Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“MALARIA”

Dosen Pembimbing : Ns. Sovia Nur linda.S.Kep.,M.Biomed

Mata Kuliah : Penyakit Trofis

Disusun Oleh :

1. Desy Haslinda Atika Sari 15.0165.500.01


2. Hayatunissa Nadiya Putri 15.0175.510.01

3. Junaidi 15.0239.574.01
4. Norlinda 15.0195.530.01

5. Salmiati 15.0203.538.01

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA

SAMARINDA

2018
LAPORAN PENGESAHAN

Laporan satuan acara penyuluhan Selulitis. Oleh mahasiswa STIKES Wiyata Husada
Samarinda, prodi S1 Keperawatan 2018, kelompok 8 (semester 6A, Tingkat 3). Akan
dilaksanakan penyuluhan pada :

Hari : Minggu

Tanggal : 27 Mei 2018

Waktu : 10.00 – 11.30

Pembimbing Penyuluhan

Ns. Sovia Nur linda.S.Kep.,M.Biomed


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Malaria

Sub Pokok Bahasan : Malaria

Sasaran :

Waktu : 35 menit

Tempat :

Hari/Tanggal :

A. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan proses pembelajaran diharapkan peserta mampu memahami
tentang Selulitis

B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu :
1. Mengetahui definisi dari Malaria
2. Mengetahui faktor penyebab dari Malaria
3. Mengetahui tanda dan gejala yang ditimbulkan dari Malaria
4. Mengetahui patofisiologi dari Malaria
5. Mengetahui pencegahan dari Malaria
6. Mengetahui penatalaksanaan medis Malaria

C. Materi
1. Pengertian dari Malaria
2. Faktor penyebab dari Malaria
3. Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari Malaria
4. Patofisiologi dari Malaria
5. Pencegahan dari Malaria
6. Penatalaksanaan medis Malaria
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi

E. Media
1. Leaflet
2. Poster

F. Pengorganisasian
1. Pemateri : Norlinda
2. Moderator : Junaidi
3. Fasilitator : Desy Haslinda
Salmiati
4. Dokumentasi : Hayatunisa Nadiya Putri
G. Layout

PEMATERI POSTER
Norlinda

MODERATOR
Junaidi

FASILITATOR PESERTA PESERTA FASILITATOR


Desy Haslinda PESERTA Salmiati
PESERTA

DOKUMENTASI
Hayatunissa Nadiya Putri

DOSEN PENDAMPING
Ns. Sovia Nur linda,.M.Biomed
H. Kegiatan

No Kegiatan Respon Peserta Penangung jawab Waktu

1 Pendahuluan
-Memberi salam -Menjawab salam
-Menyampaikan pokok bahasan Moderator 5
-menyampaikan tujuan -Menyimak menit
-Kontrak Waktu
-Menjelaskan aturan kegiatan

2 Isi Penyampaian materi tentang


1. Pengertian dari Malaria
2. Faktor penyebab dari Malaria
3. Tanda dan gejala yang
ditimbulkan dari Malaria Pemateri 25
-Menyimak
4. Patofisiologi dari Malaria menit
5. Pencegahan dari Malaria
6. Penatalaksanaan medis Malaria
3 Penutup
-Aktif bertanya
-Diskusi
-Memperhatikan
-Kesimpulan -Menjawab Moderator 5
Pertanyaan menit
-Evaluasi

- -Memberi salam penutup -Menjawab Salam

I. Evaluasi
 Struktural
1. Poster yang digunakan untuk menyampaikan materi diharapkan sudah benar-
benar siap
2. Kursi diharapkan cukup untuk peserta
3. Leaflet yang dibagikan diharapkan cukup untuk setiap peserta
 Proses
1. Pada saat penyuluhan sedang berlangsung peserta diharapkan memperhatikan
materi yang disampaikan.
2. Pada saat penyuluhan dilaksanakan peserta nyaman dengan keadaan ruangan
3. Pada saat penyuluhan sedang dilaksanakan peserta dapat tenang dan rileks
dengan kegiatan penyuluhan ini.
 Hasil
Evaluasi hasil dilakukan dengan memberikan 4 pertanyaan terkait dengan
Selulitis yang meliputi :
1. Apa pengertian dari Malaria
2. Apa penyebab dari Malaria
3. Apa tanda gejala dari Malaria
4. Cara Pecegahan dari Malaria
Adapun kriteria hasil yang diberikan adalah apabila peserta mampu
menjawab 80% dari 4 pertanyaan tersebut.
Materi Penyuluhan

A. Pengertian
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan plasmodium yang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. (Sudoyo
Aru,dkk 2009). Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ke manusia dan hewan
lain yang disebabkan oleh protozoa parasit (sekelompok mikroorganisme ber sel tunggal)
dalam tipe plasmodium. Malaria menyebabkan gejala yang biasanya termasuk demam,
kelelahan, muntah, dan sakit kepala.

