Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOMIELITIS

Oleh :

EGA VERIYANTI
P1337420418065
2A

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


D III KEPERAWATAN BLORA
2020/2021

LAPORAN PENDAHULUAN

Osteomielitis

A. Definisi

Osteomielitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau
korteks tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogen (infeksi
yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves,2001:571).

Osteomielitis adalah infeksi substansi tulang oleh bakteri piogenik (Overdoff,2002:571).

Sedangkan menurut Bruce, osteomielitis adalah infeksi pada tulang yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Osteomielitis biasanya merupakan infeksi bakteri, tetapi mikrobakterium
dan jamur juga dapat menyebabkan osteomielitis jika mereka menginvasi tulang
(Ros,1997:90)

Jadi pengertian osteomielitis yang mendasar adalah infeksi jaringan tulang yang mencakup
sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik. Osteomielitis dapat timbul
akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun
manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat dari
osteomielitis akut yang tidak ditangan dengan baik (Price,1995:1200).

B. KLASIFIKASI

Osteomielitis secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan klinis, yaitu


osteomielitis akut, sub akut, kronis. Hal tersebut tergantung dari intensitas proses infeksi dan
gejala yang terkait.

1. Osteomielitis hematogen akut


Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang
disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain
dan beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering ditemukan pada anak-anak dan
sangat jarang pada orang dewasa.

2. Osteomielitis hematogen subakut

Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan oleh karena organisme


penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten. Osteomielitis hematogen
subakut biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus dan umumnya berlokasi
dibagian distal femur dan proksimal tibia.

3. Osteomielitis kronis

Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut yang tidak
terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis juga dapat terjadi setelah
fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi pada tulang. Bakteri penyebab osteomielitis
kronis terutama oleh staphylococcus aureus (75%), atau E. Colli, proteus atau
pseudomonas

4. Osteomielitis akibat fraktur terbuka

Merupakan osteomielitis yang paling sering ditemukan pada orang dewasa.terjadi


kerusakan pembuluh darah, edema, dan hubungan antar fraktur dengan dunia luar
sehingga pada fraktur terbuka umumnya terjadi infeksi. Osteomielitis akibat fraktur
terutama disebabkan oleh staphylococcus aureus, B.Coli, pseudomonas dan kadang-
kadang oleh bakteri anaerob seperti clostridium streptococcus anaerob , atau bacteroides.
Gambaran klinis osteomielitis akibat fraktur terbuka sama dengan osteomielitis lainnya.
Pada fraktur terbuka, sebaiknya dilakukan pencegahan infeksi melalui pembersihan dan
debridemen luka. Luka dibiarkan terbuka dan diberikan antibiotik yang adekuat. Pada
fraktur terbuka perlu dilakukan pemeriksaan biakan kuman guna menentukan organisme
penyebabnya. Osteomielitis jenis ini terjadi setelah operasi tulang(terutama pada operasi
yang menggunakan implan) , invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan bedah. Gejala
infeksi dapat timbul segera setelah operasi atau beberapa bulan kemudian.

5. Osteomielitis pasca operasi


Yang paling ditakuti adalah osteomielitis setelah operasi antroplasti. Pada keadaan ini,
pencegahan osteomielitis lebih penting daripada pengobatan. Scrub nurse/perawat
instrumen operasi sangat berperan dalam menjaga kesterilan dan sirkulasi instrumen
operasi.

6. Osteomielitis sclerosing atau osteomielitis garre

Adalah suatu osteomielitis sub akut dan terdapat kavitas yang dikelilingi oleh jaringan
sklerotik pada daerah metafisis dan disfisis tulang panjang. Klien biasanya remaja dan
orang-orang dewasa, terdapat nyeri dan mungkin sedikit pembengkakan pada tulang.
Pada foto rontgen terlihat adanya kavitas yang dikelilingi oleh jaringan sklerotik dan
ditemukan adanya kavitas yang sentral, hanya berupa kavitas yang difus.

C. Etiologi

Osteomielitis disebabkan karena adanya infeksi yang disebabkan oleh penyebaran


hematogen (melalui darah ) biasanya terjadi di tempat dimana terdapat trauma atau dimana
terdapat resistensi rendah , kemungkinan akibat trauma subklinis (tidak jelas). Selain itu
dapat juga berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak , atau kontaminasi
langsung tulang. Infeksi ini dapat timbul aku dan kronik.

Adapun faktor penyebab osteomielitis ini adalah:

1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus
aureus (70 %-80 %), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli,
Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
D. Manifestasi klinis

Menurut Smeltzer (2002)


1. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia misalnya menggigil, demam tinggi, denyut
nadi cepat dan malaise umum. Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi
gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke
korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang
terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan
nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada
jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Brunner, suddarth. (2001)
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat
difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.

Pemeriksaan tambahan :

a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama


b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.

F. PENATALAKSANAAN
Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi
(Boughman, 2000:389).
1. Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin air hangat selama 20 menit
beberapa kali sehari.
2. Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengidentifikasi organisme dan
memilih antibiotik.
3. Terapi antibiotik intravena.
4. Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol : teruskan selama 3
bulan
5. Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik pertahankan
terapi antibiotik tambahan.
Osteomielitis kronik lebih sukar diterapi, terapi umum meliputi pemberian
antibiotik dan debridemen. Tergantung tipe osteomielitis kronik, pasien mungkin
diterapi dengan antibiotik parenteral selama 2 sampai 6 minggu. Meskipun, tanpa
debridemen yang adekuat osteomielitis kronik tidak berespon terhadap kebanyakan
regimen antibiotik, berapa lamapun terapi dilakukan.

G. PATOFISIOLOGI
(Brunner, suddarth. (2001) Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70%
sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan
anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2)
terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama
(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh
darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang
sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol
awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses
dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh
ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati
(sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi
pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada
tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik.
PATHWAY

Mikroorganisme patogen/trauma

Infasi/terinfeksi jaringan lunak dan tulang

Reaksi inflamasi Demam, kemerahan Hipertermi

Terjadi vesikularisasi/pembentukan pembuluh darah

Edema Nyeri
Gangguan rasa nyaman nyeri
(terjadi penekanan edema)

Menurunnya aliran darah

Iskemik/penyempitan pembuluh darah

Nekrosis/kerusakan jaringan tulang

Pembentukan involukrum dan pus Pembentukan squestrum/jaringan mati

Resiko tinggi penyebab infeksi


Terbentuk abses/infeksi pada tulang

Abses/infeksi sub periosteal

Drainase pus

Vasikularisasi baik Vasikularisasi kurang


baik
Pembentukan jaringan baru Kematian jaringan

Sembuh Lumpuh/amputasi
Potensial cidera, cemas
Perubahan konsep diri
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarh. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8.


Volume 3. Jakarta: EGC Kedokteran

Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system
muskuloskletal. Jakarta: EGC

Mansoer, Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Anjarwati, Wangi,(2010), Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati:Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai