BAB III
GEOLOGI UMUM KABUPATEN SANGGAU
3.1. Geomorfologi
Pada umumnya Kabupaten Sanggau merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit dan
berawa-rawa yang dialiri oleh beberapa sungai, diantaranya: Sungai Kapuas, Sungai
Sekayam, Sungai Mengkiang dan Sungai Tayan. Sungai Kapuas merupakan sungai
terpanjang di Kalimantan Barat yang mengalir dari Kabupaten Kapuas Hulu melalui
Kabupaten Sintang, Kabupaten Sanggau, dan bermuara di Kabupaten Pontianak.
Sedangkan sungai-sungai kecil lainnya merupakan cabang dari Sungai Kapuas yang
berhubungan satu dengan yang lainnya.
Sungai Kapuas menempati bagian-bagian rendah, alirannya mulai bercabang keluar melalui
sistem komplek mendaun diatas dataran alluvial dan pasang surut delta S. Kapuas, yang
membentuk keluar kearah barat di Laut Cina Selatan. Dataran alluvial system alirannya
kurang berkembang, akibatnya sebagian tempat ditempati oleh rawa-rawa. Dipinggir pantai
tersebut dibatasi oleh dataran pasang surut. Di barat daya, dataran Lumpur berkembang
baik di muara Sungai Kapuas, penyusupan mungkin sebagai pencerminan penurunan secara
berlahan daerah ini, sedangkan lokasi pengendapan delta sekarang berada jauh di utara.
Kearah timur, dataran alluvial berangsur dan setempat hampir tidak kelihatan kedalam
pebukitan rendah yang terbentuk pada granit.
Dataran alluvial atau pasang surut yang seragam di beberapa tempat diselingi oleh
“inselbergs”. Bukit-bukit yang paling menonjol seperti gunung Besi, gunung Buduk,
gunung Benawuh, dan gunung Sabang antara sungai-sungai Kapuas, Mengkiang, sungai
Tayan, dan sungai Sekayam dengan puncak tertingginya kira-kira 950 meter. Bukit-bukit
kecil yang memisahkan ketinggiannya kurang dari 400 meter terdapat pada gunung Boang,
gunung Malan, gunung Beringkai dan gunung Betung.
Kehadiran batuan tingkap (inlier) malihan yang lebih tua di sepanjang Punggungan
Semitau , menyimpulkan bahwa seluruh punggunganini merupakan kompleks inti dan sesar
memanjang mengikis batuan-batuan yang lebih muda dari batuan dasar pada permukaan
“decollement” yang di alasi oleh batulumpur gampingan, Kelompok Selangkai dan Formasi
Pedawan. Sedangkan kehadiran Terobosan Sintang diduga merupakan suatu pelelehan
“crustal” yang dalam sebagai hasil “unloading” pada Oligosen Akhir hinga Miosen Awal
(Williams & Harahap, 1987), Punggungan batuan granitan berarah utara-timurlaut di
bagian tengah Lembar Sangau bisa jadi tersingkap; pengupasan Formasi Pedawan oleh
sesar lanjutan, nenbentuk cekungan kecil seperti yang terjadi pada tahap awal
pembentukannya dan masih di tutupi oleh batupasir, seperti Batupasir Landak di G.
Penyarahon dan struktur cekungan kecil di Formasi Payak di tenggara kota Kembayan.
Formasi Pedawan yang berumur Kapur umumnya lebih tercenangga dari pada singkapan
yang jarang dari formasi Brandung yang mendasarinya. Pada Formasi Pedawan kedua
Lipatan “chevron & recumbent” berasosialisasi dengan sesar sungkup yang terakhir yang
teramati dan berkembang secara setempat; kemiringan sedang dari belahan batusabak
menunjukkan tahap permulaan dari pecenanggaan (deformasi).
Bagian utara dari pelipatan tingkap (inlier) Kembayan terputarkan kea rah utara, sedangkan
bagian selatan terputarkan kerah selatan. Kemiringan belahan (cleavage) sabak kearah
selatan juga teramati diselatan tingkapan /inler (M. Richard & P. Sanyoto, komunikasi
lisan,1989).
3.3. Stratigrafi
Formasi Geologi yang terdapat di daerah Kabupaten Sanggau, antara lain Formasi Kwarter,
Kapur, Trias, Plistosen, Intruksif dan Plutonik Basa Menengah, Intruksif Plutonik Asam,
Sekis Hablur, Intruksif dan Plutonik Basa, Lapisan Batu, dan Permo Karbon.
Serpih Silat, Batupasir Dangkan dan Formasi Ingar (tidak terbedakan) (Tola)
Berumur Eosen Atas, terdiri dari batulumpur gampingan, sisipan tipis batupasir
halus.
Batolit ini diduga terjadi diatas lajur penunjaman yang miring ke selatan pada waktu Kapur
Bawah. Granodiorit Mensibau mempunyai sentuhan terobosan terutama dengan batuan
samping yang berumur Trias Akhir sampai Jura Awal, yang membentuk bagian dari
Kawasan Kalimantan Barat Laut.
3.5. Pembuatan Produk Konversi Bahan Galian Tailing Bauksit dan Emas Aluvial
Pembuatan produk konversi bahan galian ini berasal dari tailing Bauksit dan Emas Aluvial
yang direncanakan berupa produk Paving Block dan Batako, dimana pembuatan produk ini
diusahakan dengan cara yang mudah, praktis dan pembiayaan yang murah. Dengan
demikian diharapkan proses pembuatan produk tersebut bisa dikuti atau dilakukan oleh
masyarakat sekitar lokasi penambangan sehingga menjadi suatu kegiatan padat karya yang
mempunyai nilai ekonomis.