Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

SEJARAH PERKEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN
Disusun oleh :Ichwan P.Syamsuddin
(Dipakai untuk kalangan sendiri)

A. PENGANTAR
Pemikiran filsafati banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada
dasarnya filsafat baik di Barat, India, dan Cina muncul dari yang sifatnya
religius. Di Yunani dengan mitosnya, di India dengan kitabnya Weda
(Agama Hindu)dan  di Cina dengan Confusiusnya. Di Barat mitos dapat
lenyap sama sekali danrasio yang menonjol, sedangkan di India filsafat
tidak pernah bisa lepas dengan induknya dalam hal ini agama Hindu.
Pembagian secara periodisasi filsafat Barat adalah zaman Kuno, zaman
Abad Pertengahan, zaman Modern, dan Masa Kini. Aliran yang muncul dan
berpengaruh terhadap pemikiran filsafat adalah Positivisme, Marxisme,
Eksistensialisme, Fenomenologi, Pragmatisme, dan NeoKantianianisme dan
Neo-tomisme. Pembagian secara periodisasi Filsafat Cina adalah zaman
kuno, zaman pembauran, zaman Neo-Konfusionisme, dan zaman modern.
Tema yang pokok di filsafat Cina adalah masalah perikemanusiaan (jen).
Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah periode Weda, Wiracarita,
Sutra-sutra, dan Skolastik. Dalam filsafat India yang penting adalah
bagaimana manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk menguasai
dunia. Adapun pada Filsafat Islam hanya ada dua periode, yaitu periode
Mutakallimin dan periode filsafat Islam. Untuk sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan di sini pembahasan mengacu ke pemikiran filsafat di Barat.
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam
sejarah poradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola
pikir manusia dari mite-mitemenjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite-
mite  adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk
menjelaskari fenomena alam,
Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi
implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi
kemudian didekati bahkan dieksploitasi. manusia yang dulunya pasif dalam
menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif ,sehingga
alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah
kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati
dalam bentuk teknologi. Karena itu periode perkembangan filsafat Yunani
merupakan poin untuk memasuki peradaban baru ummat manusia.
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidak
langsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif.
untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus
melalui pembagian atau klasifikasi secara periodik; karena setiap periode
menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada
peradaban Yunani. Periodesasi perkembangan ilmu di sini dimulai dari
peradaban Yunani dan diakhiri pada kontemporer.(Drs.Surajiyo ;hal 80)
B.  Zaman Purba (15 SM - 7 S1V)
Pada dasarnya manusia di zaman purba hanyalah menerima semua
peristiwa sebagai fakta. Sekalipun dilaksanakan pengamatan,
pengumpulan data dan sebagainya, namun mereka sekadar menerima
pengumpulan saja. Fakta-fakta hanya diolah sekadarnya, hanya untuk
menemukan soal yang sama, yaitu commondenominator,  itu pun
barangkali tanpa sengaja, tanpa tujuan. Kalaupun ada penegasan atau
keterangan, maka keterangan itu senantiasa dihubungkan dengan dewa-
dewa dan mistik. Oleh karena itulah pengamatan perbintangan menjelma
menjadi astrologi. pengamatan yang dilakukan oleh manusia pada zaman
purba, yang menerima fakta sebagai brute factr atau on the face value,
menunjukkan bahwa manusia di zaman purba masih berada pada
tingkatan sekedar menerima, baik dalam sikap maupun dalam pemikiran
(receptive attitude dan receptive mind) (Santoso,1977: 27).
Perkembangan pengetahuan dan kebudayaan manusia pada zaman
purba dapat diruntut jauh ke belakang, bahkan sebelum abad 15 SM,
terutama pada zaman batu. Pengetahuan pada masa itu diarahkan pada
pengetahuan yang bersifat praktis, yaitu pengetahuan yang memberi
manfaat langsung kepada masyarakat. Kapan dimulainya zaman batu
tidak dapat ditentukan dengan pasti, namun para ahli berpendapat bahwa
zaman batu berlangsung selama jutaan tahun.
Sesuai dengan namanya, zaman batu, pada masa itu
manusia  menggunakan batu sebagai peralatan. Hal ini tampak dari
temuan- temuan seperti kapak yang digunakan untuk memotong
membelah. Selain menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu manusia
pada zaman itu juga menggunakan tulang binatang. Alat yang terbuat dari
tulang binatang antara lain digunakan menyerupai fungsi jarum untuk
menjahit. Ditemukannya benda- benda hasil peninggalan pada zaman batu
merupakan suatu bukti bahwa manusia sebagai makhluk berbudaya
mampu berkreasi untuk mengatasi tantangan alam sekitarnya.
Seiring dengan perkembangan waktu, benda-benda
yang  dipergunakan pun mengalami kemajuan dan perbaikan. Penemuan
dilakukan berdasarkan pengamatan, dan mungkin dilanjutkan dengan
percobaan-percobaan tanpa dasar, menuruti proses and error. Akhirnya,
dari proses trial and  error, yang memakan waktu ratusan bahkan ribuan
tahun inilah terjadi perkembangan penyempurnaan pembuatan alat-alat
yang digunakan, sehingga manusia menemukan bahan dasar pembuatan
alat yang baik, kuat serta hasilnya pun menjadi lebih baik. Dengan
demikian tersusunlah pengetahuan know how.  Dalam bentuk know
how  itulah  penemuan-penemuan tersebut diwariskan pada generasi-
generasi selanjutnya.
Perkembangan kebudayaan terjadi lebih cepat setelah manusia
menemukan dan menggunakan api dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
memanfaatkan api untuk menghangatkan tubuh, ketergantungan manusia
akan iklim menjadi berkurang Api kemudian juga digunakan untuk
memasak dan perlengkapan dalam berburu. Di zaman yang lebih maju
nantinya, arti api menjadi lebih penting. Pengetahuan tentang proses
pemanasan dan peleburan merintis jalan pada pembuatan alat dari
tembaga, perunggu dan besi. Dalam catatan sejarah misalnya, peralatan
besi digunakan pertama kali di Irak abad ke-15 SM (Brouwer,1982:6).
Perkembangan pengetahuan secara lebih cepat terjadi beberapa ribu
tahun sebelum Masehi. peristiwa ini terjadi ketika manusia berada pada
zaman batu muda.pada masa ini mulailah revolusi besar dalam cara hidup
manusia. Manusia mulai mengenal pertanian, mengenal kehidupan
bermukim (menetap), membangun rumah, mengawetkan makanan,
memulai irigasi, dan mulai beternak hewan. Pada masa itu juga telah
muncul kemampuan menulis, membaca dan berhitung. Dengan adanya
kemampuan menulis, beberapa peristiwa penting dapat dicatat dan
kemudian dapat dibaca oleh orang lain sehingga akan lebih cepat
disebarkan. Kemampuan berhitung juga sangat menunjang perkembangan
pengetahuan karena catatan tentang suatu peristiwa menjadi lebih
lengkap dengan data yang relatif lebih teliti dan lebih jelas.
Menurut Anna Poedjiadi (1987:28-32) pada zaman purba
perkembangan pengetahuan telah tampak pada beberapa bangsa, seperti
Mesir, Babylonia, Cina dan India. Ada keterkaitan saling pengaruh antara
perkembangan pemikiran di satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Pembuatan alat-alat perunggu di Mesir abad ke-17 SM memberi pengaruh
terhadap perkembangan yang diterapkan di Eropa. Bangsa Cina abad ke-
15 SM juga telah mengembangkan teknik peralatan perunggu di zaman
Dinastii Shang, sedangkan peralatan besi sebagai perangkat perang sudah
dikenal pada abad ke-5 SM pada zaman Dinasti Chin. India memberikan
surnbangsih yang besar dalam perkembangan matematik dengan
penemuan sistem bilangan desimal. Budhisme yang diadopsi oleh raja
Asoka, kaisar ketiga Di Mautya, telah menyumbangkan sistem bilangan
yang menjadi titik tolak perkembangan sistem bilangan pada zaman
modern: India bahkan sudah menemukan roda pemutar untuk pembuat
tembikar pada abad ke-30 SM. Sayangnya peradaban yang sudah maju itu
mengalami kepunahan pada abad ke-20 SM, baik yang disebabkan
oleh bencana alam maupun oleh peperangan.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa pengetahuan pada zaman
purba ditandai dengan adanya lima kemampuan, yaitu (1) pengetahuan
didasarkan pada pengalaman (empirical knowledge (2) pengetahuan
berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap
receptive mind,  dan kalaupun ada keterangan tentang fakta tersebut,
maka keterangan itu bersifat mistis,magis dan religius; (3) kemampuan
menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan
perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi; (4) kemampuan
menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesis
terhadap abstraksi yang dilakukan; dan (5) kemampuan meramal
peristiwa-peristiwa fisis atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang
pernah terjadi, misalnya gerhana bulan dan matahari (Santoso,1977: 27-
28)
C. Zaman Yunani (7 SM - 6 M)
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat,
karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan
ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang
ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagii
mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat
menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap
receptive attitude (suatu sikap menerima begitu saja), melainkan
menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang
menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi
cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah
menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang
masa. Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales, Phytagoras,
Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-
tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka
mencari unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala
sesuatu. Menurut Thales arche itu air, Anaximandros berpendapat arche
itu `yang tidak terbatas' (to apeiron).  Anaximenes arche itu udara,
Pythagoras arche itu bilangan, dan Heraklitos arche itu api, ia juga
berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei).
Parmenedes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.
(Lasiyo dan Yuwono,1985: 52)
1. Zaman Keemasan Filsafat Yunani
    Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik filsafat dapat
berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato
(rethorika) dinamakan kaum sofis. Mereka mengajarkan pengetahuan pada
kaum muda. menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi
manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Pythagoras, manusia
adalah  ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates
dengan mengatakan bahwa yang- benar dan yang baik dipandang sebagai
nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat
ucapannya tersebut Socrates dihukum mati.
Hasil pemikiran Socrates dapat ditemukan pada muridnya Plato. Dalam
filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi  atas dua dunia
yang hanya terbuka bagi panca indra dan dunia yang hanya terbuka bagi
rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua
dunia ide.
Pendapat tersebut dikritik  oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa
yang ada itu adalah manusia-manusia yang konkret “ide manusia' tidak
terdapat dalam kenyataan”. Aristoteles adalah filosof realis, dan
sumbangannya pada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali.
Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu
pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana
seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga macam
abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan metafisis.
Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-
unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis.
Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap unsur  kuantitatif dengan
menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di
mana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan
mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis. (Harry
Hamersma,1983)
Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk.
Keduanya merupakan prinsip-prinsip metafisis, materi adalah prinsip
yang tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang
menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisme. (K.
Bertens,1988:11-16)
2.  Masa Helinistis dan Romawi.
Pada zaman Alexander Agung telah berkembang sebuah kebudayaan trans
nasional yang disebut kebudayaan Helinistis, karena kebudayaan Yunani
tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup juga
seluruh wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung. Dalam bidang filsafat,
Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang
pula pusat-pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Akhirnya
ekspansi Romawi meluas sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti
kesudahan kebudayaan dan filsafat Yunani, karena kekaisaran Romawi
pun pintu dibuka lebar untuk menerima warisan kultural Yunani.
Dalam bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada
filsuf yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus.
Pada masa ini muncul beberapa aliranberikut.:
a. Stoisisme
Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut
Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan
yang tidak dapat dihindari.
b. Epikurisme
Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantisa bergerak.
Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan
tidak boleh takut pada dewa-dewa.
c.Skeptisisme
Mereka berpikir bahwa bidang teoretis manusia tidak sanggup
mencapai kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesangsian
d. Eklitisisme
Suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat
dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu Pemikiran yang
sungguh-sungguh.
      e. Neo Platonisme
Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya
adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang
satu. Segala sesuatu berasal dari `yang satu` dan ingin kembali
kepada-Nya. (K. Bertens,1988:16-18)
D. Zaman Pertengahan (6 M -15 M)
Zaman pertengahan merupakan suatu kurun waktu yang ada
hubungannya dengan sejarah bangsa-bangsa di benua
Eropa. Pengertian umum tentang zaman pertengahan yang berkaitan
dengan perkembangan pengetahuan ialah suatu periode panjang yang
dimulai dari jatuhnya kekaisaran Romawi Barat tahun 476 M hingga
timbulnya Renaissance  di Italia.
Zaman pertengahan (Midle Age)  ditandai dengan pengaruh yang cukup
besar dari agama Katolik terhadap kekaisaran dan perkembangan
kebudayaan pada saat itu. Pada umumnya orang   Romawi sibuk
dengan masalah keagamaan tanpa memperhatikan masalah duniawi
dan ilmu pengetahuan. Pada masa itu yang tampil dalam lapangan
ilmu pengetahuan adalah para teolog. Para ilmuwan pada masa ini
hampir semua adalah para teolog sehingga aktivitas ilmiah terkait
dengan aktivitas keagamaan. Dengan kata lain, kegiatan ilmiah
diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan yang
berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologiae, abdi
agama. Oleh karena itu sejak jatuhnya kekaisaran Romawi Barat
hingga kira-kira abad ke-10, di Eropa tidak ada kegiatan dalam
bidang ilmu pengetahuan yang spektakuler yang dapat dikemukakan.
Periode ini dikenal pula dengan sebutan abad kegelapan.
Menjelang berakhirnya abad tengah, ada beberapa kemajuan yang
tampak dalam masyarakat yang berupa penemuan-penemuan.
Penemuan-penemuan tersebut antara lain pembaruan penggunaan
bajak yang dapat mengurangi penggunaan energi petani. Kincir air
mulai digunakan untuk menggiling jagung.
Pada abad ke-13 ada pula kemajuan dan pembaruan dalam bidang
perkapalan dan navigasi pelayaran. Perlengkapan kapal memperoleh
kemajuan sehingga kapal dapat digunakan lebih efektif. Alat-alat
navigasinya pun mendapat kemajuan pula. Kompas mulai digunakan
orang di Eropa. Keterampilan dalam membuat tekstil dan pengolahan
kulit memperoleh kemajuan setelah orang mengenal alat pemintal
kapas.
Kemajuan lain yang penting pada masa akhir abad tengah adalah
keterampilan dalam pembuatan kertas. Keterampilan ini berasal dari
Cina dan dibawa oleh orang Islam ke Spanyol. Di samping itu orang
juga telah mengenal percetakan dan pembuatan bahan peledak.
Berbeda dengan keadaan di Eropa yang mengalami abad kegelapan, di
dunia Islam pada masa yang sama justru mengalami masa keemasan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Peradaban dunia Islam, terutama pada zaman
Bani Umayah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada
abad ke-7 M, delapan abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus
melakukannya. Pada zaman keemasan kebudayaan Islam juga dilakukan
penerjemahan, berbagai karya Yunani, dan bahkan khalifah Al-Makmun
telah mendirikan Rumah Kebijaksanaan (House of Wisdom) pada abad ke-9
M.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pada dunia
Islam tersebut dimungkinkan oleh adanya pengamatan yang terus-
menerus dan pencatatan yang teratur serta adanya dorongan dan bantuan
dari pihak para raja yang memerintah. Dengan demikian untuk pertama
kalinya dalam sejarah, tiga faktor penting yaitu politik, agama dan ilmu
pengetahuan, berada pada satu tangan, raja atau sultan. Keadaan ini
sangat menguntungkan perkembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut.
Selama 600 - 700 tahun lamanya kemajuan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan tetap ada pada bangsa-bangsa yang beragama Islam.
Menurut Slamet Iman Santoso (1997:64) sumbangan sarjana Islam dapat
diklasifikasikan dalam tiga hal, yaitu : (1) menerjemahkan peninggalan
bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sedemikian rupa, sehingga
pengetahuan ini menjadi dasar perkembangan kemajuan di dunia Barat
sampai sekarang, (2) memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu
kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu
tumbuh-tumbuhan dan (3) menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar
aljabar.
Beberapa orang yang memberi sumbangan besar dalam perkembangan
pengetahuan dan teknologi di dunia Islam antara lain A1 Khawarizmi,
Omar Khayam, Jabir Ibnu Hayan, Al-Razi, Ali Ibnu Sina, Al-Idrisi dan Ibn
Khaldun.
Muhammad Ahmad AL Khawarizmi menyusun buku Aljabar pada tahun
825 M, yang menjadi buku standar beberapa abad lamanya di Eropa. Ia
juga menulis buku tentang perhitungan biasa (arithmetics). Buku tersebut
menjadi pembuka jalan di Eropa untuk mempergunakan cara desimal,
yang menggantikan penulisan dengan angka Romawi. Khawarizmi luga
telah memperkenalkan persamaan pangkat dua dalam aljabar.
Jabir Ibnu Hayan (720 – 800 M ) banyak mengadakan eksperimen, antara
lain tentang ktistalisasi, melarutkan, sublimasi, dan reduksi. Di samping
mengadakan eksperimen, ia juga banyak menulis antara lain tentang
proses pembuatan baja, pemurnian logam, memberi warna pada kain dan
kulit, cara membuat kain tahan air, cara pembuatan zat warna untuk
rambut. Ia juga menulis tentang pembuatan tinta, pembuatan gelas, cara
memekatkan asam cuka dengan cara distilasi. Mengeni unsur-unsur  ia
berpendapat bahwa logam atau mineral itu terdiri atas dua unsur penting
yakni raksa dan belerang dengan berbagai macam susunan. Logam atau
mineral berbeda karena susunan unsur-unsurnya berbeda.
Dalam bidang kedokteran muncul nama-nama terkenal seperti Abu Bakar
Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi atau di negara Barat dikenal dengan
sebutan Razes (850-923 M) dan Ibn Sina atau Avicenna (980-1037 M).
Razes sangat banyak menulis buku, di antaranya100 buah buku tentang
kedokteran, 33 buah buku tentang ilmu pengetahuan alam termasuk
alkimia, l l buah buku tentang matematika dan astronomi, dan lebih dari
45 buah buku tentang filsafat dan teologia. Salah satu hasil karyanya
tersebut adalah sebuah ensiklopedia kedokteran
berjudul Continens. Sementara itu Ibn Sina juga menulis buku-buku
tentang kedokteran yang diberi nama Al-,Qanun.  Buku ini menjadi buku
standar dalam ilmu kedokteran di Eropa sampai ± tahun 1650. (Santoso,
1997: 63). Selain itu Abu'1 Qasim atau Abu'1 Casis menulis sebuah
ensiklopedi kedokteran, yang antara lain menelaah , ilmu bedah serta
menunjukkan peralatan yang dipakai dimasa itu {± tahun 1013).
Ibn Rushd atau Averoes (1126-1198 M) seorang ahli kedokteran yang
menerjemahkan dan mengomentari karya-karya Aristoteles. Dari
tulisannya terbukti bahwa Ibn Rushd mengikuti aliran evolusionisme,
yaitu aliran yang berkeyakinan bahwa semua yang ada di dunia tidak
tercipta tiba-tiba dan dalam keadaan yang selesai, melainkan semuanya
terjadi melalui perkembangan, untuk akhirnya menjelma dalam keadaan
yang selesai.
Tokoh lain yang juga turut berjasa dalam pengembangan
ilmu  pengetahuan di dunia Islam, terutama dalam bidang geografi adalah
Al-Idrisi (1100-1166 M). la telah membuat 70 peta dari daerah yang
dikenall pada masa itu untuk disampaikan kepada Raja Roger II dari
kerajaan Sicilia.
Dalam khasanah pengetahuan sosial, di dunia Islam terdapat nama Ibn
Khaldun (1332 -1406 M), yang memiliki nama lengkap Abu Zaid Abdal-
Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami. la merupakan seorang
ahli sejarah, politik, sosiologi, dan ekonomi, Ia sering dianggap sebagii
perintis ilmu sosial dan peletak dasar sosiologi. Hasil karyanya yang
termasyhur adalah sebuah buku berjudul A1-Muqaddimah. Dalam bukunya
tersebut, ia membahas tentang perkembangan masyarakat dan perubahan
dalam masyarakat. Sebagai penemu ilmu masyarakat -yang baru, Ibn
Khaldun berusaha keras agar objektif dalam memaparkan masyarakat
ketimbang menemukan obat untuk menyembuhkan "penyakit"
masyarakat (Baali,1989:191).
Dalam pandangan Ibn Khaldun, gejala sosial mengikuti pola dan hukum
tertentu, dan dengan sendirinya akan menghasilkan akibat-akibat
tertentu pula. Dikatakan bahwa hukum-hukum sosial tidak hanya
mengena pada perseorangan, tetapi pada semua orang. Hukum-hukum
sosial akan berlaku sama bagi masyarakat, meskipun terpisah ruang dan
waktu: Oleh karena itu hukum-hukum ini tidak dipengaruhi oleh
seseorang. Seorang pemimpin tidak dapat memperbaiki keadaan sosial,
kalau tidak mendapat dukungan dari masyarakat.
Sebagai peletak dasar sosiologi, Ibn Khaldun mempergunakan banyak
metode dan teori untukmenjelaskan faktor yang ada dalam masyarakat.
Misalnya, bangsa terjajah akan meniru bangsa yang menjajah, karena
merasa bahwa kemenangan disebabkan oleh keunggulan, baik teknik
maupun lembaganya, dan hal itu perlu ditiru supaya yang terjajah juga
rriendapatkan kesuksesan.
Pokok pemikiran dari Ibn Khaldun terletak pada `asabiyah atau solidaritas
sosial yang menjadi kodrat manusia yang tidak dapat hidup sendiri.
Manusia ialah makhluk sosial, oleh karena itu diperlukan suatu ikatan
dalam bentuk negara. Solidaritas sosial ini amat kuat pada masyarakat
pengembara. Negara dapat terbentuk dan menjadi kuat atas dasar
solidaritas ini, tetapi setelah terbentuk berkuranglah ikatan solidaritas,
karena adanya kekuasaan yang harus dipatuhi. Dengan demikian tujuan
dari solidaritas adalah kekuasaan.
E:  Zaman Renaissance (14 M -17 M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran
yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan
ketika kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah menjadi suatu
kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang
merindukan pemikiran yang bebas.Manusia ingin mencapai kemajuan atas
hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Ilahi. Penemuan
ilmu pengetahuan modern' sudah mulai dirintis pada Zaman Renaissance.
Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang
astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus,
Johannes Keppler, dan Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para
filusuf tersebut.
l. Roger Bacon, berpendapat bahwa pengalaman (empiris) menjadi landasan
utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan.
Matematika merupakan syarat mutlak untuk mengalah semua
pengetahuan.
2.Copernicus, mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi
matahari, sehingga matahari menjadi pusat (heliosentririsme). Pendapat
ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal dari Hipparahus dan
Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta
(geosentrisme).
3, Johannes Keppler, menemukan tiga buah hukum yang melengkapii
penyelidikan Brahe sebelumnya, yaitu:
a. Bahwa gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti
lintasan circle, namun gerak itu mengikuti lintasan elips. Orbit semua
planet berbentuk elips.
b. Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari
selalu melintasi bidang yang luasnya sama.
c. Dalam perhitungan matematika terbukti bahwa bila jarak rata-rata dua
planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk
meliintasi orbit masing-masing adalah P dan Q, maka P2: Q2 X3: Y3.
4. Galileo Galilei, membuat sebuah teropong bintang yang terbesar pada
masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Ia
menemukan beberapa peristiwa panting dalam bidang astronomi. Ia
melihat bahwa planet Venus dan Mercurius menunjukkan perubahan-
perubahan seperti halnya bulan, sehingga ia menyimpulkan bahwa planet--
planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya
memantulkan cahaya dari matahari (Rizal Mustansyir,1996)

F.   Zaman Modern (17 M -19 IV)


Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya
sudah dirintis sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes, tokoh
yang terkenal sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes juga seorang
ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat
.Selain itu pada zaman ini ada juga filsuf-filsuf lain misalnya: Isaac
Newton, Caharles Darwin.
G. Zaman Kontemporer (Abad ke-20 dan seterusnya)
Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika
menempati kedudukan yang paling tinggi. Menurut Trout (dalam Riza1
Mustansyir, dkk., 2001) fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan
yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang
membentuk alam semesta. la juga menunjukkan bahwa secara historis
hubungan antara fisika dengan filsafat terlihat dalam dua
cara. Pertama, diskusi filosofis mengenai metode fisika, dan dalam
interaksi antara pandangan substansial tentang fisika (misalnya: tentang
materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu). Kedua, ajaran filsafat tradisional
yang menjawab fenomena tentang materi, kuasa, ruang, dan waktu. Dengan
demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang erat antara filsafat dan
fisika.
Fisikawan termasyhur abad ke-20 adalah Albert Einstein. Ia
menyatakan bahwa alam itu tidak berhingga besarnya dan tidak terbatas,
tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu
ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam
semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak mengakui adanya
penciptaan alam. Dii samping teori mengenai fisika, teori alam semesta,
dan lain-lain, Zaman Kontemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai
teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah
satu yang mengalami kemajuan sangat pesat. Mulai dari penemuan
komputer, berbagai satelit komunikasi, internet, dan sebagainya. Bidang
ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi
ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan kontemporer mengetahui hal yang
sedikit, tetapi secara mendalam. Ilmu kedokteran semakin menajam dalam
spesialis dan subspesialis atau super-spesialis, demikian pula bidang ilmu
lain. Di samping kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain
adalah sintesis antara bidang ilmu satu dengan lainnya, sehingga
dihasilkannya bidang ilmu baru seperti bioteknologi yang dewasa ini
dikenal dengan teknologi kloning. (Rizal Mustansyir, dkk., 2001)

Anda mungkin juga menyukai