DAN LEKSIKAL
ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN
LEKSIKAL
ARTIKEL “MENGURAI KRISIS AIR BERSIH” KARYA HM
TAMZIL
DI SUARA MERDEKA TANGGAL 23 DESEMBER 2009
a. Pronomina persona
Referensi (pengacuan) yang berupa pronomina persona
dalam wacana artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di
harian Suara Medeka dapat dilihat pada data-data
dibawah ini:
1). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah
pusat, provinsi, ataupun kabupaten/kota untuk
menanggulangi daerah rawan air, di antaranya lewat
penanggulangan secara darurat dan permanen (E.1)
Pada data (E.1) terdapat pengacuan pronomina persona
III bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada diantaranya
mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di
sebelah kiri yaitu berbagai upaya sehingga disebut
pengacuan endofora yang anaforis.
2). Pasalnya mereka banyak kehilangan waktu dan
tenaga, hanya untuk mengambil air dari tempat yang jauh
atau harus mengeluarkan uang lebih banyak guna
membeli air dari pedagang keliling atau mobil tangki (I.2).
Sementara itu, -nya pada pasalnya merupakan
pengacuan pronomina persona II bentuk tunggal terikat
mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di
sebelah kanan yaitu mereka sehingga disebut pengacuan
endofora yang disebut pengacuan endeofora yang
kataforis.
Pada data (I.2) terdapat pengacuan pronomina persona
III bentuk jamak yaitu mereka mengacu pada unsur lain
yang berada di luar teks yaitu masyarakat sehingga
disebut pengacuan eksofora.
3). Kota Magelang menjadi satu-satunya daerah di
Jateng yang memiliki cukup air minum (L.2)
Pada data (L.2) terdapat pengacuan pronomina persona
II bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada satu-satunya
mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di
sebelah kanan yaitu daerah sehingga disebelah
pengauan endofora yang kataforis.
4). Beberapa program yang telah dilakukan pemerintah
diantaranya menjalankan program penyediaan air bersih
berbasis masyarakat (pamsimas) dan pengambunan air
minum dengan DAK (N.1)
Pada data (N.1) terdapat pengacuan pronomina persona
III bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada diantaranya
mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di
sebelah kiri yaitu beberapa program, sehingga disebut
pengacuan endofora yang anaforis.
5). Kalau pun terdapat air baku, biasanya berada pada
jarak yang cukup jauh dan sering berbenturan dengan
peruntukan lain (O.2)
Pada data (O.2) terdapat pengacuan peronomia persona
III bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada biasanya
mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di
sebelah kiri yaitu air baku sehingga disebut pengacuan
endofora yang anaforis.
6). Kedua, masyuarakat rawan air biasanya berada pada
pemukiman terpencil dan sulit dijangkau dengan jarak
antara lain yang relatif jauh (P.1)
Pada data (P.1) terdapat pengacuan pronomina persona
II bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada biasanya
mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks di
sebelah kiri yaitu masyarakat rawan air sehingga disebut
pengacuan endofora yang anaforis.
7). Ketiga, daerah rawan air biasanya berada pada
kondisi geohidrologi yang miskin air tanah, serta
topografinya berbukit (Q.1)
Pada data (Q.1) terdapat pengacuan pronomina persona
III bentuk tunggal terikat yaitu -nya pada biasanya
mengacu pada unsur lain yang berbeda di dalam teks di
sebelah kiri yaitu daerah rawan air sehingga disebut
pengacuan endofora yang anaforis.
8). Mereka berdiam di 1.109 desa di 217 kecamatan dan
27 kabupaten/kota (G.3)
Pada data (G.3) terdapat pengacuan pronomina persona
II bentuk jamak yaitu mereka mangacu pada unsur lain
yang berada di luar teks yaitu 1.445.490 jiwa sehingga
disebut pengacuan eksfora.
b. Pronomina Demonstratif
Referensi (pengacuan) yang berupa pronomina
demonstrative dalam wacana artikel “Mengurai Krisis Air
Bersih” di harian Suara Merdeka dapat dilihat pada data-
data di bawah ini:
1). Permasalahan krisis air bersih/kekeringan diberbagai
kota/kabupaten merupakan siklus yang terjadi setiap
tahun (C.1)
Pada data (C.1) terdapat pronomina demonstratif waktu
netral yaitu setiap tahun, karena pengacuan ini tidak
menunjuk pada waktu lampau saja, waktu kini saja, atau
waktu yang akan datang saja, melainkan menunjuk waktu
setiap malam.
