Anda di halaman 1dari 10

NAMA : ANIS MUALIFAH

KELAS : PKU 2017

NIM : 17030194066

PENERAPN TEORI KUANTUM PADA GERAK ROTASI

Gerak rotasi berhubungan dengan keadaan terkuantisasi dari putaran suatu partikel pada
porosnya. Pengkajian gerak rotasi bisa dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama
berhubungan dengan gerak rotasi dalam dua dimensi dan yang kedua dengan gerak rotasi
dalam tiga dimensi.

5.1. Rotasi dalam dua dimensi: partikel pada cincin

Gambar 5.1 Momentum sudut dari partikel massa m pada jalur melingkar jari-jari r di
bidang xy

Energi total pada sembarang tempat sama dengan energi kinetik,

p2
E= (5.1)
2m

momentum sudut tersebut yang terletak tegak lurus bidang xy,

J z=± pr (5.2)

Energi pada persamaan (5.1) lalu dapat diungkapkan dengan bentuk yang lain,

J 2z
E= (5.3)
2 m r2

Dengan menggunakan momen inersia I =m r 2 persamaan (5.3) dapat ditulis ulang dalam
bentuk sebagai berikut,

J 2z
E= (5.4)
2I

Selanjutnya diketahui bahwa tidak semua nilai momentum sudut diijinkan dalam mekanika
kuantum. Karenanya, kedua besaran momentum sudut dan energi rotasi terkuantisasi.
5.1.1. Energi rotasi terkuantisasi

Penerapan postulat de Broglie, p=h/ λ, pada persamaan (5.2) menyebabkan momentum sudut
disekitar sumbu z memiliki bentuk sebagai berikut.

hr
J z=± (5.5)
λ

Momentum sudut disekitar sumbu z memiliki bentuk sebagai berikut.

hr
J z=± (5.5)
λ

Persamaan ini menunjukkan bahwa semakin pendek panjang gelombang partikel pada jalur
cincin lingkaran berjari-jari tertentu maka semakin besar momentum sudut partikel.

Gambar 5.2 Fungsi gelombang tidak bernilai tunggal dalam penurunan momentum
sudut

Yang dapat diterima adalah fungsi gelombang yang mereproduksi diri sendiri pada rangkaian
berturut-turut seperti ditunjukkan pada gambar 5.3. Karena hanya momen sudut tertentu yang
dapat diterima, maka hanya energi rotasi tertentu yang ada dan berarti energi partikel
terkuantisasi.

Gambar 5.3 Fungsi gelombang bernilai tunggal dalam penurunan momentum sudut

Berdasarkan hal tersebut maka panjang gelombang yang diizinkan adalah yang diungkapkan
dengan persamaan sebagai berikut.

2 πr
λ= (5.6)
ml
∅. Dengan menyubstitusikan persamaan (5.6) dalam persamaan (5.5) maka diketahui bahwa
momentum sudut memiliki nilai tertentu.

ml h
J z= (5.7)

Bilangan kuantum momentum sudut ml pada persamaan ini memiliki nilai positif atau
negatif.

m l=0 , ± 1 ,± 2 ,… . (5.8)

Persamaan (5.7) dapat disederhanakan dengan menggunakan deinisi ℏ, yaitu ℏ=h/2 π .

J z=ml ℏ (5.9)

Nilai m l positif adalah sesuai dengan rotasi partikel yang searah jarum jam di sekitar sumbu z.
Nilai negatif m l adalah sesuai dengan rotasi berlawanan arah jarum jam di sekitar sumbu z.

Substitusi persamaan (5.8) dalam persamaan (5.4) menunjukkan bahwa energi momentum
sudut menjadi terkuantisasi dengan nilai-nilai tertentu.

m2l ℏ2
E= 2 (5.10)
2I

5.1.2. Fungsi gelombang gerak rotasi

Hamiltonian untuk partikel bermassa m dalam suatu bidang yang mempunyai V =0 telah
dibahas pada kasus partikel dalam kotak dua dimensi, yaitu

−ℏ 2 ∂2 ∂2
^
H= (
+
2 m ∂ x2 ∂ y 2 ) (5.11)

Fungsi gelombangnya merupakan fungsi dari sudut ϕ. Konversi posisi x dan y dengan jarak
r dan sudut ϕ tersebut adalah sebagai berikut:

x=r cos ϕ (5.12a)

y=r sin ϕ (5.12b)

Substitusi persamaan-persamaan ini dalam persamaan (5.11) menghasilkan ungkapan


Hamiltonian dalam koordinat silinder.

−ℏ 2 ∂ 2 1 ∂ 1 ∂ 2
^
H= (+ +
2 m ∂ r 2 r ∂ r r 2 ∂ ϕ2 ) (5.13)

Penerapan bentuk momen inersia lalu menghasilkan bentuk baru dari Hamiltonian.
^ −ℏ 2 d2
H= (5.14)
2 I dϕ 2

Persamaan Schrödinger bagi momentum sudut dapat diperoleh.

d 2 ψ −2 IE
= 2 ψ (5.15)
dϕ2 ℏ

Persamaan Schrödinger ini menghasilkan solusi umum berupa fungsi gelombang momentum
sudut.

ei m ϕ
l

ψ m ( ϕ )= (5.16)
l
( 2 π )1 /2

Fungsi gelombang pada persamaan ini adalah fungsi gelombang yang ternormalisasi. Fungsi
gelombang terendah dihasilkan dengan ml=0 , yaitu ψ 0 ( ϕ )=1 / ( 2 π )1/ 2.. Fungsi gelombang
harus bernilai tunggal agar dapat diterima sebagai solusi umum persamaan Schrödinger

ψ ( ϕ+2 π )=ψ ( ϕ ) (5.17)

Substitusi persamaan (5.15) dalam persamaan (5.16) mengubah bentuk umum penyelesaian
persamaan Schrödinger,

ψ m ( ϕ+2 π )=ψ m ( ϕ ) e2 πi m
l l
l
(5.18a)

yang setara dengan persamaan berikut bila diketahui bahwa e iπ =−1,

ψ m ( ϕ+2 π )=(−1 )2 m ψ m ( ϕ )
l
l

l
(5.18b)

5.1.2. Kuantisasi pada gerak rotasi

Momentum sudut orbital l z di sekitar sumbu z dalam mekanika klasik didefinisikan sebagai
berikut,

l z =x p y − y p x (5.19)

Momentum sudut di sekitar sumbu z dapat dihasilkan,

ℏ ∂ ∂
l^ z = x(
i ∂y
−y
∂x ) (5.20)

Manipulasi standar terhadap koordinat mengubah bentuk operator momentum sudut ini dalam
bentuknya pada koordinat silinder,

ℏ ∂
l^ z = (5.21)
i ∂ϕ
Persamaan kuantum momentum sudut,

l^ z ψ m ( ϕ )=ml ℏ ψ m ( ϕ )
l l
(5.22)

Nilai ml positif menunjukkan rotasi searah jarum jam yang dilihat dari bawah. Nilai ml
negatif, menunjukkan rotasi berlawanan arah jarum jam yang dilihat dari bawah.

Rapat kebolehjadian menemukan partikel yang ditentukan dengan fungsi gelombang pada
persamaan (5.15) menjadi sebesar

¿ e−i m ϕ ei m ϕ l
1 l

ψ ψm=
ml 1/ 2 1/ 2
=
(2 π ) (2 π )
l

5.2. Rotasi dalam tiga dimensi: partikel dalam bola

Suatu partikel bermassa m bergerak bebas pada permukaan bola berjari-jari r

5.2.1 Persamaan Schrödinger gerak rotasi tiga dimensi

Hamiltonian gerak tiga dimensi :

−ℏ 2 ∂2 ∂2 ∂2
^
H= + + (
2 m ∂ x2 ∂ y 2 ∂ z 2
+V ) (5.24a)

atau
2
^ −ℏ 2
H= ∇ +V (5.24b)
2m

Nabla kuadrat atau del kuadrat yang dipakai notasi singkat dari jumlah tiga turunan kedua
∂2 ∂2 2 ∂2
terhadap koordinat ∇ = + + , disebut laplacian. Fungsi gelombang bergantung
∂ x2 ∂ y 2 ∂ z 2
sudut θ dan fungsi gelombang bergantung sudut ϕ saja.

ψ ( θ , ϕ )=Θ ( θ ) Φ ( ϕ ) (5.25)

Persamaan Schrödinger dari gerak rotasi dalam bola i

−ℏ2 2
∇ ψ =Eψ (5.26)
2m
Di sini dilakukan perubahan Laplacian dari koordinat Kartesian ke dalam koordinat kutub
bulat,

2 ∂2 2 ∂ 1 2
∇= + + Λ (5.27)
∂ r2 r ∂ r r2

Λ2 merupakaian yang berkaitan dengan sudut θ dan ϕ,

2 1 ∂2 1 ∂ ∂
Λ= 2 2
+ sin θ
sin θ ∂ ϕ sinθ ∂θ ∂θ
(5.28)

Bagian laplacian yang hanya bergantung pada koordinat posisi diabaikan dari persamaan
(5.27) karena r tetap dalam pembentukan persamaan Schrödinger,

1 2 −2 mE
2
Λ ψ= ψ
r ℏ2
(5.29)

Persamaan Schrödinger dapat ditulis dalam bentuk yang lain( ε =2 IE / ℏ2 )

−2 IE
Λ2 ψ= ψ (5.30a)
ℏ2

atau

Λ2 ψ=−εψ (5.30b)

Notasi gelombang yang hanya bergantung pada sudut θ dan sudut ϕ .

Θ ∂2 Φ Φ ∂ ∂Θ
2 2
+ sin θ =−ε ΘΦ (5.31)
sin θ ∂ ϕ sin θ ∂ θ ∂θ

Setelah dibagi dengan ΘΦ dan dikalikan dengan sin2 θ.

1 ∂2 Φ sin θ ∂ ∂Θ 2
2
+ sin θ + ε sin θ=0 (5.32)
Φ ∂ϕ Θ ∂θ ∂θ

Persamaan ini dapat dipisahkan menjadi dua bagian.

1 ∂2 Φ 2
=−ml (5.33a)
Φ ∂ ϕ2

sin θ ∂ ∂Θ
sin θ +ε sin 2 θ=m2l (5.33b)
Θ ∂θ ∂θ

Fungsi gelombang sebagai solusi persamaan Schrödinger ditentukan oleh dua bilangan
kuantum, yaitu l dan m l. Setiap bilangan kuantum sudut orbital l tertentu mempunyai 2 l+ 1
bilangan kuantum magnetik m l. Fungsi gelombangnya secara normal diberikan notasi
Y l , m ( θ , ϕ ) dan disebut sebagai bola harmonik.
l

Gambar 5.6 Bola harmonik untuk l=0 sampai l=4 dengan m l=0

Energi partikel yang diperoleh dari penyelesaian persamaan Schrödinger ternyata terbatas
pada nilai-nilai tertentu,

ℏ2
E=l ( l+1 ) (5.35)
2I

Energi tersebut terkuantisasi dan tidak bergantung pada ml. Karena ada 2 l+ 1 fungsi
gelombang berbeda, satu untuk setiap nilai m l, maka bilangan kuantum l pada tingkat energi
yang sama terdegenerasi sebanyak ( 2 l+1 ).

5.2.2 Momentum sudut

Energi partikel yang berputar berhubungan secara klasik dengan momentum sudut J.
1 /2
J= { l ( l+1 ) } ℏ (5.36)

J z=ml ℏ (5.37)

Momentum sudut yang lebih tinggi memiliki energi kinetik yang lebih tinggi dan karenanya
fungsi gelombang melengkung lebih tajam. Keadaan yang bersesuaian dengan momentum
sudut yang tinggi di sekitar sumbu z berkaitan dengan jumlah nodal yang paling banyak
memotong garis ekuator. Energi kinetik tinggi muncul dari gerak sejajar dengan ekuator
karena kelengkungan paling besar ke arah itu.

5.2.3 Kuantisasi ruang

Jumlah ml dibatasi oleh nilai −l , … ,l−1, l. Nilai l tertentu menghasilkan komponen


momentum sudut di sekitar sumbu z sebanyak 2 l+ 1. Jika momentum sudut diwakili sebuah
1/ 2
vektor yang panjangnya sebanding dengan besarannya, yaitu dengan panjang { l ( l+ 1 ) }
satuan, maka untuk mewakili dengan tepat nilai komponen momentum sudut, vektor harus
diorientasikan sehingga proyeksinya pada sumbu z adalah sepanjang m l satuan seperti
ditunjukkan pada gambar. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi benda berotasi terkuantisasi.
Gambar 5.8 Orientasi momentum sudut untuk l=2

Benda berotasi tidak berorientasi sembarangan terhadap beberapa sumbu tertentu. Ini disebut
sebagai kuantisasi ruang.

5.2.4 Model vektor

Operator momentum sudut yang telah dibahas pada bagian postulat kimia kuantum,

ℏ ∂ ∂
l^ x = y −z
i ∂z (∂y ) (5.38a)

ℏ ∂ ∂
l^ y = z
i ∂x (
−x
∂z ) (5.38b)

ℏ ∂ ∂
l^ z = x
i ∂y (
−y
∂x ) (5.38c)

Ketiga operator ini tidak bersifat komutatif satu dengan yang lainnya,

[ l^ x , l^ y ]=iℏ l^ z (5.39a)

[ l^ y , l^ z ] =iℏ l^ x (5.39b)

[ l^ z , l^ x ]=iℏ l^ y (5.39c)

Operator untuk kuadrat momentum sudut dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut,

l^ 2=l^ 2x + l^ 2y + l^ 2z=ℏ 2 Λ2 (5.40)

Operator ini ternyata bersifat komutatif dengan ketiga komponen operator momentum sudut,

[ l^ 2 , l^ y ] =0 (5.41a)

[ l^ 2 , l^ z ]=0 (5.41b)

[ l^ 2 , l^ x ]=0 (5.41c)
5.2.4 Spin

Hasil mekanika kuantum bertentangan diperoleh Stern dan Gerlach yang menemukan hanya
ada dua pita dari atom perak. Pengamatan tersebut menjadi benar sama dengan 2 hanya jika
1
l= yang bukan merupakan bilangan bulat. Konflik penemuan Stern dan Gerlach diatasi
2
dengan saran bahwa momentum sudut yang mereka amati bukan momentum sudut orbital
yang berhubungan dengan gerakan elektron mengelilingi inti atom, melainkan gerakan
elektron berotasi pada porosnya sendiri. Momentum sudut intrinsik elektron ini disebut spin.

Bilangan kuantum spin s dipakai untuk membedakan momentum sudut spin dari momentum
sudut orbital. Bilangan kuantum spin ini juga merupakan bilangan yang tidak negatif.
1 /2
Besarnya momentum sudut spin ditentukan dengan { s ( s +1 ) } ℏ. Bilangan kuantum magnetik
spin m s dipakai untuk menunjukkan proyeksi momentum sudut spin pada sumbu z. Besarnya
komponen ms ℏ dibatasi pada nilai 2 s +1 dengan

ms =−s , … , s−1 , s (5.42)

SOAL

1. The moment of inertia of an SF6 molecule is 3.07 × 10−45 kg m2. What is the minimum
energy needed to start it rotating?

2. What is the magnitude of the angular momentum of an SF6 molecule when it is rotating
with its minimum energy?
3. Tentukan besarnya momentum sudut yang mungkin pada tingkatan n = 3!
Jawaban :
Besarnya momentum sudut elektron yang mengelilingi inti atom dinyatakan : L= √ l ( 2+ l ) ℏ
. Untuk n = 3 terdapat lima bilangan kuantum magnetik, maka terdapat 5 nilai momentum
sudut, yaitu :
- Untuk l=2 maka L= √ 2 ( 2+2 ) ℏ=√ 6 ℏ
- Untuk l=1 maka L= √ 1 ( 2+ 1 ) ℏ=√ 2 ℏ
- Untuk l=0 maka L=ℏ
- Untuk l=−1 maka L=− √ 2 ℏ
- Untuk l=−2 maka L=− √6 ℏ

Anda mungkin juga menyukai