Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR SLO PJBL TOPIK 1

Topik : Fundamental Pathophysiology dan Nursing Care Anemia

A. Konsep dasar Anemia

1. Definisi
2. Etiologi
3. Faktor Resiko
4. Epidemiologi
5. Klasifikasi
6. Patofisiologi (narasi dan bagan/ pohon masalah)
7. Tanda dan Gejala
8. Pemeriksaan Diagnostik
9. Penatalaksanaan
10. Pencegahan
11. Komplikasi

B. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Anemia

1. Pengkajian
2. Analisa data (minimal 4 diagnosa keperawatan)
3. Rencana Keperawatan (termasuk intervensi dan rasionalisasi)

1
A. DEFINISI ANEMIA
 Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit (sel darah merah) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
mengangkut oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer.
Singkatnya. Anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit atau hitung eritrosit. (Bakta, 2009)
 Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
keadaan normal. (Soebroto, 2010)
 Anemia adalah keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan
jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.
(Arisman, 2007)
 Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel-sel darah merah
(eritrosit) dan/atau hemoglobin (Hb) yang sehat dalam darag berada dibawah
nilai normal (kurang).

B. ETIOLOGI ANEMIA
Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena : (Bakta, 2009)
1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang belakang
2. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
3. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya
(hemolisis)

Menurut Mansjoer, (1999) anemia ini umumnya disebabkan oleh


perdarahan kronik. Penyebab lain yakni :
1. Diet yang tidak mencukupi
2. Absorbs yang menurun
3. Kebutuhan yang meningkat pada kehaliman
4. Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
5. Hemogloburia
6. Penyimpangan zat besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis
paru.

2
C. FAKTOR RESIKO ANEMIA
Faktor resiko dari anemia adalah (Soebroto, 2009) :
 Genetic dan riwayat keluarga : riwayat keluarga merupakan faktor
resiko untuk anemia yang disebabkan oleh genetic, misalnya sickle-cel
anemia, talasemia, atau fancony anemia.
 Nutrisi : pola makan yang kurang zat penting bagi sel darah merah
seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat dapat meningkatkan resiko
anemia.
 Kondisi saluran cerna : kondisi saluran cerna dapat mempengaruhi
absorbsi nutrisi yang penting bagi pembentukan sel darah merah
sehingga dapat meningkatkan resiko anemia. Selain itu, perdarahan
akibat tukak lambung, tukak peptic, dan infeksi parasit pada saluran
cerna juga dapat menyebabkan anemia.
 Menstruasi : menstruasi dapat meningkatkan resiko anemia akibat
kekurangan zat besi. Kehilangan darah akibat menstruasi memicu
pembentukan darah berlebih. Apabila tidak diikuti dengan peningkatan
asupan nutrisi terutama zat besi, dapat memicu terjadinya anemia
defisiensi zat besi.
 Kehamilan : kehamilan dapat meningkatkan resiko anemia akibat
kekurangan zat besi. Hal ini disebabkan tubuh harus memiliki nutrisi
yang cukup untuk tubuh ibu dan fetus, serta nutrisi untuk pembentukan
sel darah fetus. Apabila tidak dibarengi dengan dengan asupan nutrisi
yang cukup terutama zat besi, dapat menyebabkan anemia.
 Penyakit kronis seperti kanker dan gagal ginjal dapat meningkatkan
resiko anemia.
 Zat kimia dan obat : beberapa obat dan zat kimia seperti benzene,
penisilin, primaquin, dan sulfasalazin dapat menyebabkan anemia.
 Dan faktor lain seperti infeksi dan penyakit autoimun.

D. EPIDEMIOLOGI ANEMIA
Berdasarkan data SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1995 dan 2001,
anemia pada ibu hamil sempat mengalami penurunan dari 50,9% menjadi 40,1%

3
(Amiruddin, 2007). Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi
dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai
sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan 2010 didaptkan bahwa cakupan
pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (2007) menjadi 86,04% (2008), namun
cakupan tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (2007) menjadi 48,14%
(Depkes, 2008). Frekuensi timbulnya anemia dalam kehamilan tergantung pada
suplementasi besi. Rata-rata kadar hemoglobin sebesar 12,7 g/dl pada wanita yang
mengkonsumsi suplemen besi sementara rata-rata kadar hemoglobin sebesar 11,2
g/dl pada wanita yang hanya mengkonsumsi suplemen saja.

E. KLASIFIKASI ANEMIA
Anemia dibedakan menjadi beberpa jenis, ialah sebagai berikut
(Soebroto, 2010) :
 Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan zat besi (merupakan
bagian dari molekul hemoglobin). Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa
disebabkan oleh beberapa faktor dan pada orang dewasa hampir selalu disebabkan
oleh perdarahan menahun dan berulang-berulang yang bisa berasal dari semua
bagian tubuh.
 Anemia Defisiensi Vitamin C
Anemia ini disebabkan oleh kekurangan vitamin C yang berat dan
dalam waktu yang lama. Penyebabnya ialah tak lain dari kurangnya asupan
vitamin C yang dikonsumsi dari makanan sehari-hari. Salah satu fungsi vitamin C
adalah untuk membantu penyerapan zat besi sehingga jika terjadi kekurangan
vitamin C sehingga jika terjadi kekurangan vitamin C maka zat besi yang diserap
akan berkurang dan bisa terjadi anemia.
 Anemia Makrositik
Anemia ini dikarenakan kekurangan vitamin B12 atau asam folat yang
diperlukan dalam pematangan sel darah merah, granulosit, dan platelet.
Kekurangan vitamin B12 ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya karena
kegagalan usus untuk menyerap vitamin B12 dengan optimal.

4
 Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah dihancurkan lebih
cepat dari normal. Banyak sekali penyebab dari sel darah merah ini dihancurkan
tidak pada waktunya, seperti dari keturunan, beberapa jenis penyakit seperti
leukemia dan kanker lainnya, fungsi limpa yang tidak normal, gangguan
kekebalan, dan hipertensi berat.
 Anemia Sel Sabit
Yaitu suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah
yang berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik kronik. Anemia sel sabit
merupakan penyakit genetic yang resesif, artinya seseorang harus mewarisi dua
gen pembawa penyakit ini dari kedua orang tuanya, gejala utama penderita
anemia sel sabit adalah :
1. Kurang energy dan sesak nafas
2. Mengalami penyakit kuning (kulit dan mata berwarna kuning)
3. Serangan sakit akut pada tulang dada atau daerah perut akibat
tersumbatnya pembuluh darah kapiler.
 Anemia Aplastik
Terjadi apabila sumsum tulang terganggu, dimana sumsum merupakan
tempat pembuatan sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit),
maupun trombosit.

F. PATOFISIOLOGI ANEMIA
1. Gangguan pembentuk eritrosit : defisiensi asaf folat, defisiensi vitamin
B12 dan gangguan sumsum tulang.
2. Perdarahan : mengakibatkan penurunan total sel darah merah dalam
sirkulasi.
3. Hemolisis : proses penghancuran eritrosit.

5
Eritrosit / hemoglobin menurun

Kapasitas angkutan O2 menurun

Anoksia organ target Mekanisme kompensasi tubuh

Menimbulkan gejala anemia bergantung pada organ yang terkena

Sistem kardiovaskular Sistem syaraf Sistem urogenital Epitel

Meningkatkan curah jantung


Redistribusi
Penurunan
aliran darah
Menurunkan
afinitas Hb terhadap
tekanan O2
O2dengan
vena meingkatnya enzim 2,3 DPG (

Gejala anemia

6
G. TANDA DAN GEJALA DARI ANEMIA
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi
menjadi 3 golongan besar yaitu sebagai berikut :
1. Gejala umum
Gejala anemia disebut juga sindrom anemia (Anemic syndrome).
Gejala umum anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemua pada
kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa dibawah titik tertentu.
Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh
terhadap penurunan hemoglobin. Berikut gejala-gejala umum :
 Lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat beraktifitas,
angina pectoris, dan gagal jantung (sistem kardiovaskular)
 Sakit kepala, pusing, telinga mendenging,mata berkunang-kunang,
kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas (sistem syaraf)
 Gangguan haid dan libido menurun (sistem urogenital)
 Warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta
rambut tipis dan halus (epitel)
2. Gejala khusus masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri-ciri dari masing-masing jenis anemia
adalah sebagai berikut :
 Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis
 Anemia defisiensi asam folat : lidah merah (buffy tongue)
 Anemia hemolitik : ikterus dan hepatosplenomegali
 Anemia aplastik : perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda
infeksi
3. Gejala akibat penyakit dasar
Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia
tersebut. Mislanya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing
tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan telapak
tangan berwarna kuning seperti jerami.

7
Menurut Yayan Akhyar Israr (2008) anemia pada akhirnya
menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga, dan gejala lainnya.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DARI ANEMIA


a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Complete Blood Count (CBC)
Terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit,
ukuran eritrosit, dan hitung jumlah leukosit. Pada beberapa laboratorium,
pemeriksaan trombosit, hitung jenis, dan retikulosit harus ditambahkan
kedalam permintaan pemeriksaan (tidak rutin untuk diperiksa).
2. Hemoglobin
Hb merupakan parameter status besi yang memberikan suatu ukuran
kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang.
Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan alat sederhana
seperti Hb sachli, yang dilakukan minimal 2x selama kehamilan, yakni
trisemester ! dan III
3. Penentuan Indeks Eritrosit
 Mean Corpusculer Volume
Volume rata-rata eritrosit. MCV menurun apabila terjadi kekurangan
zat besi semakin parah, dan pada saat anemia berkembang. MCV
merupakan indikator kekurangan zat besi yang spesifik setelah
thalasemia dan anemia penyakit kronis disingkirkan
 Mean Corpusculer Haemoglobin
MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam suatu sel darah merah.
 Mean Corpusculer Haemoglobin Consentration
MCHC merupakan konsentrasi hemoglobin dalam eritrosit rata-rata.
4. Luas Distribusi Sel Darah Merah (RDW)
Merupakan parameter sel darah merah yang masih relative baru,
dipakai secara kombinasi dengan parameter lain untuk membuat klasifikasi
anemia. RDW merupakan variasi dalam ukuran sel darah merah untuk
mendeteksi tingkat anisositosis yang tersembunyi. Kenaikan nilai RDW
merupakan manifestasi hematologi paling awal dari kekurangan zat besi.

8
5. Besi Serum (IS)
6. Sel Darah Merah Berinti (Normoblas)
Pada keadaan normal, normoblas tidak ditemukan dalam sirkulasi.
Normoblas dapat ditemukan pada penderita dengan kelainan hematologis
(penyakit sickle cell, talasemia, anemia hemolitik lain) atau merupakan
bagian dari gambaran lekoeritroblastik pada penderita dengan bone marrow
replacement. Pada penderita tanpa kelainan hematologis sebelumnya, adanya
normoblas dapat menunjukkan adanya penyakin berbahaya seperti sepsis atau
gagal jantung berat.
7. Hitung Retikulosit
Retikulosit merupakan sel darah yang imatur. Hitung retikulosit dapat
berupa persentasi dari sel darah merah, hitung retikulosit absolute, hitung
retikulosit absolute terkoreksi, atau reticulocyt production index. Produksi sel
darah merah efektif merupakan proses dinamik. Hitung retikulosit harus
dubandingkan dengan jumlah yang diproduksi pada penderita tanpa anemia.
Faktor lain y
8. Hipersegmentasi Neutrofil
Merupakan abnormalitas yang ditandai dengan lebih dari 5% neutrofil
berlobus. Adanya hipersegmentasi neutrofil dengan gambaran makrositik
berhubungan dengan gangguan sintesis DNA (defisiensi vit B12 dan asam
folat)
b. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Masih dianggap sebagai pemeriksaan yang sering dilakukan untuk
penilaian cadangan besi, walaupun masih banyak keterbatasan. Pemeriksaan
histolgis sumsum tulang dilakukan untuk menilai jumlah hemosiderin dalam sel-
sel reticulum. Tanda karakteristik kekurangan zat besi adalah tidak ada besi
retikuler.
Keterbatasana metode ini seperti sifat subyektifnya sehingga
tergantung keahlian pemeriksa, jumlah struma sumsum yang menandai dan teknik
yang digunakan. Pengujian sumsum tulang adalah suatu teknik invasive, sehingga
sedikit dipakai untuk mengevaluasi cadangan besi dalam populasi umum

9
I. PENATALAKSANAAN DARI PASIEN ANEMIA
1. Anemia Aplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif
dengan anithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama
7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang belakang tidak
berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfuse RBC rendah leukosit dan
platelet.
2. Anemia pada penyakit Ginjal
 Pada pasien dialysis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
 Ketersediaan erotropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelaianan yang
mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga
HB meningkat
4. Anemia pada defisiensi besi
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi
diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb <5
gr%. Pada defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari
5. Anemia megaloblastik
 Defisiensi vitamin B12 ditanganni dengan pemberian vitamin B12,
bila defisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya
faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM
 Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi
 Amemia defisiensi asam folat penangannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 gm/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbs.
6. Anemia pasca perdarahan
Dengan memberikan transfuse darah dan plasma. Dalam keadaan
darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus

10
7. Anemia hemolitik
Dengan pemberian transfuse darah menggantikan darah yang
hemolisis.

J. CARA PENCEGAHAN ANEMIA


Menurut Tarwoto, dkk (2010) upaya-upaya untuk mencegah anemia,
antara lain sebagai berikut :
1. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani
(daging, ikan, ayam, hati, dan telur) dan dari bahan nabati (sayuran
yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe).
2. Banyak makan makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi.
3. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat
mengalami haid.
4. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan
ke dokter untuk mencari penyebabnya dan diberikan pengobatan.

K. KOMPLIKASI DARI ANEMIA


Menurut Reksodiputro (2004) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010)
komplikasi dari anemia yaitu :
1. Gagal jantung kongestif
2. Parestesia
3. Konfusi kanker
4. Penyakit ginjal
5. Gondok
6. Gangguan pembentukan heme
7. Penyakit infeksi kuman
8. Thalasemia
9. Kelainan jantung
10. Rematoid
11. Meningitis
12. Gangguan sistem imun

11
L. PENGKAJIAN UNTUK PASIEN ANEMIA
1. Identitas Klien
Meliputi Nama, Usia, Jenis kelamin, TT/TB, Pekerjaan, Alamat,
Agama
2. Keluahan Utama
Biasanya saat klien datang kerumah sakit didapatkan keluhan utama
klien yang terlihat pucat, berkunang-kunang, merasa kelelahan, serta
pusing.
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keadaan pasien pada saat dikaji dan diperiksa
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
 Adakah klien menderita anemia sebelumnya
 Adakah klien mempunyai riwayat perdarahan atau trauma
 Adakah klien mempunyai riwayat demam tinggi
5. Keadaan Kesehatan Saat Ini
Klien terlihat picat dan sangat kelelahan, detak jantung lebih cepat dari
orang normal (tachikardia), sesak nafas dank lien terlihat kesadaran
menurun.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
 Adakah anggota keluarga yang pernah mengalami apa yang
klien rasakan saat ini
 Adakah anggota keluarga yang memiliki penyakit seperti :
asma, ISPA, jantung, hepatitis, stroke, dan jantung..
7. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : klien nampak pucat, keletihan, kelemahan, nyeri
kepala, demam, berat badan menurun
 Kesadaran : terjadi penurunan sedikit kesadaran
 TTV : TD : menurun (N = 120/80 mmHg)
N : meningkat, kuat, hingga lemah (N = 80-
100x/menit)

