Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

     A.    Latar Belakang

Pengelompokkan manusia ke dalam wadah-wadah tertentu, merupakan


bentuk kehidupan bersam yang dilandasi oleh kriteria tertentu seperti usia, jenis
kelamin, latar belakang pendidikan, pekerjaan dan kepentingan-kepentingan
tertentu dalam bidang kesehatan atau keperawatan karena adanya kebutuhan
yang sama untuk mencapai sesuatu tujuan yang diingikan. Sedangkan kelompok
khusus adalah sekelompok masyarakat atau individu yang karena keadaan
fisik, mental maupun sosial-budaya dan ekonominya perlu mendapatkan
bantuan, bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan karena
ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan dan
keperawatan terhadap dirinya sendiri.

Pelayanan kelompok khusus terbagi menjadi beberapa bagian


diantaranya pelayanan di institusi yang meliputi Panti Wreda, Panti Asuhan,
Pusat Rehabilitasi Anak Cacat, dan penitipan balita, dimana yang menjadi
sasaran pembinaan dan pelayanan kelompok khusus di institusi adalah
meliputi: penghuni panti, petugas panti dan lingkungan panti.

Panti werdha adalah tempat dimana tempat berkumpulnya orang – orang


lanjut usia yang baik secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga
untuk diurus segala keperluannya, dimana tempat ini ada yang dikelola oleh
pemerintah maupun pihak swasta. Dan ini sudah merupakan kewajiban Negara
untuk menjaga dan memelihara setiap warga negaranya sebagaimana tercantum
dalam UU No.12 Tahun 1996 (Direktorat Jenderal, Departemen Hukum dan
HAM). Tujuan dari Panti Wreda adalah meningkatkan derajad kesehatan dan
mutu kehidupan lansia dipanti agar mereka dapat hidup layak.

Pengertian Lansia sendiri adalah bagian dari proses tumbuh kembang.


Manusia tidak secara tiba-tiba  menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-
anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua (Pujianti, 2003). Usia lanjut merupakan
tahap akhir dari siklus hidup manusia, yaitu bagian dari proses kehidupan yang
tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. Pada tahap ini
individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental,
khususnya kemunduran dalam berbagai  fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya (Soejono, 2000).

Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi
secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan
ini  dapat  dilakukan, dikenal sebagai senescence yaitu masa proses menjadi tua.
Seseoarang akan menjadi orang semakin tua pada usia lima  puluhan atau tidak
sampai mencapai awal atau akhir usia enam puluhan, tergantung pada laju
kemunduran fisik dan mentalnya (Hurlock, 1999).
BAB II

TINJAUAN TEORI

     A.    Konsep Lanjut Usia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur


kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008).
Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32)

     B.     Batasan Lanjut Usia

Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur :


1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Lanjut Usia meliputi:
a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.

2. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:


a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

     C.    Tipe Lanjut Usia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,


lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam
buku R. Siti Maryam, dkk, 2008).
Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:

1. Tipe arif bijaksana


Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.

      D.    Tugas Perkembangan Lansia

1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.


2. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
4. Mempersiapkan kehidupan baru.
5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan social/masyarakat secara
santai.
6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.

     E.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan


R. Siti Maryam, dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi
penuaan adalah sebagai berikut:

1. Hereditas (Keturunan/Genetik)
2. Nutrisi (Asupan Makanan)
3. Status Kesehatan
4. Pengalaman Hidup
5. Lingkungan
6. Stress
     F.     Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari
ujung rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin
bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada
lansia adalah sebagai berikut:

1. Perubahan Fisik
a. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati,
jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun,
berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga
mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap
suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitif terhadap
sentuhan.
c. Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.
d. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara
atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi
menyebabkan otosklerosis.
e. Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi dari tidur ke
duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg,
diastole normal ± 95 mmHg.
f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
beberapa faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara
lain: temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak
dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya
aktifitas otot.
g. Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan
kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya
aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak
berganti.
h. Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul
konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
i. Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi
atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan
disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks
sekunder.
j. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone,
dan testoteron.
k. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas
akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan
rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan
pada bentuk sel epidermis.
l. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon
mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga
gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.

