LP Osteomielitis. Ega Veriyanti
LP Osteomielitis. Ega Veriyanti
OSTEOMIELITIS
Oleh :
EGA VERIYANTI
P1337420418065
2A
LAPORAN PENDAHULUAN
Osteomielitis
A. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau
korteks tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogen (infeksi
yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves,2001:571).
Sedangkan menurut Bruce, osteomielitis adalah infeksi pada tulang yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Osteomielitis biasanya merupakan infeksi bakteri, tetapi mikrobakterium
dan jamur juga dapat menyebabkan osteomielitis jika mereka menginvasi tulang
(Ros,1997:90)
Jadi pengertian osteomielitis yang mendasar adalah infeksi jaringan tulang yang mencakup
sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik. Osteomielitis dapat timbul
akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun
manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat dari
osteomielitis akut yang tidak ditangan dengan baik (Price,1995:1200).
B. KLASIFIKASI
3. Osteomielitis kronis
Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut yang tidak
terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis juga dapat terjadi setelah
fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi pada tulang. Bakteri penyebab osteomielitis
kronis terutama oleh staphylococcus aureus (75%), atau E. Colli, proteus atau
pseudomonas
Adalah suatu osteomielitis sub akut dan terdapat kavitas yang dikelilingi oleh jaringan
sklerotik pada daerah metafisis dan disfisis tulang panjang. Klien biasanya remaja dan
orang-orang dewasa, terdapat nyeri dan mungkin sedikit pembengkakan pada tulang.
Pada foto rontgen terlihat adanya kavitas yang dikelilingi oleh jaringan sklerotik dan
ditemukan adanya kavitas yang sentral, hanya berupa kavitas yang difus.
C. Etiologi
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus
aureus (70 %-80 %), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli,
Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
D. Manifestasi klinis
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Brunner, suddarth. (2001)
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat
difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :
F. PENATALAKSANAAN
Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi
(Boughman, 2000:389).
1. Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin air hangat selama 20 menit
beberapa kali sehari.
2. Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengidentifikasi organisme dan
memilih antibiotik.
3. Terapi antibiotik intravena.
4. Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol : teruskan selama 3
bulan
5. Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik pertahankan
terapi antibiotik tambahan.
Osteomielitis kronik lebih sukar diterapi, terapi umum meliputi pemberian
antibiotik dan debridemen. Tergantung tipe osteomielitis kronik, pasien mungkin
diterapi dengan antibiotik parenteral selama 2 sampai 6 minggu. Meskipun, tanpa
debridemen yang adekuat osteomielitis kronik tidak berespon terhadap kebanyakan
regimen antibiotik, berapa lamapun terapi dilakukan.
G. PATOFISIOLOGI
(Brunner, suddarth. (2001) Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70%
sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan
anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2)
terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama
(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh
darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang
sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol
awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses
dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh
ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati
(sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi
pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada
tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik.
PATHWAY
Mikroorganisme patogen/trauma
Edema Nyeri
Gangguan rasa nyaman nyeri
(terjadi penekanan edema)
Drainase pus
Sembuh Lumpuh/amputasi
Potensial cidera, cemas
Perubahan konsep diri
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system
muskuloskletal. Jakarta: EGC
Mansoer, Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Anjarwati, Wangi,(2010), Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati:Yogyakarta