12
S : bisa meningkat atau menurun (N = 35,3℃ - 36,7
℃)
P : meningkat
 Kulit
Kulit kering, pucat, dan kuku rapuh
 Mata
Penglihatan kabur dan berkunang-kunang
 Telinga
Bentuk dan fungsi tidak mengalami kelainan
 Mulut
Mukosa licin dan mengkilat, bibir pecah-pecah dan pucat
 Paru-paru
Dispneu
 Jantung
Tachikardia, gagal jantung
 Gastrointestinal
Anoreksia
 Muskuloskletal
Nyeri pinggang dan nyeri sendi
 Sistem Persyarafan
Nyeri kepala, gelisah, cemas, dan depresi
8. Hasil Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan ini biasanya berupa hasil pemeriksaan laboratorium
klien.

M. ANALISA DATA

Data Penunjang Etiologi Masalah


DS : klien mengeluh Kehilangan sel penurunan Ketidakefektifan
pusing, sesak nafas darah merah jmlh eritrosit perfusi jaringan
DO : pernafasan perifer b.d

13
meningkat kompensasi jantung penurunan
konsentrasi Hb dan
beban kerja dan darah, suplai
curah jantung oksigen berkurang

meningkat tachikardia
nyeri dada

beban kerja jantung


meningkat

ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
DS : - Kehilanga sel penurunan ketidakefektfan
DO : klien pucat, darah merah Jmlah eritrosit pola nafas b.d
bibir pecah-pecah penurunan transfer
penurunan kadar Hb oksigen ke paru

kompensasi paru

peningkatan frekuensi
nafas

kesulitan bernafas

penurunan transport O2

hipoksia

ketidakefektfan pola nafas


DS : - Kehilangan sel penurunan Ketidakseimbangan
DO : Penurunan darah merah jmlah eritrosit nutrisi kurang dari
berat badan, bibir kebutuhan tubuh

14
pecah-pecah penurunan kadar Hb b.d intake yang
kurang
gg penyerapan
nutrusi & defisiensi folat

lidah meradang/
kehilangan nafsu makan

intake nutrisi menurun

ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

DS : klien mengeluh Kehilangan sel penurunan Intoleransi aktifitas


kelelahan dan sesak darah merah Jmlah eritrosit b.d
nafas ketidakseimbangan
DO : frekuensi penurunan kadar Hb antara suplai dan
pernafasan kebutuhan oksigen
meningkat kompensasi paru

peningkatan frekuensi
nafas

kesulitan bernafas

penurunan transport O2

hipoksia

lemah, lesu, penurunan


koordinasi

15
intoleransi aktivitas

N. RENCANA KEPERAWATAN PASIEN ANEMIA (Intervensi dan


Rasionalisasi)
 Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
Berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai
oksigen berkurang
Tujuan : meningkatkan perfusi jaringan dan menstabilkan
tanda-tanda vital setelah perawatan 5x24 jam
Kriteria hasil :
 Klien tidak mengeluh pusing lagi
 Frekuensi pernafasan normal
 Detak jantung normal
 TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Monitoring tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan dengan tepat
Rasional : memberikan informasi kepada klien tentang keadekuatan
perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi
b. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital
Rasional : agar dapat diidentifikasi sedini mungkin untuk segera
mendapat terapi yang tepat
c. Monitoring hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan atau
respon terhadap pengobatan
d. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasionalisasi : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan

 Ketidakefektifan Pola Nafas


Berhubungan dengan penurunan transfer oksigen ke paru
Tujuan : meningkatkan transfer oksigen klien setelah dilakukan
perawatan 5x24 jam
Kriteria Hasil :

16
 Frekuensi pernafasan menjadi normal
 TTV dalam rentan normal
 Tidak adanya suara nafas tambahan
 Tidak sulit bernafas saat beristirahat
Intervensi :
a. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Rasionalisasi : untuk memaksimalkan jalur ventilasi dari klien
b. Monitor respirasi dan status O2
Rasionalisasi : agar dapat mengidentifikasi jika terjadi defisiensi atau
peningkatan sehingga mampu memilih intervensi yang sesuai dengan
status saat ini
c. Monitor TTV
Rasionalisasi : untuk bisa identifkasi penyebab jika terjadi penurunan dan
peningkatan dari TTV
d. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasionalisasi : meningkatkan suplai oksigen klien lebih maksimal

 Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh


Berhubungan dengan intake yang kurang
Tujuan : nutrisi dari klien dapat terpenuhi setelah dilakukan
perawatan 4x24 jam
Kriteria Hasil :
 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
 Berat badan idela sesuai dengan tinggi badan
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Intervensi :
a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukkan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
Rasionalisasi : pasien mendapatkan asupan nutrisi yang sesuai dengan
terapi/perawatan dengan hasil yang sudah direncanakan
b. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

17
Rasionalisasi : untuk meningkatkan penyerapan nutrisi oleh Fe dalam
eritrosit sehingga distribusi nutrisi dapat maksimal
c. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, Ht
Rasionalisasi : untuk menentukan intervensi yang tepat yang akan dipilih
untuk terapi klien
d. Monitor adanya penurunan berat badan
Rasionalisasi : identifikasi dini jika terjadi penurunan berat badan,
identifikasi penyebab dan segera ganti diet yang sudah direncanakan
dengan diet yang baru (berkolaborasi ahli gizi)

 Intoleransi Aktifitas
Berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan : klien mampu melakukan aktifitas sehari-hari
secara mandiri dan menyeimbangkan suplai dan
kebutuhan oksigen klien
Kriteria Hasil :
 TTV normal
 Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan
 Mampu melakukan aktifitas secara mandiri
 Mampu berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan
TTV
Intervensi :
a. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
Rasionalisasi : untuk pemilihan terapi yang sesuai dengan kemampuan
klien
b. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan
program terapi yang tepat
Rasionalisasi : mempengaruhi pemilihan intervensi yang akan dilakukan
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Rasionalisasi : agar klien mampu beraktifitas sesuai dengan kemampuan
dan keinginannya

18
d. Kaji kemampuan klien untuk melakukan aktifitas sehari-hari, catat jika
klien kelelahan atau keletihan
Rasionalisasi : mempengaruhi pemilihan intervensi yang akan dilakukan
e. Beri lingkungan yang tenang, batasi pengunjung, telepon dan gangguan
yang tidak direncanakan
Rasionalisasi : agar klien dapat memenuhi kebutuhan istirahar dan
kebutuhan tubuh akan oksigen dapat menurun.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta

Bakta, I.M., 2009. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia. In: Sudoyo, A.W. ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta:
InternalPublishing, pp. 1110

Handayani, W. Haribowo, S. 2008. Asuhan Keperawatan pada klien dengan


gangguan Hematologi. Salemba Medika. P 2-3

Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Media Aesculapius.


Jakarta.

Reksodiputro. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Ed IV). Departemen IPD
FKU. Jakarta

Riswan, M. 2003. Anemia Degisiensi Besi Pada Wanita Hamil Di Beberapa


Praktek Bidan Swasta Dalam Kota Madya Medan, Universitas
Sumatera Utara. Diunduh dari:
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-muhammad
%20riswan.pdf. (Diakses pada tangga 18 Septermber 2016 Pukul
19.35 WIB)

Soebroto, I. 2010. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta:Bangkit

Tarwoto, Ns. Dkk. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan solusinya. Jakarta:
Salemba Medika

http://mediskus.com/penyakit/anemia-pengertian-penyebab-dan-gejala-anemia
(Diakses pada tanggal 19 September 2016 pukul 11.58 WIB)

20

Anda mungkin juga menyukai