PENDAHULUAN
Kelenjar hipofisis terletak pada rongga tulang pada basis otak. Hipofisis terhubung
dengan hipotalamus dan dihubungkan dengan tangkai hipofisis.
Hipofisis terbagi menjadi dua bagian, yaitu hipofsis anterior dan hipofisis posterior.
Namun, memang terdapat bagian pars media (Lobus intermedius) yang berada di antara hipofisis
anterior dan posterior yang pada manusia hampir tidak ada. Lobus anterior, intermedius, dan
posterior kelenjar hipofisis sebenarnya adalah tiga organ endokrin yang kurang lebih terpisah
satu sama lain dan, paling tidak pada beberapa spesies, mengandung 14 atau zat hormonal aktif.
Dipandang dari sudut embriologi, kedua bagian hipofisis (anterior dan posterior) berasal dari
sudut yang berbeda, hipofisis anterior berasal dari kantong Rathke, dan hipofisis posterior berasal
dari penonjolan hipotalamus. Kedua bagian tersebut mensekresikan hormon yang bebeda.
1. Lobus Anterior
Hipofisis anterior berasal dari penonjolan dari atap mulut. Dengan demikian hipofisis
anterior juga dikenal sebagai adenohipofiusis (adeno berarti ‘kelenjar’). Hipofisis anterior
dihubungan ke hipotalamus dengan pembuluih darah .
Jenis sel pada hipofisis anterior dibagi menjadi dua yaitu kromofob dan kromofil. Sel
kromofilik dibagi lagi menjadi asidofil yang terwarnai oleh pewarna asam dan basofil yang
terwarnai oleh warna basa. Sejumlah sel kromofobik merupakan sel skretorik yang inaktif dan
memiliki sedikit granula sekretorik. Sedangkan sel sekretorik kromofilik tebagi menjadi lima
jenis yaitu:
Kira-kira 30-40 persen sel-sel kelenjar hipofisis anterior merupakan sel jenis somatotropik yang
mensekresi ACTH. Sel jenis lain masing-masing hanya 3 sampai 5 persen dari seluruh kelenjar
ini; namun, sel-sel ini menskresikan hormon yang sangat kuat untuk mengatur fungsi tiroid,
fungsi seksual, dan sekresi susu di payudara. Hipofisis anterior juga mengandung sel
folikulostelata, yakni sel kromofob yang mengeluarkan tonjolan antara sel-sel sekretorik. Sel ini
mengandung dan mensekresikan sitokin IL-6, namun peran fisiologinya masih belum diketahui.
Tiga hormon glikoprotein hipofisis yakni FSH, LH dan TSH, masing-masing tersusun
atas dua subunit. Subunit tersebut , yang diberi nama α dan β, memiliki sejumlah ativitas tetapi
harus bekerja secara kombinasi agar efek fisiologisnya menjadi maksimal. Subunit α ini
merupakan hormon sebuah gen dn memliki komposisi asam amino yang sama, walaupunresidu
karbohidratnya berbeda. Subunit β, yang dibentuk oleh gen yang berbeda dan berlaian dalam
strukturnya, menentukan spesifitas hormon.
Mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar tiroid, dan
selanjutnya mengatur kecepatan sebagian besar reaksi kimia diseluruh tubuh.
2. Lobus Posterior
Anatomi makroskopik hipofisis posterior sebagian besar terbentuk dari ujung-ujung akson
dari nucleus supraoptik dan paraventrikularis hipotalamus pada pembuluh darah, sedangkan
hipofisis anterior memiliki hubungan vascular khusus dengan otakyaitu melalui pembuluh
hipofisis portal. Pada lobus intermedius dibentuk di embrio dari separuh kantung rathke dari
dorsal, yaknisuatu evaginasi atap faring, namun lobus ini melekat erat pada lobus posterior pada
orang dewasa. Lobus ini dipisahkan dari lobus anterior oleh sisa-sisa rongga kantong rhatke,
yaitu celah residu. Hipofisis posterior secara embriologis terbentuk dari pertumbuhan berlebih
otak, terdiri dari jaringan saraf dan disebut juga neurohipofisis. Hipofisis posterior dihubungkan
dengan hipotalamus melalui jalur saraf.
Ada 2 jenis hormon yang disekresikan oleh lobus posterior:
Mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urin dan dengan cara ini akan membantu
mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh.
Oksitosin
Membantu menyalurkan air susu dari kelenjar payudara ke putting susu selama
pengisapan dan mungkin membantu melahirkan bayi pada saat akhir masa kehamilan.
Sekresi oksitosin dipengaruhi olehrefleks-refleks yang berasal dari jalan lahir waktu
persalinan dan oleh refleks yang dipicu oleh tindakan bayi yang menghisap putting
payudara.
3. Lobus Intermedia
Lobus inter media meupakan daerah kecil diantara hipofisis anterior dan posterior yang relative
avaskular, yang pada manusia hampir tidak ada sedangkan pada bebrapa jenis binatang rendah
ukurannya jauh lebih besar dan lebih berfungsi. Lobus intermedia mengeluarkan beberapa
melanocyt-stimulating hormon (MSH) yang mengatur warna kuit dengan mengontrol
penyebaran granula berpigmen melanin. Pada manusia, sekresi MSH sangat sedikit dan belum
diketahui fungsinya. Pada hewan yang melakukan kamuflase memindahkan granula hitam atau
coklat keluar atau masuk dari bagian perifer sel pigmen yang disebut melanofor. Granula
tersebut terdiri atas melanin yang disintesis dari dopa dan dopakuinon. Perpindahan granula-
granula ini dipengaruhi oleh berbagai hormon dan neurotransmitter, meliputi α- dan β-MSH,
melanin concentrating hormon (hormon pemekat melanin), melatonin, dan katekolamin.
Melanosit mengandung reseptor melanotropin-1 yakni salah satu dari jenis reseptor melanotropin
yang telah berhasil diklon. Pada manusia sekresi hormon MSH dilakukan oleh lobus anterior.
HORMON PERTUMBUHAN
Hormon pertumbuhan, atau yang disebut juga sebagai hormon somatotropik atau somatotropin,
merupakan hormon yang dihasilkan dari kelenjar hipofisis anterior yang merupakan molekul
protein kecil yang terdiri atas 191 asam amino yang dihubungkan dengan rantai tunggal dan
mempunyai berat molekul 22.005. Hormon ini menyebabkan pertumbuhan seluruh jaringan
tubuh yang memang mampu bertumbuh. Hormon ini menambah ukuran sel dan meningkatkan
proses mitosis yang diikuti dengan bertambahnya jumlah sel dan diferensiasi khusus dari
beberapa tipe sel seperti sel-sel pertumbuhan tulang dan sel-sel otot awal.
Selain dari efek hormon pertumbuhan yang menyebabkan pertumbuhan. Hormon pertumbuhan
mempunyai banyak efek metabolik khusus lain, yang meliputi :
Jadi, secara singkat efek metabolik hormon pertumbuhan adalah meningkatkan protein tubuh,
menggunakan lemak dari tempat penyimpanannya, dan menghemat karbohidrat.
Hormon pertumbuhan mempunyai efek yang spesifik dalam menyebabkan pelepasan asam
lemak dari jaringan adiposa sehingga meningkatkan konsentrasi asam lemak dalam cairan tubuh.
Selain itu, di dalam jaringan di seluruh tubuh, hormon pertumbuhan meningkatkan perubahan
asam lemak menjadi asetil-KoA dan kemudian digunakan untuk energi. Oleh karena itu, di
bawah pengaruh hormon pertumbuhan ini, lebih disukai lemak sebagai energi daripada
karbohidrat dan protein.
Dibawah pengaruh jumlah hormon pertumbuhan yang berlebihan, pengangkutan lemak dari
jaringan adiposa seringkali menjadi sangat besar sehingga sejumlah besar asam asetoasetat
dibentuk di hati dan dilepaskan kedalam cairan tubuh, dengan demikian menyebabkan ketosis.
Pergerakan lemak yang berlebihan dari jaringan adiposa juga dapat menyebabkan perlemakan
hati.
Efek Hormon Pertumbuhan terhadap Metabolisme Karbohidrat
Hormon pertumbuhan mempunyai empat pengaruh utama terhadap metabolisme glukosa dalam
sel, yaitu:
Efek hormon pertumbuhan pada pertumbuhan, tulang rawan dan metabolisme protein
bergantung pada interaksi antara hormon pertumbuhan dan somatomedin, yang merupaka faktor
pertumbuhan polipeptida yang disekresikan oleh hati dan jaringan lain.
Somatomedin utama dalam darah adalah insulin-like growth factor I (IGF-I, somatomedin C)
dan insulin-like growth factor II (IGF-II). Faktor-faktor ini berkaitan dengan insulin, kecuali
rantai C-nya tidak terpisah dan memiliki perluasan rantai A yang disebut domain D. pada
manusia, ditemukan bentuk varian IGF-I yang tidak memiliki tiga residu asam amino terminal-
amino di otak. mRNA untuk IGF-I dan IGF-II ditemukan di hati, tulang rawan, dan banyak
jaringan lain, yang menunjukan bahwa molekul-molekul tersebut disintesis dari jaringan
tersebut.
Sifat IGF-I, IGF-II dan insulin dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Keduanya berikatan erat dengan protein dalam plasma sehingga memperpanjang waktu paruh
IGF dalm sirkulasi. Saat ini telah teridentifikasi enam protein pengikat-IGF yang berbeda-beda,
dengan pola distribusi di berbagai jaringan yang berlainan pula. Semua ditemukan dalam plasma,
dengan protein pengikat-IGF 3 (IGFBP-3) berperan pada 95% pengikatan dalam sirkulasi.
Reseptor IGF-I sangat mirip dengan reseptor insulin dan mungkin menggunakan banyak
perangkat intrasel yang sama. Reseptor IGF-II adalah suatu reseptor manosa-6-fosfat yang
berperan dalam membawa hidrolase asam dan protein intrasel lain ke organel-organel intrasel.
Sekresi IGF-I sebelum lahir tidak tergantung pada hormon pertumbuhan tetapi setelah lahir
dirangsang oleh hormon pertumbuhan, dan molekul ini memiliki efek kuat menstimulasi
pertumbuhan. Konsentrasi dalam plasma meningkat selama masa kanak-kanak dan memuncak
pada masa pubertas, kemudian turun ke kadar yang rendah pada saat usia lanjut. Pada orang
dewasa, gen untuk IGF-II diekspresikan hanya pada pleksus koroideus dan meningen.
Hormon pertumbuhan berlekatan secara lemah dengan protein plasma dalam darah. Oleh karena
itu, hormon pertumbuhan dilepaskan dari darah kedalam jaringan dengan cepat, dengan waktu
paruh di dalam darah sekita 20 menit. Sebaliknya, somatomedin C (IGF-I) melekat dengan kuat
pada satu protein pembawa di dalam darah yang diproduksi sendiri responnya terhadap hormon
pertumbuhan. Akibatnya, somatomedin C dilepaskan dengan lambat dari darah ke jaringan
dengan waktu paruh kira-kira 20 jam.
Kecepatan sekresi hormon pertumbuhan tidak dapat ditentukan dari satu kali penilaian karena
setiap hari terjadi ’letupan’ sekresi yang ireguler. Semakin bertambah usia seseorang, semakin
berkurang sekresi hormon pertumbuhannya. Dan banyak pihak yang memanfaatkan penyuntikan
hormon pertumbuhan untuk mengimabngi efek penuaan.
Rangsangan yang dapat meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan secara umum dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu:
1. defisiensi substrat energi, seperti hipoglikemia (rendahnya konsentrasi asam lemak dalam
darah) dan puasa. Sangat tingginya jumlah hormon pertumbuhan selama kelaparan,
sangat berhubungan erat dengan banyaknya protein yang pecah dan jumlah glukosa yang
ada sehingga zat yang diperlukan untuk menghasilkan energi di suatu sel menjadi
berkurang.
2. jumlah asam amino tertentu meningkat dalam plasma
3. stres
1. Tidur REM (Rapid Eye Movement), yaitu tidur dengan adanya gerakan mata yang cepat
dan acak.
2. Glukosa. Pemberian infus glukosa menurunkan kadar hormon pertumbuhan dalam
plasma dan menghambat responsnya terhadap olahraga.
3. Kortisol
4. Asam Lemak bebas
5. medroksiprogesteron
6. hormon pertumbuhan
FISIOLOGI PERTUMBUHAN
Periode Pertumbuhan
a. pada masa bayi merupakan kelanjutan dari periode pertumbuhan masa janin.
b. pada masa pubertas lanjut tepat sebelum pertumbuhan terhenti lonjakan pertumbuhan
sebagian besar disebabkan oleh penutupan epifisis oleh estrogen, hormon pertumbuhan,
androgen, dan terhentinya petumbuhan.
Efek Hormon
Pada bayi yang baru lahir, hormon pertumbuhan dalam plasma meningkat. Kemudian kadar
istirahat rata-rata menurun, namun letupan sekresi hormon pertumbuhan lebih besar khususnya
selama pubertas. Lonjakan pertumbuhan yang terjadi selama pubertas sebagian disebabkan oleh
anabolik androgen dan sekresi androgen adrenal, adanya interaksi antara steroid-steroid seks,
hormon pertumbuhan, dan IGF-I. Pemberian estrogen dan androgen meningkatkan respons
hormon pertumbuhan terhadap rangsangan seperti insulin dan arginin, serta IGF-I plasma.
Akan tetapi, walaupun awalnya androgen adn estrogen merangsang pertumbuhan, estrogen
sendiri akhirnya menghentikan pertumbuhan dengan menyebabkan penyatuan epifisis dengan
tulang panjang (penutupan epifisis). Begitu epifisis menutup, pertumbuhan linear terhenti. Hal
inilah yang menyebabkan mengapa seseorang yang mengalami pubertas dini akan cenderung
cebol. Sementara itu, pria yang dikastrasi sebelum pubertas akan cenderung berbadan tinggi
karena produksi estrogen berkurang dan epifisis tetap terbuka sehingga sebagian pertumbuhan
terus berlanjut melewati usia normal pubertas.
Hormon tiroid memilki efek beragam pada penulangan tulang rawan, pertumbuhan gigi, kontur
wajah, dan proporsi tubuh; hormon insulin akan menyebabkan pertumbuhan pada hewan yang di
hipofisektomi. Sedangkan hormon adrenokorteks, selain androgen, memiliki efek permisif pada
pertumbuhan. Di pihak lain, hormon glukokortikoid berperan dalam menjadi inhibitor yang kuat
dalam pertumbuhan.
Cebol (Dwarfisme)
Dwarfisme dapat disebabkan oleh defisiensi GRH, defisiensi IGF-I, atau penyebab lainnya.
Beberapa kasus dwarfisme disebabkan oleh defisiensi seluruh sekresi kelenjar hipofisis anterior
atau disebut panhipopituitarisme selama masa anak-anak. Pada umumnya, pertumbuhan bagian-
bagian tubuh sesuai satu sama lain, tetapi kecepatan pertumbuhannya sangat berkurang.
Defisiensi hormon pertumbuhan biasanya disebabkan oleh defisiensi GRH. Pada keadaan ini,
respons hormon pertumbuhan terhadap GRH tetap normal, tetapi sebagian penderita mengalami
kelainan pada sel-sel pensekresi hormon pertumbuhan.
Pada satu tipe dwarfisme, yaitu pada Lorain dwarf, kecepatan sekresi hormon pertumbuhannya
normal atau malahan tinggi, namun penderita mengalami ketidak mampuan herediter untuk
membentuk somastostatin sebagai respons terhadap hormon pertumbuhan.
Perawakan pendek merupakan cirri kretinisme dan juga pubertas prekoks. Perawakan pendek
juga merupakan bagian dari sindrom disgenesis gonad yang tampak pada penderita
berkromosom XO (bukan XX atau XY). Anak-anak menderita child abuse juga dapat menderita
kecebolan yang disebut cebol psikososial. Bentuk cebol yang paling sering terjadi pada manusia
adalha akondropalsia. Tanda-tandanya adalah ekstremitas pendek dengan batang tubuh tetap
normal. Kelainan ini adalah penyakit genetic autosom akibat mutasi gen.
INSUFISIENSI HIPOFISIS
Arkomegali
Tumor sel somatotrop hipofisis anterior mensekresi sejumlah besar hormon pertumbuhan.
Pada anak-anak disebut gigantisme sedangkan pada orang dewasa disebut arkomegali. Tepatnya
adalah pembesaran atau pertumbuhan jaringan ikat longgar dan bertambahnya ketebalan tulang,
yaitu pada tulang-tulang kecil tangan dan kaki, tengkorak, hidung, penonjolan tulang dahi, tepi
supraorbital, bagian bawah rahang, dan bagian tulang vertebra. Hipersekresi ini disertai dengan
hipersekresi prolaktin pada 20-40 % pasien arkomegali.
Sindrom Cushing