B. Penyebab
Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa plasmodium yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk anopheles akan mengigit pada
waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah
malam sampai fajar.

C. Manifestasi Klinis
1. Keluhan sebelum terjadinya demam : kelesuab, malaise, sakit kepala, sakit belakang,
merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut tidak
nyaman, diare ringan dan kadang-kadang dingin.
2. Gejala klasik : triase malaria
a. Periode dingin (15-60 menit) : mengigil, badan bergetar, gigi-gigi saling terantuk,
temperature mulai naik, pada anak sering terjadi kejang.
b. Periode panas (2-12 jam) : muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas, seperti
rasa terbakar, nyeri kepala, nadi cepat, panas badan tetap tinggi.
c. Periode berkeringat (2-4 jam) : berkeringat banyak dan temperature turun, dan merasa
sehat.

D. Patofisiologi
Plasmodium akan mengalami dua siklus. Siklus aseksual (skizogoni) terjadi pada
tubuh manusia, sedangkan siklus seksual (sporogoni) terjadi pada nyamuk. Siklus seksual
dimulai dengan bersatunya gamet jantan dan gamet betina (9) Untuk membentuk ookinet(10)
dalam perut nyamuk. Ookinet ini akan menembus dinding lambung untuk membentuk kista
diselaput luar lambung nyamuk(11) Waktu yang diperlukan sampai pada proses ini adalah 8-
35 hari, tergantung dari situasi lingkungan dan jenis parasitnya. Pada tempat inilah sprotozoit
menjadi matang dan siap ditularkan bila nyamuk mengigit manusia.
Manusia tergigit nyamuk infektif(1) akan mengalami gejala sesuai dengan jumlah
sporozoit, kualitas plasmodium, dan daya tahan tubuhnya. Sporozoit akan memulai stadium
eksoeritrositer dengan masuk ke sel hati(2). Di hati sporozoit matang menjadi skizon(3) yang
akan pecah(4) dan melepaskan merozoit jaringan(5). Merezoit akan memasuki aliran darah dan
menginfeksi eritrosit untuk memulai siklus eritrositer. Merozoit dalam eritrosit akan
mengalami perubahan morfologi yaitu : merozoit  bentuk cincin  trofozoit  merozoit .
proses perubahan ini memerlukan waktu 2-3 hari, diantara merozoit-merozoit tersebut aka
nada yang berkembang membentuk gametosit untuk kembali memulai siklus seksual menjadi
(7).
mikrogamet (jantan) dan makrogamet (betina) Eritrosit yang terinfeksi biasanya pecah
yang bermanifestasi pada gejala klinis. Jika ada nyamuk yang mengigit manusia yang
terinfeksi ini. maka gametosit yang ada pada darah manusia akan terhisap oleh
nyamuk. Dengan demikian, siklus seksual pada nyamuk di mulai, demikian seterusnya penularan
malaria.

Masa inkubasi malaria sekitar 7-30 hari tergantung spesiesnya. Plasmodium falciparum
memerlukan waktu 7-14 hari, plasmodium vivax dan plasmodium ovale 8-14 hari, sedangkan

plasmodium malariae memerlukan waktu 7-30 hari. Masa inkubasi ini dapat memanjang karena
berbagai faktor seperti pengobatan dan pemberian profilaksis dengan dosis yang tidak adekuat.

E. Pencegahan
1. Tidur dengan kelambu
2. Hindari berpergian kedaerah yang diketahui sedang mengalami wabah malaria
3. Mengenakan pakaian tertutup jika terdapat di daerah endemic malaria
4. Gunakan obat anti nyamuk atau krim anti nyamuk
5. Vaksinasi malaria

F. Penatalaksanaan
Pengobatan
Untuk membunuh semua parasit malaria pada berbagai stadium (di hati maupun di
eritrrosit), dilakukan pengobatan secara radikal. Dengan pengobatan ini diharapkan terjadi
kesembuhan serta terputusnya rantai penularan. Mengingat sifatnya yang iritatif, semua obat
antimalarial sebaiknya tidak diberikan dalam kondisi perut kosong. Penderita harus makan
terlebih dulu sebelum minum obat antimalaria. Berikut ini metode pengobatan sesuai dengan
kebijakan Dinas Kesehatan Jawa tengah 2006.
1. Pengobatan malaria tanpa komplikasi
a. Pengobatan malaria falciparum
1) Pengobatan lini pertaman malaria falciparum menurut kelompok umur
a) Lini pertama pengobatan P. falciparum adalah artesunat + amodiakuin +
primakuin
b) Pemberian artesunat dan amodiakuin bertujuan untuk membunuh parasite
stadium aseksual, sedangkan primakuin untuk membunuh gametosit yang ada
didalam darah
c) Setiap kemasan artesunat + amodiakuin terdiri dari dua blister. Pertama adalah
blister amodiakuin yang terdiri dari 12 tablet, setiap tablet mengandung 153
mg amodiakuin basa yang setara dengan 200 mg amodiakuin. Yang kedua
adalah blister artesunat 4 mg/kg berat badan
d) Obat kombinasi diberikan peroral selama 3 (tiga) hari dengan dosis tunggal
harian amodiakuin basa 20 mg/kgBB dan artesunat 4 mg/kg berat badan
e) Primakuin tablet berwarna jingga kecoklatan mengandung 15 mg prmakuin
basa yang setara dengan 25 mhg primakuin, peroral dengsn dosi tunggal 0,75
mg basa/kgBB , diberikan pada hari pertama. Primakuin tidak boleh diberikan
pada ibu hamil, bayi berusia <1 tahun, dan penderita defisiensi G6-PD.

Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Usia


Hari Jenis obat 0-1 2-11 1-4 5-9 10-11 >15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun

I Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiakui ¼ ½ 1 2 3 4

Primakuin - - ¾ 1½ 2 2-3
Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
II
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 4
III
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

f) Pengobatan efektif jika sampai hari ke-28 (H28) setelah pemberian obat,
gejala klinisnya (demam dan gejala lain) berkurang (sejak H4) dan parasite
malaria stadium aseksual tidak ditemukan lagi (sejak H7)
g) Pengobatan tidak efektif bila sampai H28 gejala klinisnya memburuk dan
parasit aseksual masih ditemukan (positif) atau gejala klinisnya tidak
memburuk tetapi parasite aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul
kembali (rekrudesensi)
h) Pengobatan lini kedua diberikan bila pengobatan lini pertama tidak efektif,
gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidaka berkurang
(persisten) dan timbul kembali (rekrudesensi).

2) Pengobatan lini kedua malaria falciparum


a) Pengoban lini kedua menggunakan kina + doksisiklin atau tetrasiklin +
primakuin
b) Tablet kina mengandung 200 mg kina fosfat atau sulfat, diberikan peroral, 3
kali sehari dengan dosis 10 mg/kgBB selama 7 hari.

Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Usia


Hari Jenis obat >15
0-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-11 tahun
tahun

Kina *) 3x½ 3x1 3 x 1½ 3 x (2-3)

I Doksisiklin - - - 2 x 1 **) ***)

Primakuin - ¾ 1½ 2 2-3

II-VII Kina *) 3x½ 3x1 3 x 1½ 2x1

doksisiklin - - - 2 x 1 ** ***)
*) Dosis diberikan dalam kg/BB
**) 2X 50 mg doksisiklin
***) 2 x 100 mg doksisiklin

Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Usia


Hari Jenis obat >15
0-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-11 tahun
tahun

Kina *) 3x½ 3x1 3 x 1½ 3 x (2-3)

I Tetrasiklin - - - *) 4 x 1 **)

Primakuin - ¾ 1½ 2 2-3

Kina *) 3x½ 3x1 3 x 1½ 3 x (2-3)


II-VII
Tetrasiklin - - - *) 4 x 1 **)

*) Dosis diberikan dalam kg/BB


**) 4 x 250 mg tetrasiklin

c) Doksisiklin. Di pasaran sediaan ini antara lain mengandung doksisiklin HCI


atau doksisiklin hiklat yang setara dengan 50 mg dan 100 mg doksisiklin.
Dosis dewasa 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis per hari selama 7 hari,
dosis anak usia 8-14 tahun 2 mg/KgBB/hari. Doksisiklin tidak boleh diberikan
untuk ibu hamil dan anak usia <8 tahun. Bila doksisiklin tidak tersedia maka
tetrasiklin bisa digunakan
d) Tetrasiklin. Di pasaran sediaan ini di antaranya mengandung tetrasiklin HCI
250 mg dan 500 mg. pemberian obat dibagi dalam 4 dosis selama 7 hari,
denga dosis 4-5 mg/kgBB/kali. Tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak
berusia <8 tahun dan ibu hamil.

Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Usia


Hari Jenis obat
0-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-11 tahun >15 tahun

Sulfadoksin
I *) ¾ 1½ 2 2-3
Primetamin
(SP)

Primakuin - ¾ 1½ 2 2-3

3) Pengobatan malaria falciparum disarana kesehatan yang belum memiliki obat


artesunat-amodiakuin
a) Bila pengobatan sulfadoksin primetanin (SP) tidak efektif (gejala klinis tidak
memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang atau timbul kembali), atau
penderita mempuyai riwayat alergi terhadap SP atau golongan sulfa lainnya,
penderita diberi regimen kina + doksisiklin atau tetrasiklin + primakuin

b. Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale


1) Lini pertama pengobatan malaria vivax dan malaria ovale
a) Lini pertama pengobatan malaria vivax dan malaria ovale adalah klorokuin +
primakuin

Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Usia


Hari Jenis obat 0-1 2-11 1-4 5-9 10-11 >15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun

Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
H1
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
H2
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

Klorokuin 1/8 ¼ ½ ½ 1½ 2
H3
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

H4-
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
14

b) Pemberian klorokuin bertujuan untuk membunuh parasit stadium aseksual dan


seksual
c) Pemberian primakuin bertujuan untuk membunuh hipnozoid di sel hati dan
parasit aseksual di eritrosit
d) Klorokuin difosfat 250 mg setara dengan klorokuin 150 mg basa, diberikan 1
kali per hari selama 3 hari dengan dosis total 25 mg basa/kgBB.
e) Dosis primakuin 0,25 mg/kgBB per hari selama 14 hari diberikan bersama
klorokuin. Klorokuin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, bayi berusia <1
tahun, dan pasien dengan defesiensi G6-PD.
f) Pengobatan efektif bila sampai hari dengan hari ke-28 (H28) setelah pemberia
obat, gejala klinisnya (demam dan gejala lainnya) berkurang (sejak H4) dan
parasit malaria stadium aseksual tidak ditemukan lagi (sejak H7).
g) Pengobatan tidak efektif bila sampai H28 gejala klinisnya memburuk dan
parasit aseksual masih ditemukan (positif) atau gejala klinisnya tidak
memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) dan timbul
kembali sebelum H14 (kemungkinan resisten) atau gejala klinis membaik
tetapi parasit aseksual timbul kembali antara H15 sampai H28 (kemungkinan
resisten,relaps, atau terjadi infeksi paru).
h) Pengobatan lini kedua diberikan bila pengobatan lini pertama tidak efektif.

2) Pengobatan malaria vivax yang resisten klorokuin

Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Usia


Hari Jenis obat 0-1 2-11 1-4 5-9 10-11 >15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun

H1-7 Klorokuin *) *) 3x1 3x1 3 x 1½ 3x4

H1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

3) Pengobatan malaria vivax yang relaps (kambuh)


Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Usia

0-1 2-11 1-4 5-9 10-11 ≥ 15


bulan bulan tahun tahun tahun tahun

H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - - ½ 1 1½ 2
H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - - ½ 1 1½ 2

H3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2

Primakuin - - ½ 1 1½ 2

H4 Primakuin - - ½ 1 1½ 2

4) Pengobatan malaria vivax untuk penderita defisiensi G6-PD


a) Penderita defisiensi G6-PD dapat diketahui melalui anamnesis dengan adanya
keluhan atau riwayat urin berwarna coklat kehitaman setelah minum obat
golongan sulfa, primakuin, kina, atau klorokuin. Oleh karena itu, pengobatan
diberikan secara mingguan.
b) Klorokuin diberikan 1x per minggu selama 8-12 minggu dengan dosis 10mg
klorokuin basa/kg berat badan/kali dan primakuin dengan dosis 0,75 mg/kg
berat badan/kali.

Lama Jenis obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Usia
pemberian
dalam 0-1 2-11 1-4 5-9 10-11 ≥ 15
Minggu bulan bulan tahun tahun tahun tahun

8-12 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

8-12 Primakuin - - 3/4 1½ 2 1/4 3

5) Pengobatan malaria malariae


Hari Jenis Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Usia
obat
0-1 2-11 1-4 5-9 tahun 10-11 ≥ 15
bulan bulan tahun tahun tahun

H1 Klorokokui ¼ ½ 1 2 3 3-4
n

H2 klorokokui ¼ ½ 1 2 3 3-4
n

H3 klorokokui 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
n

2. Pengobatan Malaria Klinis


a. Pada fasilitas pelayanan kesehatan tanpa sarana diagnostic malaria, penderita dengan
gejala klinis malaria dapat diobati sementara dengan regimen klorokuin dan
primakuin.

Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Usia

0-1 2-11 1-4 5-9 10-11 ≥ 15


bulan bulan tahun tahun tahun tahun

H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - - ¾ 1½ 2 2-3

H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

H3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2

b. Bila pengobatan tidak efektif (gejala klinis tidak membaik bahkan memburuk)
penderita harus segera dirujuk untuk mendapat kepastian diagnosis dan mendapatkan
pengobatan yang adekuat.

3. Pengobatan Malaria dengan Komplikasi


a. Malaria Berat atau Komplikasi adalah ditemukannya Plasmodium Falciparum
stadium aseksual dengan satu atau beberapa keadaan di bawah ini (WHO, 1997) :
1) Malaria Serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan kesadaran.
Penilaian derajad kesadaran dilakukan berdasarkan Skala Koma Glasgow (GCS,
Glasgow Coma Scale). Pada orang dewasa GCS ≤15, sedangkan pada anak
berdasarkan Blantyre Coma Scale ≤3, atau koma >30 menit setelah serangan
kejang yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.
2) Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematocrit <15%) pada keadaan hitun parasite
>10.000?μL. Bila anemia hipokromik mikrositik, harus dikesampingkan adanya
anemia defisiensi besi, talasemia, atau hemoglobinopati lainnya.
3) Gagal ginjal akut (urin <400 mL/24 jam pada orang dewasa atau <1 mL/Kg berat
badan/ jam pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dengan kreatinin darah >3 mg
%)
4) Edema paru atau acute respiratory distress syndrome
5) Hipoglikemia: gula darah <40 mg/%
6) Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <70 mmHg (pada anak tekanan nadi
≤20 mmHg) disertai keringat dingin
7) Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan/ disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravascular
8) Kejang berulang >2 kali per 24jam setelah pendinginan pada hipertemia
9) Asidemia (pH <7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15mmol/L)
10) Hemoglobinuria makroskopik karena infeksi malaria akut (bukan karena obat
antimalarial pada seorang dengan defisiensi G6-PD).

b. Beberapa keadaan lain yang juga digolongkan sebagai malaria berat yaitu :
1) Gangguan kesadaran ringan (GCS <15)
2) Kelemahan otot (tidak bisa duduk atau berjalan tanpa kelainan neurologic)
3) Hiperparasitemia >5%
4) Icterus (kadar bilirubin darah >3 mg%)
5) Hiperpireksia (temperature rektal >40°C pada orang dewasa, >41°C pada anak).

c. Pemberian obat antimalarial pada penderita malaria berat


1) Pilihan utama derivate artemisin parenteral adalah artesunat intravena atau
intramuscular dan artemeter intramuscular
2) Artesunat parenteral direkomendasikan untuk digunakan di rumah sakit atau
puskesmas perawatan, sedangkan artemeter intramuscular untuk di lapangan atau
puskesmas tanpa perawatan. Obat ini tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil
trimester I dengan malaria berat
3) Artesunat parenteral tersedia dalam vial berisi 60 mg serbuk kering asam
artesunat dan pelarut dalam ampul berisi 0,6 mL natrium bikarbonat 5%. Larutan
artesunat dibuat dengan mencampur serbuk dan pelarutnya, kemudian ditambah
larutan dekstrosa 5% sebanyak 3-5 mL. obat diberikan dengan loading dose
secara bolus 2,4 mg/KgBB per IV selama ±2 menit dan diulang setelah 12 jam
dengan dosis yang sama. Selanjutnya artesunat diberikan 2,4 mg/KgBB per IV 1
kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Larutan artesunat bisa diberikan
secara IM dengan dosis yang sama. Bila penderita sudah minum obat, dilanjutkan
dengan regimen artesunat + amodiakuin + primakuin, yaitu pengobatan ini
pertama malaria falciparum tanpa komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai