Oleh :
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Persalinan Normal
Di RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar
Hari :
Tanggal :
(……………………………………) (…………………………………)
LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN NORMAL
A. PENGERTIAN
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun
apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah &
Hidayat, 2008).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin (Prawirohardjo, 2009).
Persalinan adalah serangkaian kegiatan yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari ibu (Asrinah, 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Asrinah, 2010).
B. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot
polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his bila progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.
C. BENTUK PERSALINAN
1. Persalinan spontan
Bila persalinan seuruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
dan melalui jlan lahir.
2. Persalinan buatan
Bila perslinan dengan bantuan tenaga diluar misalnya ekstraksi
dengan farceps atau dilakukan operasi section caesarea.
3. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari
lur dengan rangsangan, misalnya pemberian pitocin atau prostaglandin dan
pemecahan ketuban (Depkes, 2008).
E. PATOFISIOLOGI
Partus dibagi menjadi 4 kala.Pada kala I serviks membuka sampai 10 cm.
Kala I dinamakan kala pembukaan. Kala II disebut kala pengeluaran karena berkat
kekuatan his dan berkat kekuatan mengejan janin dapat dilahirkan. Kala III adalah
kala pengeluaran plasenta. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam
setelah plasenta lahir
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
a. Kala I (kala pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show),
karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
1) Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat,
smapai pembukaan 3 cm berlangsung 7-8 jam.
2) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jampembukaan berlangsung
cepat menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm atau lengkap.
F. MANIFESTASI KLINIS
Menjelang minggu ke – 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan :
Kontraksi Braxton hicks
Ketegangan dinding perut
Ketegangan ligamentum rotandum
Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu hamil :
Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
Dibagian bawah terasa sesak
Terjadi kesulitan saat berjalan
Sering miksi ( beser kencing )
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks dikemukakan
sebagai keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu. Hal ini terjadi karena
perubahan keseimbangan estrogen, progesterone, dan memberikan kesempatan
rangsangan oksitosin. Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan
progesterone makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi
yang lebih sering sebagai his palsu. Sifat his permulaan ( palsu ) :
Rasa nyeri ringan di bagian bawah
Datangnya tidak teratur
Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
Durasinya pendek
Tidak bertambah bila beraktifitas
Proses persalinan dimulai bila ada tanda-tanda:
Terjadinya His persalinan , His persalinan mempunyai sifat :
· Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
· Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin
besar
· Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
· Makin beraktifitas ( jalan ) kekuatan makin bertambah
Pengeluaran Lendir dan darah ( pembawa tanda ), Dengan his persalinan
terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan :
· Pendataran dan pembukaan
· Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas
· Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan . Sebagian ketuban baru pecah menjelang pembukaan
lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam
waktu 24 jam (Hafifah, 2011).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)
adalah pemerisaan jani menggunakan frekuensi gelombang suara
tinggi yang dipantulkan ke tubuh untuk mengetahui gambaran rahim yang
disebut sonogram.
2. Pemeriksaan Laboratorium
adalah pemeriksaan untuk mendapat informasi tentang kesehatan
pasien (Estiwidani, 2008).
H. PENATALAKSANAAN
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
Perineum tampak menonjol
Vulva dan sfingter ani membuka
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru
lahir. Untuk asfiksia à tempat yang datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk
bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh
bayi.
Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu
bayi.
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set
3. Pakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan
handuk yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam.
Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril) dan letakkan di partus set/wadah
DTT atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
6. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi
dengan DTT.
Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam larutan klorin 0,5 %)
7. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap,
8. Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci
kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
9. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa
DJJ dalam batas normal (120 – 160x/menit).
10. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
11. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
12. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu
menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
- Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)
- Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran dengan benar
13. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau
posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
14. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu marasa ada dorongan kuat untuk
meneran.
- Bimbing ibu agar dapat meneran secara baik dan efektif
- Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai
- Bantu ibu mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisiberbaring
terlentang dalam waktu yang lama)
- Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
- Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
- Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
- Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
- Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2
jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
15. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
16. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm).
17. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong.
18. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
19. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
20. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan tangan yang dilapisi dnegan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk meneran perlahan atau bernafas
cepat dan dangkal.
21. Seka dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi dengan kasa/kain bersih.
22. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
- Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi
- Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong diantara dua klem tersebut
23. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
24. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal. Anjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
25. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
26. Seteleh tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara
mata kaki dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan jari-jari lainnya).
27. Penilaian segera bayi baru lahir.
28. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.
29. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali
pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2cm distal dari klem
pertama.
30. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan
pengguntingan (lindungi perut bayi) tali pusat diantara 2 klem tersebut.
31. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan kering,
selimuti dan tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka. Tali pusat tidak
perlu ditutup dengan kassa atau diberi yodium tapi dapat dioles dengan
antiseptik, Jika bayi mangalami kesulitan bernafas, lihat penatalaksanaan asfiksia
32. Berikan bayi kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan untuk
memulai pemberian ASI.
33. Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
34. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.
35. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
36. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
37. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
38. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati
(untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
39. Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu, suami datau anggota keluarga
untuk melakukan stimulasi puting susu
40. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas. Minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial).
41. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada tempat yang telah disediakan.
42. Jika selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau
steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
43. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
44. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
masase.
45. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke dalam kantung plastik
atau tempat khusus.
46. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan panjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan.
47. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
48. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5
%, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang
bersih dan kering.
49. Selimuti bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih dan
kering.
50. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah bayi lahir).
51. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
- 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
- Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
- Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
- Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk penatalaksanaan atonia uteri
52. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
53. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
54. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1jam
pertama pascapersalinan dan setiap 30menit selama jam kedua pascapersalinan.
- Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pascapersalinan
- Melakukan tindakan ynag sesuai untuk temuan yang tidak normal.
55. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
56. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
57. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
58. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
59. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.
60. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10menit.
61. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
62. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
kala IV dan lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata profilaksis dan vitamin K
0, 1 cc.
(Prawirohardjo, 2007)
J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah:
a) Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan kemungkinan
dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak memperhatikan teknik
aseptik.
b) Ruptur Perineum
Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar akan terjadi ruptur
perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan episiotomi.
c) Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa berkontraksi setelah
janin lahir sehingga menyebabkan perdarahan hebat.
d) Retensi Plasenta / Retensi Sisa Plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah
janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah tyerdapat sebagian plasenta yang
masih tertinggal setelah plasenta lahir.
e) Hematom Pada Vulva
Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam dinding lateral
vagina bagian bawah waktu melahirkan.
f) Kolpaporeksis
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina
sehingga sebagian uterus dan serviksnya terlepas dari vagina. Hal ini dapat terjadi
pada persalinan dengan disproporsi kepala panggul.
g) Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat.
h) Ruptur Uteri
Ruptur uteri atau rtobekan uterus merupakan kondisi yang sangat berbahaya
dalam persalinan karena dapat menyebabkan perdarahan hebat.
i) Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbul mendadak akibat air
ketuban masuk ke dalam peredaran darah ibu melalui sinus vena yang terbuka
pada daerah plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler dalam paru-
paru.
K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Kala I
- Riwayat ANC
- Status fisik dan enpsi ibu
- Dilatasi serviks
- Membrane amnion
- Pola kontraksi pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan laboratorium
- Respon klien dan keluarga terhadap persalian
b. Kala II
- Vital sign
- Bladder
- Urine
- Hidrasi
- Keadaan umum
- Tenaga ibu mengejan
- Kebutuhan akan analgentik atau anestesi
- Integritas perineum
Penilaian kemajuan kala II meliputi:
a. Keadaan kontraksi uterus
b. Lamnya persalinan kala II
c. Penurunan bagian presentasi
d. Kemajuan dari mekanisme persalinan
c. Kala III
- Keadaan kontrasi uterus
- Lamanya pengeluaran plasenta
d. Kala IV
- Pengakajian pada jam pertama
a. Fundus uteri: kontraksi dan tinggi fundus
b. Pendarahan pervagina: Jumlah, Warna, dan konsistensi.
- Pemerikasaan laian yang perlu dilakukan adalah:
a. Vital sign
b. Perineum
c. Distensi blandder
d. Interaksi dengan keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi,
dilatasi/peregangan jaringan, kompresi saraf dan pola kontraksi ditandai dengan
pengungkapan nyeri, gelisah, wajah menahan nyeri dan penyempitan fokus.
2. Resiko tinggi terhadap ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
3. Risiko infeksi terhadap maternal berhubungan dengan prosedur invasif
berulang, trauma jaringan, pemajanan terhadap patogen, persalinan lama atau
pecah ketuban.
4. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
5. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
Membantu
perawat
meningkatkan
kesadaran terhadap
kebutuhan individu
3 Risiko infeksiSetelah diberikan Lakukan Membantu
terhadap maternalasuhan keperawatanperawatan perinealmeningkatkan
berhubungan selama 3 x 24 jamsetiap 4 jamkebersihan,
dengan prosedurdiharapkan Tidak dengan mencegah
invasif berulang,terjadi infeksi menggunakan terjadinya infeksi
trauma jaringan. Kriteria : Tidak adaasepsis media.uterus
tanda-tanda infeksiSingkirkan
baik lokal maupunkontaminan fekal
sistemik. yang dikeluarkan
Lakukan
pemeriksaan Pemeriksaan
vagina hanya bilavagina berulang
sangat perlumeningkatkan
dengan infeksi endometrial.
menggunakan
teknik aseptic.
Pantau suhu,
Peningkatan suhu
nadi dan sel darahatau nadi dapat
putih sesuaimenandakan infeksi
indikasi Menurunkan
Gunakan asepsisresiko kontaminasi.
bedah pada
persiapan peralatan Untuk
Berikan profilaksis
antibiotik sesuai
indikasi
Berikan kondisi Mencegah
aseptik untukinfeksi pascapartum
kelahiran dan endometritis.
DAFTAR PUSTAKA