yang kompeten. 28. Sebelum melakukan anestesi dan pembedahan harus mendapatkan informed consent. 29. Jenis-jenis pelayanan anastesi dan sedasi yang tersedia di UPTD Puskesmas WAIGETE adalah 1. Anastesi lokal a. Anestesi lokal dilakukan dalam tindakan bedah minor yang dapat dilakukan di UPTD Puskesmas WAIGETE b. Preparat yang digunakan adalah Lidocaine 2 %. 2. Anastesi topikal a. Anastesi dilakukan pada pencabutan gigi goyang, insisi abses. b. Preparat yang digunakan adalah chlor etyl. 30. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi dan pembedahan. 31. Hal-hal yang harus dimonitor antara lain: Keadaan umum pasien, kesadaran pasien, anda vital pasien yang meliputi: a. Tekanan darah b. Nadi c. Respiratory rate d. Suhu 32. Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan sesuai dengan rencana layanan.
KEPALA UPTD PUSKESMAS WAIGETE
YOHANES EUDES PANGGORADO
LAMPIRAN II : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS WAIGETE
TANGGAL : 5 APRIL 2017 TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS PENGKAJIAN, KEPUTUSAN, DAN RENCANA LAYANAN UPTD PUSKESMAS WAIGETE
KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS RENCANA RUJUKAN
UPTD PUSKESMAS WAIGETE 1. Rujukan pasien dipandu oleh prosedur yang baku. 2. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan proses rujukan. 3. Umpan balik dari fasilitas rujukan wajib ditindak lanjuti oleh dokter yang menangani. 4. Jika pasien tidak mungkin dirujuk, Puskesmas wajib memberikan alternatif pelayanan. 5. Rujukan pasien harus disertai dengan resume klinis. 6. Resume klinis meliputi: nama pasien, kondisi klinis, prosedur/tindakan yang telah dilakukan, dan kebutuhan akan tindak lanjut. 7. Pasien diberi informasi tentang hak untuk memilih tempat rujukan. 8. Pasien dengan kebutuhan khusus perlu didampingi oleh petugas yang kompeten. 9. Kriteria merujuk pasien secara umum meliputi: a. Berdasarkan atas indikasi medis. b. Bukan permintaan pasien atau keluarganya sendiri. c. Karena keterbatasan alat dan sarana kesehatan. d. Memakai ambulance rujukan/didampingi petugas kesehatan UPTD Puskesmas WAIGETE. 10. Kriteria rujukan yang berlaku di UPTD Puskesmas WAIGETE adalah : b. Pasien dengan kondisi cedera berat yang tidak dapat ditangani di puskesmas 1. Cedera kepala sedang dan berat 2. Fraktur (di lokasi apapun) 3. Degloving injury 4. Kerusakan tendon atau otot, etc. c. Pasien dengan kondisi sakit berat atau tidak stabil yang membutuhkan penanganan spesialistik dan obat – obatan khusus. 1. Stroke iskemik atau hemoragik 2. Chronic kidney disease / gagal ginjal 3. Acute coronary syndrome d. Pasien yang dirawat tanpa ada perbaikan (minimal observasi 2x24 jam di puskesmas) atau mengalami perburukan dalam selama proses perawatan di puskesmas e. Neonatus dengan kondisi yang meragukan (ex. Intake sulit, kondisi lemah, etc.) f. Pasien dengan kondisi yang dapat ditangani di puskesmas namun karena ketidaktersediaan alat atau obat maka harus dirujuk. g. Ibu hamil dengan kondisi partus tidak normal / tidak fisiologis, sesuai dengan instruksi dokter spesialis kandungan. 1. Pre-eclampsia berat atau eclampsia 2. Presentasi selain presentasi kepala 3. Kehamilan multi gestasi 4. Dystocia 5. Kehamilan dengan gawat janin 6. Ketuban pecah dini 7. Persalinan prematur.