Anda di halaman 1dari 8

Pemilihan Rektor Dengan Campur Tangan Presiden di Lingkungan PTN BH: Upaya

Membumikan Pancasila Atau Wacana Tanpa Melihat Realita?


Oleh : Rico Novianto1

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengatakan penentuan pemimpin


di perguruan tinggi negeri atau rektor kini diharuskan dipilih presiden. Menurutnya hal ini
dilatarbelakangi oleh tanggung jawab rektor dalam proses penyeragaman.2 Ketika dikatakan
penyeragaman berarti tidak ada pembedaan universitas yang ada di Indonesia karena
tujuannya untuk semua perguruan tinggi di Indonesia.
Hal yang harus dicermati adalah perguruan tinggi di Indonesia tidak lagi hanya
sekedar PTN dan PTS. Apabila kita coba teliti lebih jauh, PTN menurut UU Dikti dibagi
menjadi dua bentuk yaitu PTN Pola Keuangan Badan Layanan Umum dan PTN Badan
Hukum.3 PTN Badan Hukum adalah Perguruan Tinggi Negeri yang didirikan oleh Pemerintah
yang berstatus sebagai subyek hukum yang otonom.4
Apabila kita berbicara mengenai pengelolaan PTN BH, maka kita tidak dapat
dilepaskan dengan statusnya sebagai subyek hukum yang otonom. Otonomi yang dimaksud
tercantum dalam Misi utama Pendidikan Tinggi adalah bertujuan mencari, menemukan,
mendiseminasikan, dan menjunjung tinggi kebenaran. Agar misi tersebut dapat diwujudkan,
maka Perguruan Tinggi sebagai penyelenggara Pendidikan Tinggi harus bebas dari pengaruh,
tekanan, dan kontaminasi apapun seperti kekuatan politik dan/atau kekuatan ekonomi,
sehingga tridharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat, dapat dilaksanakan berdasarkan kebebasan akademik dan otonomi keilmuan.
Oleh karena itu, secara kodrati Perguruan Tinggi memiliki otonomi atau kemandirian, baik
secara akademik dan nonakademik.5
Lebih jauh, amanat UU Dikti adalah Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk
mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan Tridharma. 6 Tentang apa saja
yang menjadi otonomi dalam UU Dikti tersebut juga telah jelas, yaitu Otonomi pengelolaan di
bidang akademik meliputi penetapan norma dan kebijakan operasional serta pelaksanaan

1
Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia Unsur Mahasiswa 2017
2
https://news.detik.com/berita/d-3517470/mendagri-tak-lagi-oleh-dikti-rektor-kini-dipilih-presiden
3
Pasal 65 ayat (1), UU No 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi
4
Pasal 1 ayat (3), PP No 58 Tahun 2013 Tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri
Badan Hukum
5
Ibid, Penjelasan Atas PP No 58 Tahun 2013
6
Opcit, UU Dikti, Pasal 62 ayat (1),
Tridharma.7 Otonomi pengelolaan di bidang nonakademik meliputi penetapan norma dan
kebijakan operasional serta pelaksanaan: a. organisasi; b. keuangan; c. kemahasiswaan; d.
ketenagaan; dan f.8 sarana prasarana. Salah satu dari tujuh kewenangan yang dimiliki PTN
BH adalah tata kelola dan pengambilan keputusan secara mandiri.
Untuk dapat memberikan Otonomi tersebut, UU Dikti memberikan syarat bahwa
Perguruan Tinggi wajib memiliki Statuta.9 Beberapa materi dari statuta pun yang diatur oleh
Statuta menurut UU Dikti adalah Kegiatan Korikuler dan Ekstrakulikuler,10 Fungsi dan peran
Perguruan Tinggi yang dilaksanakan melalui kegiatan tridharma, 11 Organisasi Penyelenggara
Perguruan Tinggi12 , organisasi kemahasiswaan,13 dan untuk penetapan Statuta PTN BH
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.14

Tentang Statuta dan Pemilihan Rektor UI


Hal yang harus diketahui, apabila kita bicara mengenai otonomi di UI, maka kita kita
melalui PP No 68 Tahun 2013 Tentang Statuta Universitas Indonesia. Pada Statuta tersebut
mengatur tentang otonomi tata kelola UI termasuk mengenai pemilihan Rektor UI. Pada
Statuta tersebut dijelaskan bahwa MWA merupakan organ UI yang memiliki tugas dan
kewajiban mengangkat dan memberhentikan Rektor UI.15 Calon Rektor dijaring oleh suatu
panitia penjaringan dan penyaringan calon yang dibentuk oleh MWA16 yang pada
pelaksanaannya di tahun 2014 dinamakan sebagai P3CR (Panitia Penjaringan dan
Penyaringan calon Rektor). P3CR berasal dari kelompok pemangku kepentingan termasuk
Dosen, pegawai Masayarakat, walaupun masing – masing tidak mewakili kepentingan
kelompoknya, melainkan sebagai anggota tim yang bertujuan mengidentifikasi dan
merekomendasi calon Rektor paling berkualitas.17 P3CR melakukan proses penelusuran dan
penyaringan Rektor melalaui publikasi umum dengan prinsip akuntabilitas, transparansi, dan
meritokrasi.18 P3CR menyerahkan sejumlah nama calon Rektor kepada MWA untuk dipilih.

7
Ibid, Pasal 64 ayat (3)
8
Ibid, Pasal 64 ayat (4)
9
Ibid, Pasal 62 ayat (5)
10
Ibid, Pasal 14 ayat (3)
11
Ibid, Pasal 58 ayat (2)
12
Ibid, Pasal 61 ayat (3)
13
Ibid, Pasal 77 ayat (5)
14
Ibid, Pasal 66 ayat (2)
15
Pasal 25 ayat (1) huruf f, PP No 68 Tahun 2013 Tentang Statuta UI.
16
Ibid, Pasal 32 ayat (1)
17
Ibid, Pasal 32 ayat (2)
18
Ibid, Pasal 32 ayat (4)
Hal yang harus digarisbawahi adalah Menteri merupakan bagian dari MWA UI.
Menteri sendiri memiliki suara 35 % hak suara dari seluruh jumlah hak suara. 19 Pada
implementasinya, Menteri memiliki 8 suara dan menjadi suara terbesar dibandingkan 16
anggota MWA lainnya terkecuali Rektor yang tidak memiliki hak suara di pemilihan Rektor.
Pada implementasinya, Penyaringan dari 25 calon Rektor Terjaring menjadi 7 Calon
Rektor Tersaring dilakukan oleh P3CR melalui proses wawancara oleh P3CR, asesmen oleh
lembaga professional DDI yang dipilih berdasarkan hasil beauty contest, cyber campaign, uji
publik dan penilaian pada tahap penjaringan. Berdasarkan berbagai kegiatan tersebut diatas
(wawancara, asesmen oleh Lembaga Profesional, cyber campaign, uji publik, penilaian tahap
penjaringan) panitia membuat instrumen penilaian yang dapat mengakomodir penilaian
seluruh kegiatan tersebut. Dimensi penilaian didasarkan pada kriteria Rektor Tersaring dan
adalah: Integritas, Nilai-nilai, Visi, Inovasi, Wawasan Perguruan Tinggi, Kerjasama dan
Ventura dan Kepribadian.20
Selanjutnya MWA mengadakan proses penyaringan melalui tes MMPI oleh tim
RSCM pada tanggal 28 Oktober, dan wawancara oleh 3 pakar (Yos Luhukay Ph.D, Prof. Dr.
Dewi Fortuna Anwar dan Bana Kartasasmita, Ph.D. ) pada tanggal 1 November. MWA juga
melakukan penelusuran Rekam Jejak oleh Kapolri dan pemeriksaan LKPN dan kepatuhan
pajak oleh KPK. Berdasarkan hasil proses penelusuran di atas, pada tanggal 6 November
MWA melakukan rapat penentuan 3 Calon Rektor Tersaring yang dilakukan dengan cara
memberikan penilaian atas komponen integritas dan kredibilitas, toleransi dan keberagaman,
inovatif dan kreatif untuk pengembangan UI, menegakkan otonomi dan kebebasan akademik,
kepemimpinan, kemampuan manajerial dan tata kelola universitas; jaringan luas dan
kemampuan penggalangan dana, kematangan pribadi dan interpersonal skill. Tiga calon rektor
dengan total nilai tertinggi ditetapkan sebagai tiga calon rektor tersaring.
Pada tanggal 17 November diadakan wawancara terhadap ketiga Calon Rektor oleh
MWA, yang dilanjutkan dengan debat publik di hadapan civitas akademika pada tanggal 18
November. Pemungutan suara untuk menentukan Rektor Terpilih diadakan setelah debat
publik. Lima belas anggota MWA (di luar Pj Rektor) masing-masing memiliki 1 suara dan
Menteri Ristek dan Dikti (yang diwakilkan kepada Direktur Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Ditjen Dikti) memiliki 8 suara (35% dari keseluruhan suara, sesuai PP No. 68
tahun 2013). Pemungutan suara tersebut menghasilkan 12 suara untuk Prof. Dr. Ir.
19
Ibid, pasal 24 ayat (4)
20
P3CR, Laporan Proses Pemilihan Rektor UI 2014, http://mwa.ui.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/Laporan-
Proses-Pemilihan-Rektor-UI2014.pdf
Muhammad Anis, M. Met, 7 suara untuk Prof. Dr. Ir. Mohammad Nasikin, M. Eng, dan 4
suara untuk Prof. Ir. Rinaldy Dalimi, MSc, Ph.D. Dengan demikian Rektor UI Terpilih
periode 2014-2019 adalah Prof. Dr. Muhammad Anis, M. Met. Pelantikan Rektor UI terpilih
dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2014.

Tentang Wacana Pemerintah


Apabila kita melihat pemberitaan media yang berkembang, dalam dua hari
belakangan. Awalnya Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengatakan,
nanti pemilihan rektor atau pemimpin perguruan tinggi atau universitas di Indonesia dipilih
oleh presiden. Meski begitu, pengajuan nama-nama rektor lebih dulu melalui mekanisme di
Kemenristek Dikti. "Saya kira putusan terakhirnya harus dari bapak Presiden.
Pertimbangannya supaya utuh saja. Nanti ada forum konsultasi antara Menristek Dikti dan
Presiden yang untuk memutuskan nama siapa jadi rektor," kata Tjahjo usai memimpin
upacara peringatan Hari Pancasila di kantornya, Jakarta, Kamis (1/6/2017).21
Keesokan harinya, Mendagri memberikan Adanya pemberitaan yang mengatakan
rektor dipilih presiden dibantah oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo.
Dijelaskan olehnya, pemilihan rector diwacanakan akan dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada presiden. Hal ini dilakukan karena rektor memiliki jabatan strategis dan sangat
berpengaruh terhadap proses pembelajaran mahasiswa, termasuk penanaman ideologi.
"Rektor adalah jabatan strategis yang dipilih Senat Perguruan Tinggi dan Pemerintah melalui
Mendikti," ujar Tjahjo dalam keterangan tertulisnya22
Sama seperti pejabat eselon I dan Sekda Provinsi, nama-nama calon akan
dikonsultasikan kepada tim penilai akhir (TPA). Baru kemudian pejabat eselon I dan Sekda
Provinsi akan dikonsultasikan kepada TPA yang dipimpin presiden. Mekanisme yang sama
diusulkan untuk diterapkan pada pemilihan rektor.23
"Betul selama ini kan Dikti. Hasil komunikasi kami dengan pak Mensesneg, Presiden
dan Menristekdikti kami kira udah keputusan terakhir, harus dari pak presiden.," ujar Tjahjo

21
Yoppi Renato, Mendagri: Rektor Akan Dipilih Oleh Presiden,
http://news.liputan6.com/read/2973697/mendagri-rektor-akan-dipilih-dan-dilantik-oleh-presiden
22
https://nasional.sindonews.com/read/1209988/144/klarifikasi-mendagri-soal-rektor-dipilih-presiden-
1496326271
23
https://news.detik.com/berita/d-3517745/penjelasan-mendagri-soal-pemilihan-rektor-lewat-konsultasi-
presiden
usai peringatan hari lahir Pancasila, di Kemendagri, Jakarta Pusat, Kamis, (1/6/2017).24.
"Saya kira surat dari Mensesneg dan Setkab sudah menyampaikannya ke Menristek Dikti,
supaya dalam upaya menentukan rektor yang sekian persen kewenangan mendikti itu
hukumnya wajib konsultasi dengan presiden," kata Tjahjo.25
Wacana ini juga muncul atas semangat dan keinginan kerja sama antara kementerian
untuk membumikan Pancasila. Bahwa, nilai-nilai kebangsaan dan ideologi Pancasila harus
selalu ditanamkan, termasuk di lingkungan pendidikan. "Pelajaran Pancasila, wawasan
kebangsaan, bela negara oleh Kemenhan itu termasuk bagian dari pada revolusi mental. Bagi
kami ini masalah membumikan Pancasila, termasuk pemahaman NKRI, Bhineka Tunggal Ika,
UUD 1945," ujar Tjahjo26

Wacana Tanpa Melihat Realita


Realita pertama pada pernyataan Rektor secara tertulis di media, secara umum terlihat
jelas bahwa Mendagri tidak mengetahui proses pemilihan rektor khususnya di lingkungan
PTN BH dalam hal ini UI. Hal yang harus kita ketahui, organ yang mengangkat dan melantik
Rektor bukan Senat Akademik melalui usul Menristekdikti tetapi MWA UI. Penanalogian
antara Sekda atau Eselon 1 dengan Rektor juga tidak tepat. Sebab, pemimpin dari sebuah
daerah otonomi adalah Gubernur atau Walikota/Bupati. Jadi, dengan otonomi PTN BH,
pemimpin PTN BH yaitu Rektor yang dipilih oleh MWA sebagai organ yang berwenang
dalam pemilihan rektor harus dihormati.
Selanjutnya, realita yang kedua adalah hak suara yang diberikan pada menteri pada
dasarnya sudah besar dalam proses pemilihan rektor, dengan bagian sebesar itu, seharusnya
menjadi sarana yang baik untuk mengkritisi dan menentukan calon rektor yaitu sebesar 35 %.
Mengenai kewajiban dikonsultasikan kepada Presiden, hendaknya hal tersebut menjadi diatur
di internal MWA Unsur Menteri dan tidak mencederai hak unsur lain di MWA tentang hak
suara yang dimiliki. Harus diingat, MWA merupakan lembaga musyawarah yang satu napas
dengan Pancasila terutama sila keempat. Ketika sudah menjadi PTN BH, maka Keputusan

24
http://www.tribunnews.com/nasional/2017/06/01/nantinya-presiden-yang-akan-memilih-rektor-bukan-lagi-
dikti-mendagri-jelaskan-alasannya
25
http://www.jpnn.com/news/presiden-bakal-ikut-menentukan-pengangkatan-rektor-di-ptn
26
https://nasional.sindonews.com/read/1209988/144/klarifikasi-mendagri-soal-rektor-dipilih-presiden-
1496326271
Majelis Wali Amanat sebagai pemangku mandat yang bertindak untuk dan atas nama
pemerintah sebagai pemilik badan hukum.27
Ketiga adalah otonomi tata kelola Perguruan Tinggi. Seperti yang sudah dijelaskan,
Penyelenggaran UI sudah memiliki dasar hukum yang jelas melalui PP No 68 Tahun 2013
Tentang Statuta UI. Proses otonomi pemilihan rektor ini sudah berjalan dan sesuai dengan
amanat UU Dikti maupun Statuta. Sebuah hal yang keliru apabila pemilihan dan pelantikan
serta keputusan terakhirnya diwacanakan harus melalui Presiden. Apabila itu dilakukan, tentu
Presiden melanggar amanat UU Dikti sebagai Perguruan Tinggi yang otonom maupun Aturan
serta lembaga yang berwenang mengangkat dan melantik Rektor yang terdapat di Statuta UI
dan terlebih lagi saat ini masih berupa wacana dengan dasar hukum yang tidak jelas dari
mekanisme yang dilontarkan oleh Mendagri.
Keempat adalah otonomi akademik Perguruan Tinggi. PTN BH dalam hal ini UI
sudah memiliki Senat Akademik sebagai Organ yang bertanggung jawab di bidang akademik.
Apabila memang pemerintah mau memasukan nilai – nilai Pancasila tentu dapat
berkomunikasi dengan Senat Akademik dan yang harus diingat bahwa ideologi selain
Pancasila yang masuk melalui mimbar akademik tidak dapat serta merta ditolak karena
merupakan bagian dari khasanah pembelajaran akademik mahasiswa.
Kelima adalah tentang Otonomi Kemahasiswaan juga merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Otonomi Perguruan Tinggi. Otonomi dalam bidang Kemahasiswaan menjadi
salah satu hal yang penting karena kegiatan Kemahasiswaan haknya diberikan oleh UU Dikti
dan Statuta. Jadi, tidak dapat serta merta pemerintah dapat membubarkan atau melarang
kegiatan kemahasiswaan sepanjang kegiatan tersebut masih berada dalam koridor akademik.
Daripada pemerintah fokus pada pemilihan rektor di UI yang sudah menjadi domain
MWA, lebih baik lagi apabila pemerintah berfokus terhadap kontribusi pendapatan yang
diterima oleh UI. Apabila kita ketika membandingkan kontribusi pendapatan yang diterima
oleh UI dari APBN/BPPTN sebesar 517 M atau sekitar 24 % dari seluruh total pendapatan
yang diterima oleh UI.28 Bandingkan dengan mahasiswa dan masyarakat yang memberikan
kontribusi pendapatan sebesar 1.427 M yang atau sekitar 65 % dari seluruh total pendapatan
yang diterima oleh UI. Sebab, pada dasarnya konsep PTN BH ialah konsep korporasi yang
tidak mencari untung ataupun nobble industry yang menerima prinsip profit oriented yang

27
Jimly Asshhidiqie, Lembaga Negara Pasca Reformasi, hal 81
28
Annual Report UI 2016,Laporan Auditor Independen, hal 4
ditranformasikan untuk kepentingan pengembangan institusi.29 Dengan porsi demikian, lebih
baik pemerintah juga memikirkan perannya dalam meningkatkan kontribusi pendapatan UI
yang masih setengah pendapatan dari Biaya Operasional Pendidikan yang diterima oleh UI.
Dengan jumlah Perguruan Tinggi mencapai di Indonesia mencapai angka 4512 dari
berbagai kategori30, tidak arif rasanya apabila contoh satu Universitas swasta menjadi dasar
untuk penerapan wacana tersebut. Padahal apabila kita ingin teliti lebih jauh, tujuan dari
wacana tersebut sudah dilaksanakan di berbagai banyak universitas lain di Indonesia.
Tindakan pemerintah untuk membumikan Pancasila pada dasarnya adalah agenda kita
bersama, termasuk dalam pemilihan rektor salah satu indikator penilaiannya secara spesifik
tentang keberagamaan dan toleransi.
Pada peringatan Hari Lahir Pancasila, Rektor UI juga telah memberikan Pernyataan
Universitas Indonesia diantaranya untuk berkomitmen menjaga keutuhan NKRI berdasarkan
UUD 1945, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika. UI tetap dan terus menjunjung tinggi
prinsip kebebasan berserikat dan berpendapat sebagaimana dijamin UUD 1945 sepanjangan
diselenggarakan menrut koridor perundang – undangan yang berlaku.
Jadi, pemerintah harus sadar bahwa sudah ada agenda Rektor yang mendukung untuk
mempertahankan NKRI, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika. Tugas Pemerintah di era
Otonomi lebih baik tetap menghormati dan mengevaluasi kegiatan Perguruan tinggi baik
akademik maupun non akademik dan terus memberikan kontribusi nyata yang diantaranya
berupa BPPTN untuk dapat mewujudkan amanat UU yaitu mahasiswa dapat memperoleh
pendidikan yang terjangkau. Pemerintah haruslah memikirkan bagaimana wacana yang
dilontarkan sesuai dengan realita dan tidak melanggar hukum serta Otonomi PTN BH.
Sebagai negara hukum, apabila memang ada agenda yang ingin dijalankan oleh pemerintah,
haruslah sesuai dengan koridor hukum yang berlaku, tidak kemudian reaktif, serampangan,
serta menghalalkan segala cara dengan kekuasaan yang dimilikinya saat ini.
"Cara mengelola negara tdk sama dengan mengelola rumah tangga ato warung. Kalo
mengelola rumah tangga atau warung, apa yg terlintas dlm pikiran bisa langsung
diwujudkan dalam tindakan. Negara tdk begitu," 31 - Prof Yusril Ihza Mahendra.

29
Op.cit Hal 12.
30
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi, Grafik Jumlah Perguruan Tinggi,
http://forlap.dikti.go.id/perguruantinggi/homegraphpt.
31
http://nasional.kompas.com/read/2014/11/06/1657013/Yusril.Ingatkan.Jokowi.Mengelola.Negara.Tak.sepert
i.Mengelola.Warung.

Anda mungkin juga menyukai