2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
a. Perubahan fisik.

a) Kesehatan umum.
b) Tingkat pendidikan.
c) Hereditas.
d) Lingkungan.
e) Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi
misalnya kekakuan sikap.
f) Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
g) Kenangan lama tidak berubah.
h) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal, berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan
psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan
karena tekanan dari faktor waktu.

b. Perubahan Psikososial

a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang


menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu
mengancam sering bingung panik dan depresif.
b. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan
sosioekonomi.
c. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang,
kehilangan status, teman atau relasi.
d. Sadar akan datangnya kematian.
e. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
f. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
g. Penyakit kronis.
h. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
i. Gangguan syaraf panca indra.
j. Gizi
k. Kehilangan teman dan keluarga.
l. Berkurangnya kekuatan fisik.

        G.    Konsep Panti Wreda

1. Tujuan dan Fungsi


Tujuan pedoman pelayanan ini adalah memberi arah dan memudahkan
petugas dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan dan perawatan
lanjut usia di Panti Wreda, serta meningkatkan mutu pelayanan bagi lanjut
usia. Tujuan pelayanannya adalah:

a. Terpenuhinya kebutuhan lansia yang mencakup biologis, psikologis,


sosial dan spiritual.
b. Memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktifitas lansia.
c. Terwujudnya kesejahteraan sosial lansia yang diliputi rasa tenang,
tenteram, bahagia, dan   mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

2. Tugas

a. Memberi pelayanan sosial kepada lansia yang meliputi pemenuhan


kebutuhan hidup, pembinaan fisik, mental, dan sosial, member
pengetahuan serta bimbingan keterampilan dalam mengisi
kehidupan yang bermakna.
b. Memberi pengertian kepada keluarga lanjut usia, masyarakat untuk
mau dan mampu menerima, merawat, dan memenuhi kebutuhan
lansia.

3. Kebutuhan Lansia

a. Kebutuhan Biologis
a) Makan dan minum
b) Pakaian
c) Tempat tinggal
d) Olahraga
e) Istirahat/tidur

b. Kebutuhan Psikologis

a) Sering marah
b) Rasa aman dan tenang
c) Ketergantungan
d) Sedih dan kecewa
e) Kesepian

c. Kebutuhan Sosial

a) Aktifitas yang bermanfaat


b) Kesulitan menyesuaikan diri
c) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
d) Bersosialisasi dengan sesama lansia
e) Kunjungan keluarga
f) Rekreasi/hiburan (di dalam dan di luar panti)
g) Mengikuti pendidikan usia ketiga
h) Tabungan/simpanan bagi lansia yang berpenghasilan
d. Kebutuhan Spiritual

a) Bimbingan kerohanian
b) Akhir hayat yang bermartabat

4. Pembinaan Kesehatan Lansia di Panti

Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia dilakukan melalui


upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.

a. Promotif
Upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan
derajat kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya,
keluarga, maupun masyarakat. Kegiatan tersebut dapat berupa
1) Penyuluhan/demonstrasi dan/atau pelatihan bagi petugas
panti mengenai  Masalah gizi dan diet, Perawatan dasar
kesehatan, Keperawatan kasus darurat, Mengenal kasus
gangguan jiwa, Olahraga, Teknik-teknik berkomunikasi dan
Bimbingan rohani
2) Sarasehan, pembinaan mental dan ceramah keagamaan,
3) Pembinaan dan pengembangan kegemaran pada lansia di
panti
4) Rekreasi
5) Kegiatan lomba antar lansia di dalam panti atau antar panti
6) Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti
maupun masyarakat luas melalui berbagai macam media

b. Preventif
Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan dan
komplikasinya. Kegiatannya dapat berupa kegiatan berikut ini:

1) Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan dipanti oleh


petugas kesehatan yang datang ke panti secara periodik.
2) Penjaringan penyakit pada lansia
3) Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan
petugas panti yang menggunakan buku catatan pribadi.
4) Melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan
kemampuan dan kondisi masing-masing.
5) ngelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai
dengan kondisi kesehatannya masing-masing.
6) Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
7) Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu
dan tetap produktif.
8) Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap
lingkungan sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu
mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap waktu,
tempat, dan orang secara optimal

c. Kuratif
Upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau
petugas panti terlatih sesuai kebutuhan. Kegiatannya bisa berupa:

1)   Pengobatan jalan di puskesmas.


2)   Perawatan dietetic.
3)   Perawatan kesehatan jiwa.
4)   Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
5)   Perawatan kesehatan mata.
6)   Perawatan kesehatan melalui kegiatan di puskesmas

d. Rehabilitative
Upaya untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal
mungkin. Kegiatan ini dapat berupa rehabilitasi mental, vokasional
(keterampilan/kejuruan), dan kegiatan fisik. Kegiatan ini dilakukan
oleh petugas kesehatan, petugas panti yang telah dilatih dan
berada dalam pengawasan dokter, atau ahlinya (perawat).

H.    Pengkajian

1. Fisik / Bilogis
a. Wawancara riwayat kesehatan
a) Pandangan lansia  tentang kesehatannya
b) Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
c) Kekuatan fisik lansia ( otot ,sendi , pendengaran dan penglihatan).
d) Kebiasaan lansia merawat diri sendiri.
e) Kebiasaan makan  , minum , istirahat /tidur ,BAB / BAK.
f) Kebiasaan gerak badan / olah raga.
g) Perubahan – perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna
dirasakan.
h) Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan
minum obat.
i) Masalah – masalah seksual yang dirasakan.

b. Pemeriksaan fisik
a) Sistem intergumen / kulit
b) Muskuluskletal
c) Respirasi
d) Kardiovaskuler
e) Perkemihan
f) Persyarafan
g) Fungsi sensorik ( penglihatan , pendengaran, pengecapan dan
penciuman).

2. Psikologis
Dilakukan saat berkomunikasi  untuk melihat fungsi kognitif termasuk daya
ingat, proses fikir, perlu dikaji alam perasaan, orientasi terhadap realitas ,
kemampuan dalam  menyelesaikan masalah.

a. Perubahan umum yang terjadi :


1)        Penurunan daya ingat
2)        Proses pikir lambat
3)        Adanya perasaan sedih
4)        Merasakan kurang perhatian

b. Hal hal yang perlu dikaji meliputi :


1)      Apakah mengenal masalah masalah utamanya
2)      Apakah optimas mengandung sesuatu dalam kegiatan
3)      Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
4)      Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
5)      Bagaimana  mengatasi , masalah atas stress yang dialami
6)      Apakah mudah untuk menyesuaikan diri
7)      Apakah usila untuk menyesuikan diri
8)      Apakah usila menggali kegagalan
9)      Apakah harapan sekarang dan dimasa yang akan datang , dll.

3. Sosial Ekonomi
Bagaimana lansia membina keakraban dengan teman sebaya maupun
dengan lingkungan  dan bagaimana keterlibatan lansia dalam organi
sosial, penghasilan yang diperoleh, perasaan sejahtera dalam kaitannya
dengan sosial ekonomi.

Hal-hal yang perlu dikaji ,antara lain :


a. Kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang.
b. Sumber keuangan.
c. Dengan siapa yang ia tinggal.
d. Kegiatan organisasi sosial yang diikuti
e. Pandangan lansia terhadap lingkungannya
f. Berapa sering lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
g. Siapa saja yang bisa mengunjunginya
h. Seberapa besar ketergantungannya
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas
yang ada

4. Spiritual
Keyakinan agama yang dimiliki dan sejauh mana keyakinan tersebut dapat
diterapkan. Hal – hal yang perlu dikaji antara lain :
a. Kegiatan ibadah setiap hari
b. Kegiatan keagamaan
c. Cara menyelesaikan masalah ( Doa )
d. Terlihat sabar dan tawakal

I.       Diagnosa Keperawatan

1. Fisik / Biologis
a. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh s.d. intake yang tidak
adekuat)
b. Gangguan persepsi s.d. gangguan pendengaran/penglihatan.
c. Kurangnya perawtan diri s.d.  menurunnya minat dalam merawat diri.
d. Resiko cidera fisik (jatuh) s.d. penyesuaian terhadap penurunan fungsi
tubuh tidak adekuat.
e. Perubahan pola eliminasi s.d. pola makan yang tidak efektif.
f. Gangguan pola tidur s.d. kecemasan atau nyeri.
g. Gangguan pola nafas s.d. penyempitan jalan nafas.
h. Gangguan mobilisasi s.d. kekakuan sendi.

2. Spiritual
a. Reaksi berkabung / berduka s.d. Ditinggal pasangan.
b. Penolakan terhadap proses penuaan s.d. Ketidaksiapan menghadapi
kematian.
c. Marah terhadap tuhan s.d. Kegagalan yang dialami.
d. Perasaan tidak tenang s.d. Ketidakmampuan melakukan ibadah
secara tidak tepat.

     J.      Intervensi Keperawatan


Tujuan perencanaan adalah Membantu lansia berfungsi seoptimal
mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis, dan sosial
dengan tidak tergantung pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan, ditujukan pada pemenuhan kebutuhan dasar :

Diagnosa 1: Pemenuhan kebutuhan nutrisi


1) Peran pemenuhan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan
dan kebugaran serta memperlambat timbulnya penyakit degenaratif 
sehingga menjamin hari tua tetap sehat dan aktif.
2) Masalah yang sering dihadapi : penurunan alat penciuman dan
pengecapan, pengunyahan kurang sempurna, rasa kurang nyaman
saat makan karena gigi tidak lengkap, rasa penuh diperut dan
kesukaran BAB karena melemahnya otot lambung dan peristaltik
usus sehingga nafsu makan berkurang.
3) Menolak makan/makan berlebihan akibat kecemasan dan putus asa
akibat gangguan tugas perkembangan.
4) Masalah gizi yang sering timbul : gizi berlebihan, gizi kurang,
kekurangan vitamin, kelebihan vitamin.
Intervensi
a. Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
b. Berikan banyak minum dan kurangi makan.
c. Usahakan makanan banyak mengandung serat
d. Batasi makanan yang mengandung kalori seperti gula, makanan
manis, minyak, makanan berlemak. (Kebutuhan kalori laki-laki 
2100 kalori, wanita 1700 kalori)
e. Berikan intake adekuat minimal 6 – 8 gelas/hari.
f. Membatasi minum kopi dan teh.

Diagnosa 2: Meningkatkan keamanan dan keselamatan.


Kecelakaan yang sering terjadi : jatuh, kecelakaan lalu lintas, kebakaran è
karena fleksibilitas kai mulai berkurang, penurunan fungsi pendengaran dan
penglihatan, lingkungan yang kurang aman
Intervensi:
a. Biarkan menggunakan alat bantu
b. Latih untuk / mobilisasi
c. Menggunakan kaca mata
d. Menemani bila berpergian
e. Ruangan dekat kantor
f. Meletakkan bel dibawah bantal
g. Tempat tidur tidak terlalu tinggi
h. Menyediakan meja kecil dekat tempat tidur
i. Lantai bersih, rata dan tidak licin / basah
j. Peralatan yang menggunakan roda dikunci
k. Pasang pengaman dikamar mandi
l. Hindari lampu yang redup dan yang menyilaukan (lampu 70-100
watt)
m. Gunakan sepatu dan sandal yang beralas karet

Diagnosa 3:  Memelihara kebersihan diri


Sebagaian lansia mengalami kemunduran /motivasi untuk melakukan
perawatan diri secara teratur karena penurunan daya ingat, kebiasaan diusia
muda, kelemahan dan tidak mampuan.
Masalah : keringat berkurang, kulit lansia bersisik, kering

Intervensi :
a. Mengingatkan / membantu
b. Menganjurkan untuk menggunakan sabun lunak dan gunakan skin
lotion.

Diagnosa 4: Memelihara keseimbangan istirahat / tidur.


Masalah yang sering terjadi :gangguan tidur

Intervensi :
a. Menyediakan tempat tidur yang nyaman
b. Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi
c.   Melatih melakukan latihan  fisik yang ringan (berkebun, berjalan, dll)

Diagnosa 5: Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi


efektif.
Masalah yang sering ditemukan : penurunan daya ingat, pikun, depresi, lekas
marah mudah tersinggung, curiga  dapat terjadi karena hubungan
interpersonal yang tidak adekuat

Intervensi :
a. Berkomunikasi dengan kontak mata
b. Memberikan stimulus/mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang
akan dilakukan
c. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan
d. Menghargai pendapat lansia
e. Melibatkan lansia dalam kegiatan sehari–hari sesuai dengan
kemampuan.
BAB III
PENUTUP

     Kesimpulan

Jumlah usia lanjut yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai 
aspek kehidupan baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu perlu
pengkajian masalah usia yang lebih mendasar agar tercapai tujuan pembinaan
kesehatan usia yaitu mewujudkan derajat kesehatan serta optimal.

Dalam peningkatan peranan serta masyarakat dapat dilaksanan dengan


bentuk penyuluhan kesehatan yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanan dan penilaian upaya kesehatan usia lanjut dalam rangka menciptakan
kemadirian masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai