Anda di halaman 1dari 38

ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL

DAN LEKSIKAL
ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN
LEKSIKAL 
ARTIKEL “MENGURAI KRISIS AIR BERSIH” KARYA HM
TAMZIL
DI SUARA MERDEKA TANGGAL 23 DESEMBER 2009

A. Sekilas Tentang Wacana Artikel “Mengurai Krisis Air


Bersih” di Harian Suara Merdeka
Kolom artikel merupakan salah satu kolom yang terdapat
di harian suara merdeka. Kolom artikel terdapat dibagian
“wacana” maupun “wacana lokal”. Letak kolom artikel
senantiasa menempati halaman 6 dan 7, kolom artikel
senantiasa terletak disamping kanan tajuk rencana,
dihalaman 6, sedangkan artikel wacana lokal terdapat
pada halamannya. Artikel “Mengurai Krisis Air Bersih”
terdapat dalam wacana lokal yang terletak dipojok kiri
atas.
Artikel tersebut dipilih karena tema yang diangkat sesuai
dengan kondisi saat ini. Di mana beberapa kota di Jawa
Tengah berada dipenghujung musim kemarau. Meski
telah memasuki musim penghujan, namun dampak dari
musim kemarau masih tetap terasa.
Dalam artikel mengurai krisis air bersih mengambil tema
tentang krisis air bersih. Artikel tersebut menjelaskan
permasalahan krisis air bersih/kekeringan diberbagai
kota/kabupaten di Jawa Tengah. Upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut diadakan Program
Pengembangan Sarana Penyediaan Air Minum (SPAM).
Ini dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di perkotaan dan pedesaan, melalui
peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan air minum.

B. Analisis Wacana Artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di


Harian Suara Merdeka dari Aspek Gramatikal
1. Referensi (Pengacuan)
Referensi atau pengacuan adalah salah satu jenis kohesi
gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang
mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan)
yang mendahului atau mengikutinya.
Referensi (pengacuan) ada tiga macam, yaitu pronomina
persona, pronomina demonstratif, dan pengacuan
komparatif.

a. Pronomina persona
Referensi (pengacuan) yang berupa pronomina persona
dalam wacana artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di
harian Suara Medeka dapat dilihat pada data-data
dibawah ini:
1). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah
pusat, provinsi, ataupun kabupaten/kota untuk
menanggulangi daerah rawan air, di antaranya lewat
penanggulangan secara darurat dan permanen (E.1)
Pada data (E.1) terdapat pengacuan pronomina persona
III bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada diantaranya
mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di
sebelah kiri yaitu berbagai upaya sehingga disebut
pengacuan endofora yang anaforis.
2). Pasalnya mereka banyak kehilangan waktu dan
tenaga, hanya untuk mengambil air dari tempat yang jauh
atau harus mengeluarkan uang lebih banyak guna
membeli air dari pedagang keliling atau mobil tangki (I.2).
Sementara itu, -nya pada pasalnya merupakan
pengacuan pronomina persona II bentuk tunggal terikat
mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di
sebelah kanan yaitu mereka sehingga disebut pengacuan
endofora yang disebut pengacuan endeofora yang
kataforis.
Pada data (I.2) terdapat pengacuan pronomina persona
III bentuk jamak yaitu mereka mengacu pada unsur lain
yang berada di luar teks yaitu masyarakat sehingga
disebut pengacuan eksofora.
3). Kota Magelang menjadi satu-satunya daerah di
Jateng yang memiliki cukup air minum (L.2)
Pada data (L.2) terdapat pengacuan pronomina persona
II bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada satu-satunya
mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di
sebelah kanan yaitu daerah sehingga disebelah
pengauan endofora yang kataforis.
4). Beberapa program yang telah dilakukan pemerintah
diantaranya menjalankan program penyediaan air bersih
berbasis masyarakat (pamsimas) dan pengambunan air
minum dengan DAK (N.1)
Pada data (N.1) terdapat pengacuan pronomina persona
III bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada diantaranya
mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di
sebelah kiri yaitu beberapa program, sehingga disebut
pengacuan endofora yang anaforis.
5). Kalau pun terdapat air baku, biasanya berada pada
jarak yang cukup jauh dan sering berbenturan dengan
peruntukan lain (O.2)
Pada data (O.2) terdapat pengacuan peronomia persona
III bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada biasanya
mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di
sebelah kiri yaitu air baku sehingga disebut pengacuan
endofora yang anaforis.
6). Kedua, masyuarakat rawan air biasanya berada pada
pemukiman terpencil dan sulit dijangkau dengan jarak
antara lain yang relatif jauh (P.1)
Pada data (P.1) terdapat pengacuan pronomina persona
II bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada biasanya
mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di
sebelah kiri yaitu masyarakat rawan air sehingga disebut
pengacuan endofora yang anaforis.
7). Ketiga, daerah rawan air biasanya berada pada
kondisi geohidrologi yang miskin air tanah, serta
topografinya berbukit (Q.1)
Pada data (Q.1) terdapat pengacuan pronomina persona
III bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada biasanya
mengacu pada unsur lain yang berbeda di dalam teks di
sebelah kiri yaitu daerah rawan air sehingga disebut
pengacuan endofora yang anaforis.
8). Mereka berdiam di 1.109 desa di 217 kecamatan dan
27 kabupaten/kota (G.3)
Pada data (G.3) terdapat pengacuan pronomina persona
II bentuk jamak yaitu mereka mangacu pada unsur lain
yang berada di luar teks yaitu 1.445.490 jiwa sehingga
disebut pengacuan eksfora.
b. Pronomina Demonstratif
Referensi (pengacuan) yang berupa pronomina
demonstrative dalam wacana artikel “Mengurai Krisis Air
Bersih” di harian Suara Merdeka dapat dilihat pada data-
data di bawah ini:
1). Permasalahan krisis air bersih/kekeringan diberbagai
kota/kabupaten merupakan siklus yang terjadi setiap
tahun (C.1)
Pada data (C.1) terdapat pronomina demonstratif waktu
netral yaitu setiap tahun, karena pengacuan ini tidak
menunjuk pada waktu lampau saja, waktu kini saja, atau
waktu yang akan datang saja, melainkan menunjuk waktu
setiap malam.
2). Berdasarkan studi identifikasi kawasan rawan air
bersih/kekeringan pada 2003 terdapat 3.104.574 jiwa
penduduk yang termasuk kategori rawan air bersih dan
itu tersebar di 1.401 desa di 271 kecamatan di 29
kabupaten (D.10)
Pada data (D.1) terdapat pronomina demonstratif itu yang
mengacu pada tempat agak dekat dengan penutur, yaitu
kawasan rawan air bersih. Kekeringan yang berada di
dalam teks di sebelah kiri sehingga disebut pengacuan
endofora yang anaforis.
3). Saat ini sedang dilakukan inventarisasi daerah
kekeringan dan rawan air di Jateng oleh satuan kerja
pengembangan kinerja dan pengelolaan air minum
(satker PKP) (G.1)
Pada data (G.1) terdapat pronomina demonstratif waktu
kini yaitu saat ini.
4). Kota yang masih cukup memiliki cadangan air minum
adalah kata Magelang (H.1)
Pada data (H.1) terdapat pronomina demonstratif tempat
menunjuk secara eksplisit yaitu Magelang.
5). Solo mempunyai cadangan air baku tetapi perlu
segera dibangun unit produksi (H.2)
Pada data (H.2) terdapat pronomina demonstratif tempat
menunjuk secara eksplisit yaitu Solo.
6). Pelayanan PDAM di kota-kota itu sudah mulai
terganggu pada musim kemarau karena kesiltan pasokan
air baku (H.4)
Pada data (H.4) terdapat pronomina demonstratif itu yang
mengacu pada tempat agak dekat dengan penutur, yaitu
kota Semarang, Salatiga, Tegal, dan Pekalongan yang
berada di luar teks sehingga pengacuan eksofora.
7). Kabupaten yang setiap musim kemarau selalu
mengalami kekeringan atua rawan air minunmm adalah
Blora, Rembang, Pati, Sragen, Grobogan, Demak,
Boyolali, Wonogiri, dan Cilacap (J.1)
Pada data (J.1) terdapat pronomina demonstratif waktu
netral yaitu setiap musim kemarau, karena pengacuan ini
tidak menunjuk pada waktu lampau saja, waktu kini saja,
atau waktu yang akan datang saja, melainkan menunjuk
waktu setiap musim kemarau. Selain itu, terdapat pula
pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit
yaiitu Blora, Rembang, Pati, Sragen, Grobogan, Demak,
Boyolali, Wonogiri dan Cilacap.
8). Kota Magelang menjadi satu-satunya daerah di
Jateng yang memiliki cukup air minum (L.2)
Pada data (L.2) terdapat pronomina demonstratif tempat
menunjuk secara eksplisit yaitu Magelang.
9). Adapun deaerah yang mulai mengalami kekeringan
adalah kota Semarang, Salatiga, Tegal, dan Pekalongan
(H3)
Pada data (H.3) terfdapat pronomina demonstratif tempat
menunjuk secara eksplisit yaitu kota Semarang, Salatiga,
Tegal, dan Pekalogan.
10). Adapun daerah yang mengalami permasalahan
kekeringan, dalam waktu lebih pendek tapi potensial
parah jika terjadi kemarau berkepanjangan adalah
kabupaten Kebumen, Purworejo, Banjarnegara,
Wonosobo, Banyumas, Purbalingga, Magelang, Klaten,
Sukoharjo, Karanganyar, Temanggung, Semarang,
Kendal, Batang, Pemalang, Pekalongan, Tegal, Brebes,
Jepara, dan Kudus (K.1)
Pada data (K.1) terdapat pronomina demonstratif tempat
menunjuk secara eksplisit yaitu kabupaten Kebumen,
Purworejo, Banjarnegara, Wonosobo, Banyumas,
Purbalingga, Magelang, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar,
Temanggung, Semarang, Kendal, Batang, Pemalang,
Pekalongan, Tegal, Brebes, Jepara dan Kudus.
11). Kota yang mengalami kekeringan air minum pada
musim kemarau adalah Tegal, Pekalogan, Semarang,
Salatiga dan Solo (l.1)
Pada data (L.1) terdapat pronomina demonstratif tempat
menunjuk secara eksplisit yaitu Tegal, Pekalongan,
Semarang Salatiga, dan Solo.
c. Pengacuan Komparatif
Dalam wacana artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di
harian Suara Merdeka tidak ditemukan adanya
pengucapan komparatif.
2. Penyulihan (Subistitusi)
Penyulihan atau substitusi ialah salah satu jenis kohesi
gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual
tertentu (yang telah disebut) dengan satuan lingual lain
dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda.
Pada wacana Suara Merdeka Rabu 23 Desember 2009
yang berjudul “Mengurangi Krisis Air Bersih”.
a. Substitusi nominal
Substitusi nominal adalah penggantian satuan lingual
yang berkategori nomina, substitusi nominal pada
wacana “Mengurangi Krisis Air Bersih” tidak ada.
b. Substitusi verbal
Substitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang
berkategori verba (kata kerja) dengan satuan lingual
lainnya yang juga berkategori verba substitusi verbal
pada wacana “Mengurangi Krisis Air Bersih” tidak ada. 
c. Substitusi frasa1 adalah penggantian satuan lingual
tertentu berupa kata atau frasa dengan satuan lingual
lainnya yang berupa frasa pada wacana “Mengurangi
Krisis Air Bersih”.
Pada data (I.1, dan 2)
Dampak kekeringan pada musim kemarau bisa
memperparah kondisi sosial, ekonomi dan kesehatan,
terutama bagi yang berpenghasilan rendah. Pasalnya
mereka banyak kehilangan waktu dan tenaga hanya
untuk mengambil air dari tempat yang jauh, atau harus
mengeluarkan uang lebih banyak guna membeli air dari
pedagang keliling atau mobil tangki.
Pada frasa bagi yang berpenghasilan rendah pada frasa
pertama disubstitusi menjadi mereka pada kalimat ke
dua.
d. Substitusi klausa1/kalimat
Substitusi klausa1 adalah penggantian satuan lingual
tertentu yang berupa klausa atau kalimat dengan satuan
lingual lainnya yang berupa kata atau frase pada wacsna
“Mengurangi Krisis Air Bersih” tidak terdapat substitusi
klausal.
3. Ellipsis (Pelesapan)
Pelesapan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal
yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual
tertentu. Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih”
terdapat pelesapan (ellipsis), sebagai berikut:
a. Pelesapan kata
1) a. Pasalnya, mereka banyak kehilangan waktu dan
tenaga hanya untuk mengambil air dari tempat yang jauh,
atau harus mengeluarkan uang lebih banyak guna
membeli air dari pedagang keliling atau mobil tangki (I.2)
b. Pasalnya, Mereka banyak kehilangan waktu dan
tenaga hanya untuk mengambil air dari tempat yang jauh,
atau Mereka harus mengeluarkan uang lebih banyak
guna membeli air dari pedagang keliling atau mobil tangki
(I.2)
Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya
persitiwa pelesapan, seperti pada (I.a), maka tuturan itu
menjadi lebih efektif, efisien, wacananya menjadi padu
(kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih kreatif
menemukan unsur-unsur yang dilesapkan, serta praktis
dalam berkomunikasi.
b. Pelesapan frasa
1) a. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah
pusat, provinsi, ataupun kabupaten/kota untuk
menanggulangi daerah rawan air, diantaranya lewat
penanggulangan secara darurat dan permanen (E.1)
Namun masih perlu didukung oleh upaya konservasi
daerah tangkapan air mengingat luas daerah rawan air,
di antaranya lewat penanggulangan secara darurat dan
permanen.
b. Berbagai upaya masih perlu didukung oleh upaya
konservasi daerah tangkapan air mengingat luas daerah
rawan air bersih cenderung bertambah.
1) a. Kelima, pemerintah pusat atau daerah tidak
mempunyai dana yang cukup, atau belum menempatkan
penanganan daerah rawan air sebagai prioritas program
pembangunan sehingga belum semua kabupaten/kota
mengalokasikan dana APBD II untuk penanganan daerah
rawan air (S.1)
b. Kelima, pemerintah pusat atau daerah tidak
mempunyai dana yang cukup, atau pemerintah pusat
atau daerah belum menempatkan penanganan daerah
rawan air sebagai prioritas program pembangunan
sehingga belum semua kabupaten/kota mengalokasikan
dana APBD II untuk penanganan daerah rawan air (S.1)
Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya
peristiwa pelesapan, seperti pada (1.a), maka tuturan itu
menjadi lebih efektif, efisien, wacananya menjadi padu
(kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih kreatif
menemukan unsur-unsur yang dilesapkan, serta praktis
dalam berkomunikasi.
c. Pelesapan klausa
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya pelesapan klausa.
d. Pelesapan kalimat
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya pelesapan klausa.
4. Perangkaian / Konjungsi
Konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang
dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu
dengan unsur yang lain dalam wacana.
a. Sebab-akibat (kausalitas)
1). Pada teks (c.2) terdapat kata disebabkan yang
merupakan konjungsi klausa yang mempunyai hubungan
sebab-akibat yaitu hubungan klausa antara klausa
kondisi alam dan dipicu oleh lingkungan yang makin
rusak, dengan kausal sebelumnya yaitu dibeberapa
wilayah, siklus itu menjadi bencana.
2). Pada teks (I.4) terdapat kata karena yang merupakan
konjungsi kasualitas yang mempunyai hubungan sebab-
akibat yaitu kesulitan pasokan air baku, sebagai sebab
dan pelayanan PDAM di kota itu sudah mulai terganggu
pada musim kemarau menjadi akibat.
b. Pertentangan
1). Pada teks (F.1) terdapat kata namun yang
mempunyai hubungan pertentangan yang merupakan
konjungsi antar paragraf yaitu antara paragraf E dengan
paragraf F. 
2). Pada teks (H.2) terdapat kata tetapi yang mempunyai
hubungan antara klausa perlu segera dibangun unit
produksi dengan klausa Solo mempunyai cadangan air
baku.
3). Pada teks (K.1) terdapat kata tapi yang merupakan
konjungsi subordinat bersyarat yang mempunyai
hubungan pertentangan.
c. Kelebihan (eksesif)
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka, Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya konjungsi kelebihan (eksesif).
d. Pengecualian (ekseptif)
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka, Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya konjungsi pengecualian (ekseptif).
e. Konsesif 
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka, Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya konjungsi konsesif.
f. Tujuan 
1). Konjungsi yang menyatakan tujuan pada wacana
artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” dapat ditemukan pada
teks no A 1 dengan ditandai kata untuk.
2). Pada teks (I.2) terdapat kata untuk yang mempunyai
hubungan tujuan.
3). Pada teks (L.2) terdapat kata bagi yang mempunyai
hubungan tujuan.
4). Pada teks (M.1) terdapat kata untuk yang mempunyai
hubungan tujuan.
5). Pada teks R.1) terdapat kata untuk yang mempunyai
hubungan tujuan.
6). Pada teks (S.1) terdapat kata untuk yang mempunyai
hubungan tujuan.
g. Penambahan (aditif)
1). Pada teks (A.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
2). Pada teks (B.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
3). Pada teks (C.2) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
4). Pada teks (D.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
5). Pada teks (E.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
6). Pada teks (F.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
7). Pada teks (G.3) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
8). Pada teks (H.3) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
9). Pada teks (I.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
10). Pada teks (I.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
11). Pada teks (J.2) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
12). Pada teks (K.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
13). Pada teks (L.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
14). Pada teks (M.2) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan
15). Pada teks (N.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
16). Pada teks (O.2) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
17). Pada teks (P.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
18). Pada teks (Q.1) terdapat dua kata serta yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
h. Pilihan (alternative)
1). Pada teks (E.1) terdapat kata ataupun yang
merupakan konjungsi alternatif yang mempunyai
hubungan pilihan.
2). Pada teks (I.2) terdapat kata atau yang merupakan
konjungsi alternatif yang mempunyai hubungan pilihan.
3). Pada teks (J.1) terdapat kata atau yang merupakan
konjungsi alternatif yang mempunyai hubungan pilihan.
4). Pada teks (S.1) terdapat kata atau yang merupakan
konjungsi alternatif yang mempunyai hubungan pilihan
i. Harapan (optatif)
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka hari Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
konjungsi optatif yang menyatakan harapan.
j. Urutan (sekuensial)
1). Pada teks (O.1) terdapat kata pertama yang
merupakan konjungsi sekuensial yang mempunyai
hubungan urutan.
2). Pada teks (P.1) terdapat kata kedua yang merupakan
konjungsi sekuensial yang mempunyai hubungan urutan.
3). Pada teks (Q.1) terdapat kata ketiga yang merupakan
konjungsi sekuensial yang mempunyai hubungan urutan.
4). Pada teks (R.1) terdapat kata keempat yang
merupakan konjungsi sekuensial yang mempunyai
hubungan urutan.
5). Pada teks (S.1) terdapat kata kelima yang merupakan
konjungsi sekuensial yang mempunyai hubungan urutan.
k. Perlawanan 
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka hari Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
konjungsi yang menyatakan hubungan perlawanan.

l. Waktu (temporal)
Dalam artikel “Mengurai Krisiss Air Bersih” di Suara
Merdeka hari Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
konjungsi temporal yang menyatakan hubungan waktu.
m. Syarat
Pada teks (K.1) terdapat kata jika yang mempunyai
hubungan syarat.
n. Cara
1). Pada teks (B.1) terdapat kata dengan yang
mempunyai hubungan cara.
2). Pada teks (B.2) terdapat kata dengan yang
mempunyai hubungan.
3). Pada teks (L.2) terdapat kata dengan yang
mempunyai hubungan. 
4). Pada teks (M.1) terdapat kata dengan yang
mempunyai hubungan.
5). Pada teks (M.2) terdapat kata dengan yang
mempunyai hubungan.
6). Pada teks (O.2) terdapat kata dengan yang
mempunyai hubungan.
7). Pada teks (P.1) terdapat kata dengan yang
mempunyai hubungan.

C. Analisis Artikel/Opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di


Harian Suara Merdeka Rabu 23 Desember 2009 dari
Aspek Leksikal
1. Repetisi
Repetisi adalah penggulangan satuan lingual yang
dianggap penting ntuk memberi tekanan dalam sebuah
konteks yang sesuai. Repetisi dibedakan menjadi 9,
yaitu:
a. Repetisi epizeuksis
Contoh dari artikel/opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di
suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 adalah sebagai
berikut:
1). Kebijakan dan tujuan program ini didasarkan atas
kebijakan pusat yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi daerah (B.1)
Pada tuturan di atas kata “kebijakan” diulang beberapa
kali secara berturut-turut untuk menekan pentingnya kata
tersebut dalam konteks tuturan itu.

2). Berdasarkan studi identifikasi kawasan


rawan air bersih/kekurangan pada 2003, 
terdapat 3.104.574 jiwa penduduk yang 
termasuk kategori rawan air bersih, dan 
itu tersebar di 1.401 desa di 271 kecamatan 
di 29 kabupaten (Q.1)
Pada tuturan di atas, kata “rawan air bersih” diulang
beberapa kali secara berturut-turut untuk menekankan
pentingnya kata tersebut dalam konteks tuturan itu.
3). Beberapa program yang telah dilakukan
pemerintah di antaranya menjalankan 
program penyediaan air bersih berbasis
masyarakat (pamsimas) dan pembangunan
air minum dengan DAK (N.1)
Pada tuturan di atas kata “program” diulang beberapa kali
secara berturut-turut untuk menekankan pentingnya kata
tersebut dalam konteks tuturan.
b. Repetisi Mesodiplosis
Contoh dari artikel/opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di
Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 adalah
sebagai berikut:
1). Permasalahan krisis air bersih/kekeringan
di berbagai kota/kabupaten merupakan 
siklus yang terjadi setiap tahun
di beberapa wilayah, siklus itu menjadi bencana 
disebabkan kondisi alam, dan dipicu oleh 
lingkungan yang makin rusak (C.1 dan 2)
Pada tiap baris artikel/opini di atas terdapat pengulangan
satuan lingual “siklus” yang terletak di tengah-tengah
baris secara berturut-turut. Pengulangan seperti itu oleh
penulisnya dimaksudkan untuk menekankan makna
satuan lingual yang diulang, yaitu siklus yang berarti
daur/peredaran masa (tahun) atau putaran waktu yang
didalamnya terdapat rangkaian kejadian yang berulang-
ulang secara tetap dan teratur. Dalam artikel/opini di atas
adalah rangkaian kejadian krisis air bersih/kekeringan
yang menjadi bencana. Misalnya: kondisi alam, dan
dipicu oeh lingkungan yang makin rusak.
2). Kota yang masih cukup memiliki cadangan
air minum adalah kota Magelang
Solo mempunyai cadangan air baku tetapi 
perlu segera dibangun unit produksi (H.1 dan 2)
Pada tiap baris artikel/opini di atas terdapat pengulangan
satuan lingual “cadangan” yang terletak di tengah-tengah
baris berturut-turut. Pengulangan seperti itu oleh
penulisan dimaksudkan untuk menekankan makna
satuan lingual yan diulang yaitu cadangan yang berarti
simpanan pengganti. Dalam artikel/opini di atas yang
dimaksud adalah cadangan air minum dan cadangan air
baku.
3). Pemerintah telah berupaya untuk menanggulangi 
daerah rawan air dengan beberapa program
Pertama, penangulangan tanggap darurat
daerah rawan air dilakukan dengan menggunakan 
mobil tangki, dan air siap minum (M.1 dan 2)
Pada tiap baris artikel /opini di atas terdapat pengulangan
satuan lingual “daerah rawan air” yang terletak di tengah-
tengah baris berturut-turut. Pengulangan seperti itu oleh
penulisnya dimaksudkan untuk menekankan makan
satuan lingual yang diulang yaitu wilayah yang
kekurangan/kesulitan air. Dalam artikel/opini di atas yang
dimaksud adalah upaya pemerintah untuk melindungi
daerah rawan air dan penanggulangan tangfgap darurat
daerah rawan air.
4). Kedua, masyarakat rawan air biasanya berada 
pada pemukiman terpencil dan sulit dijangkau 
dengan jarak antar rumah yang relative jauh 
Ketiga, daerah rawan air biasanya berada 
pada kondisi geohidrologi yang miskin air tanah,
serta topografi berbukit (P.1 dan Q.1)
Pada tiap baris artikel/ opini terdapat pengulangan satuan
lingual “rawan air” yang terletak ditengah-tengah baris
berturut-turut. Pengulangan seperti itu oleh penulisnya
dimaksudkan untk menekankan makna satuan lingual
yang diulang yaitu kesulitan/kekurangan/kelangkaan air.
Dalam artikel /opini di atas yang dimaksud adalah
masyarakat rawan air dan daerah rawan air.
c. Repetisi Tautotes
Dalam artikel/opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di
Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak
ditemukan atau terdapat repetisi tautotes.
d. Repetisi Anaphora
Dalam artikel/opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di
Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak
ditemukan atau terdapat repetisi anaphora.
e. Repetisi Epistrofa
Dalam artikel/opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di
Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak
ditemukan atau terdapat repetisi epistrofa.
f. Repetisi Simploke
Dalam artikel/opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di
Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak
ditemukan atau terdapat repetisi simploke.
g. Repetisi Epanalepsis
Dalam artikel/opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di
Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak
ditemukan atau terdapat repetisi epanalepsis.
h. Repetisi Anadiplosis
Dalam artikel/opini “Mengurangi Krisis Air Bersih” di
Suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak
ditemukan atau terdapat repetisi anadiplosis.
i. Repetisi Utuh/Penuh
Dalam artikel/opini Mengurangi “Krisis Air Bersih” di
suara Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak
ditemukan atau terdapat repetisi utuh/penuh.

2. Sinonimi
Sinonimi adalah ungkapan yang maknanya kurang lebih
sama dengan ungkapan lain (Abdul Chaer, 1990: 85
dalam Sumarlam, 2009: 29).
Sinonimi dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:
a. Sinonimi morfem bebas dengan morfem terikat 
Dalam artikel “Mengurai Krisi Air Bersih” tidak ditemukan
adanya sinonimi morfem dengan morfem terikat.

b. Sinonimi kata dengan kata


Contoh dari artikel/opini “Mengurai Krisis Air Bersih” di
Suara Merdeka Rabu 23 Desember 2009 adalah sebagai
berikut:
1). Kebijakan dan tujuan program ini didasarkan atas
kebijakan pusat yang disesuaikan dengan kebutuhan
akan kondisi daerah provinsi Jateng terbagi dalam 35
wilayah kabupaten/dengan jumlah penduduk 32.397.431
jiwa (B1 dan 2).
Tampak pada tuturan di atas, kepaduan wacana tersebut
antara lain didukung oleh aspek leksikal yang berupa
sinonimi antara kata daerah pada kalimat pertama
dengan kata wilayah pada kalimat kedua. Kedua kalimat
tersebut maknanya sepadan.
c. Sinonimi kata dengan frasa atau sebaliknya
Contoh dari artikel/opini “Mengurai Krisis Air Bersih” di
Suara Merdeka, Rabu 23 Desmber 2009 adalah sebagai
berikut:
1). Permasalahan krisis air bersih atau kekurangan
diberbagai kota atau kabupaten merupakan siklus yang
terjadi setap tahun. Di beberapa wilayah, siklus itu
menjadi bencana disebabkan kondisi alam, dan dipicu
oleh lingkungan yang makin rusak (C.1).
Kepaduan wacana tersebut didukung oleh aspek leksikal
yang berupa sinonimi antara frase krisis air bersih pada
kalimat pertama, dengan kata bencana pada kalimat
berikutnya. Selain itu kepaduannya juga didukung
adanya pemakain kata bencana itu dengan preusasi
peristiwa yang digambarkan secara rinci melalui
ungkapan disebabkan kondisi alam dan dipicu oleh
lingkungan yang masih rusak.
2). Kabupaten yang setap musim kemarau selalu
mengalami kekeringan atau rawan air minum adalah
Blora, Rembang, Pati, Sragen, Grobogan, Demak,
Boyolalli, Wonogiri, dan Cilacap (J.1).
Kepaduan wacana tersebut didukung oleh aspek leksikal
yang berupa sinonimi antara kota kekeringan dengan
frasa rawan air minum pada kalimat yang sama.
d. Sinonimi frasa dengan frasa 
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya sinonimi frase dengan frasa.
e. Sinonimi klausa/kalimat dengan klausa / kalimat
1). Kota yang masih cukup memiliki cadangan air minum
adalah kota Magelang. Solo mempunyai cadangan air
baku, tetapi perlu segera dibangun unit produksi (H.1).
Pada data (H.1) terdapat
f. Sinonimi frasa dengan klausa/kalimat
1). Kedua, masyarakat rawan air biasanya berada pada
pemukiman terpencil dan sulit dijangkau dengan jarak
antar rumah yang relatif jauh (P.1).
Kepaduan wacana tersebut didukung oleh aspek leksikal
yang berupa sinonimi antara frasa pemukiman terpencil
dengan klausa sulit dijangkau dengan jarak antara rumah
yang relative jauh.

3. Antonimi
Antonimi adalah satuan lingual yang maknanya
berlawanan/ beroposisi dengan satuan lingual yang lain.
Antonimi disebut juga oposisi makna.
Oposisi makna dibedakan menjadi lima yaitu oposisi
mutlak, oposisi kutub, oposisi hierarkial, oposisi
hubungan, dan oposisi majemuk.
a. Oposisi mutlak
Dalam artikel “Mengurangi Krisis Air Bersih” dari Suara
Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya oposisi mutlak
b. Oposisi kutub
Adapun daerah yang mengalami permasalahan
kekeringan dalam waktu lebih pendek tapi potensial
parah jika terjadi kemarau berkepanjangan adalah
kabupaten Kebumen, Purworejo, Banjarnegara,
Wonosobo, Banyumas, Purbalingga, Magelang, Klaten,
Sukoharjo, Karanganyar, Temanggung, Semarang,
Kendal, Batang, Pemalang, Pekalongan, Tegal, Brebes,
Jepara dan Kudus (K.1).
Pada data (K.1) terdapat oposisi kutub antara kata
pendek dengan kata berkepanjangan.
c. Oposisi hubungan 
Dalam artikel “Mengurai Krisi Air Bersih” di Suara
Merdeka Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya oposisi hubungan.
d. Oposisi hirarkial
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya oposisi hirarkial.
e. Oposisi majemuk
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya oposisi majemuk
4. Kolokasi (Sanding Kata)
Kolokasi adalah sosiasi tertentu dalam menggunakan
pilihan kata yang cenderung digunakan secara
berdampingan.
Dalam artikel “Mengurangi Krisis Air Bersih” terdapat
kolokasi sebagai berikut:
1). Kota yang mengalami kekurangan air minum pada
musim kemarau adalah Tegal, Pekalongan, Semarang,
Salatiga dan Solo. Kota Magelang menjadi satu-satunya
daerah di Jateng yang memiliki cukup air minum. Dengan
air baku 426 liter/detik, PDAM bahkan berpotensi
memberikan pelayaran air minum bagi masyarakat
penduduk kabupaten Magelang (L.1 dan 2)
Pada contoh di atas tampak pemakaian klausa-klausa
mengalami kekurangan air minum, memiliki cukup air
minum, dan memberikan pelayanan air minum, yang
saling berkolokasi dan mendukung kepaduan wacana
tersebut.
2). Kelima, pemerintah pusat atau daerah tidak
mempunyai dana yang cukup, atau belum menempatkan
penanganan daerah rawan air sebagai prioritas program
pembangunan sehingga belum semua kabupaten/kota
mengalokasikan dana APBD II untuk penanganan daerah
rawan air (S.1)
Pada contoh di atas tampak pemakaian klausa-klausa
daerah tidak mempuyai dana yang cukup dan belum
semua kabupaten/kota mengalokasikan dana APBD II
yang saling berkolokasi dan mendukung kepaduan
wacana tersebut.

5. Hiponimi
Hiponimi adalah satuan bahasa yang maknanya
dianggap merupkan bagian dari makan satuan lingual
yang lain. Hiponimi menggunakan empat isitlah yaitu:
Dalam artikel “Mengurangi Krisi Air” bersih terdapat
hiponimi, sebagai berikut:
1). Adapun daerah yang mulai mengalami kekeringan
adalah kota Semarang, Salatiga, Tegal dan Pekalongan
(H.3)
Pada data (H.3) terdapat hipernim yaitu daerah.
Sementara itu, daerah yang mulai mengalami kekeringan
sebagai hiponiminya adalah Semarang, Salatiga, Tegal
dan Pekalongan. Hubungan antar unsur bawahan atau
antara kata yang menjadi anggota hiponimi yaitu kota
Semarang, Salatiga, Tegal dan Pekalongan disebut
kohiponim. Hiponim berfungsi mengikat hubungan antar
unsur atau antar satuan lingual dalam wacana secara
sistmatis, tertutama untuk menjalin hubungan makna
atasan dan bawahan, atau antara unsur yang mencukupi
dan unsur yang tercukkupi. Hiponiomi dalam teks di atas
yaitu hubungan antara daerah dengan kota Semarang,
Salatiga, Tegal dan Pekalongan.
2). Kabupaten yang setiap musim kemarau selalu
mengalami kekeringan atau rawan air minum adalah
Blora, Rembang, Pati, Sragen, Grobogan, Demak,
Boyolali, Wonogiri, dan Cilacap (J.1)
Pada data (j.1) terdapat hipernim yaitu kabupaten.
Sementara itu, hiponimnya adalah Blora, Rembang, Pati,
Sragen, Grobogan, Demak, Boyolali, Wonogiri, dan
Cilacap. Hubungan antar unsur bawahan atau antarkota
yang menjadi anggota hiponim yaitu Blora, Rembang,
Pati, Sragen, Grobogan, Demak, Boyolali, Wonogiri, dan
Cilacap disebut kohiponim. Hiponimi dalam teks diatas
yaitu hubungan antara kabupaten dengan Blora,
Rembang, Pati, Sragen, Grobopgan,, Demak, Boyolali,
Wopnogiri dan Cilacap.
3). Adapun daerah yang mengalami permaslah
kekeringan dalam waktu leih pendek tapi potensial parah
jika terjadi kemarau berkepanjangan adalah kabupaten
Kebumen, Purworejo, Banjarnegara, Wonosobo,
Banyumas, Purbalingga, Temanggung, Semarang,
Kendal, Batang, Pemalang, Pekalongan, Tegal ,
Berebes, Jepara dan Kudus (K.1)
Pada data (K.1) terdapat hipernim yaitu daerah.
Sementara itu, hiponimnya adalah Kebumen, Purworejo,
Banjarnegara, Wonosobo, Banyumas, Purbalingga,
Magelang, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar,
Temanggung, Semarang, Kendal, Batang, Pemalang,
Pekalongan, Tegal, Berebes, Jepara, dan Kudus.
Hubungan antar unsur bawahan atau antarkata yang
menjadi anggota hiponiminya disebut kohiponim.
Hubungan antara daerah dengan Kebumen, Purworejo,
Banjarnegara, Wonosobo, Banyumas, Purbalingga,
Magelang, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar,
Temanggung, Semarang, Kendal, Batang, Pemalang,
Pekalongan, Tegal, Brebes, Jepara, dan Kudus disebut
hiponimi.
4). Kota yang mengalami kekurangan air minum pada
musim kemarau adalah Tegal, Pekalongan, Semarang,
Salatiga dan Solo (L.1)
Pada data (L.1) terdapat hipernim yaitu kota. Sementara
itu hiponiminya adalah Tegal, Pekalongan, Semarang,
Salatiga dan Solo. Hubungan antar unsur bawahan atau
antar kota yang menjadi anggota hiponimnya disebut
kohiponim. Hubungan antara kata dengan Tegal,
Pekalongan, Semarang, Salatiga, dan Solo disebut
hiponimi.

6. Ekuivalensi (Kesepadanan)
Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antar satuan
lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam
sebuah paradigma.
Ekuivalensi dalam artikel “Mengurangi Krisis Air Bersih,
sebagai berikut:
Program pengembangan sarana penyediaan air minum
(PDAM) dimaksudkan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat diperkotaan dan pedesaan
melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan air
nimum (A.1).
Pada kalimat di atas, kata meningkatkan dan
peningkatan dibentuk dari bentuk asal yang sama yaitu
tingkat yang menunjukkan hubungan ekuivalensi.

D. Simpulan
1. Artikel “Mengurai Krisis Air Bersih “ di Suara Merdeka,
Rabu 23 Desember 2009 terdapat pada bagian wacana
lokal di halaman 7 yang letaknya di pojok kanan atas.
Artikel tersebut sesuai dengan keadan yang terjdi saat
ini, yang perlu dipecahkan permasalahannya. Artikel
tersebut brisi tentang krisis air bersih yang terjadi di
beberapa wilayah yang perlu dilakukan adanya program
pengembangan sarana penyediaan air minum (SPAM)
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di
perkotaan dan pedesaan, melalui peningkatan kualitas
dan kuantitas pelayanan air minum.
2. Aspek gramatikal yang paling dominan sampai yang
tidak dominan
Aspek gramatikal yang paling dominan muncul adalah
konjungsi (67,74%), sedangkan yang tidak dominan
muncul adalah substitusi (1,43%). Dilihat dari aspek
gramatikal referensi, yang paling dominan muncul adalah
pronominal demonstratif (15,71%). Aspek gramatikal
substitusi yang muncul adalah substitusi frasa (1,43%).
Aspek gramatikal ellipsis yang paling dominan muncul
adalah pelesapan frase (2,86%). Aspek gramatikal
konjungsi yang paling dominan muncul adalah konjungsi
penambahan aditif (25,71%).

Aspek leksikal yang paling dominan muncul adalah


repetisi (36,84%), sedangkan yang tidak dominan muncul
adalah antonimi dan ekuivalensi (5,26%). Dilihat dari
aspek leksikal repetisi, yang paling dominan muncul
adalah repetisi mesodiplosis (21,05%). Aspek leksikal
sinonimi yang muncul adalah sinonimi kata dengan frasa
atau sebaliknya (10,53%). Aspek leksikal antonimi yang
paling dominan muncul adalah oposisi kutub (5,26%). 

DAFTAR PUSTAKA

Sumarlam, dkk. 2009. Teori dan Praktik Analisis Wacana.


Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta.

Tamzil. Mengurai Krisis Air Bersih. Dalam Suara


Merdeka, 23 Desember 2009 Hal: 7 Surakarta.

LAMPIRAN

1. Objek kajian asli.

2. Objek ketikan ulang (Suara Merdeka, Rabu 23


Desember 2009).
A
1. Program pengembangan sarana penyediaan air
minum (SPAM) dimaksudkan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat di perkotaan dan pedesaan,
melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan air
minum.
B
1. Kebijakan dan tujuan program ini didasarkan atas
kebijakan pusat yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi daerah.
2. Propinsi Jateng terbagi dalam 35 wilayah
kabupaten/kota dengan jumlah penduduk 32.398.431
jiwa.
C
1. Permasalahan krisis air bersih/kekeringan di berbagai
kota/kabupaten siklus yang terjadi setiap tahun.
2. Di beberapa wilauyah, siklus itu menjadi bencana
disebabkan kondisi alam, dan dipicu oleh lingkungan
yang makin rusak.
D
1. Berdasarkan studi identifikasi kawasan rawan air
bersih/kekeringan pada 2003, terdapat. 3.104.574 jiwa
penduduk yang termasuk kategori rawan air bersih dan
ditu tersebut di 1.401 desa di 271 kecamatan di 29
kabupaten. 
E
1. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah pusat,
provinsi, ataupun kabupaten/kota untuk menanggulangi
daerah rawan air, diantaranya lewat penanggulangan
secara darurat permanen.
F
1. Namun, masih pelru didukung oleh upaya konservasi
daerah tangkapan air mengingat luas daerah rawan air
bersih cenderung bertambah.
G
1. Saat ini sedang dilakukan ineventarisasi daerah
kekeringan dan rawan air di Jateng oleh satuan kerja
pengembangan kinerja dan pengelolaan air minum
(Satker PKP).
2. Dari data sementara, ada 1.445.490 jiwa yang
termasuk kategori mengalami rawan air bersih.
3. Mereka berdiam di 1.109 desa di 217 kecamatan dan
27 kabupaten /kota.
H
1. Kota yang masih cukup memiliki cadangan air minum
adalah kota Magelang, Solo mempunyai cadangan air
baku, tetapi perlu segera dibangun unit produksi adapun
daerah yang mulai mengalami kekeringan adalah kota
Semarang, Salatiga, Tegal dan Pekalongan.
2. Pelayanan PDAM di kota-kota itu sudah mulai
terganggu pada musim kemarau karena kesulitan
pasokan air baku.
I
1. Dampak kekeringan pada musim kemarau bisa
memperparah kondisi sosial, ekonomi dan kesehatan
masyarakat, terutama bagi yang berpenghasilan rendah.
2. Pasalnya, mereka banyak kehilangan waktu dan
tenaga hanya untuk mengambil air dari tempat yang jauh,
atau harus mengeluarkan uang lebih banyak guna
membeli air dari pedagang keliling atau mobil tangki.
J
1. Kabupaten yang setiap musim kemarau selalu
mengalami kekeringan atau rawan air minum adalah
Blora, Rembang, Pati, Sragen, Grobogan, Demak,
Boyolali, Wonogiri dan Cilacap.
K
1. Adapun derah yang mengalami permasalahan
kekeringan dalam waktu pendek tapi potensial parah jika
terjadi kemarau berkepanjangan adalah kaupaten
Kebumen, Purworejo, Banjarnegara, Wonosobo,
Banyumas, Purbalingga, Magelang, Klaten, Sukoharjo,
Karanganyar, Temanggung, Semarang, Kendal Batang,
Pemalang, Pekalongan, Tegal, Brebes, Jepara, dan
Kudus.
L
1. Kota yang mengalami kekurangan air minum pada
musim kemarau adalah Tegal, Pekalongan, Semarang,
Salatiga dan Solo.
2. Kota Magelang menjadi satu-satunya daerah di Jateng
yang memiliki cukup air minum.
3. Dengan air baku 426 filter/detik, PDAM bahkan
berpotensi memberikan pelayanan air minum bagi
masyarakat penduduk kabupaten Magelang.
M
1. Pemerintah telah berupaya untuk menanggulangi
daerah rawan air dengan beberapa program.
2. Pertama, penanggulangan tanggap darurat daerah
rawan air dilakukan dengan mengunakan mobil tangki
dan air siap minum.
N
1. Beberapa program yang telah dilakukan pemerintah
diantaranya menjalankan program penyediaan air bersh
berbasis masyarakat (pamsimas) dan pembangunan air
minum dengan DAK.
O
1. Kendala yang dihadapi dalam penanggulangan darah
rawan air adalah pertama, air baku yang semakin
terbatas, senantiasa kebutuhan akan air terus meningkat.
2. Kalaupun terdapat air baku, biasanya berada pada
jarak yang cukup jauh dan sering berbenturan dengan
peruntukan lain.
P
1. Kedua, masyarakat rawan air biasanya berada pada
pemukiman terpencil dan sulit dijangkau dengan jarak
antar rumah yang relatif jauh.
Q
1. Ketiga, daerah rawan air biasanya berada pada kondisi
geohidrologi yang miskin air tanah, serta topografi
berbukit.
R
1. Keempat, kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan
SDM yang terbatas sehingga kurang mempunyai
kemampuan untuk mengoperasikan sarana air minum
yang dibangun.
S
1. Kelima, pemerintah pusat atau daerah tidak
mempunyai dana yang cukup, atau belum menempatkan
penanganan daerah rawan air sebagai prioritas progam
pembangunan sehingga belum semua kabupaten/kota
mengalokasikan dana APBD II untuk penanganan daerah
rawan air.
WACANA
Oleh: Firdawati, S.Pd.
A. Hakikat Wacana
Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak
disebut seperti halnya demokrasi, hak asasi
manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya
banyak kata yang digunakan, kadang-kadang
pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa
pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada
yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa
yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang
mengartikan sebagai pembicaraan. Kata wacana
juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai
dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik,
komunikasi, sastra dan sebagainya.

1.      Pengertian Wacana

Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang


bermakna ucapan atau tuturan. Menurut Alwi, dkk
(2003:42), wacana adalah rentetan kalimat yang
berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi
di antara kalimat-kalimat itu. Menurut Tarigan
(dalam Djajasudarma, 1994:5), wacana adalah
satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau
terbesar di atas kalimat  atau klausa dengan
koherensi dan kohesi tinggi yang
berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal
dan akhir yang nyata. Lebih lanjut, Syamsuddin
(1992:5) menjelaskan pengertian wacana sebagai
rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang
mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan
secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan
yang koheren, dibentuk dari unsur segmental
maupun nonsegmental bahasa.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat


disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa
yang lengkap yang disajikan secara teratur dan
membentuk suatu makna.
2.      Wacana dan Fungsi Bahasa dalam
Komunikasi

Wacana dengan unit konversasi memerlukan unsur


komunikasi yang berupa sumber (pembicara san
penulis) dan penerima (pendengar dan pembaca).
Semua unsur komunikasi berhubungan dengan
fungsi bahasa (Djajasudarma, 1994:15). Fungsi
bahasa meliputi (1) fungsi ekspresif yang
menghasilkan jenis wacana berdasarkan
pemaparan secara ekspositoris, (2) fungsi fatik
(pembuka konversasi) yang menghasilkan dialog
pembuka, (3) fungsi estetik, yang menyangkut unsur
pesan sebagai unsur komunikasi, dan (4) fungsi
direktif yang berhubungan dengan pembaca atau
pendengar sebagai penerima isi wacana secara
langsung dari sumber.

3.      Wacana dan Kajian Bidang Ilmu Lainnya.

Kajian tentang wacana tidak bisa dipisahkan dengan


kajian bahasa lainnya, baik pragmatik maupun
keterampilan berbahasa.

a.       Wacana dan Pragmatik

Pragmatik berhubungan dengan wacana melalui


bahasa dan konteks. Dalam hal ini dapat dibedakan
tiga hal yang selalu berhubungan yaitu sintaksis,
semantik dan pragmatik. Sintaksis merupakan
hubungan antar unsur, semantik adalah makna, baik
dari setiap unsur maupun makna antar hubungan
(pertimbangan makan leksikal dan gramatikal), dan
pragmatik berhubungan dengan hasil ujaran
(pembicara dan pendengar atau penulis dan
pembaca)

b.      Hubungan Gramatikal dan Semantik dalam


Wacana

Hubungan antarproposisi yang terdapat pada


wacana (kalimat) dapat dipertimbangkan dari segi
gramatika (memiliki hubungan gramatikal) dan dari
segi semantik (hubungan makna dalam setiap
proposisi)

1)         Hubungan Gramatikal

Unsur-unsur gramatikal yang mendukung wacana


dapat berupa.

a)            Unsur yang berfungsi sebagai konjungsi


(penghubung) kalimat atau satuan yang lebih besar,
seperti dengan demikian, maka itu, sebabnya, dan
misalnya.

b)            Unsur kosong yang dilesapkan


mengulangi apa yang telah diungkapkan pada
bagian terdahulu (yang lain)
misalnya:Pekerjaanku salah melulu, yang benar
rupanya yang terbawa arus.
c)            Kesejajaran antarbagian, misalnya: Orang
mujur belum tentu jujur. Orang jujur belum tentu
mujur.

d)            Referensi, baik endofora (anafora dan


katafora) maupun eksofora. Referensi (acuan)
meliputi persona, demonstratif, dan komparatif.

e)            Kohesi leksikal


Kohesi leksikal dapat terjadi melalui diksi (pilihan
kata) yang memiliki hubungan tertentu dengan kata
yang digunakan terdahulu. Kohesi leksikal dapat
berupa pengulangan, sinonimi dan hiponimi, serta
kolokasi.

f)              Konjungsi

Konjungsi merupakan unsur yang menghubungkan


konjoin (klausa/kalimat) di dalam wacana.

2)      Hubungan semantik

Hubungan semantik merupakan hubungan


antarproposisi dari bagian-bagian wacana.
Hubungan antarproposisi dapat berupa hubungan
antar klausa yang dapat ditinjau dari segi jenis
kebergantungan dan dari hubungan logika semantik.
Hubungan logika semantik dapat dikaitkan dengan
fungsi semantik konjungsi yang berupa (1) ekspansi
(perluasan), yang meliputi elaborasi,
penjelasan/penambahan, dan (2) proyeksi, berupa
ujaran dan gagasan

c.       Wacana dan Keterampilan Berbahasa

Pembahasan wacana berkaitan erat dengan


pembahasan keterampilan berbahasa terutama
keterampilan berbahasa yang bersifat produktif ,
yaitu berbicara dan menulis. Baik wacana maupun
keterampilan berbahasa, sama-sama menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasi.

B. Karakteristik Wacana
Wacana merupakan medium komunikasi verbal
yang bisa diasumsikan dengan adanya penyapa
(pembicara dan penulis) dan pesapa (penyimak dan
pembaca).

1.      Ciri-ciri Wacana

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diperoleh ciri


atau karakterisitik sebuah wacana. Ciri-ciri wacana
adalah sebagai berikut.

1. Satuan gramatikal
2. Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
3. Untaian kalimat-kalimat
4. Memiliki hubungan proposisi
5. Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
6. Memiliki hubungan koherensi
7. Memiliki hubungan kohesi
8. Rekaman kebahasaan utuh dari peristiwa
komunikasi
9. Bisa transaksional juga interaksional
10. Medium bisa lisan maupun tulis
11. Sesuai dengan konteks
Syamsuddin (1992:5) menjelaskan ciri dan sifat
sebuah wacana sebagai berikut.

1. Wacana dapat berupa rangkaian kalimat ujar secara


lisan dan tulis atau rangkaian tindak tutur
2. Wacana mengungkap suatu hal (subjek)
3. Penyajian teratur, sistematis, koheren, lengkap
dengan semua situasi pendukungnya
4. Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu
5. Dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental
2.      Unsur Pembentuk Wacana

Wacana berkaitan dengan unsur intralinguistik


(internal bahasa) dan unsur ekstralinguistik yang
berkaitan dengan proses komunikasi seperti
interaksi sosial (konversasi dan pertukaran) dan
pengembangan tema (monolog dan paragraf).

3.      Konteks dan Ko-teks

Wacana merupakan bangunan semantis yang


terbentuk dari hubungan semantis antarsatuan
bahasa secara padu dan terikat pada konteks. Ada
bermacam-macam konteks dalam wacana. Wacana
lisan merupakan kesatuan bahasa yang terikat
dengan konteks situasi penuturnya. Konteks bagi
bahasa (kalimat) dalam wacana tulis adalah kalimat
lain yang sebelum dan sesudahnya, yang sering
disebut ko-teks.

4.      Teks

Fairdough (dalam Eriyanto, 2008:289) melihat teks


dalam berbagai tingkatan. Sebuah teks bukan
hanya menampilkan bagaimana suatu objek
digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan
antarobjek didefinisikan. Setiap teks pada dasarnya,
menurut Firdough dapat diuraikan dan dianalisis dari
ketiga unsur tersebut.

Unsur Yang ingin dilihat

Bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi,


keadaan, atau apapun ditampilkan dan
Representasi digambarkan dalam teks.

Bagaimana hubungan antara wartawan, khalayak,


dan partisipan berita ditampilkan dan digambarkan
Relasi dalam teks.

Bagaimana identitas wartawan, khalayak, dan


partisipan berita ditampilkan dan digambarkan
Identitas dalam teks.

C. Jenis Wacana
Merujuk pendapat Leech (1974, dalam Kushartanti
dan Lauder, 2008:91) tentang fungsi bahasa,
wacana dapat diklasifikasi sebagai berikut.

1.      Wacana ekspresif, apabila wacana itu


bersumber pada gagasan penutur atau penulis
sebagai sarana ekspresif, seperti wacana pidato.

2.      Wacana fatis, apabila wacana itu bersumber


pada saluran untuk memperlancar komunikasi,
seperti wacana perkenalan dalam pesta.

3.      Wacana informasional, apabila wacana itu


bersumber pada pesan atau informasi, seperti
wacana berita dalam media massa.

4.      Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber


pada pesan dengan tekanan keindahan pesan,
seperti wacana puisi dan lagu.

5.      Wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan


pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau
pembaca, seperti wacana khotbah.

Menurut Djajasudarma (1994:6), jenis wacana dapat


dikaji dari segi eksistensinya (realitasnya), media
komunikasi, cara pemaparan, dan jenis pemakaian.

a.       Realitas Wacana


Realitas wacana dalam hal ini adalah eksistensi
wacana yang berupa verbal dan nonverbal.
Rangkaian kebahasaan verbal ataulanguage
exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan
struktur bahasa, mengacu pada struktur apa
adanya; nonverbal atau language likes mengacu
pada wacana sebagai rangkaian nonbahasa
(rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna)
b.      Media Komunikasi Wacana

Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa


rangkaian ujaran lisan dan tulis. Sebagai media
komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat berupa
sebuah percakapan atau dialog lengkap dan
penggalan percakapan. Wacana dengan media
komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks,
sebuah alinea, dan sebuah wacana.

c.       Pemaparan Wacana

Pemaparan wacana sama dengan tinjauan isi, cara


penyusunan, dan sifatnya. Berdasarkan pemaparan,
wacana meliputi naratif, prosedural, hortatori,
ekspositori, dan deskriptif.

d.      Jenis Pemakaian Wacana

Jenis pemakaian wacana berwujud monolog, dialog,


dan polilog. Wacana monolog merupakan wacana
yang tidak melibatkan bentuk tutur percakapan atau
pembicaraan antara dua pihak yang
berkepentingan. Wacana yang berwujud dialog
berupa percakapan atau pembicaraan antara dua
pihak. Wacana polilog melibatkan partisipan
pembicaraan di dalam konservasi.

DAFTAR PUSTAKA
Djajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana: Pemahaman
dan Hubungan Antarunsur. Bandung: Eresko.
Eriyanto. 2009. Analisis Wacana: Pengantar Analisis
Teks Media. Yogyakarta: LKIS Printing Cemerlang.
Kushartanti, Multamia dan Lauder, Untung Yuwono.
2008. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami
Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Syamsuddin A.R. 1992. Studi Wacana: Teori-Analisis
Pengajaran. Bandung: FPBS IKIP Bandung.
Penulis adalah Guru SMP Negeri 32 Padang dan
Mahasiswa Pascasarjana UNP Padang
Iklan

Anda mungkin juga menyukai