2). Berdasarkan studi identifikasi kawasan rawan air
bersih/kekeringan pada 2003 terdapat 3.104.574 jiwa
penduduk yang termasuk kategori rawan air bersih dan
itu tersebar di 1.401 desa di 271 kecamatan di 29
kabupaten (D.10)
Pada data (D.1) terdapat pronomina demonstratif itu yang
mengacu pada tempat agak dekat dengan penutur, yaitu
kawasan rawan air bersih. Kekeringan yang berada di
dalam teks di sebelah kiri sehingga disebut pengacuan
endofora yang anaforis.
3). Saat ini sedang dilakukan inventarisasi daerah
kekeringan dan rawan air di Jateng oleh satuan kerja
pengembangan kinerja dan pengelolaan air minum
(satker PKP) (G.1)
Pada data (G.1) terdapat pronomina demonstratif waktu
kini yaitu saat ini.
4). Kota yang masih cukup memiliki cadangan air minum
adalah kata Magelang (H.1)
Pada data (H.1) terdapat pronomina demonstratif tempat
menunjuk secara eksplisit yaitu Magelang.
5). Solo mempunyai cadangan air baku tetapi perlu
segera dibangun unit produksi (H.2)
Pada data (H.2) terdapat pronomina demonstratif tempat
menunjuk secara eksplisit yaitu Solo.
6). Pelayanan PDAM di kota-kota itu sudah mulai
terganggu pada musim kemarau karena kesiltan pasokan
air baku (H.4)
Pada data (H.4) terdapat pronomina demonstratif itu yang
mengacu pada tempat agak dekat dengan penutur, yaitu
kota Semarang, Salatiga, Tegal, dan Pekalongan yang
berada di luar teks sehingga pengacuan eksofora.
7). Kabupaten yang setiap musim kemarau selalu
mengalami kekeringan atua rawan air minunmm adalah
Blora, Rembang, Pati, Sragen, Grobogan, Demak,
Boyolali, Wonogiri, dan Cilacap (J.1)
Pada data (J.1) terdapat pronomina demonstratif waktu
netral yaitu setiap musim kemarau, karena pengacuan ini
tidak menunjuk pada waktu lampau saja, waktu kini saja,
atau waktu yang akan datang saja, melainkan menunjuk
waktu setiap musim kemarau. Selain itu, terdapat pula
pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit
yaiitu Blora, Rembang, Pati, Sragen, Grobogan, Demak,
Boyolali, Wonogiri dan Cilacap.
8). Kota Magelang menjadi satu-satunya daerah di
Jateng yang memiliki cukup air minum (L.2)
Pada data (L.2) terdapat pronomina demonstratif tempat
menunjuk secara eksplisit yaitu Magelang.
9). Adapun deaerah yang mulai mengalami kekeringan
adalah kota Semarang, Salatiga, Tegal, dan Pekalongan
(H3)
Pada data (H.3) terfdapat pronomina demonstratif tempat
menunjuk secara eksplisit yaitu kota Semarang, Salatiga,
Tegal, dan Pekalogan.
10). Adapun daerah yang mengalami permasalahan
kekeringan, dalam waktu lebih pendek tapi potensial
parah jika terjadi kemarau berkepanjangan adalah
kabupaten Kebumen, Purworejo, Banjarnegara,
Wonosobo, Banyumas, Purbalingga, Magelang, Klaten,
Sukoharjo, Karanganyar, Temanggung, Semarang,
Kendal, Batang, Pemalang, Pekalongan, Tegal, Brebes,
Jepara, dan Kudus (K.1)
Pada data (K.1) terdapat pronomina demonstratif tempat
menunjuk secara eksplisit yaitu kabupaten Kebumen,
Purworejo, Banjarnegara, Wonosobo, Banyumas,
Purbalingga, Magelang, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar,
Temanggung, Semarang, Kendal, Batang, Pemalang,
Pekalongan, Tegal, Brebes, Jepara dan Kudus.
11). Kota yang mengalami kekeringan air minum pada
musim kemarau adalah Tegal, Pekalogan, Semarang,
Salatiga dan Solo (l.1)
Pada data (L.1) terdapat pronomina demonstratif tempat
menunjuk secara eksplisit yaitu Tegal, Pekalongan,
Semarang Salatiga, dan Solo.
c. Pengacuan Komparatif
Dalam wacana artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di
harian Suara Merdeka tidak ditemukan adanya
pengucapan komparatif.
2. Penyulihan (Subistitusi)
Penyulihan atau substitusi ialah salah satu jenis kohesi
gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual
tertentu (yang telah disebut) dengan satuan lingual lain
dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda.
Pada wacana Suara Merdeka Rabu 23 Desember 2009
yang berjudul “Mengurangi Krisis Air Bersih”.
a. Substitusi nominal
Substitusi nominal adalah penggantian satuan lingual
yang berkategori nomina, substitusi nominal pada
wacana “Mengurangi Krisis Air Bersih” tidak ada.
b. Substitusi verbal
Substitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang
berkategori verba (kata kerja) dengan satuan lingual
lainnya yang juga berkategori verba substitusi verbal
pada wacana “Mengurangi Krisis Air Bersih” tidak ada.
c. Substitusi frasa1 adalah penggantian satuan lingual
tertentu berupa kata atau frasa dengan satuan lingual
lainnya yang berupa frasa pada wacana “Mengurangi
Krisis Air Bersih”.
Pada data (I.1, dan 2)
Dampak kekeringan pada musim kemarau bisa
memperparah kondisi sosial, ekonomi dan kesehatan,
terutama bagi yang berpenghasilan rendah. Pasalnya
mereka banyak kehilangan waktu dan tenaga hanya
untuk mengambil air dari tempat yang jauh, atau harus
mengeluarkan uang lebih banyak guna membeli air dari
pedagang keliling atau mobil tangki.
Pada frasa bagi yang berpenghasilan rendah pada frasa
pertama disubstitusi menjadi mereka pada kalimat ke
dua.
d. Substitusi klausa1/kalimat
Substitusi klausa1 adalah penggantian satuan lingual
tertentu yang berupa klausa atau kalimat dengan satuan
lingual lainnya yang berupa kata atau frase pada wacsna
“Mengurangi Krisis Air Bersih” tidak terdapat substitusi
klausal.
3. Ellipsis (Pelesapan)
Pelesapan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal
yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual
tertentu. Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih”
terdapat pelesapan (ellipsis), sebagai berikut:
a. Pelesapan kata
1) a. Pasalnya, mereka banyak kehilangan waktu dan
tenaga hanya untuk mengambil air dari tempat yang jauh,
atau harus mengeluarkan uang lebih banyak guna
membeli air dari pedagang keliling atau mobil tangki (I.2)
b. Pasalnya, Mereka banyak kehilangan waktu dan
tenaga hanya untuk mengambil air dari tempat yang jauh,
atau Mereka harus mengeluarkan uang lebih banyak
guna membeli air dari pedagang keliling atau mobil tangki
(I.2)
Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya
persitiwa pelesapan, seperti pada (I.a), maka tuturan itu
menjadi lebih efektif, efisien, wacananya menjadi padu
(kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih kreatif
menemukan unsur-unsur yang dilesapkan, serta praktis
dalam berkomunikasi.
b. Pelesapan frasa
1) a. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah
pusat, provinsi, ataupun kabupaten/kota untuk
menanggulangi daerah rawan air, diantaranya lewat
penanggulangan secara darurat dan permanen (E.1)
Namun masih perlu didukung oleh upaya konservasi
daerah tangkapan air mengingat luas daerah rawan air,
di antaranya lewat penanggulangan secara darurat dan
permanen.
b. Berbagai upaya masih perlu didukung oleh upaya
konservasi daerah tangkapan air mengingat luas daerah
rawan air bersih cenderung bertambah.
1) a. Kelima, pemerintah pusat atau daerah tidak
mempunyai dana yang cukup, atau belum menempatkan
penanganan daerah rawan air sebagai prioritas program
pembangunan sehingga belum semua kabupaten/kota
mengalokasikan dana APBD II untuk penanganan daerah
rawan air (S.1)
b. Kelima, pemerintah pusat atau daerah tidak
mempunyai dana yang cukup, atau pemerintah pusat
atau daerah belum menempatkan penanganan daerah
rawan air sebagai prioritas program pembangunan
sehingga belum semua kabupaten/kota mengalokasikan
dana APBD II untuk penanganan daerah rawan air (S.1)
Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya
peristiwa pelesapan, seperti pada (1.a), maka tuturan itu
menjadi lebih efektif, efisien, wacananya menjadi padu
(kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih kreatif
menemukan unsur-unsur yang dilesapkan, serta praktis
dalam berkomunikasi.
c. Pelesapan klausa
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya pelesapan klausa.
d. Pelesapan kalimat
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya pelesapan klausa.
4. Perangkaian / Konjungsi
Konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang
dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu
dengan unsur yang lain dalam wacana.
a. Sebab-akibat (kausalitas)
1). Pada teks (c.2) terdapat kata disebabkan yang
merupakan konjungsi klausa yang mempunyai hubungan
sebab-akibat yaitu hubungan klausa antara klausa
kondisi alam dan dipicu oleh lingkungan yang makin
rusak, dengan kausal sebelumnya yaitu dibeberapa
wilayah, siklus itu menjadi bencana.
2). Pada teks (I.4) terdapat kata karena yang merupakan
konjungsi kasualitas yang mempunyai hubungan sebab-
akibat yaitu kesulitan pasokan air baku, sebagai sebab
dan pelayanan PDAM di kota itu sudah mulai terganggu
pada musim kemarau menjadi akibat.
b. Pertentangan
1). Pada teks (F.1) terdapat kata namun yang
mempunyai hubungan pertentangan yang merupakan
konjungsi antar paragraf yaitu antara paragraf E dengan
paragraf F.
2). Pada teks (H.2) terdapat kata tetapi yang mempunyai
hubungan antara klausa perlu segera dibangun unit
produksi dengan klausa Solo mempunyai cadangan air
baku.
3). Pada teks (K.1) terdapat kata tapi yang merupakan
konjungsi subordinat bersyarat yang mempunyai
hubungan pertentangan.
c. Kelebihan (eksesif)
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka, Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya konjungsi kelebihan (eksesif).
d. Pengecualian (ekseptif)
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka, Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya konjungsi pengecualian (ekseptif).
e. Konsesif
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka, Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya konjungsi konsesif.
f. Tujuan
1). Konjungsi yang menyatakan tujuan pada wacana
artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” dapat ditemukan pada
teks no A 1 dengan ditandai kata untuk.
2). Pada teks (I.2) terdapat kata untuk yang mempunyai
hubungan tujuan.
3). Pada teks (L.2) terdapat kata bagi yang mempunyai
hubungan tujuan.
4). Pada teks (M.1) terdapat kata untuk yang mempunyai
hubungan tujuan.
5). Pada teks R.1) terdapat kata untuk yang mempunyai
hubungan tujuan.
6). Pada teks (S.1) terdapat kata untuk yang mempunyai
hubungan tujuan.
g. Penambahan (aditif)
1). Pada teks (A.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
2). Pada teks (B.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
3). Pada teks (C.2) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
4). Pada teks (D.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
5). Pada teks (E.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
6). Pada teks (F.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
7). Pada teks (G.3) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
8). Pada teks (H.3) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
9). Pada teks (I.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
10). Pada teks (I.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
11). Pada teks (J.2) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
12). Pada teks (K.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
13). Pada teks (L.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
14). Pada teks (M.2) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan
15). Pada teks (N.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
16). Pada teks (O.2) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
17). Pada teks (P.1) terdapat dua kata dan yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
18). Pada teks (Q.1) terdapat dua kata serta yang
merupakan konjungsi aditif yang mempunyai hubungan
penambahan.
h. Pilihan (alternative)
1). Pada teks (E.1) terdapat kata ataupun yang
merupakan konjungsi alternatif yang mempunyai
hubungan pilihan.
2). Pada teks (I.2) terdapat kata atau yang merupakan
konjungsi alternatif yang mempunyai hubungan pilihan.
3). Pada teks (J.1) terdapat kata atau yang merupakan
konjungsi alternatif yang mempunyai hubungan pilihan.
4). Pada teks (S.1) terdapat kata atau yang merupakan
konjungsi alternatif yang mempunyai hubungan pilihan
i. Harapan (optatif)
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka hari Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
konjungsi optatif yang menyatakan harapan.
j. Urutan (sekuensial)
1). Pada teks (O.1) terdapat kata pertama yang
merupakan konjungsi sekuensial yang mempunyai
hubungan urutan.
2). Pada teks (P.1) terdapat kata kedua yang merupakan
konjungsi sekuensial yang mempunyai hubungan urutan.
3). Pada teks (Q.1) terdapat kata ketiga yang merupakan
konjungsi sekuensial yang mempunyai hubungan urutan.
4). Pada teks (R.1) terdapat kata keempat yang
merupakan konjungsi sekuensial yang mempunyai
hubungan urutan.
5). Pada teks (S.1) terdapat kata kelima yang merupakan
konjungsi sekuensial yang mempunyai hubungan urutan.
k. Perlawanan
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka hari Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
konjungsi yang menyatakan hubungan perlawanan.
l. Waktu (temporal)
Dalam artikel “Mengurai Krisiss Air Bersih” di Suara
Merdeka hari Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
konjungsi temporal yang menyatakan hubungan waktu.
m. Syarat
Pada teks (K.1) terdapat kata jika yang mempunyai
hubungan syarat.
n. Cara
1). Pada teks (B.1) terdapat kata dengan yang
mempunyai hubungan cara.
2). Pada teks (B.2) terdapat kata dengan yang
mempunyai hubungan.
3). Pada teks (L.2) terdapat kata dengan yang
mempunyai hubungan.
4). Pada teks (M.1) terdapat kata dengan yang
mempunyai hubungan.
5). Pada teks (M.2) terdapat kata dengan yang
mempunyai hubungan.
6). Pada teks (O.2) terdapat kata dengan yang
mempunyai hubungan.
7). Pada teks (P.1) terdapat kata dengan yang
mempunyai hubungan.
2. Sinonimi
Sinonimi adalah ungkapan yang maknanya kurang lebih
sama dengan ungkapan lain (Abdul Chaer, 1990: 85
dalam Sumarlam, 2009: 29).
Sinonimi dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:
a. Sinonimi morfem bebas dengan morfem terikat
Dalam artikel “Mengurai Krisi Air Bersih” tidak ditemukan
adanya sinonimi morfem dengan morfem terikat.
3. Antonimi
Antonimi adalah satuan lingual yang maknanya
berlawanan/ beroposisi dengan satuan lingual yang lain.
Antonimi disebut juga oposisi makna.
Oposisi makna dibedakan menjadi lima yaitu oposisi
mutlak, oposisi kutub, oposisi hierarkial, oposisi
hubungan, dan oposisi majemuk.
a. Oposisi mutlak
Dalam artikel “Mengurangi Krisis Air Bersih” dari Suara
Merdeka, Rabu 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya oposisi mutlak
b. Oposisi kutub
Adapun daerah yang mengalami permasalahan
kekeringan dalam waktu lebih pendek tapi potensial
parah jika terjadi kemarau berkepanjangan adalah
kabupaten Kebumen, Purworejo, Banjarnegara,
Wonosobo, Banyumas, Purbalingga, Magelang, Klaten,
Sukoharjo, Karanganyar, Temanggung, Semarang,
Kendal, Batang, Pemalang, Pekalongan, Tegal, Brebes,
Jepara dan Kudus (K.1).
Pada data (K.1) terdapat oposisi kutub antara kata
pendek dengan kata berkepanjangan.
c. Oposisi hubungan
Dalam artikel “Mengurai Krisi Air Bersih” di Suara
Merdeka Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya oposisi hubungan.
d. Oposisi hirarkial
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya oposisi hirarkial.
e. Oposisi majemuk
Dalam artikel “Mengurai Krisis Air Bersih” di Suara
Merdeka Rabu, 23 Desember 2009 tidak ditemukan
adanya oposisi majemuk
4. Kolokasi (Sanding Kata)
Kolokasi adalah sosiasi tertentu dalam menggunakan
pilihan kata yang cenderung digunakan secara
berdampingan.
Dalam artikel “Mengurangi Krisis Air Bersih” terdapat
kolokasi sebagai berikut:
1). Kota yang mengalami kekurangan air minum pada
musim kemarau adalah Tegal, Pekalongan, Semarang,
Salatiga dan Solo. Kota Magelang menjadi satu-satunya
daerah di Jateng yang memiliki cukup air minum. Dengan
air baku 426 liter/detik, PDAM bahkan berpotensi
memberikan pelayaran air minum bagi masyarakat
penduduk kabupaten Magelang (L.1 dan 2)
Pada contoh di atas tampak pemakaian klausa-klausa
mengalami kekurangan air minum, memiliki cukup air
minum, dan memberikan pelayanan air minum, yang
saling berkolokasi dan mendukung kepaduan wacana
tersebut.
2). Kelima, pemerintah pusat atau daerah tidak
mempunyai dana yang cukup, atau belum menempatkan
penanganan daerah rawan air sebagai prioritas program
pembangunan sehingga belum semua kabupaten/kota
mengalokasikan dana APBD II untuk penanganan daerah
rawan air (S.1)
Pada contoh di atas tampak pemakaian klausa-klausa
daerah tidak mempuyai dana yang cukup dan belum
semua kabupaten/kota mengalokasikan dana APBD II
yang saling berkolokasi dan mendukung kepaduan
wacana tersebut.
5. Hiponimi
Hiponimi adalah satuan bahasa yang maknanya
dianggap merupkan bagian dari makan satuan lingual
yang lain. Hiponimi menggunakan empat isitlah yaitu:
Dalam artikel “Mengurangi Krisi Air” bersih terdapat
hiponimi, sebagai berikut:
1). Adapun daerah yang mulai mengalami kekeringan
adalah kota Semarang, Salatiga, Tegal dan Pekalongan
(H.3)
Pada data (H.3) terdapat hipernim yaitu daerah.
Sementara itu, daerah yang mulai mengalami kekeringan
sebagai hiponiminya adalah Semarang, Salatiga, Tegal
dan Pekalongan. Hubungan antar unsur bawahan atau
antara kata yang menjadi anggota hiponimi yaitu kota
Semarang, Salatiga, Tegal dan Pekalongan disebut
kohiponim. Hiponim berfungsi mengikat hubungan antar
unsur atau antar satuan lingual dalam wacana secara
sistmatis, tertutama untuk menjalin hubungan makna
atasan dan bawahan, atau antara unsur yang mencukupi
dan unsur yang tercukkupi. Hiponiomi dalam teks di atas
yaitu hubungan antara daerah dengan kota Semarang,
Salatiga, Tegal dan Pekalongan.
2). Kabupaten yang setiap musim kemarau selalu
mengalami kekeringan atau rawan air minum adalah
Blora, Rembang, Pati, Sragen, Grobogan, Demak,
Boyolali, Wonogiri, dan Cilacap (J.1)
Pada data (j.1) terdapat hipernim yaitu kabupaten.
Sementara itu, hiponimnya adalah Blora, Rembang, Pati,
Sragen, Grobogan, Demak, Boyolali, Wonogiri, dan
Cilacap. Hubungan antar unsur bawahan atau antarkota
yang menjadi anggota hiponim yaitu Blora, Rembang,
Pati, Sragen, Grobogan, Demak, Boyolali, Wonogiri, dan
Cilacap disebut kohiponim. Hiponimi dalam teks diatas
yaitu hubungan antara kabupaten dengan Blora,
Rembang, Pati, Sragen, Grobopgan,, Demak, Boyolali,
Wopnogiri dan Cilacap.
3). Adapun daerah yang mengalami permaslah
kekeringan dalam waktu leih pendek tapi potensial parah
jika terjadi kemarau berkepanjangan adalah kabupaten
Kebumen, Purworejo, Banjarnegara, Wonosobo,
Banyumas, Purbalingga, Temanggung, Semarang,
Kendal, Batang, Pemalang, Pekalongan, Tegal ,
Berebes, Jepara dan Kudus (K.1)
Pada data (K.1) terdapat hipernim yaitu daerah.
Sementara itu, hiponimnya adalah Kebumen, Purworejo,
Banjarnegara, Wonosobo, Banyumas, Purbalingga,
Magelang, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar,
Temanggung, Semarang, Kendal, Batang, Pemalang,
Pekalongan, Tegal, Berebes, Jepara, dan Kudus.
Hubungan antar unsur bawahan atau antarkata yang
menjadi anggota hiponiminya disebut kohiponim.
Hubungan antara daerah dengan Kebumen, Purworejo,
Banjarnegara, Wonosobo, Banyumas, Purbalingga,
Magelang, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar,
Temanggung, Semarang, Kendal, Batang, Pemalang,
Pekalongan, Tegal, Brebes, Jepara, dan Kudus disebut
hiponimi.
4). Kota yang mengalami kekurangan air minum pada
musim kemarau adalah Tegal, Pekalongan, Semarang,
Salatiga dan Solo (L.1)
Pada data (L.1) terdapat hipernim yaitu kota. Sementara
itu hiponiminya adalah Tegal, Pekalongan, Semarang,
Salatiga dan Solo. Hubungan antar unsur bawahan atau
antar kota yang menjadi anggota hiponimnya disebut
kohiponim. Hubungan antara kata dengan Tegal,
Pekalongan, Semarang, Salatiga, dan Solo disebut
hiponimi.
6. Ekuivalensi (Kesepadanan)
Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antar satuan
lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam
sebuah paradigma.
Ekuivalensi dalam artikel “Mengurangi Krisis Air Bersih,
sebagai berikut:
Program pengembangan sarana penyediaan air minum
(PDAM) dimaksudkan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat diperkotaan dan pedesaan
melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan air
nimum (A.1).
Pada kalimat di atas, kata meningkatkan dan
peningkatan dibentuk dari bentuk asal yang sama yaitu
tingkat yang menunjukkan hubungan ekuivalensi.
D. Simpulan
1. Artikel “Mengurai Krisis Air Bersih “ di Suara Merdeka,
Rabu 23 Desember 2009 terdapat pada bagian wacana
lokal di halaman 7 yang letaknya di pojok kanan atas.
Artikel tersebut sesuai dengan keadan yang terjdi saat
ini, yang perlu dipecahkan permasalahannya. Artikel
tersebut brisi tentang krisis air bersih yang terjadi di
beberapa wilayah yang perlu dilakukan adanya program
pengembangan sarana penyediaan air minum (SPAM)
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di
perkotaan dan pedesaan, melalui peningkatan kualitas
dan kuantitas pelayanan air minum.
2. Aspek gramatikal yang paling dominan sampai yang
tidak dominan
Aspek gramatikal yang paling dominan muncul adalah
konjungsi (67,74%), sedangkan yang tidak dominan
muncul adalah substitusi (1,43%). Dilihat dari aspek
gramatikal referensi, yang paling dominan muncul adalah
pronominal demonstratif (15,71%). Aspek gramatikal
substitusi yang muncul adalah substitusi frasa (1,43%).
Aspek gramatikal ellipsis yang paling dominan muncul
adalah pelesapan frase (2,86%). Aspek gramatikal
konjungsi yang paling dominan muncul adalah konjungsi
penambahan aditif (25,71%).
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
f) Konjungsi
B. Karakteristik Wacana
Wacana merupakan medium komunikasi verbal
yang bisa diasumsikan dengan adanya penyapa
(pembicara dan penulis) dan pesapa (penyimak dan
pembaca).
1. Satuan gramatikal
2. Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
3. Untaian kalimat-kalimat
4. Memiliki hubungan proposisi
5. Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
6. Memiliki hubungan koherensi
7. Memiliki hubungan kohesi
8. Rekaman kebahasaan utuh dari peristiwa
komunikasi
9. Bisa transaksional juga interaksional
10. Medium bisa lisan maupun tulis
11. Sesuai dengan konteks
Syamsuddin (1992:5) menjelaskan ciri dan sifat
sebuah wacana sebagai berikut.
4. Teks
C. Jenis Wacana
Merujuk pendapat Leech (1974, dalam Kushartanti
dan Lauder, 2008:91) tentang fungsi bahasa,
wacana dapat diklasifikasi sebagai berikut.
DAFTAR PUSTAKA
Djajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana: Pemahaman
dan Hubungan Antarunsur. Bandung: Eresko.
Eriyanto. 2009. Analisis Wacana: Pengantar Analisis
Teks Media. Yogyakarta: LKIS Printing Cemerlang.
Kushartanti, Multamia dan Lauder, Untung Yuwono.
2008. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami
Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Syamsuddin A.R. 1992. Studi Wacana: Teori-Analisis
Pengajaran. Bandung: FPBS IKIP Bandung.
Penulis adalah Guru SMP Negeri 32 Padang dan
Mahasiswa Pascasarjana UNP Padang
Iklan