Anda di halaman 1dari 12

KELENJAR HIPOFISIS

PENDAHULUAN

Kelenjar Hipofisis merupakan kelenjar berdiameter kira-kira 1 cm dan beatnya 0,5-1


gram. Hipofisis disebut juga master of glands karena hipofisis dapat menyekresikan hormon
yang dapat mengatur kerja tubuh. Namun, kelenjar hipofisis juga dipengaruhi oleh hipotalamus.
Mekanisme yang terjadi adalah mekanisme umpan balik yang sangat mempengaruhi kelenjar
yang satu dengan kelenjar yang lain.

Kelenjar hipofisis terletak pada rongga tulang pada basis otak. Hipofisis terhubung
dengan hipotalamus dan dihubungkan dengan tangkai hipofisis.

Hipofisis terbagi menjadi dua bagian, yaitu hipofsis anterior dan hipofisis posterior.
Namun, memang terdapat bagian pars media (Lobus intermedius) yang berada di antara hipofisis
anterior dan posterior yang pada manusia hampir tidak ada. Lobus anterior, intermedius, dan
posterior kelenjar hipofisis sebenarnya adalah tiga organ endokrin yang kurang lebih terpisah
satu sama lain dan, paling tidak pada beberapa spesies, mengandung 14 atau zat hormonal aktif.
Dipandang dari sudut embriologi, kedua bagian hipofisis (anterior dan posterior) berasal dari
sudut yang berbeda, hipofisis anterior berasal dari kantong Rathke, dan hipofisis posterior berasal
dari penonjolan hipotalamus. Kedua bagian tersebut mensekresikan hormon yang bebeda.

1. Lobus Anterior

Hipofisis anterior berasal dari penonjolan dari atap mulut. Dengan demikian hipofisis
anterior juga dikenal sebagai adenohipofiusis (adeno berarti ‘kelenjar’). Hipofisis anterior
dihubungan ke hipotalamus dengan pembuluih darah .

Jenis Sel di Hipofisis Anterior

Jenis sel pada hipofisis anterior dibagi menjadi dua yaitu kromofob dan kromofil. Sel
kromofilik dibagi lagi menjadi asidofil yang terwarnai oleh pewarna asam dan basofil yang
terwarnai oleh warna basa. Sejumlah sel kromofobik merupakan sel skretorik yang inaktif dan
memiliki sedikit granula sekretorik. Sedangkan sel sekretorik kromofilik tebagi menjadi lima
jenis yaitu:

1. sel somatotrop yang menghasilkan hormon pertumbuhan,

2. laktotrop (yang juga disebut mamotrop), yang mensekresikan prolaktin,

3. kortikotrop, yang mengeluarkan ACTH,

4. tirotrop, yang mensekresikan TSH, dan,

5. gonadotrop, yang mensekresikan LH dan FSH.

Kira-kira 30-40 persen sel-sel kelenjar hipofisis anterior merupakan sel jenis somatotropik yang
mensekresi ACTH. Sel jenis lain masing-masing hanya 3 sampai 5 persen dari seluruh kelenjar
ini; namun, sel-sel ini menskresikan hormon yang sangat kuat untuk mengatur fungsi tiroid,
fungsi seksual, dan sekresi susu di payudara. Hipofisis anterior juga mengandung sel
folikulostelata, yakni sel kromofob yang mengeluarkan tonjolan antara sel-sel sekretorik. Sel ini
mengandung dan mensekresikan sitokin IL-6, namun peran fisiologinya masih belum diketahui.

Struktur Dua-Unit dari FSH, LH, & TSH

Tiga hormon glikoprotein hipofisis yakni FSH, LH dan TSH, masing-masing tersusun
atas dua subunit. Subunit tersebut , yang diberi nama α dan β, memiliki sejumlah ativitas tetapi
harus bekerja secara kombinasi agar efek fisiologisnya menjadi maksimal. Subunit α ini
merupakan hormon sebuah gen dn memliki komposisi asam amino yang sama, walaupunresidu
karbohidratnya berbeda. Subunit β, yang dibentuk oleh gen yang berbeda dan berlaian dalam
strukturnya, menentukan spesifitas hormon.

Enam hormon yang disekreskan oleh hipofisis anterior adalah:

Thyroid stimulating hormon (TSH, tirotropin),

Mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar tiroid, dan
selanjutnya mengatur kecepatan sebagian besar reaksi kimia diseluruh tubuh.

Adrenocorticotropic hormon (ACTH),


Mengatur sekresi beberapa hormon adrenokortikal, yang selanjutnya akan mempengaruhi
metabolism glukosa, protein dan lemak.

Luteinizing hormon (LH),

Mengatur pertumbuhan gonad sesuai dengan aktivitas reproduksinya. Pada wanita, LH


bertanggung jawab dalam ovulasi, luteinisasi (yaitu pembentukan korpus luteum
pascaovulasi yang menghasilkan hormon di ovarium), dan penghaturan sekresi hormon
seks wanita, estrogen, dan progesterone, oleh ovarium. Pada pria, hormon ini merangsang
hormon interstisium leydig di testis untuk mengelluarkan hormon seks pria, testosterone,
sehingga hormon ini diberi nama interstitial cell-stimulating hormon.

Follicle-stimulating hormon (FSH), mengatur pertumbuhan gonad sesuai dengan aktivitas


reproduksinya. Memiliki fungsi berbeda pada pria dan wanita. Pada wanita hormon ini
berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium, tempat
berkembangnya ovum atau telur. Selain itu, hormon FSH mendorong sekresi hormon
estrogen oleh ovarium. Pada pria, FSH diperlukan dalam reprodiuksi sperma.

Prolaktin, meningkatkan perkembangan payudara dan pembentukkan susu pada wanita,


fungsi pada pria belum diketahui dan

Hormon pertumbuhan, Meningkatkan pertumbuhan seluruh tubuh dengan cara


mempengaruhi pembentukan protein, pembelahan sel, dan deferensiasi sel.

2. Lobus Posterior

Anatomi makroskopik hipofisis posterior sebagian besar terbentuk dari ujung-ujung akson
dari nucleus supraoptik dan paraventrikularis hipotalamus pada pembuluh darah, sedangkan
hipofisis anterior memiliki hubungan vascular khusus dengan otakyaitu melalui pembuluh
hipofisis portal. Pada lobus intermedius dibentuk di embrio dari separuh kantung rathke dari
dorsal, yaknisuatu evaginasi atap faring, namun lobus ini melekat erat pada lobus posterior pada
orang dewasa. Lobus ini dipisahkan dari lobus anterior oleh sisa-sisa rongga kantong rhatke,
yaitu celah residu. Hipofisis posterior secara embriologis terbentuk dari pertumbuhan berlebih
otak, terdiri dari jaringan saraf dan disebut juga neurohipofisis. Hipofisis posterior dihubungkan
dengan hipotalamus melalui jalur saraf.
Ada 2 jenis hormon yang disekresikan oleh lobus posterior:

 Hormon Antideuretik (disebit juga vasopresin)

Mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urin dan dengan cara ini akan membantu
mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh.

 Oksitosin

Membantu menyalurkan air susu dari kelenjar payudara ke putting susu selama
pengisapan dan mungkin membantu melahirkan bayi pada saat akhir masa kehamilan.
Sekresi oksitosin dipengaruhi olehrefleks-refleks yang berasal dari jalan lahir waktu
persalinan dan oleh refleks yang dipicu oleh tindakan bayi yang menghisap putting
payudara.

