Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIOSTATISTIK

CASE CONTROL

DISUSUN OLEH :

ANGGUN MEIRINA SARI ( 190102149p)


DILIANA (19012036p)
ELLEN DEWI PALINDO (190102210p)
MENTARI (190102331p)
OKTALINA (190102135p)
PITI PANIA (190102356p)
SRI ASTI NINGSIH (190102305p)
SUCI INDAH A.P (190102290p)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
JL. A. YANI NO.1A TAMBAH REJO KEC.GADING REJO
KAB.PRINGSEWU – LAMPUNG
2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Alla SWT, atas limpahan Rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini dengan
tepat waktu.

Ucapan terima kasih penyusun sampaikan seluruh dosen dan seluruh


instansi yang terkait yang telah memberikan kami berbagai macam informasi yang
tentunya sangat bermanfaat untuk kami. Penyusun menyadari bahwa laporan ini
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang
konstruktif guna kesempurnaan pembuatan laporan kedepannya. Akhir kata
semoga laporan ini dapat berguna bagi diir saya sendiri khusunya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Penelitian kedokteran dan penelitian epidemiologi dapat di lakukan dengan


mengikuti proses perjalanan penuakit secara prospektif atau secara retrospektif
untuk mencari hubungan sebab akibat. Di samping itu, penelitian kedokteran
juga dapat dilakukan tanpa engikuti perjalanan penyakit, tetapi dilakukan
pengamatan sesaat atau dalam suatu periode tertentu dan setiap subjek study
hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian

Epidemiologi analitik merupakan studi epidemiologi yang ditujukan untuk


mencari faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit atau mencari penyebab
terjadinya variasi yaitu tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit pada
kelompok individu. Epidemiologi analitik menguji hipotesis dan menaksir
(mengestimasi) besarnya hubungan / pengaruh paparan terhadap penyakit.

Studi analitik merupakan studi epidemiologi yang menitikberatkan pada


pencarian hubungan sebab (faktor-faktor resiko) – akibat (kejadian penyakit).
Studi epidemiologi analitik adalah studi epidemiologi yang menekankan pada pencarian
jawaban tentang penyebab terjadinya masalah kesehatan (determinal), besarnya masalah/
kejadian (frekuensi), dan penyebaran serta munculnya masalah kesehatan (distribusi)
dengan tujuan menentukan hubungan sebab akibat anatara faktor resiko dan penyakit.

Kasus kontrol atau case control Adalah sebuah desain penelitian dengan
karakteristik dimulai dengan pengamatan terhadap outcome (penyakit, efek)
untuk mencari apakah ada hubungan dengan exposure tertentu yang
mendahuluinya yang lebih dikenal sebagai faktor risiko. Kelompok outcome
inilah yang disebut kasus. Menggunakan kelompok kontrol, yaitu kelompok
yang tidak mempunyai outcome (penyakit atau efek yang sedang diteliti).
2. Rumusan masalah
a. Definisi metodelogi penelitian
b. Tujuan dan manfaat peneliat case control
c. Keuntungan penelitian case control
d. Kerugian penelitian case control
e. Protokol penelitian
f. Contoh penelitian case control
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi
Penelitian kasus-kontrol adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut
bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan
retrospektif, dimulai dengan mengidentifikasi pasien dengan efek atau penyakit
tertentu (kelompok kasus) dan kelompok tanpa efek (kelompok kontrol),
kemudian diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa kelompok
kasus terkena efek, sedangkan kelompok kontrol tidak. Case control adalah
rancangan study epidemiologi yang mempelajari hubungan antara paparan
(faktor penelitian) dan penyakit, dengan membandingkan kelompok kasus dan
kontrol status paparannya.

2. Tujuan
Desain penelitian ini bertujuan mengetahui apakah suatu faktor risiko tertentu
benar berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan
membandingkan kekerapan pajanan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus
dengan kelompok kontrol. Jadi, hipotesis yang diajukan adalah : Pasien
penyakit x lebih sering mendapat pajanan faktor risiko Y dibandingkan dengan
mereka yang tidak berpenyakit X. Pertenyaan yang perlu dijawab dengan
penelitian ini adalah : apakah ada asosiasi antara variabel efek (penyakit, atau
keadaan lain) dengan variabel lain (yang diduga mempengaruhi terjadi
penyakit tersebut) pada populasi yang diteliti. 

3. Karakteristik case control


a. Merupan penelitian observasional yang bersifat retrospektif
b. Penelitian diawali dengan kelompok kasus dan kelompok kontrol
c. Kelompok kontrol digunakan untuk mmperkuat ada tidaknya hubungan
sebab akibat
d. Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji cara statistik
e. Kelompok kontrol mempunyai resiko terpajan oleh faktor resiko antara
kelompok kasus dengan kelompok kontrol
f. Penghitungan besarnya resiko relatif hanya melalui perkiraan melalui
perhitungan odds ratio.
Case control Adalah sebuah desain penelitian dengan karakteristik sebagai
berikut.
1. Dimulai dengan pengamatan terhadap outcome (penyakit, efek) untuk
mencari apakah ada hubungan dengan exposure tertentu yang
mendahuluinya yang lebih dikenal sebagai faktor risiko. Kelompok outcome
inilah yang disebut kasus.
2. Menggunakan kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak mempunyai
outcome (penyakit atau efek yang sedang diteliti).
3. Studi ini mempelajari hubungan (asosiasi) antara satu efek dengan banyak
paparan atau faktor risiko (single effect and multiple exposures or risk
factors).
4. Studi ini digunakan untuk kasus yang insidensinya relatif jarang (misal 5%
atau kurang) atau yang outcome-nya memerlukan waktu yang sangat lama
(misal merokok dengan Ca Paru, exposure HPV dengan carcinoma cervix,
dan lain-lain).
5. Pada studi ini yang dicari adalah odds ratio (OR) artinya berapa kali
kemungkinan timbulnya penyakit pada kelompok exposed dibandingkan
dengan kelompok non-exposed. Odds ratio dipakai karena penelitian
dimulai dengan menetapkan outcome (efek) lebih dahulu baru mencari
faktor risikonya.

4. Kriteria pemilihan kasus


a. Kriteria diagnosis dan kriteria inklusi harus di buat dengan jelas
b. Populasi sumber kasus dapat berasal dari rumah sakit atau populasi
masyarakat.

5. Kriteria pemilihan kontrol


a. Mempunyai potensi terpajan oleh faktorresiko yang saa dengan kelompok
kasus
b. Tidak menderita penyakit yang diteliti
c. Bersedia ikut dalam penelitian
6. Kelebihan
a. Adanya kesanaan ukran waktuantara kelompok kasus dengan kelompok
kontrol
b. Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil
penelitian lebih tajam dibanding dengan hasil rancangan cross sectional
c. Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis)
d. Studi ini cepat karena outcome sudah tersedia, tinggal mengumpulkan saja
kemudian mencari kontrolnya. Hubungan waktunya adalah ke belakang
(sudah lewat).
e. Studi ini juga murah, karena tidak ada perlakuan.
f. Studi ini tidak banyak terkait dengan masalah etika, karena Peneliti tidak
melakukan intervensi apapun terhadap subjek penelitian. Kalau hanya
menggunakan catatan medis, informed consent tidak diperlukan. Tapi jika
melakukan tindakan sesuatu pada subyek penelitian (misal mengambil
darah, dan lain-lain.) maka informed consent tetap harus dibuat.
g. Meskipun demikian, sebelum penelitian ini dikerjakan, peneliti harus
mendapat surat keterangan kelayakan etika (ethical clearance) dari Panitia
Etika setempat karena setiap penelitian dengan menggunakan manusia
sebagai subjek harus mendapat surat ethical clearence. Setidaknya peneliti
akan melakukan wawancara dengan para subjek penelitian, baik yang
merupakan case maupun kontrolnya.
h. Sebelum penelitian dikerjakan, ijin penelitian tetap harus diperoleh dari
instansi yang berwenang (misal RS, Pemerintah Daerah dan lain-lain).
i. Pada studi ini dari satu outcome bisa diperoleh banyak exposure (single
outcome, multiple exposures)

7. Kekurangan
a. Pengukuran variabel yang retrospektive, objektivitas, dan reliabilitas kurang
karena subjek penelitian harus mngingat kembali faktor faktor resikonya
b. Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak dapat di
kendalikan.
c. Kadang kadang sulit memilih kontrol yang benar benar sesuai dengan
kelompok kasus karena banyaknya faktor resiko yang harus dikendalikan.
d. Kalau menggunakan catatan medis, maka sering kali catatan medis kita
lemah atau tidak lengkap, dengan kata lain penelitian case control
membutuhkan catatan medis atau registrasi kasus yang sangat baik.
e. Confounding sering mengganggu. Hubungan kausal efek kurang jelas
karena satu efek bisa berasal dari banyak kausa (exposure). Matching bisa
mengurang bias, tetapi over matching bisa menyebabkan faktor risiko yang
sebenarnya penting menjadi hilang.
f. Menentukan subyek sebagai kontrol seringkali lebih sulit dibanding
menentukan case-nya.
g. Rawan terhadap bias
h. Tidak cocok untuk paparan langka
i. Tidak dapat menghitung laju insiden

8. Tahap tahap penelitian casecontrol


a. Identifikasi variabel-variabel penelitian ( faktor resiko dan efek)
b. Menentukan subjek penelitian (populasi dan sample)
c. Identifikasi kasus
d. Pemilihan subjek sebagai kontriol
e. Melakukan pengukuran retrospektif (melihat ke belakang) untuk meihat
faktor resiko.
f. Melakukan analisis untuk membandingkan proporsi antara variabel-
variabel objek penelitian dengan variabel-variabel kontrol
Contoh sederhana: peneliti ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi
(kekurangan gizi) pada anak balita dengan perilaku pmberian makanan
oleh ibu.
1. Tahap pertama: mengidentifikasi variabel dependen (efek) dengan
variabel variabel independen(faktor resiko):
 Varabel dependen : anak yang malnutrisi (kasus)
 Variabel independen : perilaku ibu alam memberikan makanan
 Variabel independen yang lain: pendidikan ibu, pendapatan
keluarga, jumlah anak dan sebagainnya.
2. Tahap kedua: menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sample
penelitian. Subjek penelitian disini adalah pasangan ibu dan anak
balitannya. Namun demikian, perlu dibatasi pasangan ibu dan balita
daerah mana yang dianggap menjadi populasi dan sample penelitian ini.
3. Tahap ketiga: mengidentifikasi kasus, yaitu nak balita yang menderita
malnutrisi. Yang dimaksud kasus disini adaah anak balita yang
memenuhi kriteria malnutrisi yang telah ditetapkan misalnya berat per
umurnya kurang dari 75% standar harvard.kasus diambil ari populasi
yang telah ditetapkan.
4. Tahap keempat: pemilihan subjek sebagai kontrol, yautu pasangan ibu
ibu dengan anak balita mereka yang tidak menderita malnutrisi.
Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan pada kesamaan karakteristik
subjek pada kasus. Misalnya ciri ciri masyarakatnya, sosial ekonomi,
letak geografis, dan sebagainya. Pada kenyataannya memang sulit untuk
memilih kelompok kontrol yang mempunyai karakteristik yang sama
dengan kelompok kasus. Oleh sebab itu sebagian besar ciri ciri tersebut
kiranya dapat mewakili.
5. Tahap kelima: melakukan pengukuran secara retrospektif, yaitu dari
kasus ( anak balita yang malnutrisi) dan dari kontrol ( anak balita yang
tidak malnutrisi)itu diukur atau ditannyakan kepada ibunya dengan
menggubnakan metode recall mengenai perilaku atau kebiasaan
memberikan makanan kepada anaknya. Recall disini maksudnya
menanyakan kepada ibu anak balita kasus tentang jenis –jenis makann
serta jumlahnya yang diberikan kepada anak balita selama periode
tertentu. Biasanya menggunakan metode 24 jam (24 hours recall).
6. Tahap keenam: melakukan pengolahan dan analisis data. Analisa data
dilakukan dengan membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan
yang kurang baik dalam hal memberikan makanan kepada anaknya
pada kelompok kasus, dengan proporsi perilaku ibu yang sama pada
kelompok kontrol. Dari sini anak diperoleh bukti ada atau tidak adanya
hubungan antara perilaku pemberian makanan dengan malnutrisi pada
balita.

9. Skema penelitian case control

Exposure Ya
Outcome Ya
(Case)
Exposure Tidak

Exposure Ya
Outcome Tidak
(Control)
Exposure Tidak

Masa lalu masa kini


Gambar skema rancangan case control

Contoh 1.
Contoh klasik penelitian case control adalah hubungan antara merokok
dengan timbulnya kanker paru. Dalam bidang obstetrika dan ginekologi,
contoh klasik penelitian case control adalah hubungan antara kanker vagina
(clear cell adenocarcinoma of the vagina) dengan exposure diethyl stilbestrol
(DES) pada ibu hamil. Pertanyaannya adalah apakah ada hubungan
(pengaruh) antara kejadian karsinoma vagina dengan exposure (pemakaian)
DES pada saat si anak tersebut masih dalam kandungan ibu? Bila ada,
seberapa kuat hubungan (pengaruh) tersebut.

Untuk menjawab pertanyaan ini, tidak mungkin dilakukan dengan penelitian


prospektif, sebab waktu yang dibutuhkan sangat lama (puluhan tahun), dan
secara etika jelas tidak dimungkinkan. Tidak mungkin merandom ibu hamil
untuk mendapat DES dan placebo lalu ditunggu hasilnya kira-kira 20-25
tahun kemudian. Karena insidensi clear cell adenocarcinoma vagina sangat
rendah dan waktu untuk timbulnya penyakit sangat lama, maka satusatunya
desain yang efektif dan efisien adalah studi case control.

Jika didapati seorang penderita carcinoma vagina, maka segera dicarikan


kontrolnya, yakni seorang yang tidak menderita carcinoma vagina dengan
melakukan matching tertentu. Selanjutnya ditanyakan kepada ibunya apakah
sewaktu mengandungnya pernah terpapar dengan DES (atau obat lain) atau
tidak. Hasil yang diperoleh kira-kira adalah sebagai berikut:
Dari 50 penderita carcinoma vagina didapatkan 8% ibu mereka pernah ter
exposed oleh DES dan 94% tidak. Dari 100 kelompok kontrol (perbadingan
satu kasus dua kontrol, yakni orang yang tidak terkena carcinoma vagina)
hanya 2% yang ibunya pernah mendapat DES.

Perhitungan odds ratio nya adalah sebagai berikut


Tabel 1. Hubungan antara DES dengan kejadian kanker vagina
Ca Vag (+) Ca Vag (-) Prosen Jumlah
Des (+) 8 2 80 10
Des (-) 42 98 30 140

Jumlah 50 100 110 150

8 X 98
OR = = 9,33 (95% CI) = 2,16 - 40,25)
2 X 42

Dengan OR 9,33 kali bisa diartikan bahwa kemungkinan seorang anak


menderita carcinoma vagina yang dilahirkan dari ibu yang terpapar DES
sewaktu hami adalah 9,33 kali dibanding kalau ibunya tidak terpapar dengan
DES. Dari perhitungan di atas terlihat bahwa pemakaian DES pada ibu hamil
menaikkan risiko adenocarcinoma vagina pada keturunannya secara
bermakna, baik secara klinis (OR 9,33) maupun statistika (CI tidak melewati
angka satu).

Contoh 2.

Misoprostol adalah sebuah obat untuk mengatasi gastritis atau ulkus


ventrikuli, sementara penggunaan dalam obstetrika adalah off label. Dalam
bidang obstetrika, misoprostol banyak digunakan untuk induksi persalinan,
tetapi salah satu efek samping yang membahayakan adalah terjadinya ruptur
uterus.

Sebuah pertanyaan penelitian diajukan: apakah penggunaan misoprostol


untuk induksi persalinan menaikkan insidensi ruptur uterus?

Mengingat bahwa kejadian ruptur uterus adalah kecil (0,07% dalam


populasi), maka desain yang paling tepat adalah case control. Case adalah
kasus ruptur uterus sedang kontrolnya adalah kasus yang tidak mengalami
ruptur. Kedua populasi ini ditelusuri ke belakang apakah mereka mendapat
exposure misoprostol atau tidak.

Hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Hubungan antara ruptur uterus dengan pemakaian misoprostol

Variabel Ruptur OR (CI P value


Ya Tidak
95%)
Misoprostol 12 42 1,09 (0,52- 0,80
Ya 2,26)
Misoprostol 41 157
Tidak

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penelitian kasus-kontrol adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut


bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif,
dimulai dengan mengidentifikasi pasien dengan efek atau penyakit tertentu
(kelompok kasus) dan kelompok tanpa efek (kelompok kontrol), kemudian diteliti
faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa kelompok kasus terkena efek,
sedangkan kelompok kontrol tidak.

Tujuan penelitian case control bertujuan mengetahui apakah suatu faktor risiko
tertentu benar berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan
membandingkan kekerapan pajanan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus
dengan kelompok kontrol.

Karakteristik penelitian case control Merupakan penelitian observasional yang


bersifat retrospektif, Penelitian diawali dengan kelompok kasus dan kelompok
kontrol, Kelompok kontrol digunakan untuk mmperkuat ada tidaknya hubungan
sebab akibat, Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji cara statistik, Kelompok
kontrol mempunyai resiko terpajan oleh faktor resiko antara kelompok kasus
dengan kelompok kontrol, Penghitungan besarnya resiko relatif hanya melalui
perkiraan melalui perhitungan odds ratio.
Secara garis besar tahapan penelitian case control meliputi Identifikasi variabel-
variabel penelitian ( faktor resiko dan efek), kemudian Menentukan subjek
penelitian (populasi dan sample), kemudoan Identifikasi kasus,
kemudianPemilihan subjek sebagai kontriol, Melakukan pengukuran retrospektif
(melihat ke belakang) untuk meihat faktor resiko, Melakukan analisis untuk
membandingkan proporsi antara variabel-variabel objek penelitian dengan
variabel-variabel kontrol

Daftar Pustaka

Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta

Sugiyono. 2015. Metode penelitian kualitatif kuantitatif dan R&D.


Bandung : Alfabeta cv

Siswosudarmo.2015. Pendekatan Praktis Penelitian Epidemiologi Klinis


Dan Aplikasi Spss Untuk Analisis Statistika.

Anda mungkin juga menyukai