Perencanaan Dan Penganggaran
Perencanaan Dan Penganggaran
Oleh
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
OKTOBER 2015
A. KONSEP DASAR PERENCANAAN
1. Pengertian Perencanaan
Proses ialah hubungan tiga kegiatan yang berurutan, yaitu menilai situasi dan kondisi saat
ini, merumuskan dan menciptakan situasi dan kondisi yang diinginkan (yang akan datang), dan
menentukan apa saja yang diperlukan untuk mencapai keadaan yang diinginkan. Dari pengertian
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang disebut perencanaan ialah kegiatan yang akan
dilakukan dimasa yang akan datang untuk mencapai tujuan. Dari definisi ini perencanaan
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
2. Tujuan Perencanaan
Tujuan perencanaan diantaranya adalah:
a. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan
b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang,
antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan
1
d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat
e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan.Standar pengawasan, yaitu mencocokan pelaksanaan dengan perencanaan.
f. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan.
g. Mengetahaui siapa yang terlibat (struktur organisasinya) baik kualifikasinya maupun
kuantitasnya.
h. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
i. Memimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga dan
waktu.
j. Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan.
Berdasarkan kriteria waktu ada tiga macam perencanaan yaitu; perencanaan jangka
panjang, perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka pendek. Dalam menyusun suatu
rencana, perlu terlebih dahulu ditetapkan apakah yang akan disusun itu termasuk perencanaan
jangka pendek atau lainnya, sehingga langkah-langkah kegiatan dapat tersusun dan tujuan
kegiatan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Perencanaan jangka panjang biasanya mempunyai jangka waktu 10, 20 atau 25 tahun.
Sedangkan dalam perspektif undang – undang no 24 tahun 2005 tentang sistem perencanaan
pembangunan nasional, rencana jangka panjang memiliki rentang waktu selama 20 tahun.
Karena demikian panjangnya siklus perencanaan ini, maka perencanaan jangka panjang
memuat rencana-rencana yang bersifat umum, global dan belum terperinci. Perencanaan jangka
panjang juga lebih bersifat perspektif, yaitu memberikan arah yang jelas bagi perencanaan yang
berjangka waktu lebih pendek. Perencanaan jangka panjang masih perlu dijabarkan lagi menjadi
perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka pendek.
Perancanaan jangka menengah seperti repelita adalah yang paling efisien ditinjau dari
segi pelaksanaannya. Di dalamnya dicantumkan tujuan dan target secara lebih jelas sehingga
memberikan dasar-dasar yang pasti bagi kegiatan yang direncanakan. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan banyak memilih perencanaan jangka menengah dengan sistem berkelanjutan.
2
Dalam pendekatan seperti ini, rencana tersebut diperpanjang satu tahun pada suatu waktu sambil
memperbaiki sasaran-sasaran berdasarkan pengalaman pelaksanaan. Artinya, prestasi yang
dicapai pada pelaksanaan yang lalu dijadikan umpan balik bagi perbaikan rencana yang
selanjutnya.
Perencanaan jangka pendek biasanya mempunyai jangka waktu kurang dari 4 tahun. Dan
dalam perspektif undang – undang no 24 tahun 2005 tentang sistem perencanaan pembangunan
nasional, rencana jangka pendek memiliki rentang waktu selama 1 tahun. Salah satu perencanaan
jangka pendek yang sering kita temui adalah perencanaan tahunan. Perencanaan tahunan atau
disebut juga perencanaan operasional di negara kita ini pada prakteknya merupakan suatu siklus
yang selalu berulang setiap tahun yaitu mulai dari awal April sampai dengan akhir bulan Maret.
b. Perencanaan operasional
Perencanaan operasi adalah penjabaran dan kegiatan rinci dari perencanaan strategis.
Perencanaan operasi sering disebut juga dengan “misi”, sedangkan perencanaan strategis adalah
tujuan yang ingin dicapai “misi”, yaitu “visi”.
3
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan
dan pengawasan,
4. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan
berkelanjutan, mengoptimalkan partisipasi masyarakat
4
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (undang – undang no 24 tahun 2005) adalah
satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh
unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Terdapat 4 proses
perencanaan, yaitu :
Untuk memperkuat konsep dasar dari perencanaan pembangunan, kita harus mengetahui
bagaimana penyusunan rencana pembangunan itu dilakukan. Jadi, penyusunan rencana
pembangunan itu dilakukan melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) yang dimana seluruh pelaku perencanaan pembangunan dilibatkan dalam
penyusunan rencana pembangunan tersebut untuk membahas RPJP, RPJM, dan Rencana
Pembangunan Tahunan, yang nantinya akan mengacu kepada anggaran, APBN dan APBD. Oleh
sebab itu, antara perencanaan, penganggaran, dan evaluasi kinerja itu sendiri sebenarnya memiliki
konsep yang saling berkaitan dan berkesinambungan.
1. RPJP Nasional merupakan penjabaran dan tujuan dibentuknya pemerintah Negara Indonesia
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, dalam bentuk visi, misi, dan arah
pembangunan Nasional.
2. RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan
Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan Lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro
yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiscal
dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif.
5
3. RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan
kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh
termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga, lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif.
4. Renstra-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun dengan
berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat indikatif.
5. Renja-KL disusun dengan berpedoman pada Renstra-KL dan mengacu pada prioritas
pembangunan Nasional dan pagu indikatif, serta memuat kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah maupun yang ditempuh
dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Perencanaan Pembangunan Daerah yang telah diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 2004
pada dasarnya hampir sama dengan mekanisme, model atau struktur perencanaan pembangunan
nasional. Perbedaan antara struktur pembangunan nasional dan daerah hanya terletak pada ruang
lingkup. Dari segi ruang lingkup, pembangunan nasional jelas mencakup keseluruhan Negara
Indonesia, sedangkan pembanguna daerah hanya mencakup kegiatan pembangunan yang terjadi
pada daerah yang bersangkutan saja. Perbedaan tersebut membuat daerah harus menyusun sendiri
perencanaan pembangunannya dengan tetap mengacu pada dokumen perencanaan pembangunan
nasional. Mekanisme dalam model perencanaan pembangunan daerah ini juga diatur dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, yakni sebagai berikut:
1. RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP
Nasional.
2. RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat
arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan
program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Dan program
kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif.
3. RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat
rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja kerja,
dan pendanannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintahan maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
4. Renstra-SKPD memuat visi,misi,tujuan strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah
serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.
5. Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra SKPD dan mengacu kepada RKP,
memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung
oleh pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendoring partisipasi masyarakat.
6
C. KONSEP DASAR PENGANGGARAN
1. Pengertian
Anggaran adalah merupakan hal yang paling penting yang harus ada di dalam
pemerintahan. Karena anggaran merupakan cara yang dilakukan oleh organisasi sector publik
untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya pada kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terbatas. Pemerintah ingin agar kekayaan yang dimiliki negara dapat diberikan kepada seluruh
masyarakat, tetapi sering kali keinginan tersebut terhambat oleh terbatasnya sumber daya yang
dimiliki. Di sinilah fungsi dan peran penting anggaran. Anggaran merupakan suatu laporan yang
memuat penerimaan dan pembelanjaan negara/ daerah. Di dalam laporan tersebut ditetapkan
target-target yang hendak dicapai pemerintah dalam penerimaan pendapatan dan pengeluaran.
Kebijakan-kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah dituangkan di dalam anggaran
tersebut.
Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menyejahterakan rakyat, karena uang
yang digunakan adalah uang rakyat. Namun tak banyak juga masarakat yang tidak tersentuh
aplikasi dari anggaran tersebut, buktinya saja masih banyak kemiskinan yang terjadi disetiap
daerah. Apabila anggaran sudah terlaksana dengan baik dan benar, tentunya banyak masyarakat
yang sudah sejahtera, paling tidak sudah bisa tercukupi kebutuhan pokoknya.
Ada beberapa kriteria yang harus dimiliki anggaran sektor publik yakni dapat
merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat serta dapat menentukan
penerimaan dan pengeluaran departemen pemerintah, provinsi maupun daerah. Untuk itu adanya
anggaran sektor publik sangat penting, karena :
7
2. Masyarakat tidak bisa melihat sebarapa jauh suatu program telah dilaksanakan. dengan
ini bisa berakibat pada seberapa jauh dana yang dihabiskan untuk pelaksanaan program
tersebut. dan juga berakibat adanya “Lubang” yang membuat pembesaran kantong
individu atau kelompok
3. Peran masyarakat hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu program tanpa
mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari awal hingga akhir.
4. Tujuan utama dari program tersebut tidak dapat terlaksana dikarenakan apa yang
diperlukan masyarakat tidak terpenuhi oleh pemerintah pusat yang tidak mengerti atau
memahami apa yang dibutuhkan masyarakat.
5. Kreatifitas masyarakat berkurang karena kurangnya campur tangan mereka di bidang
perencanaan.
Dan kelebihan dari sistem ini adalah:
1. Masyarakat tidak perlu bekerja serta memberi masukan program tersebut sudah dapat
berjalan sendiri karena adanya peran pemerintah yang optimal.
2. Hasil yang dikeluarkan bisa optimal dikarenakan biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh
pemerintah.
3. Mengoptimalkan kinerja para pekerja di pemerintahan dalam menyelenggarakan suatu
program.
8
4. Program ini lebih memakan waktu yang lama dikarenakan harus adanya sinkronisasi dari
lower level employee kepada atasannya.
5. Biaya yang diperlukan lebih besar untuk menjalankan program ini.
Activity based budgeting adalah penyusunan anggaran biaya per aktivitas untuk
memungkinkan manajer memprediksi biaya aktivitas yang akan terjadi dalam periode anggaran.
Activity-based budgeting memungkinkan manajer merencanakan dan memantau improvement
terhadap aktivitas secara lebih seksama.
Activity based budgeting (ABB) ini erat kaitannya dengan activity based costing (ABC).
Activity based costing merupakan sistem informasi yang digunakan untuk mengukur
implementasi activity based budget akan mengkomunikasikan hasil pengukuran tersebut kepada
personel yang bertanggung jawab
Functional based budgeting atau disebut juga traditional budgeting system adalah suatu
cara menyusun anggaran yang tidak didasarkan atas pemikiran dan analisa rangkaian kegiatan
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penyusunannya lebih
didasarkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran.
9
melaporkan bahwa dana tersebut sudah dipakai. Sehingga tolok ukur keberhasilan anggaran
tersebut adalah pada hasil kerja, maksudnya jika anggaran tersebut seimbang (balance) maka
anggaran tersebut dapat dikatakan berhasil, tetapi jika anggaran tersebut defisit atau surplus,
berarti anggaran tersebut gagal.
Anggaran berbasis kinerja memusatkan perhatian pada pengukuran efisiensi hasil kerja
dengan tujuan memaksimumkan output yang dapat dihasilkan dari input tertentu.
10
dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran
tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal.
Berbeda dengan penganggaran dengan pendekatan tradisional, penganggaran dengan
pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi output. Jadi, apabila kita menyusun anggaran
dengan pendekatan kinerja, maka mindset kita harus fokus pada "apa yang ingin dicapai".
Kalau fokus ke "output", berarti pemikiran tentang "tujuan" kegiatan harus sudah tercakup di
setiap langkah ketika menyusun anggaran. Sistem ini menitikberatkan pada segi
penatalaksanaan sehingga selain efisiensi penggunaan dana juga hasil kerjanya diperiksa.
Jadi, tolok ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan
atau hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun suatu
sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan
akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan.
d. Keunggulan ABK
Keunggulan anggaran berbasis kinerja, adalah bahwa penyusunan anggaran ini dilakukan
dengan mendasarkan pada program, fungsi serta aktivitas dengan menetapkan satuan
pengukuran tertentu dan tujuan (visi) yang telah dirumuskan, sehingga dapat dilakukan
penilaian terhadap masukan dan keluaran atau penilaian terhadap kinerja pelaksanaan
kegiatan.
2. ABK pada Pemerintah Pusat
a. Tahap perencanaan
1) Penyusunan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional,
2) Kementerian Negara/Lembaga (K/L) melakukan evaluasi pelaksanaan program dan
kegiatan pada tahun berjalan, menyusun rencana inisiatif baru dan indikasi kebutuhan
anggaran,
3) evaluasi Pagu indikatif dan rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan
4) Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan yang sedang berjalan dan mengkaji usulan inisiatif baru
berdasarkan prioritas pembangunan serta analisa pemenuhan kelayakan dan efisiensi
indikasi kebutuhan dananya,
5) K/L menyusun rencana kerja (Renja), melakukan Pertemuan tiga pihak (trilateral
meeting) dilaksanakan antara K/L, Kementerian Perencanaan, dan Kementerian
Keuangan, merancang awal RKP disempurnakan, tahap terakhir
6) RKP dibahas dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dengan DPR, RKP
ditetapkan.
b. Tahap penganggaran
1) penyusunan kapasitas fiskal yang menjadi bahan penetapan pagu indikatif,
2) penetapan pagu anggaran K/L,
3) penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L),
4) penelaahan RKA-K/L sebagai bahan penyusunan nota keuangan dan rancangan undang-
undang tentang APBN,
5) penyampaian Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan UU tentang APBN
kepada DPR.
3. ABK pada Pemerintah Daerah
11
1) Pemerintah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya paling lambat
pertengahan bulan Juni tahun berjalan. Kebijakan tersebut berpedoman pada RKPD.
2) Proses penyusunan RKPD dilakukan antara lain dengan musrenbang.
3) DPRD membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan dalam pembicaraan
pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.
4) Pemda bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara berdasarkan
Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati.
5) Kepala SKPD menyusun RKA-SKPD.
6) RKA-SKPD disampaikan kepada DPRD.
7) Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah
sebagai bahan penyusunan rancangan perda APBD tahun berikutnya.
8) Pemda mengajukan rancangan Perda APBD pada minggu pertama bulan Oktober.
9) Keputusan oleh DPRD mengenai rancangan Perda APBD dilakukan selambat-lambatnya satu
bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
E. Revisi Anggaran
1. Alasan Revisi
a. Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan pagu anggaran
belanja termasuk pergeseran rincian anggaran belanjanya.
b. Perubahan atau pergeseran rincian anggaran belanja dalam hal pagu anggaran tetap.
c. Perubahan/ralat juga dapat terjadi karena kesalahan administrasi.
2. Proses Revisi Anggaran
a. Revisi anggaran pada BA K/L
1) Revisi anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran (DJA)
a) Yang memerlukan penelaahan (Pasal 54 ayat 1 PMK No. 257 Tahun 2014)
1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menyampaikan usulan revisi anggaran kepada
Sekretaris Jenderal (Sekjen)/Pejabat Eselon I K/L dengan melampirkan dokumen
pendukung:
- surat usulan revisi anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-
menjadi)
- SPTJM yang ditandatangani oleh KPA
- arsip data komputer (ADK) RKA K/L DIPA Revisi
- RKA Satker
- copy DIPA terakhir
- dokumen pendukung terkait lainnya.
2. Sekjen/Pejabat Eselon I K/L meneliti usulan revisi anggaran dan kelengkapan
dokumen pendukung.
3. Sekjen/Pejabat Eselon I K/L menyampaikan usulan revisi anggaran yang telah
diteliti kepada APIP K/L untuk direviu, bila diperlukan.
4. Hasil reviu APIP K/L dituangkan dalam surat hasil reviu.
5. Sekjen/Pejabat Eselon I K/L menyampaikan usulan revisi anggaran kepada DJA
dengan melampirkan dokumen:
- surat usulan revisi anggaran yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon I dan
dilampiri matriks perubahan (semula-menjadi)
12
- SPTJM yang ditandatangani oleh Sekjen/Pejabat Eselon I
- ADK RKA/KL revisi Satker
- RKA Satker.
6. DJA menelaah usulan revisi anggaran dan kelengkapan dokumen
7. DJA dapat menerima atau menolak usulan revisi anggaran sesuai dengan
ketentuan. Apabila usulan revisi anggaran diterima, DJA dhi. Direktur Anggaran
I/II/III menetapkan revisi DHP RKA K/L dan surat pengesahan revisi anggaran
yang dilampiri notifikasi dari sistem. Apabila usulan revisi anggaran ditolak,
DJA mengeluarkan surat penolakan usulan revisi anggaran.
8. Proses revisi anggaran pada DJA diselesaikan paling lambat 5 hari setelah
dokumen diterima secara lengkap.
b) Yang tidak memerlukan penelahaan (Pasal 54 ayat 2 PMK No. 257 Tahun 2014)
1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menyampaikan usulan revisi anggaran kepada
Sekretaris Jenderal (Sekjen)/Pejabat Eselon I K/L dengan melampirkan dokumen
pendukung:
- surat usulan revisi anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-
menjadi)
- SPTJM yang ditandatangani oleh KPA
- ADK RKA K/L DIPA Revisi
- arsip data komputer (ADK) RKA K/L DIPA Revisi
- RKA Satker
- copy DIPA terakhir
- dokumen pendukung terkait lainnya.
2. Sekjen/Pejabat Eselon I K/L meneliti usulan revisi anggaran dan kelengkapan
dokumen pendukung.
3. Sekjen/Pejabat Eselon I K/L menyampaikan usulan revisi anggaran yang telah
diteliti kepada APIP K/L untuk direviu, bila diperlukan.
4. Hasil reviu APIP K/L dituangkan dalam surat hasil reviu.
5. Sekjen/Pejabat Eselon I K/L menyampaikan usulan revisi anggaran kepada DJA
dengan melampirkan dokumen:
- surat usulan revisi anggaran yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon I dan
dilampiri matriks perubahan (semula-menjadi)
- SPTJM yang ditandatangani oleh Sekjen/Pejabat Eselon I
- ADK RKA/KL revisi Satker
- RKA Satker
- dokumen pendukung terkait dalam rangka perubahan catatan dalam halaman
IV DIPA.
6. DJA meneliti usulan revisi anggaran dan kelengkapan dokumen
7. DJA dapat menerima atau menolak usulan revisi anggaran sesuai dengan
ketentuan. Apabila usulan revisi anggaran diterima, DJA dhi. Direktur Anggaran
I/II/III menetapkan revisi DHP RKA K/L dan surat pengesahan revisi anggaran
yang dilampiri notifikasi dari sistem. Apabila usulan revisi anggaran ditolak,
DJA mengeluarkan surat penolakan usulan revisi anggaran.
13
8. Proses revisi anggaran pada DJA diselesaikan paling lambat 1 hari setelah
dokumen diterima secara lengkap dan notifikasi dari sistem telah tercetak.
2) Revisi anggaran pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB)
1. KPA menyampaikan usulan revisi anggaran kepada Kepala Kanwil DJPB dengan
melampirkan dokumen:
- surat usulan revisi anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-menjadi)
- SPTJM yang ditandatangani oleh KPA
- ADK RKA/KL DIPA Revisi
- copy DIPA petikan terakhir
- dokumen pendukung terkait persetujuan unit eselon I.
2. Kanwil DJPB meneliti usulan revisi anggaran dan kelengkapan dokumen.
3. Apabila usulan revisi anggaran tidak sesuai ketentuan, Kanwil DJPB
mengeluarkan surat penolakan usulan revisi anggaran.
4. Apabila usulan revisi anggaran sesuai dengan ketentuan, Kanwil DJPB
menetapkan surat pengesahan revisi anggaran yang dilampiri notifikasi dari
sistem, paling lambat 1 hari setelah dokumen diterima secara lengkap dan
notifikasi dari sistem telah tercetak.
5. Apabila usulan revisi anggaran memuat substansi yang meliputi kewenangan
DJA dan Kanwil DJPB, DJA memproses revisi anggaran yang diusulkan.
3) Revisi anggaran yang memerlukan persetujuan Eselon I K/L
1. KPA menyampaikan usulan revisi anggaran kepada unit eselon I K/L dengan
melampirkan dokumen:
- surat usulan revisi anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-
menjadi)
- SPTJM yang ditandatangani oleh KPA
- ADK RKA/KL DIPA Revisi
- RKA Satker
- copy DIPA petikan terakhir
- dokumen pendukung terkait.
2. Unit eselon I meneliti usulan revisi anggaran dan kelengkapan dan kebenaran
dokumen.
3. Apabila kewenangan penyelesaian revisi anggaran merupakan kewenangan
Kanwil DJPB, Eselon I K/L menetapkan surat persetujuan dan menyampaikan
kepada KPA Satker sebagai lampiran usulan revisi anggaran ke Kanwil DJPB.
4. Apabila kewenangan penyelesaian revisi anggaran merupakan kewenangan DJA,
Eselon I K/L menyampaikan usulan revisi anggaran kepada DJA untuk
mendapatkan pengesahan.
4) Revisi anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
1. Dalam hal revisi anggaran mengakibatkan perubahan DIPA Petikan dan/atau
digital stamp, KPA menyampaikan usul revisi anggaran kepada Kanwil DJPB
2. Dalam hal revisi anggaran tidak mengakibatkan perubahan DIPA Petikan
dan/atau digital stamp, KPA mengubah ADK RKA Satker melalui aplikasi RKA
K/L DIPA, mencetak Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), dan menetapkan
perubahan POK.
14
5) Revisi anggaran yang memerlukan persetujuan DPR RI
1. Sekjen K/L mengajukan usulan revisi anggaran kepada Pimpinan DPR RI untuk
mendapatkan persetujuan.
2. Sekjen/Pejabat Eselon I K/L mengajukan usulan revisi anggaran kepada DJA
berdasarkan persetujuan Pimpinan DPR RI.
b. Revisi anggaran pada BA BUN
1) Revisi BA BUN yang memerlukan penelaahan
1. KPA BUN menyampaikan usulan revisi anggaran kepada PPA BUN dengan
melampirkan dokumen:
- surat usulan revisi anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-
menjadi)
- SPTJM yang ditandatangani KPA BUN
- ADK RDP BUN DIPA Revisi
- RKA BUN
- copy DIPA BUN terakhir
- dokumen pendukung terkait lainnya seperti TOR atau RAB.
2. PPA BUN meneliti usulan revisi anggaran dan kelengkapan dokumen.
3. Usul revisi anggaran juga disampaikan kepada APIP untuk direviu, kecuali jika
usulan anggaran disampaikan pada bulan Desember. Hasil reviunya dituangkan
dalam Surat Hasil Reviu.
4. PPA BUN menyampaikan usulan revisi anggaran kepada DJA dengan
melampirkan dokumen:
- surat usulan revisi anggaran yang ditandatangani oleh Pemimpin PPA BUN
dan dilampiri matriks perubahan (semula-menjadi)
- surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pemimpin PPA BUN
- ADK RDP BUN DIPA Revisi Satker
- RKA BUN
5. DJA menelaah usulan revisi anggaran dan kelengkapan dokumen.
6. DJA dapat meminta dokumen pendukung terkait sesuai hasil kesepakatan antara
PPA BUN dengan DJA dalam pembahasan usulan revisi anggaran.
7. Apabila usulan revisi anggaran tidak sesuai dengan persyaratan, DJA
mengeluarkan surat penolakan usulan revisi anggaran.
8. Apabila usulan revisi anggaran diterima, Direktur Anggaran III menetapkan:
- revisi DHP RDP BUN
- revisi DIPA BUN
- surat pengesahan revisi anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem.
9. Proses revisi anggaran tersebut diselesaikan paling lambat dalam 5 hari kerja
setelah dokumen diterima secara lengkap.
2) Revisi BA BUN yang tidak memerlukan penelaahan
1. KPA BUN menyampaikan usulan revisi anggaran kepada PPA BUN dengan
melampirkan dokumen:
- surat usulan revisi anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-
menjadi)
- SPTJM yang ditandatangani KPA BUN
15
- ADK RDP BUN DIPA Revisi
- RKA BUN
- copy DIPA BUN terakhir
- dokumen pendukung terkait dalam rangka perubahan catatan dalam halaman
IV DIPA
- dokumen pendukung terkait lainnya
2. PPA BUN meneliti usulan Revisi Anggaran dan kelengkapan dokumen.
3. PPA BUN menyampaikan usulan revisi anggaran kepada DJA dengan
melampirkan dokumen:
- surat usulan revisi anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-
menjadi)
- surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pemimpin PPA BUN
- ADK RDP BUN DIPA Revisi
- RKA BUN
- dokumen pendukung terkait lainnya.
4. DJA meneliti usulan revisi anggaran serta kelengkapan dokumen.
5. Apabila usulan revisi anggaran tidak sesuai dengan persyaratan, DJA
mengeluarkan surat penolakan usulan revisi anggaran.
6. Apabila usulan revisi anggaran diterima, Direktur Anggaran III menetapkan:
- revisi DHP RDP BUN
- revisi DIPA BUN
- surat pengesahan revisi anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem.
7. Proses revisi anggaran tersebut diselesaikan paling lambat dalam 1 hari kerja
setelah dokumen diterima secara lengkap dan notifikasi telah tercetak dari sistem.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Yunita dan B. Hendra Putranto. 2010. Anggaran Berbasis Kinerja: Penyusunan APBD Secara
Komprehensif. Yogyakarta: UPPT YKPN.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 257/PMK.02/2014 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun
Anggaran 2015.
Avionita, Venni. 2013. Jurnal Universitas Widyatama. “Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja terhadap
Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah”. (Online),
(http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2528/JURNAL%20-
%20VENNI%20AVIONITA.pdf?sequence=2) diakses 26 Maret 2015.
18