3. Lobus Intermedia

Lobus inter media meupakan daerah kecil diantara hipofisis anterior dan posterior yang relative
avaskular, yang pada manusia hampir tidak ada sedangkan pada bebrapa jenis binatang rendah
ukurannya jauh lebih besar dan lebih berfungsi. Lobus intermedia mengeluarkan beberapa
melanocyt-stimulating hormon (MSH) yang mengatur warna kuit dengan mengontrol
penyebaran granula berpigmen melanin. Pada manusia, sekresi MSH sangat sedikit dan belum
diketahui fungsinya. Pada hewan yang melakukan kamuflase memindahkan granula hitam atau
coklat keluar atau masuk dari bagian perifer sel pigmen yang disebut melanofor. Granula
tersebut terdiri atas melanin yang disintesis dari dopa dan dopakuinon. Perpindahan granula-
granula ini dipengaruhi oleh berbagai hormon dan neurotransmitter, meliputi α- dan β-MSH,
melanin concentrating hormon (hormon pemekat melanin), melatonin, dan katekolamin.
Melanosit mengandung reseptor melanotropin-1 yakni salah satu dari jenis reseptor melanotropin
yang telah berhasil diklon. Pada manusia sekresi hormon MSH dilakukan oleh lobus anterior.

Sistem Portal Hipofisis


Pembuluh darah yang menghubungkan hipotalamus dengan sel- sel kelenjar hipofisis
anterior. Pembuluh darah ini berakhir sebagai kapiler pada kedua ujungnya, dan makanya disebut
sistem portal. Dalam hal ini sistem yang menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar hipofisis
disebut juga sistem portal hipotalamus – hipofisis. Sistem portal merupakan saluran vascular
yang penting karena memungkinkan pergerakan hormon pelepasan dari hipotalamus ke kelenjar
hipofisis , sehingga memungkinkan hipotalamus mengatur fungsi hipofisis. Rangsangan yang
berasal dari tak mengaktifkan neuron dalam nucleus hipotalamus yang menyintesis dan
menyekresi protein degan berat molekul yang rendah. Protein atau neuro hormon ini dikenal
sebagai hormon pelepas dan penghambat. Hormon –hormon ini dilepaska kedalam pembuluh
darah sistem portal dan akhirnya mencapai sel – sel dalam kelenjar hipofisis. Dalam rangkaian
kejadian tersebut hormon- hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis diangkat bersama
darah dan merangsang kelenjar-kelenjar lain ,menyebabkan pelepasan hormon – hormon kelenjar
sasaran. Akhirnya hormon – hormon kelenjar sasaran bekerja pada hipothalamus dan sel – sel
hipofisis yang memodifikasi sekresi hormon.

HORMON PERTUMBUHAN

Hormon pertumbuhan, atau yang disebut juga sebagai hormon somatotropik atau somatotropin,
merupakan hormon yang dihasilkan dari kelenjar hipofisis anterior yang merupakan molekul
protein kecil yang terdiri atas 191 asam amino yang dihubungkan dengan rantai tunggal dan
mempunyai berat molekul 22.005. Hormon ini menyebabkan pertumbuhan seluruh jaringan
tubuh yang memang mampu bertumbuh. Hormon ini menambah ukuran sel dan meningkatkan
proses mitosis yang diikuti dengan bertambahnya jumlah sel dan diferensiasi khusus dari
beberapa tipe sel seperti sel-sel pertumbuhan tulang dan sel-sel otot awal.

EFEK METABOLIK HORMON PERTUMBUHAN

Selain dari efek hormon pertumbuhan yang menyebabkan pertumbuhan. Hormon pertumbuhan
mempunyai banyak efek metabolik khusus lain, yang meliputi :

1. Peningkatan kecepatan sintesis protein diseluruh sel-sel tubuh


2. Meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan adiposa, meningkatkan asam lemak
bebas dalam darah, dan meningkatkan penggunaan asam lemak untuk energi

3. menurunkan kecepatan pemakaian glukosa diseluruh tubuh

Jadi, secara singkat efek metabolik hormon pertumbuhan adalah meningkatkan protein tubuh,
menggunakan lemak dari tempat penyimpanannya, dan menghemat karbohidrat.

Peran Hormon Pertumbuhan dalam Meningkatkan Penyimpanan Protein

1. Bertambahnya pengangkutan asam amino melewati membran sel. Hormon pertumbuhan


secara langsung meningkatkan pengangkutan paling sedikit beberapa dan mungkin
sebagian besar asam amino melewati membran sel ke bagian dalam sel. Keadaan ini
meningkatkan konsentrasi asam amino di dalam sel dan paling tidak berperan sebagian
terhadap naiknya sintesis protein.
2. Peningkatan transkripsi inti DNA untuk membentuk RNA. Hormon pertumbuhan juga
merangsang transkripsi DNA di dalam inti, sehingga meningkatkan jumlah pembentukan
RNA. Keadaan ini selanjutnya meningkatkan sintesis protein dan juga meningkatkan
pertumbuhan bila energi, asam amino, vitamin, dan bahan-bahan lain cukup tersedia.
3. Penurunan katabolisme protein dan asam amino. Karena terjadi pengangkutan asam
lemak yang banyak dan digunakan sebagai sumber energi

Peran Hormon Pertumbuhan dalam Meningkatkan Pemakaian Lemak sebagai Energi

Hormon pertumbuhan mempunyai efek yang spesifik dalam menyebabkan pelepasan asam
lemak dari jaringan adiposa sehingga meningkatkan konsentrasi asam lemak dalam cairan tubuh.
Selain itu, di dalam jaringan di seluruh tubuh, hormon pertumbuhan meningkatkan perubahan
asam lemak menjadi asetil-KoA dan kemudian digunakan untuk energi. Oleh karena itu, di
bawah pengaruh hormon pertumbuhan ini, lebih disukai lemak sebagai energi daripada
karbohidrat dan protein.

Dibawah pengaruh jumlah hormon pertumbuhan yang berlebihan, pengangkutan lemak dari
jaringan adiposa seringkali menjadi sangat besar sehingga sejumlah besar asam asetoasetat
dibentuk di hati dan dilepaskan kedalam cairan tubuh, dengan demikian menyebabkan ketosis.
Pergerakan lemak yang berlebihan dari jaringan adiposa juga dapat menyebabkan perlemakan
hati.
Efek Hormon Pertumbuhan terhadap Metabolisme Karbohidrat

Hormon pertumbuhan mempunyai empat pengaruh utama terhadap metabolisme glukosa dalam
sel, yaitu:

1. Penurunan pemakaian glukosa untuk energi. Berkurangnya pemakaian mungkin


sebagian disebabkan oleh meningkatnya pengangkutan dan penggunaan asam
lemak untuk mendapatkan energi yang disebabkan pengaruh hormon
pertumbuhan. Jadi, asam lemak membentuk banyak sekali asetil-KoA yang
sebaliknya memicu timbulnya efek umpan balik yang menghambat pemecahan
glikolitik dari glukosa dan glikogen.

2. Peningkatan endapan glikogen di dalam sel. Bila terdapat kelebihan, hormon


pertumbuhan, makan glukosa dan glikogen tidak dapat digunakan sebagai hasil
energi sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel dengan cepat dipolimerisasi
menjadi glikogen dan selanjutnya diendapkan. Oleh karena itu, sel sangat cepat
menjadi jenuh oleh glikogen dan tidak dapat glikogen lebih banyak.

3. Berkurangnya ambilan glukosa oleh sel dan meningkatnya konsentrasi glukosa


darah. Hal ini mungkin terjadi karena sel itu sudah menyerap glukosa yang
berlebihan yang sudah sulit digunakan. Tanpa ambilan dan penggunaan oleh sel
secara normal, konsentrasi glukosa darah sering meningkat sampai 50 persen atau
lebih diatas normal dan keadaan ini disebut dengan diabetes hipofisis. Diabetes ini
adalah diabetes yang tidak peka terhadap insulin.

4. Peningkatan sekresi insulin, yang merupakan efek diabetogenik dari hormon


pertumbuhan. Peningkatan konsentrasi glukosa darah disebabkan oleh rangsangan
hormon pertumbuhan terhadap sel-sel beta pulau Langerhans untuk
mensekresikan insulin tambahan. Selain itu, hormon pertumbuhan mempunyai
efek perangsangan langsung pada sel. Gabungan dari kedua efek tersebut
seringkali sangat merangsang insulin oleh sel-sel beta sehingga sel-sel beta
tersebut sesungguhnya ”mati”. Bila hal ini terjadi, timbul diabetes melitus. Oleh
karena itu, hormon pertumbuhan dikatakan mempunyai efek diabetogenik.
SOMATOMEDIN

Efek hormon pertumbuhan pada pertumbuhan, tulang rawan dan metabolisme protein
bergantung pada interaksi antara hormon pertumbuhan dan somatomedin, yang merupaka faktor
pertumbuhan polipeptida yang disekresikan oleh hati dan jaringan lain.

Somatomedin utama dalam darah adalah insulin-like growth factor I (IGF-I, somatomedin C)
dan insulin-like growth factor II (IGF-II). Faktor-faktor ini berkaitan dengan insulin, kecuali
rantai C-nya tidak terpisah dan memiliki perluasan rantai A yang disebut domain D. pada
manusia, ditemukan bentuk varian IGF-I yang tidak memiliki tiga residu asam amino terminal-
amino di otak. mRNA untuk IGF-I dan IGF-II ditemukan di hati, tulang rawan, dan banyak
jaringan lain, yang menunjukan bahwa molekul-molekul tersebut disintesis dari jaringan
tersebut.

Sifat IGF-I, IGF-II dan insulin dapat dilihat pada tabel dibawah ini

(GAMBAR TABEL PERBANDINGAN)

Keduanya berikatan erat dengan protein dalam plasma sehingga memperpanjang waktu paruh
IGF dalm sirkulasi. Saat ini telah teridentifikasi enam protein pengikat-IGF yang berbeda-beda,
dengan pola distribusi di berbagai jaringan yang berlainan pula. Semua ditemukan dalam plasma,
dengan protein pengikat-IGF 3 (IGFBP-3) berperan pada 95% pengikatan dalam sirkulasi.
Reseptor IGF-I sangat mirip dengan reseptor insulin dan mungkin menggunakan banyak
perangkat intrasel yang sama. Reseptor IGF-II adalah suatu reseptor manosa-6-fosfat yang
berperan dalam membawa hidrolase asam dan protein intrasel lain ke organel-organel intrasel.
Sekresi IGF-I sebelum lahir tidak tergantung pada hormon pertumbuhan tetapi setelah lahir
dirangsang oleh hormon pertumbuhan, dan molekul ini memiliki efek kuat menstimulasi
pertumbuhan. Konsentrasi dalam plasma meningkat selama masa kanak-kanak dan memuncak
pada masa pubertas, kemudian turun ke kadar yang rendah pada saat usia lanjut. Pada orang
dewasa, gen untuk IGF-II diekspresikan hanya pada pleksus koroideus dan meningen.

Hormon pertumbuhan berlekatan secara lemah dengan protein plasma dalam darah. Oleh karena
itu, hormon pertumbuhan dilepaskan dari darah kedalam jaringan dengan cepat, dengan waktu
paruh di dalam darah sekita 20 menit. Sebaliknya, somatomedin C (IGF-I) melekat dengan kuat
pada satu protein pembawa di dalam darah yang diproduksi sendiri responnya terhadap hormon
pertumbuhan. Akibatnya, somatomedin C dilepaskan dengan lambat dari darah ke jaringan
dengan waktu paruh kira-kira 20 jam.

Rangsangan yang Mempengaruhi Sekresi Hormon Pertumbuhan

Kecepatan sekresi hormon pertumbuhan tidak dapat ditentukan dari satu kali penilaian karena
setiap hari terjadi ’letupan’ sekresi yang ireguler. Semakin bertambah usia seseorang, semakin
berkurang sekresi hormon pertumbuhannya. Dan banyak pihak yang memanfaatkan penyuntikan
hormon pertumbuhan untuk mengimabngi efek penuaan.

Rangsangan yang dapat meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan secara umum dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu:

1. defisiensi substrat energi, seperti hipoglikemia (rendahnya konsentrasi asam lemak dalam
darah) dan puasa. Sangat tingginya jumlah hormon pertumbuhan selama kelaparan,
sangat berhubungan erat dengan banyaknya protein yang pecah dan jumlah glukosa yang
ada sehingga zat yang diperlukan untuk menghasilkan energi di suatu sel menjadi
berkurang.
2. jumlah asam amino tertentu meningkat dalam plasma
3. stres

Sedangkan rangsangan yang dapat mengurangi sekresi antara lain:

1. Tidur REM (Rapid Eye Movement), yaitu tidur dengan adanya gerakan mata yang cepat
dan acak.
2. Glukosa. Pemberian infus glukosa menurunkan kadar hormon pertumbuhan dalam
plasma dan menghambat responsnya terhadap olahraga.
3. Kortisol
4. Asam Lemak bebas
5. medroksiprogesteron
6. hormon pertumbuhan

FISIOLOGI PERTUMBUHAN

Pertumbuhan merupakan suatu fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh hormon


pertumbuhan, somatomedin, tiroid, androgen, glukokortikoid, dan insulin. Akan tetapi,
pertumbuhan juga dipengaruhi oleh gizi yang adekuat.
Peran Gizi

Pasokan makanan merupakan faktor ekstrinsik terpenting yang mempengaruhi petumbuhan.


Asupan makanan tidak hanya dalam kandungan protein tetapi juga dalam kandungan vitamin dan
mineral.

Periode Pertumbuhan

Pada manusia, terdapat dua periode pertumbuhan yang cepat yaitu:

a. pada masa bayi  merupakan kelanjutan dari periode pertumbuhan masa janin.
b. pada masa pubertas lanjut tepat sebelum pertumbuhan terhenti  lonjakan pertumbuhan
sebagian besar disebabkan oleh penutupan epifisis oleh estrogen, hormon pertumbuhan,
androgen, dan terhentinya petumbuhan.

Efek Hormon

Pada bayi yang baru lahir, hormon pertumbuhan dalam plasma meningkat. Kemudian kadar
istirahat rata-rata menurun, namun letupan sekresi hormon pertumbuhan lebih besar khususnya
selama pubertas. Lonjakan pertumbuhan yang terjadi selama pubertas sebagian disebabkan oleh
anabolik androgen dan sekresi androgen adrenal, adanya interaksi antara steroid-steroid seks,
hormon pertumbuhan, dan IGF-I. Pemberian estrogen dan androgen meningkatkan respons
hormon pertumbuhan terhadap rangsangan seperti insulin dan arginin, serta IGF-I plasma.

Akan tetapi, walaupun awalnya androgen adn estrogen merangsang pertumbuhan, estrogen
sendiri akhirnya menghentikan pertumbuhan dengan menyebabkan penyatuan epifisis dengan
tulang panjang (penutupan epifisis). Begitu epifisis menutup, pertumbuhan linear terhenti. Hal
inilah yang menyebabkan mengapa seseorang yang mengalami pubertas dini akan cenderung
cebol. Sementara itu, pria yang dikastrasi sebelum pubertas akan cenderung berbadan tinggi
karena produksi estrogen berkurang dan epifisis tetap terbuka sehingga sebagian pertumbuhan
terus berlanjut melewati usia normal pubertas.

Hormon tiroid memilki efek beragam pada penulangan tulang rawan, pertumbuhan gigi, kontur
wajah, dan proporsi tubuh; hormon insulin akan menyebabkan pertumbuhan pada hewan yang di
hipofisektomi. Sedangkan hormon adrenokorteks, selain androgen, memiliki efek permisif pada
pertumbuhan. Di pihak lain, hormon glukokortikoid berperan dalam menjadi inhibitor yang kuat
dalam pertumbuhan.

Cebol (Dwarfisme)

Dwarfisme dapat disebabkan oleh defisiensi GRH, defisiensi IGF-I, atau penyebab lainnya.
Beberapa kasus dwarfisme disebabkan oleh defisiensi seluruh sekresi kelenjar hipofisis anterior
atau disebut panhipopituitarisme selama masa anak-anak. Pada umumnya, pertumbuhan bagian-
bagian tubuh sesuai satu sama lain, tetapi kecepatan pertumbuhannya sangat berkurang.
Defisiensi hormon pertumbuhan biasanya disebabkan oleh defisiensi GRH. Pada keadaan ini,
respons hormon pertumbuhan terhadap GRH tetap normal, tetapi sebagian penderita mengalami
kelainan pada sel-sel pensekresi hormon pertumbuhan.

Pada satu tipe dwarfisme, yaitu pada Lorain dwarf, kecepatan sekresi hormon pertumbuhannya
normal atau malahan tinggi, namun penderita mengalami ketidak mampuan herediter untuk
membentuk somastostatin sebagai respons terhadap hormon pertumbuhan.

Perawakan pendek merupakan cirri kretinisme dan juga pubertas prekoks. Perawakan pendek
juga merupakan bagian dari sindrom disgenesis gonad yang tampak pada penderita
berkromosom XO (bukan XX atau XY). Anak-anak menderita child abuse juga dapat menderita
kecebolan yang disebut cebol psikososial. Bentuk cebol yang paling sering terjadi pada manusia
adalha akondropalsia. Tanda-tandanya adalah ekstremitas pendek dengan batang tubuh tetap
normal. Kelainan ini adalah penyakit genetic autosom akibat mutasi gen.

INSUFISIENSI HIPOFISIS

Tumor hipofisis anterior dapat menyebabkan insufisiensi hipofisis. Selain itu,


hipopituitarisme dapat juga dikarenakan kista suprasel, yaitu sisa kantong Rathke yang
membesar dan menekan hipofisis.

HIPERFUNGSI HIPOFISIS PADA MANUSIA

Arkomegali
Tumor sel somatotrop hipofisis anterior mensekresi sejumlah besar hormon pertumbuhan.
Pada anak-anak disebut gigantisme sedangkan pada orang dewasa disebut arkomegali. Tepatnya
adalah pembesaran atau pertumbuhan jaringan ikat longgar dan bertambahnya ketebalan tulang,
yaitu pada tulang-tulang kecil tangan dan kaki, tengkorak, hidung, penonjolan tulang dahi, tepi
supraorbital, bagian bawah rahang, dan bagian tulang vertebra. Hipersekresi ini disertai dengan
hipersekresi prolaktin pada 20-40 % pasien arkomegali.

Sindrom Cushing

Sindrom Cushing disebabkan karena kadar cortisol berlebih. Hipotalamus mensekresikan


CRH (Coticotropin releasing hormon) ke hipofisis. CRH menyebabkan hipofisis mensekresi
ACTH (Adrenocorticotropin hormon) yang menstimulus kelenjar adrenal menghasilkan cortisol
ke dalam darah. Tanda-tanda dan keluhan yang terjadi antara lain obesitas di bagian atas tubuh,
wajah membulat, kulit terluka dengan mudah, lemah tulang, mentruasi tidak teratur pada wanita,
dan infertilitas pada pria.

Anda mungkin juga menyukai