Anda di halaman 1dari 3

KRONOLOGI

Sengketa Tanah Pusako di Kelurahan Pakan Labuah Kota Bukittinggi

Kelompok 3:

Muhammad Yusuf Syafi 1710112118 (Hakim 1)

Racmedi Wira Septiawan 1710112086 (Hakim 2)

Najla Putri Ananda 1810112172 (Hakim 3)

Farhanda Fikri 1810111132 (Panitera)

Angelia Maya Monalisa 1810112120 (Penggugat)

Muhammad Rizky 1810112059 (Kuasa Penggugat)

Muhammad Azzam Indra 1710112079 (Saksi Tergugat)

Vionita Eka Putri 1810112045 (Tergugat)

Qatrunnada Salsabila 1710113112 (Kuasa Tergugat)

Argi Putra Vinalo 1710113057 (Saksi Tergugat)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
Silsilah:

Nenek Nur

 Suami 1 :
Anak Pertama : Siti
Anak Kedua : Vionita Eka Putri
Anak ke-1 : Budianto
Anak ke-2 : Utami
Anak ke-3 : Agusriadi
Anak ke-4 : Layla
 Suami 2 :
Anak Pertama : Gusminar
Anak ke-1 : Zaky
Anak ke-2 : Randy
Anak ke-3 : Angelia Maya Monalisa
Anak ke-4 : Ilham
Anak Kedua : Nofrizal
Anak Ketiga : Nasrizal

Kronologi singkat:

Pada tanggal 1 Februari 2019, Gusminar selaku ibu beranak empat


meninggal dunia di rumahnya di jalan Tigo Baleh nomor 7, kelurahan Pakan
Labuah, Kota Bukittinggi, dan mewarisi berupa tanah turun temurun (tanah
pusako) seluas 1200 m2 (30 m x40 m) dari ibunya (Nek Nur) yang telah
meninggal tahun 2005 yang terletak sejauh 200 meter di belakang rumahnya.
Sesuai adat minang, harta pusako berhak dimiliki oleh anak perempuan dalam
suatu keluarga. Dalam hal ini yang berhak memegangnya adalah Angelia Maya
Monalisa (56 thn) sebagai satu-satunya anak perempuan dari Gusminar. Angelia
diketahui tinggal serumah suami dan empat anaknya bersama di rumah ibunya
yang telah meninggal itu dan kini hanya dengan ayahnya.
Namun tidak lama setelah kepengurusan jenazah, dan dalam keadaan
saudara-saudaranya yang juga sudah berkeluarga dan menetap di luar kota,
Angelia yang hanya tinggal dengan suami dan 4 anaknya bersebelahan rumah
dengan tantenya itu, Vionita Eka Putri (74 thn), mendapatkan masalah
dikarenakan tantenya itu mengaku mendapat wasiat dari adik perempuan
sepersusuan beda bapaknya, Gusminar, untuk memegang hak atas tanah harta
pusaka tersebut tidak lama menjelang kematian adiknya itu.
Masalahnya adalah, selain wasiat itu tanpa ada saksi kecuali hanya
tantenya (Vionita Eka Putri, 74 tahun), dan masalah lainnya bahwa ibu Angelia
pernah menyampaikan 5 tahun sebelum meninggalnya di hadapan anak-anaknya
bahwa harta tersebut akan diberikan kepada Angelia anak perempuannya, dan
juga dalam adat minang harta pusako itu diwariskan kepada anak perempuan,
ternyata dalam keadaan kemelut tarik ulur 3 bulan itu dan berkali-kali Angelia
mengadukan ini kepada saudara-saudara laki-lakinya untuk menyelesaikan
masalah ini secara kekeluargaan dan sempat sekali meminta sertifikat atas tanah
itu kepada tantenya (Vionita Eka Putri, 74 tahun) barulah diketahui ternyata
Vionita telah membagi tiga tanah pusako tersebut pada tanggal 10 Mei 2019
tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan Angelia dan saudara-saudara laki-
lakinya. Sepertiga untuk Vionita, sepertiga untuk Angelia, dan sepertiga untuk
Siti (saudara perempuan kandung Vionita).
1. Vionita (74 tahun) mengambil sepertiga bagian dengan maksud akan
diberikan ke anak perempuannya yang bungsu (Layla) suatu saat nanti.
Bertempat tinggal di samping rumah Gusminar, jalan Tigo Baleh nomor 8,
kelurahan Pakan Labuah, Kota Bukittinggi.
2. Sepertiga yang diberikan kepada kakak Vionita (Siti) dikatakan dimaksud
bahwa Siti juga berhak dengan wasiat palsu itu dan status tanah nantinya
akan diberikan kepada anak laki-lakinya. Siti adalah kakak Vionita,
berumur 76 tahun. Dia tidak memiliki anak kandung, hanya satu anak
angkat laki-laki (Andi, 35 tahun, sudah menikah) dan suami yang
pengangguran. Mereka bertempat tinggal di perumahan Citra Indah
nomor 13, Kota Bekasi, Jawa Barat.
3. Sepertiga lagi untuk Angelia. Tinggal dengan suami dan 4 anaknya di
rumah peninggalan Gusminar. Di jalan Tigo Baleh nomor 7, kelurahan
Pakan Labuah, Kota Bukittinggi.
Kejadian ini tentu saja mengakibatkan hubungan keluarga ini menjadi
tidak baik, apalagi ditambah ketidakterbukaan dan ketidakjujuran Vionita selaku
tante Angelia. Akhirnya pada tanggal 27 Juni 2019, Angelia dengan saudara-
saudaranya bersepakat untuk membawa sengketa ini ke Pengadilan. Dan dalam
hal ini memberi kuasa kepada Kuasa Hukumnya Muhammad Rizky pada tanggal
20 Juni 2019 bertempat di kantor Rizky Lawyer, jalan Jenderal Sudirman no. 30,
Kota Bukittinggi.

Anda mungkin juga menyukai