Askep Lansia
Askep Lansia
PENDAHULUAN
Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi
secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan
ini dapat dilakukan, dikenal sebagai senescence yaitu masa proses menjadi tua.
Seseoarang akan menjadi orang semakin tua pada usia lima puluhan atau tidak
sampai mencapai awal atau akhir usia enam puluhan, tergantung pada laju
kemunduran fisik dan mentalnya (Hurlock, 1999).
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Hereditas (Keturunan/Genetik)
2. Nutrisi (Asupan Makanan)
3. Status Kesehatan
4. Pengalaman Hidup
5. Lingkungan
6. Stress
F. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari
ujung rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin
bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada
lansia adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Fisik
a. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati,
jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun,
berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga
mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap
suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitif terhadap
sentuhan.
c. Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.
d. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara
atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi
menyebabkan otosklerosis.
e. Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi dari tidur ke
duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg,
diastole normal ± 95 mmHg.
f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
beberapa faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara
lain: temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak
dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya
aktifitas otot.
g. Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan
kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya
aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak
berganti.
h. Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul
konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
i. Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi
atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan
disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks
sekunder.
j. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone,
dan testoteron.
k. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas
akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan
rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan
pada bentuk sel epidermis.
l. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon
mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga
gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
a. Perubahan fisik.
a) Kesehatan umum.
b) Tingkat pendidikan.
c) Hereditas.
d) Lingkungan.
e) Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi
misalnya kekakuan sikap.
f) Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
g) Kenangan lama tidak berubah.
h) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal, berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan
psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan
karena tekanan dari faktor waktu.
b. Perubahan Psikososial
2. Tugas
3. Kebutuhan Lansia
a. Kebutuhan Biologis
a) Makan dan minum
b) Pakaian
c) Tempat tinggal
d) Olahraga
e) Istirahat/tidur
b. Kebutuhan Psikologis
a) Sering marah
b) Rasa aman dan tenang
c) Ketergantungan
d) Sedih dan kecewa
e) Kesepian
c. Kebutuhan Sosial
a) Bimbingan kerohanian
b) Akhir hayat yang bermartabat
a. Promotif
Upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan
derajat kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya,
keluarga, maupun masyarakat. Kegiatan tersebut dapat berupa
1) Penyuluhan/demonstrasi dan/atau pelatihan bagi petugas
panti mengenai Masalah gizi dan diet, Perawatan dasar
kesehatan, Keperawatan kasus darurat, Mengenal kasus
gangguan jiwa, Olahraga, Teknik-teknik berkomunikasi dan
Bimbingan rohani
2) Sarasehan, pembinaan mental dan ceramah keagamaan,
3) Pembinaan dan pengembangan kegemaran pada lansia di
panti
4) Rekreasi
5) Kegiatan lomba antar lansia di dalam panti atau antar panti
6) Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti
maupun masyarakat luas melalui berbagai macam media
b. Preventif
Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan dan
komplikasinya. Kegiatannya dapat berupa kegiatan berikut ini:
c. Kuratif
Upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau
petugas panti terlatih sesuai kebutuhan. Kegiatannya bisa berupa:
d. Rehabilitative
Upaya untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal
mungkin. Kegiatan ini dapat berupa rehabilitasi mental, vokasional
(keterampilan/kejuruan), dan kegiatan fisik. Kegiatan ini dilakukan
oleh petugas kesehatan, petugas panti yang telah dilatih dan
berada dalam pengawasan dokter, atau ahlinya (perawat).
H. Pengkajian
1. Fisik / Bilogis
a. Wawancara riwayat kesehatan
a) Pandangan lansia tentang kesehatannya
b) Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
c) Kekuatan fisik lansia ( otot ,sendi , pendengaran dan penglihatan).
d) Kebiasaan lansia merawat diri sendiri.
e) Kebiasaan makan , minum , istirahat /tidur ,BAB / BAK.
f) Kebiasaan gerak badan / olah raga.
g) Perubahan – perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna
dirasakan.
h) Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan
minum obat.
i) Masalah – masalah seksual yang dirasakan.
b. Pemeriksaan fisik
a) Sistem intergumen / kulit
b) Muskuluskletal
c) Respirasi
d) Kardiovaskuler
e) Perkemihan
f) Persyarafan
g) Fungsi sensorik ( penglihatan , pendengaran, pengecapan dan
penciuman).
2. Psikologis
Dilakukan saat berkomunikasi untuk melihat fungsi kognitif termasuk daya
ingat, proses fikir, perlu dikaji alam perasaan, orientasi terhadap realitas ,
kemampuan dalam menyelesaikan masalah.
3. Sosial Ekonomi
Bagaimana lansia membina keakraban dengan teman sebaya maupun
dengan lingkungan dan bagaimana keterlibatan lansia dalam organi
sosial, penghasilan yang diperoleh, perasaan sejahtera dalam kaitannya
dengan sosial ekonomi.
4. Spiritual
Keyakinan agama yang dimiliki dan sejauh mana keyakinan tersebut dapat
diterapkan. Hal – hal yang perlu dikaji antara lain :
a. Kegiatan ibadah setiap hari
b. Kegiatan keagamaan
c. Cara menyelesaikan masalah ( Doa )
d. Terlihat sabar dan tawakal
I. Diagnosa Keperawatan
1. Fisik / Biologis
a. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh s.d. intake yang tidak
adekuat)
b. Gangguan persepsi s.d. gangguan pendengaran/penglihatan.
c. Kurangnya perawtan diri s.d. menurunnya minat dalam merawat diri.
d. Resiko cidera fisik (jatuh) s.d. penyesuaian terhadap penurunan fungsi
tubuh tidak adekuat.
e. Perubahan pola eliminasi s.d. pola makan yang tidak efektif.
f. Gangguan pola tidur s.d. kecemasan atau nyeri.
g. Gangguan pola nafas s.d. penyempitan jalan nafas.
h. Gangguan mobilisasi s.d. kekakuan sendi.
2. Spiritual
a. Reaksi berkabung / berduka s.d. Ditinggal pasangan.
b. Penolakan terhadap proses penuaan s.d. Ketidaksiapan menghadapi
kematian.
c. Marah terhadap tuhan s.d. Kegagalan yang dialami.
d. Perasaan tidak tenang s.d. Ketidakmampuan melakukan ibadah
secara tidak tepat.
Intervensi :
a. Mengingatkan / membantu
b. Menganjurkan untuk menggunakan sabun lunak dan gunakan skin
lotion.
Intervensi :
a. Menyediakan tempat tidur yang nyaman
b. Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi
c. Melatih melakukan latihan fisik yang ringan (berkebun, berjalan, dll)
Intervensi :
a. Berkomunikasi dengan kontak mata
b. Memberikan stimulus/mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang
akan dilakukan
c. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan
d. Menghargai pendapat lansia
e. Melibatkan lansia dalam kegiatan sehari–hari sesuai dengan
kemampuan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jumlah usia lanjut yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu perlu
pengkajian masalah usia yang lebih mendasar agar tercapai tujuan pembinaan
kesehatan usia yaitu mewujudkan derajat kesehatan serta optimal.