Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan komponen informasi dari sebuah

perusahaan yang wajib dipublikasikan kepada pihak-pihak yang

membutuhkan sebagai bentuk pertanggungjawaban dari kinerja manajemen

sebuah perusahaan. Laporan keuangan sebagai produk akuntansi, meruapakan

salah satu sarana bagi prinsipal (pemilik sumber daya) untuk memonitor

kegiatan yang dilakukan manajemen. Menurut Hery (2012:3) dalam

Risdawati dan Subowo (2015) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil

dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk

mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-

pihak yang berkepentingan.

Salah satu komponen penting dalam laporan keuangan perusahaan

yang menarik pihak ekstrernal perusahaan adalah laba. Laba merupakan

indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional

perusahaan. Bagi pihak kreditur maupun investor, laba berarti meningkatkan

nilai ekonomis dan kemungkinan penambahan kemakmuran yang akan

diterima melalui dividen. Laporan keuangan memiliki banyak manfaat bagi

para penggunanya, tetapi yang mendapat perhatian lebih dari laporan

keuangan adalah informasi laba. Informasi laba tidak menjamin bahwa laba

dari suatu perusahaan berkualitas.

1
2

Perusahaan yang memiliki laba dengan kualitas baik adalah

perusahaan yang memiliki laba secara continue dan stabil. Mengungkapkan

laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan keberlanjutan

laba dimasa depan yang ditentukan komponen akural dan aliran kasnya.

Tetapi kualitas laba akuntansi dipertanyakan karena terjadinya skandal dan

kecurangan akuntansi terkait manipulasi dalam laporan keuangan yang sangat

marak terjadi pada badan usaha go public.

Misalnya kasus yang terjadi di Indonesia pada PT. Apac Citra

Centertex Tbk terus merugi sampai kuartal III 2014. Tercatat ada kuartal III

2014, perusahaan tekstil ini mengalami penmbengkakan kerugian

komprehensif sebesar 444,48%. Namun perusahaan tertolong oleh kenaikan

kurs atas penjualan perusahaan. Sebagai catatan, pada kuartal III 2014 Apac

centertex mencatat rugi komprehensif sebesar Rp 106,12 miliar dan dikuartal

yang sama tahun 2013 sebesar Rp 19,49 miliar. Hal ini akan berdampak

kualitas laba perusahaan yang kurang bagus.

Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya sifat opportunistic

manajemen akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas

laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya

seperti investor dan kreditor (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Konflik

keagenan dapat mengakibatkan adanya sifat manajemen melaporkan laba

secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya. Jika hal itu

terjadi akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba akuntansi. Subramanyam

(Siregar dan Utama 2005) menyatakan bahwa salah satu ukuran kinerja

perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan


3

adalah laba yang dihasilkan perusahaan. Laba yang diukur atas dasar akrual

dianggap sebagai ukuran yang lebih baik atas kinerja perusahaan

dibandingkan arus kas operasi karena akrual mengurangi masalah waktu dan

mismatching yang terdapat dalam penggunaan arus kas jangka pendek

(Dechow, 1994). Dalam prosesnya, dasar akrual memungkinkan adanya

perilaku manajer dalam melakukan rekayasa laba atau earning managemet

guna menaikkan atau menurunkan angka akrual dalam laporan laba rugi.

Berikut ini adalah gambaran perolehan laba pada perusahaan sektor tekstil

dan garment yang akan diteliti yaitu :

0.40

0.20

0.00
2013 2014 2015 2016 2017
-0.20 TRIS
ERTX
-0.40 HDTX
POLY
-0.60 SSTM

-0.80

-1.00

-1.20

Gambar 1.1

Grafik perolehan laba

Berdasarkan grafik diatas, maka dapat dilihat bahwa dari 5

perusahaan sampel rata-rata memiliki penurunan laba secara terus-menerus.

Hal ini sangat berimbas pada kualitas laba yang dimiliki oleh perusahaan.

Menurut konsep konservatisme, data tersebut lebih baik jika dibandingkan

dengan laba yang dilaporkan lebih tinggi. Hendriksen (1982) dalam Savitri
4

(2016) menyatakan bahwa kecenderungan untuk bersikap pesimis dianggap

perlu untuk mengimbangi optimisme yang mungkin berlebihan dari para

manajer dan pemilik sehingga kecenderungan melebih-lebihkan dalam

pelaporan relatif dapat dikurangi. Artinya, laba yang lebih rendah lebih

berkualitas jika dibandingkan dengan laba yang tinggi.

Berdasarkan Indonesia stock echange factvook tahun 2014 di

jelaskan bahwa terdapat 8 perusahaan tekstil dan garment yang mengalami

kerugian. Kedelapan perusahaan tersebut adalah Apac Citra Centertex Tbk,

Argo Pantes Tbk, Asia Fasific Fibers Tbk, Ever Shine Tes Tbk, Tifico Fiber

Indonesia Tbk, Polychem Indonesia Tbk, Sunson Textile Manufacturer Tbk,

dan Panasia Indo Resources Tbk. salah satu contohnya yaitu pada

perusahaan Apac Citra Cntertes Tbk mengalami kerugian hampir setiap

tahun kerugian terbesar pada tahun 2014 yang mencapai Rp

158.271.000.000.

Laba mempunyai kandungan informsi (information content) yang

penting bagi pasar modal. Laba dikatakan mengandung informasi apabila

pasar bereaksi dengan pengumuman laba (earning announcement). Menurut

Suwardjono (2005:490), bila angka laba mengandung informasi, maka pasar

akan bereaksi terhadap pengumuman laba. Pada saat diumumkan, pasar

telah mempunyai harapan tentang berapa besarnya laba perusahaan atas

dasar semua informasi yang tersedia secara publik, laba tersebut akan

berimplikasi pada nilai perusahaan.

Praktek rekayasa laba dapat memberikan dampak kualitas laba

yang dilaporkan (Budiono, 2005). Kualitas laba dan kualitas laporan


5

keuangan pada umumnya adalah penting bagi mereka yang menggunakan

laporan keuangan karena untuk tujuan kontrak dan pengambilan keputusan

investasi (Schipper dan Vincent, 2003). Bagi investor, laporan laba

dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis saham yang diterbitkan

oleh emiten.

Kualitas laba tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya laba

yang dilaporkan melainkan meliputi understatement dan overstatement dari

laba bersih, stabilitas komponen dalam laporan laba rugi realisasi resiko aset

(Adhariani, 2005 dalam Gaol, 2013). Sehingga untuk memperoleh laba yang

berkualitas diperlukan sikap konservatif dalam membuat laporan keuangan.

Prinsip konservatif adalah salah satu prinsip dasar yang yang dianut dalam

akuntansi. Lo (2015) akuntansi konservatif umumnya menyatakan bahwa

akuntan harus melaporkan informasi akuntansi yang terendah di beberapa

kemungkinan niali aktiva dan pendapatan, serta yang tertinggi dari beberapa

kemungkinan nilai kewajiban dan beban.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi baik atau buruknya

kualitas laba sebuah perusahaan. Seperti kinerja keuangan yaitu dari sisi

profitabilitas dan likuidtas serta tata kelola yang baik dari perusahaan yaitu

dengan adanya komite audit di dalam perusahaan. Profitabilitas merupakan

faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapat

melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan

yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan, maka akan

sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan


6

fokus utama dalam penilaian prestasiperusahaan karena laba perusahaan

selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban

bagi penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai

perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan

datang.

Likuiditas juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kualitas laba. Likuiditas merupakan gambaran kemampuan suatu

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara lancar dan

tepat waktu (Fahmi, 2013:174 dalam Jaya dan Wirama, 2017). Tingkat

likuiditas perusahaan dapat diukur menggunakan current ratio. Semakin

besar rasio ini maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk

memenuhi liabilitas jangka pendeknya, yang berarti semakin tinggi

likuiditas peusahaan.

Tingkat likuiditas perusahaan yang tinggi dapat juga diakibatkan

ketidakmampuan perusahaan mengelola aset lancarnya secara maksimal.

Sehingga menimbulkan motivasi untuk memanipulasi informasi laba atau

melakukan praktik manajemen laba untuk mempercantik informasi laba

yang terkandung dalam laporan keuangan. Akibatnya kualitas informasi

laba yang dilaporkan menjadi rendah.

Faktor lain yang mempengaruhi kualitas laba adalah tata kelola

yang baik. Salah satu mekanisme yang diharapkan dapat digunakan

mengontrol konflik agency yaitu dengan menerapkan tata kelola yang baik,

salah satunya adalah keberadaan komite audit. Komite audit merupakan

salah satu unsur kelembagaan dalam konsep good corporate governance


7

yang diharapkan mampu memberikan kontribusi tinggi dalam level

penerapannya. Keberadaannya diharapkan mampu meningkatkan kualitas

pengawasan internal perusahaan serta mampu mengoptimalkan mekanisme

checks and balance yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan

perlindungan yang optimal pada para pemegang saham dan stakeholders

lainnya (IKAI, 2010 dalam Permana, 2015).

Komite audit yang bertanggung jawab mengawasi laporan

keuangan, mengawasi audit eksternal dan mengamati sistem pengendalian

internal juga diharapkan dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen

yang melakukan manajemen laba (Siallagan dan Machfoedz, 2006 dalam

Muid, 2009). Tugas komite berhubungan dengan kualitas laporan keuangan,

karena komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam

pelaksanaan tugas yaitu mengawasi proses pelaporan keuangan oleh

manajemen. Peran komite audit sangat penting karena mempengaruhi

kualitas laba perusahaan yang merupakan salah satu informasi penting yang

tersedia untuk publik dan dapat digunakan investor untuk menilai

perusahaan. investor sebagai pihak luar perusahaan tidak dapat mengamati

secara langsung kualitas sistem informasi perusahaan (Teoh dan Wong,

1993). Oleh karena itu, persepsi mengenai kinerja komite audit akan

mempengaruhi penilaian investor terhadap kualitas laba perusahaan.

suryanto (2016) menemukan bahwa komite audit berpengaruh terhadap

kualitas laba.

Di Indonesia, keberadaan komite audit mulai diwajibkan untuk

dibentuk di setiap perusahaan sejak tahun 2001 melalui surat edaran


8

BAPEPAM No. SE-03/PM/2002 yang berisi himbauan perlunya komite

audit dimiliki oleh setiap emiten. BEI juga mewajibkan perusahaan tercatat

memiliki komisaris independen dan komite audit. Keanggotaan komite audit

sekurang-kurangnya tiga anggota dan seorang diantaranya komisaris

independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite. Sebaliknya,

pihak lain adalah pihak ekstern yang independen dan sekurang-kurangnya

salah seorang memiliki kemampuan dibidang akuntansi dan keuangan

(Suryana, 2005).

Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan masih terdapat hasil

penelitian yang berbeda-beda. Jaya dan Wirama (2017) menemukan bahwa

likuiditas tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Sedangkan Nurhanifah

dan Jaya (2014) menemukan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap kualitas

laba. Gaol (2013) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap

kualitas laba. Ginting (2017) menemukan hasil berbesa yaitu profitabilitas

tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Muid (2009) menemukan bahwa

komite audit tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Permana (2015) juga

menemukan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap kualitas laba.

Sayuthi (2018) menemukan hasil berbeda yaitu komite audit berpengaruh

terhadap kualitas laba.

Motivasi penelitian ini yang pertama adalah masih terdapat

perbedaan hasil penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap

kualitas laba. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti lebih lanjut dengan mengambil judul “Pengaruh Profitabilitas,

likuiditas dan komite audit Terhadap kualitas laba Pada Perusahaan


9

Manufaktur Sektor Tekstil dan Garment Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2013 – 2017”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas maka identifikasi masalah

masalah dari penelitian ini adalah :

1. Ketidakmampuan perusahaan dalam menjaga likuiditasnya akan

berdampak pada kurangnya kepercayaan investor kepada perusahaan.

Karena tingkat hutang lancar yang tinggi dibandingkan dengan aset lancar,

mengindikasikan bahwa perusahaan tidak mampu mengelola aset lancar

dengan baik sehingga berimbas pada perolehan laba perusahaan.

2. Direksi dengan beberapa jabatan tidak cukup waktu memeriksa

manajemen. Sehingga komite audit dengan jabatan yang lebih banyak,

kurang efektif dan kecil kemungkinannya dalam meningkatkan kualitas

audit.

3. Tingkat profitabilitas yang rendah menimbulkan kecenderungan

perusahaan akan melakukan praktek mempercantik laporan keuangan.

Karena investor akan cenderung pada perusahaan yang memperoleh laba

yang tinggi, hal ini akan mempengaruhi kualitas laba perusahaan yang

menjadi rendah.

4. Laba sebagai komponen yang penting sering tidak menunjukkan keadaan

yang sebenarnya karena adanya manajemen laba yang nantinya akan

mempengaruhi kualitas laba.


10

5. Keberadaan jumlah komite audit yang banyak tidak mampu meningkatkan

kualitas laporan keuangan. Hal ini karena ketidakmampuan anggota

komite dalam melakukan tugasnya untuk melakukan audit keuangan,

imbasnya akan mempengaruhi kualitas laba perusahaan.

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini bertujuan agar lebih fokus

dan tidak melebar dari masalah yang akan diteliti, diantaranya adalah :

1. Penelitian ini hanya menggunakan 5 tahun periode pengamatan yaitu

untuk 2013 – 2017.

2. Perusahaan yang digunakan sebagai sampel untuk penelitian ini adalah

perusahaan manufaktur sektor tekstil dan garment yang terdaftar di BEI.

3. Variabel yang digunakan hanya profitabilitas, likuiditas dan komite audit

sebagai variabel independen, Sedangkan variabel dependen yang di teliti

adalah kualitas laba.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Apakah profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap kualitas laba

pada perusahaan manufaktur sektor tekstil dan garment yang terdaftar di

BEI periode 2013-2017 ?

2. Apakah likuiditas secara parsial berpengaruh terhadap kualitas laba pada

perusahaan manufaktur sektor tekstil dan garment yang terdaftar di BEI

periode 2013-2017 ?
11

3. Apakah komite audit secara parsial berpengaruh terhadap kualitas laba

pada perusahaan manufaktur sektor tekstil dan garment yang terdaftar di

BEI periode 2013-2017 ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang sudah ditentukan maka

penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah profitabilitas secara parsial berpengaruh

terhadap kualitas laba.

2. Untuk mengetahui apakah likuiditas secara parsial berpengaruh terhadap

kualitas laba.

3. Untuk mengetahui apakah komite audit secara parsial berpengaruh

terhadap kualitas laba.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan memberikan manfaat

kepada beberapa pihak antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa

tambahan ilmu pengetahuan kepada penulis menganai kinerja keuangan

pada perusahaan yang ada di Indonesia dan menjadi bahan untuk penulis

untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya. Selain itu dapat

memperkaya konsep dan teori yang menyokong perkembangan ilmu

pengetahuan serta memberikan informasi bagi rancangan penelitian

berikutnya.

2. Manfaat akademis
12

a. Manfaat untuk perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada

perusahaan, khususnya mengenai kinerja keuangan terhadap kualitas

laba. Dan sebagai bahan referensi untuk pengambilan kebijakan oleh

manajemen perusahaan.

b. Manfaat untuk investor

Hasil penelitian ini diharapkan memberika manfaat kepada para

investor atau calon investor yang akan investasi pada perusahaan

mengenai kualitas laba yang baik dalam perusahaan. Dengan kualitas

laba yang baik akan memberikan dampak pada keputusan investor

nantinya.

Anda mungkin juga menyukai