Syariah Islam
Syariah Islam
“SYARIAH ISLAM”
Disusun oleh:
SATRIANI SATRIANTO (17.1100.088)
IKA MAWAH (17.1100.104)
DESY PERMATASARI (18.1100.002)
MUH. ILHAM JAYA (18.1100.006)
NUR SALSABILA SULAEMAN (18.1100.023)
NURHANISA RIDWAN (18.1100.040)
KURNIA (18.1100.064)
WULAN NOVIA (18.1100.081)
HILMA (18.1100.094)
____________________________________
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
IAI N PAREPARE
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa
karena atas berkat dan karuniaNya yang telah di limpahkan kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang Alhamdulillah
dapat terselesaikan dengan baik In syaa Allah.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Pengertian Syariah.....................................................................................3
2.2 Ruang Lingkup Syariat Islam....................................................................4
2.3 Prinsip-prinsip Dasar Ibadah dan Muamalah............................................5
2.4 Karakteristik Syariat Islam........................................................................7
2.5 Asas-asas Syariat Islam.............................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................11
3.2 Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah
Subhanahu wa ta’ala. Dengan segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap
segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah
tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah subhanahuwata’ala yang telah
memberikannya. Untuk hal tersebut manusia harus mendapatkan suatu bimbingan
sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan
Allahsubhanahuwata’ala. Hidup yang dibimbing syariah akan melahirkan
kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan
Rasulnya yang tergambar dalam hukum Allah yang Normatif dan Deskriptif.
Sebagian dari syariat terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus
maupun ibadah umum. Sumber syariat adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah,
sedangkan hal-hal yang belum diatur secara pasti di dalam kedua sumber tersebut
digunakan ra’yu (Ijtihad). Syariat dapat dilaksanakan apabila pada diri seseorang
telah tertanam Aqidah atau keimanan. Semoga dengan bimbingan syariah hidup
kita akan selamat dunia dan akhirat.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian syariah islam?
1.2.2 Bagaimana ruang lingkup syariah islam?
1.2.3 Apa prinsip-prinsip dasar ibadah dan muamalah?
1.2.4 Apa karakteristik syariah islam?
1.2.5 Bagaimana asas-asas syariah islam?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Suku kata syariat dalam bentuk kata kerja dan kata benda disebutkan
sebanyak lima kali dalam Al-Qur’an. Allah Swt. berfirman, Dia telah
mensyariatkan bagi kamu apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa
yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan
kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kalian
berselisih tentangnya (QS. Al-Syura’ [42]: 13). Kata yang menunjukkan arti
syariat dalam ayat tersebut berbentuk kata kerja lampau (syara’a), maksudnya
adalah sesuatu yang berkaitan dengan ushul (pokok-pokok agama) dan aqidah
1
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh (Cet. III; Jakarta: Kencana, 2008), h. 1
2
Yusuf Qardhawi , Membumikan Syariat Islam (Cet. I; Bandung: Mizan Media Utama,
2003), h. 13.
3
(sistem kepercayaan). Semua risalah Ilahi dari zaman Nuh sampai Muhammad
menyepakati hal tersebut. 3
4
pengaturan nafkah, pemeliharaan anak, penyusuan, pergaulan suami istri,
mas kawin, berkabung atas suami yang wafat, meminang, li' an, walimah,
dan wasiat.
2.2.4 Jinayat, yaitu pengaturan yang menyangkut pidana, diantaranya qiyas,
diyat, kifarat, pembunuhan, zina, minuman keras, murtad, khianat dalam
perjuangan, dan kesaksian.
2.2.5 Siasat, yaitu yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan (politik),
ukhuwah (persaudaraan), musyawarah, musawah (persamaan), ‘adalah
(keadlian), ta’awun (menolong), huriyah (kebebasan), tasamuh (toleransi),
takafuhul ijtima’ (kepemimpinan), dan pemerintahan.
2.2.6 Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi diantaranya, syukur,
sabar, tawadu' (rendah hati), pemaaf, tawakkal, ikhlas, istiqamah
(konsekuen), syaja'ah (berani), dan birrul walidain (berbuat baik kepada
orang tua.
2.2.7 Peraturan -peraturan lainnya, seperti makanan, minuman, penyembelihan,
berburu, nazar, pemberantasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim,
masjid, dakwah dan perang.4
Secara umum syariah terbagi menjadi dua hal yaitu ibadah khusus atau
ibadah mahdlah, dan ibadah dalam arti umum atau muamalah. Ibadah khusus atau
ibadah mahdah adalah ibadah yang telah dicontohkan secara langsung oleh Nabi
Muhammad SAW, seperti shalat, puasa, dan haji. Maka dari itu umat muslim
harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diperintahkan Allah dan
diajarkan oleh Nabi Muhammad tanpa boleh melakukan perubahan-perubahan
terhadap ketentuan tersebut. Hal-hal di luar ketentuan tersebut tidak sah atau batal
dan lebih dikenal dengan istilah bid’ah.
4
Muhammad Hendra, Menghidupkan Islam (Cet. I; Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 77-
79
5
namun hanya berupa prinsip-prinsip dasar dan pengembangannya diserahkan pada
kemampuan dan daya jangkau pikiran umat Islam sendiri. 5 Syariat Islam tidak
memberikan aturan-aturan detail, karena sifat dasar manusia sebagai makhluk
sosial dan budaya selalu berubah. Karena itu yang dijadikan pedoman dalam
menetapkan hukum muamalat adalah prinsip-prinsip dasar yang tercantum dalam
Alquran dan sunnah. Dalam masalah hubungan antar sesama manusia ini, Allah
swt memberikan rambu-rambu dalam Al Quran yang diantaranya “Janganlah
kamu memakan harta sesamamu dengan jalan bathil. Dan janganlah kamu
membawa urusan harta itu kepada hakim-hakim supaya kamu dapat memakan
sebagian dari harta orang lain dan dengan berbuat dosa, padahal kamu
mengetahui” (QS.Al-Baqarah:188) dan “Apakah mereka membagi-bagi rahmat
Tuhanmu? Kami telah menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,
dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagain yang lainnya
beberapa derajat. Agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang
lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS.Az
Zuhruf;32). Masalah muamalah yang sering mewarnai kehidupan kita sehari-hari
banyak ragamnya, antara lain masalah jual beli, pinjam meminjam, utang-piutang,
pemberian, titipan dan lain-lain.6
6
2.4.1 Teistis (Rabbaniyyah)
7
Yusuf Qardhawi , Membumikan Syariat Islam (Cet. I; Bandung: Mizan Media Utama,
2003), h. 94.
8
Ibid., h. 110.
7
Keistimewaan lain yang dimiliki syariat Islam adalah bersifat realistis (al-
waqi'iyyah). Perhatiannya terhadap idealisme moral tidak menghalangi syariat
untuk memerhatikan realitas yang terjadi dan menetapkan syariat yang
menyelesaikan masalah. Syariat tidak menerawang di dunia khayal, mencita-
citakan manusia ideal yang tidak dapat berwujud di dunia nyata, seperti yang
dilakukan Plato dalam Republic-nya dan Al-Farabi dalam Al-Madinah Al-
Fâdhilah-nya, atau seperti paham komunis yang memimpikan masyarakat tanpa
kelas dan tanpa kepemilikan pribadi, juga tidak memerlukan negara, lembaga
peradilan, kepolisian, dan penjara. Syariat Allah adalah syariat yang diciptakan
untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya yang telah diciptakan-Nya, yaitu me-
miliki jasad dan ruh, rasa dan naluri, serta memiliki dorongan ego dan sosial
disertai naluri berbuat jahat dan berbuat baik yang selalu bergulat di dalam
dirinya.9
9
Ibid., h. 130-131.
10
Ibid., h. 145-146.
8
keseimbangan. Maksudnya, dengan sangat jelas akan kita dapati keteraturan pada
syariat Allah seperti yang kita dapati pada ciptaan-Nya.11
Di dalam penerapan syariat Islam ada tiga asas umum yang di rumuskan
oleh para ulama berdasarkan dalil-dalil yang ada dalam al-qur’an dan hadits.
11
Ibid., h. 152.
9
‘alaihi wa sallam melarang sahabatnya memperbanyak pertanyaan dengan
bersabda:
Adapun asas yang ketiga adalah At-tadarruj fi At-tasyri’, artinya syariat itu
ditetapkan secara bertahap.12
BAB III
12
Harsya Bachtiar, Tiga Asas Umum dalam penerapan syariat, diakses dari
https://aligeno.blogspot.com/2016/12/tiga-asas-umum-dalam-penerapan-syariat.html, pada
tanggal 8 Oktober 2019, pukul 20.37 WITA.
10
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penulis adalah seorang manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, Kami
sadar masih banyak kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman agar
pada penulisan berikutnya bisa jauh lebih baik lagi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Harsya. Tiga Asas Umum dalam penerapan syariat. diakses dari
https://aligeno.blogspot.com/2016/12/tiga-asas-umum-dalam-penerapan-
syariat.html. 8 Oktober 2019.