Skenario Nutrisi-Jesiandra Wagiu-18014101056
Skenario Nutrisi-Jesiandra Wagiu-18014101056
Oleh :
Jesiandra I.M. Wagiu S.Ked
Supervisor Pembimbing :
2. Pemeriksaan fisik
status present
Keadaan umum
kesadaran
tanda tanda vital
- suhu : normal (tidak panas)
- nadi : (-)
- tekanan darah : (-)
- respirasi : (-)
berat badan : 10.8 kg
tinggi badan : 81cm cm
lingkar lengan: (-)
status gizi : WHO : Gizi baik , Z-Score :(-2 SD - 2 SD)
status generalis
kulit
-lesi pada kulit : Ecsema (+)
- warna
- turgor
- akral hangat / dingin
kepala
- bentuk
- rambut : makin menipis & jarang (+)
- mata : palpebra oedem(-/+), kongjungtiva anemis(-/+), sklera ikterik
anikterik, pupil isokor/anisokor, reflek cahaya
- wajah : Edema (+)
- telinga
- hidung
- mulut : kering, fungsi mengunyah/menelan, kebersihan mulut
leher
- bentuk : simetris/tidak
- trakhea : ditengah, pernafasan
- kgb : teraba pembesaran/tidak
- jvp : meningkat (+/-)
thorax(paru) / jantung
- inspeksi
- palpasi
- perkusi
- auskultasi
abdomen
- inspeksi : dinding abdomen cenderung membesar (+)
- palpasi
- perkusi
- aukultasi
- ekstremitas (kemampuan pergerakan sendi / otot)
- superior
- inferior
perubahan status mental : congaing, kurang aktif, tidak mau minum
3. Pemeriksaan penunjang
DARAH PERIFER LENGKAP
FAAL GINJAL
FUNGSI HATI
KADAR ELEKTROLIT
X FOTO THORAX
FASES RUTIN/ STOOL TEST
KADAR GULA DARAH
7. Patofisiologi
KEP adalah manifestasi dai kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-
hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi(AKG), dan biasanya juga disertai
dengan adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Makanan yang tidak adekuat,
akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori ,
dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak seta protein
dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stress katabolic (infeksi) maka kebutuhan
akan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang
relative. Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan antioksida, bila stress
ktabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3SD, maka terjadilah marasmik-
kwashiorkor.
Jadi karena kurangnya protein dalam diet akan terjadi kekurangan dari asam amino dalam
serum, yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan
otot,makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya
produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya edema.
Pada sebagian besar kasus ditemukan juga perubahan kulit yang khas untuk penyakit
kwashiorkor. Perubahan kulit itu dimulai dengan bercak-bercak kecil merah dalam waktu
singkat akan bertambah dan betumpu untuk menjadi hitam. Ini disebabkan karena
kurangnya nicotinamide & tryptophan yang menyebabkan gampang terjadi radang pada
kulit (eczema).
Pada rambut sangat khas untuk pendderita kwashiorkor (ialah rambut kepala yang mudah
tercabut tanpa rasa sakit) pada kwashiorkor lanjut rambut akan tampak kusam dan kering,
jarang dan berubah warna menjadi putih. Ini terjadi karena kurangnya protein yang
menyebabkan degenerasi pada rambut, rambut terdiri dari keratin (senyawa protein)
sehingga kurangnya protein ini akan menyebabkan kelainan pada rambut, dapat juga
diakibatkan karena kekurangan vitamin A,C,E.
Sembelit atau konstipasi in terjadi karena adanya gangguan atau kelainan pada system
pencernaan sendiri akan terganggu dan dapat menyebabkan pengerasan pada tinja, akibat
pengerasan inilah maka kemudian tinja akan sulit dikeluarkan.
8. Epidemiologi
Kasus malnutrisi sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas,
dan tingkat pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara
miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan.
Gizi buruk (malnutrisi) merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, khususnya di
berbagai negara berkembang (WHO, 2004). The United Nations Children’s Fund
(UNICEF) pada tanggal 12 September 2008, menyatakan malnutrisi sebagai penyebab
lebih dari 1/3 dari 9,2 juta kematian pada anak-anak dibawah usia 5 tahun di dunia.
UNICEF juga memberitakan tentang terdapatnya kemunduran signifikan dalam kematian
anak secara global di tahun 2007, tetapi tetap terdapat rentang yang sangat jauh antara
negara-negara kaya dan miskin, khususnya di Afrika dan Asia Tenggara(CWS, 2008).
Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5 juta anak balita
menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya menderita gizi
buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000 menderita gizi buruk
tingkat berat. Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita pada tahun 2007 yang diukur
berdasarkan BB/U adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%. Prevalensi
nasional untuk gizi buruk dan kurang adalah 18,4%. Bila dibandingkan dengan target
pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%, maka
secara nasional target-target tersebut sudah terlampaui. Namun pencapaian tersebut belum
merata di 33 provinsi. Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi
Kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (26,5%), Sumatera
Utara (22,7%), Sumatera Barat (20,2%), Riau (21,4%), Jambi (18,9%), Nusa Tenggara
Barat (24,8%), Nusa Tenggara Timur (33,6), Kalimantan Barat (22,5%), Kalimantan
Tengah (24,2%), Kalimantan Selatan (26,6%), Kalimantan Timur (19,2%), Sulawesi
Tengah (27,6%), Sulawesi Tenggara (22,7%), Gorontalo (25,4%), Sulawesi Barat
(16,4%), Maluku (27,8%), Maluku Utara (22,8%), Papua Barat (23,2%)dan Papua (21,2).
Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada
Balita tertinggi berturut-turut adalah Aceh Tenggara (48,7%), Rote Ndao (40,8%),
Kepulauan Aru (40,2%), Timor Tengah Selatan (40,2%), Simeulue (39,7%), Aceh Barat
Daya (39,1%), Mamuju Utara (39,1%), Tapanuli Utara (38,3%), Kupang (38,0%), dan
Buru (37,6%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi
Kurang pada Balita terendah adalah Kota Tomohon (4,8%), Minahasa (6,0%), Kota
Madiun (6,8%), Gianyar (6,8%), Tabanan (7,1%), Bantul(7,4%), Badung (7,5%), Kota
Magelang (8,2%), Kota Jakarta Selatan (8,3%), dan Bondowoso (8,7%).
3. Kekurangan cairan
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali
tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral
dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan
sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal (lampiran 4).
Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,
lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL
dengan perbandingan 1:1.
4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya :
Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.
Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)
Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan
keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.
Berikan :
- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam
- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan
penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita KEP
bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn,
Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak
5. Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi
Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti
demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi buruk secara
rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis sebagai berikut :
UMUR KOTRIMOKSASOL AMOKSISILIN
ATAU (Trimetoprim + Sulfametoksazol) Beri 3 kali
BERAT BADAN Beri 2 kali sehari selama 5 hari sehari untuk
5 hari
Tablet dewasa Tablet Anak Sirup/5ml Sirup
80 mg trimeto 20 mg trimeto 40 mg trimeto
prim + 400 mg prim + 100 mg prim + 200 mg 125 mg
sulfametok sulfametok sulfametok per 5 ml
sazol sazol sazol
2 sampai 4 bulan
(4 - < 6 kg) ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
4 sampai 12 bulan
(6 - < 10 Kg) ½ 2 5 ml 5 ml
12 bln s/d 5 thn
(10 - < 19 Kg) 1 3 7,5 ml 10 ml
Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan pemberian
formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ dalam
sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan
ketrampilan petugas )
Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari
Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan
pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)
Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis
tunggal sebagai berikut :
UMUR ATAU BERAT BADAN PIRANTEL PAMOAT (125mg/tablet)
(DOSIS TUNGGAL)
4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg) ½ tablet
9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg) ¾ tablet
1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg) 1 tablet
3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg) 1 ½ tablet
Sedangkan untuk prognosis, seperti kasus lainnya semakin cepat ditangani, prognosis
akan semakin membaik. Namun, ada beberapa hal yang dapat memperburuk prognosis,
yaitu gagal tumbuh, hypoproteinemia
Referensi:
Pudjiadi solihin. Penyakit KEP(kurang energy protein) dan ilmu gizi klinis pada anak ed.IV.
FKUI. Jakarta 2005: 95-137.