NIM : 010001900535
UNVERSITAS TRISAKTI
Dalam QS. Al-imran:26 ditegaskan bahwa manusia wajib mengakui kemahakuasaan Allah
dan tunduk kepada-Nya. Dialah yang dapat memerikan kekusaan kepada seseorang atau
mencabut kekuasaan itu. Dia juga yang menguasai segala bentuk kebaikan secara mutlak.
Disini terkandung pengertian bahwa ketika berdoa, sesorang harus bersikap tawadhu agar apa
yang dimohonkan dapat segera terealisasi.
Allah malik al mulk adalah dia sumber kepemilikan. Dia yang terlaksana kehendaknya dalam
wilayah dalam wilayah kekusaannya, sedangkan wilayah kekuasaannya adalah seluruh wujud
ini. Itu dia laksanakan sesuai dengan cara yang dikehendakinya baik saat mewujudkan,
meniadakan, menganugrahkan, mempertahankan, dan mencabut. Kesatuan kepemilikan Allah
di ibaratkan oleh imam Ghazali dengan manusia yang walaupun bagian-bagian dari anggota
badannya anyak dan beraneka ragam, tetapi seluruhnya bekerja sama untuk memenuhi
kehendak pemiliknya, yakni manusia. Alam raya, bahkan keseluruhan wujud merupakan milik
Allah, kesemuanya tunduk kepada-Nya dan bekerja sama untuk tujuan kebajikan dan sesuai
hikmah kebijaksanaan-Nya.
QS Al Hujurat ayat 9 – 10
Dalam surat al hujurat ayat 9 - 10, maka bisa dimaknai persatuan atau kesetaraan manusia
sebagai sosialisme. Untuk terbentuknya kekompakan di tengah masyarakat yang majemuk
seperti Negara Indonesia, persatuan antara penduduk karena manusia sejatinya adalah sama.
Seperti semboyan yang dipakai oleh Indonesia dalam menyatukan masyarakatnya yang
berbeda-beda dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Ayat diatas menunjukkan
gambarann bahwa manusia mempunyai kesamaan derajat di sisi Allah kecuali ketakwaan
yang mebedakan antara manusia yang lain. Bilamana persamaan ini dijalankan maka akan
timbul persatuan antara satu dengan yang lain, agar terwujud sikap yang toleran dan menjadi
perekat persatuan bangsa dan negara.9 Di dalam QS surah al-Hujurat ayat 10, Allah
berfirman bahwa kaum mukminin adalah saudara. Oleh karena itu antara saudara sudah
selayaknya saling membantu, tolong menolong antara satu dengan yang lainnya.
QS Al Hujurat ayat 11 – 12
QS Al Hujurat ayat 13
Pluralisme bukanlah penyamaan terhadap dasar ajaran agama, namun fokus pada
pemahaman dan legitimasi setiap agama yang berbeda dengan Islam. Melalui sikap saling
menghargai dan memahami orang lain yang berbeda agama, akan melahirkan toleransi dan
kasih sayang yang kuat sesama manusia, demi terciptanya kerukunan dan kebhinekaan.4
Berbeda dengan pandangan pemikir klasik yang lebih mengedepankan kriteria agama dalam
memilih pemimpin.
1. Adanya dialog antara Allah dan para malaikat tentang penciptaan manusia di bumi
karena adanya perbedaan pandangan, serta malaikat telah mengetahui keberadaan
manusia di bumi dan semuanya di bantah oleh Allah dengan perkataan
“Sesungguhnya aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
2. Kedudukan manusia dimuka bumi ini adalah sebagai khalifah Allah atau
pengganti Allah, yang diberi tugas untuk memelihara dan melestarikan alam,
mengambil manfaat, serta mengelola kekayaan alamnya sehingga terwujud
kedamaian dan kesejahteraan manusia.
7. Selalu berkeinginan untuk meraih kehidupan yang lebih maju dengan cara yang
baik dan benar.
1. Ayat ini menjelaskan tujuan diciptakannya manusia dan jin dibumi, yaitu beribadah
kepada-Nya. Semua amal perbuatan yang baik harus dilandasi dengan niat semata-
mata mengaharap rida Allah SWT.
2. Umat islam harus berkomitmen pada Syari’at Islam sebagai sati-satunya agama yang
diridhoi Allah SWT dengan diwujudkan berupa akhlakul karimah.
Penerapan Sikap yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang terkandung dalam
surah Adz-Zariyat ayat 56 sebagai berikut:
1. Ketahuilah bahwa kita diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan semata
untuk hidup di dunia bukan pula untuk sekedar makan dan minum. Apalagi berfoya-
foya untuk memenuhi tiap keinginan hawa nafsu kita. Tapi tujuan hidup kita
sebenarnya adalah beribadah kepada-Nya.
3. Meyakini dan melaksanakan Rukun Iman dan Rukun Islam 5. Belajar menuntut ilmu
dengan rajin dan senatiasa mempelajari dan memahami Al-Qur’an.
4. Mohon ampunan kepada Allah agar diampuni dosanya dan kembali dengan taubat
yang baik.
3. Pluralisme oleh al-Qur’an dipandang sebagai sebuah keharusan. Artinya bagaimanapun juga
sesuai dengan “sunatullah”, pluralisme pasti ada dan dengan itulah manusia akan diuji oleh
Tuhan untuk melihat sejauh mana kepatuhan mereka dan dapat berlomba-lomba dalam
mewujudkan kebajikan. Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang mengakui adanya
pluralisme sebagai sesuatu yang alamiah bahkan dikehendaki oleh Tuhan itu sendiri.
َوٓاَل أَنتُمۡ ع َٰــبِ ُدونَ َمـٓا )٤( ۡ) َوٓاَل أَن َ۟ا عَابِ ۬ ٌد َّما َعبَدتُّم٣( َوٓاَل أَنتُمۡ َع ٰـبِ ُدونَ َمٓا أَ ۡعبُ ُد )٢( َٓاَل أَ ۡعبُ ُد َما ت َۡعبُ ُدون )١( َقُ ۡل يَ ٰـٓأَيُّہَا ۡٱلڪَ ٰـفِرُون
)٦( ين ِ لَ ُكمۡ ِدينُ ُكمۡ َولِ َى ِد )٥( أَ ۡعبُ ُد
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."(QS Al-Kafirun
[109]:1-6).
Dalam setiap agama atau keyakinan, pasti ada ritual ibadah, karenanya peribadatan harus
dilaksanakan oleh penganut suatu agama dan penganutr agama lain tidak dibenarkan
mengikuti ibadah mereka. Itu sebabnya, kaum muslimin tidak dibolehkan menjalankan
peribadatan yang dilakukan penganut agama lain seperti natal bersama, do’a bersama dan
sejenisnya, kita bisa menyimpulkan hal ini berdasarkan firman Allah pada surat Al Kafirun di
atas
1. Toleransi, yakni sikap menghargai serta menghormati perbedaan yang terdapat di dalam
masyarakat.
2. Keadilan Sosial, yakni sikap tidak membeda-bedakan dalam pemenuhan hak dan
pelaksaan kewajiban setiap anggota masyarakat.
3. Demokrasi, yakni kedaulatan rakyat dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat
berinteraksi dengan sekitarnya secara demokratis tanpa mempermaslahkan perbedaan
sosial yang ada. Demokratis meliputi aspek kehidupan seperti politik, sosial, budaya,
ekonomi dan pendidikan. Oleh karena itu, penting juga bagi anggota masyarakat madani
untuk mengerti sistem politik demokrasi.
4. Pluralisme, yakni keberadaan masyarakat yang majemuk sehingga setiap individu harus
memahami dan menyikapi perbedaan dengan sikap yang tulus. Maka dari itu, penerimaan
dari setiap individu terhadap perbedaan sosial adalah salah satu cara merawat
Rasulullah saw telah meletakkan tiga hal yang menjadi tonggak pembentukan masyarakat
baru di Yatsrib, yaitu:
3. Mengatur hubungan umat Islam dengan orang-orang diluar Islam, baik yang ada di
dalam maupun di sekitar kota dengan cara mengadakan perjanjian perdamaian.