Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 23, No.

1, Juni 2013: 42-58

PROSES PERBAIKAN BERKELANJUTAN


DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH UNGGUL
DI SMK NEGERI 3 PATI
(Suatu kajian teoritis)
Riadi Nugroho
SMK Negeri 3 Pati
Jl. Kolonel Sunandar 108 Kab. Pati

ABSTRACT

T he aim of this study s to create outstanding school through the implementation of improving
continously at SMK Negeri 3 Pati. Arcaro concept about improving continously Quality In
Education: An Implementation, to be reference in exposing this writing. By studying the strength
and weakness that is owned by SMK Negeri 3 Pati therefore, regarding important for studying how is
the process of improving continously through creating quality culture at seven important factors at
school, those are: (1) condusive climate, (2) involving stakeholders as internal and eksternal customers
in quality planning, (3) reaching up the hope of academic achievement, (4) giving reward and school
insentive, (5) oppurtunity, responsibility, and students’ participation, (6) school regulation and
dicipline, (7)conducting curriculum and teaching learning process. Finally, through implementation
of this concept can give fresh wind for education institution like SMKN – 3 Pati, to maintain its
position as outstanding school and ready to compete in international level for the future.
Key words: Quality culture, improving continously; outstanding school.

PENDAHULUAN Tidak bosan-bosannya, para pakar pen-


didikan berusaha meningkatkan mutu pendi-
Hasil penelitian tentang sumber daya dikan, khususnya yang terjadi di sekolah.
manusia (SDM) Indonesia menunjukkan Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan
bahwa dari tujuh Negara di Asia ternyata mutu pendidikan selalu diupayakan diantara-
Indonesia merupakan Negara yang memiliki nya dengan melakukan kegiatan Ujian Nasio-
produktivitas tenaga kerja paling buncit setelah nal yang kelulusannya ditentukan dari pusat.
yang terdepan adalah negara-negara Jepang, Sejak tahun 2005/2006 , BSNP telah menetap-
Korea Selatan, dan Taiwan (Moedjiarto, 2001, kan kriteria kelulusan yaitu tidak boleh ada
hal. 1). Menghadapi perdagangan bebas 2010, nilai d” 4,25 dan rata-rata semua mata pelajar-
Indonesia harus bekerja keras untuk mening- an yang diujikan secara nasional minimal
katkan sumber daya manusianya, yang masih 4,51. Secara nasional angka ketidaklulusan
ketinggalan jauh. Satu-satunya cara dalam adalah 9,18 persen untuk SMA dan 9,00 %
meningkatkan sumber daya manusia hanya untuk SMK (Kompas, 20 Juni 2011). Dari
dapat melalui peningkatan mutu pendidikan. 279.328 siswa SLTA di Jawa Tengah yang

42
Proses Perbaikan Berkelanjutan dalam ... (Riadi Nugroho)

menikuti Ujian Nasional tidak lulus 32.093 Sebagai sekolah yang potensial menjadi
atau 11,4 persen (Suara Merdeka, 20 Juni sekolah unggul, prestasi di tingkat Nasional
2011). Dan dari 32.093 siswa, terdapat 34 yang pernah dimiliki SMK Negeri 3 Pati selama
(11,37 %) siswa SMK Negeri 3 Pati yang tidak kurun waktu lima tahun terakhir adalah Juara
lulus. Masih tingginya angka ketidaklulusan I Lomba Ketrampilan Siswa tingkat Nasional
tersebut menunjukkan bahwa budaya mutu pada tahun 2009, 2010, dan 2011, untuk mata
belum sepenuhnya terjadi di sekolah tersebut. lomba Tata Kecantikan dan Juara II LKS
Memasuki era pasar bebas, sangat dibutuh- tingkat Nasional pada tahun 2009 untuk mata
kan SDM yang memiliki keunggulan kompe- lomba Cookery. Dengan melihat kekuatan
titif berupa SDM berkualitas yang mampu dan peluang tersebut diatas maka muncul
bersaing baik di tingkat nasional maupun inter- pertanyaan apakah sekolah ini bisa menjadi
nasional. Direktorat Pendidikan Menengah sekolah unggul, bagaimana caranya agar SMK
Kejuruan telah menetapkan bahwa untuk Negeri 3 Pati dapat menjadi sekolah unggul.
menjadi sekolah unggul maka SMK harus Apakah sekolah ini juga telah menerapkan
dapat menjadi SMK berstandar Nasional budaya mutu sebagai ciri khas dari sekolah
dengan persyaratan diantaranya : (1) minimal bersatandar Internasional, jika belum bagai-
50 % tamatan memperoleh nilai ujian nasional mana menerapkan budaya mutu tersebut
matematika e” 5,60 ; (2) minimal 50 % tamat- sehingga menjadikan SMK Negeri 3 Pati
an memperoleh nilai ujian nasional bahasa sebagai sekolah bermutu total. Pertanyaan-
Inggris e” 7,01; (3) minimal 50 % tamatan pertanyaan inilah yang akan dibahas dalam
memperoleh nilai ujian nasional bahasa penulisan makalah ini.
Indonesia e” 7,00 ; dan menjadi SMK berstan-
dar Internasional dengan persyaratan diantara-
nya : (1) minimal 50 % tamatan memperoleh PEMBAHASAN
nilai ujian nasional matematika e” 6,00 ; (2)
minimal 50 % tamatan memperoleh nilai A. Diskripsi Sekolah Unggul
ujian nasional bahasa Inggris e” 7,51; (3) Moedjiarto (2002, hal. 12) mendefinisi-
minimal 50 % tamatan memperoleh nilai kan bahwa sekolah unggul di Indonesia ada-
ujian nasional bahasa Indonesia e” 7,00. Tentu lah sekolah yang selain memiliki prestasi aka-
masih banyak ketentuan atau kriteria lainnya demik tinggi, juga memiliki sebelas karak-
untuk menjadi sekolah unggul. teristik keefektifan yang tinggi, yaitu : (1) iklim
SMK Negeri 3 Pati dalam kegiatan Ujian sekolah yang positif, (2) proses perencanaan
Nasional tahun 2010/2011 diikuti 299 peserta di sekolah yang melibatkan seluruh warga
, dan dari jumlah tersebut yang memperoleh sekolah, (3) harapan yang tinggi terhadap
nilai ujian nasional matematika e” 6,00 sejum- prestasi akademik, (4) pemantauan yang efektif
lah 221 orang ( 75,95 %) ; yang memperoleh terhadap kemajuan siswa, (5) keefektifan guru,
nilai ujian nasional bahasa Inggris e” 7,51 (6) kepemimpinan instruksional yang
sejumlah 3 orang ( 1,03 % ) dan yang memper- berorientasi pada prestasi akademik, (7)
oleh nilai ujian nasional bahasa Indonesia e” pelibatan orang tua yang aktif dalam kegiatan
7,00 sejumlah 185 orang (63,57 %). Jika sekolah, (8) kesempatan, tanggung jawab, dan
dilihat dari kriteria SMK berstandar nasional partisipasi siswa yang tinggi di sekolah, (9)
maupun Internasional SMK Negeri 3 Pati tetap ganjaran dan insentif, yang didasarkan pada
berpeluang menjadi sekolah berstandar keberhasilan, (10) tata tertib dan disiplin yang
nasional maupun internasional, dengan catat- baik di sekolah, dan (11) pelaksanaan kuri-
an harus meningkatkan perolehan nilai pada kulum yang jelas. Di dalam sekolah unggul
mata pelajaran bahasa Inggris peran para stakeholders yaitu kepemimpinan

43
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 23, No. 1, Juni 2013: 42-58

kepala sekolah, guru dan orang tua sangat 1. Keyakinan tentang sekolahnya
menentukan dalam menciptakan iklim yang a. Kepercayaan dan sikap guru bahwa
positif bagi terwujudnya sekolah efektif. Seko- siswa akan mampu mencapai prestasi
lah efektif adalah sekolah yang tidak hanya akademik dengan standar yang tinggi
unggul dan mendapat pengakuan di tingkat b. Persepsi siswa terhadap iklim belajar di
nasional tetapi juga dapat bersaing di tingkat sekolah, bahwa mereka akan mampu
internasional. mencapai prestasi akademik yang tinggi
Bagi sekolah menengah kejuruan (SMK) 2. Struktur Organisasi di Sekolah
yang menjalankan pendidikan nya dengan a. Ekspektasi peran untuk perilaku yang
menggunakan pola sistem ganda dimana sesuai merupakan peran yang diharap-
pembelajarannya berlangsung di sekolah dan kan oleh pelaku-pelaku organisasi di
di dunia usaha/dunia industri, Departemen sekolah, yaitu : (1) guru dapat mengajar
Pendidikan Nasional (2003, hal. 9) telah siswa berprestasi tinggi, (2) siswa dapat
menetapkan bahwa untuk SMK yang ber- mencapai prestasi yang tinggi, dan (3)
potensi menjadi sekolah berstandar nasional kepala sekolah dapat memimpin staf-
harus memenuhi persyaratan diantaranya : (1) nya untuk mengantarkan siswa pada
minimal 50 % tamatan memperoleh nilai pencapaian prestasi yang tinggi
ujian nasional matematika e” 5,60 ; (2) b. Sistem dan struktur penghargaan di
minimal 50 % tamatan memperoleh nilai sekolah unggul difokuskan pada
ujian nasional bahasa Inggris e” 7,01 atau skor keberhasilan
TOEIC nilai 405; (3) minimal 50 % tamatan c. Stratifikasi terhadap siswa dibuat mini-
memperoleh nilai ujian nasional bahasa mal.
Indonesia e” 7,00; dan (4) minimal 50 % yang d. Mekanisme pelibatan orangtua disusun
lulus Uji Kompetensi terserap oleh dunia usa- oleh sekolah untuk mempermudah
ha/dunia industri. Sedangkan untuk menjadi pencapaian tujuan sekolah
SMK berstandar Internasional harus meme- 3. Penyelenggaraan pengajaran di sekolah
nuhi kriteria, yaitu : (1) minimal 50 % tamat- a. Tujuan sekolah ditetapkan terutama
an memperoleh nilai ujian nasional mate- ditekankan pada penguasaan seluruh
matika e” 6,00 ; (2) minimal 50 % tamatan siswa terhadap tujuan instruksional
memperoleh nilai ujian nasional bahasa Inggris b. Program efektif yang terstruktur, peng-
e” 7,51 atau skor TOEIC 505 ; (3) minimal ajaran yang secara langsung dimasuk-
50 % tamatan memperoleh nilai ujian nasional kan dalam strategi belajar tuntas untuk
bahasa Indonesia e” 7,00 ; dan (4) minimal mencapai tujuan instruksional oleh
50 % yang lulus Uji Kompetensi terserap oleh seluruh siswa
dunia usaha/dunia industri. c. Suasana tertib dan teratur, yang ber-
Dari pernyataan-pernyataan di atas maka orientasi pada kegiatan yang mencer-
dapat disimpulkan bahwa sekolah yang unggul minkan keefektifan sekolah dan
adalah sekolah yang memiliki mutu total, disiplin kelas
artinya sekolah tidak hanya memiliki prestasi d. Penggunaan hasil-hasil program ins-
akademik yang tinggi tetapi juga tamatannya truksional untuk meningkatkan pres-
mampu bersaing di tingkat nasional dan tasi akademik
internasional, dan prestasi akademik tersebut e. Pemanfaatan kompetisi akademis un-
sangat dipengaruhi oleh adanya iklim belajar tuk meningkatkan motivasi dan belajar
yang positif. Selanjutnya Moedjiarto (2002, dari kelompok sebaya
hal. 10-12) mengklasifikasikan iklim belajar f. Penggunaan data penilaian berdasar-
yang positif ke dalam tiga hal sebagai berikut : kan pemantauan terhadap kemajuan

44
Proses Perbaikan Berkelanjutan dalam ... (Riadi Nugroho)

siswa dan pencatatan penguasaan siswa (3) pengembangan staf. Penelitian ini mene-
terhadap tujuan instruksional kankan akan peran kepala sekolah, guru dan
tenaga administrasi dalam upaya meningkat-
Penciptaan iklim kondusif di sekolah kan prestasi akademik. Beberapa studi O’neal
dipengaruhi oleh kepemimpinan instruksional dkk. menunjukkan bahwa karakteristik-
yang kuat. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik tertentu dapat memberikan sum-
bahwa bahwa keberadaan kepala sekolah bangan pada produktivitas dan meningkatnya
yang baik, sangat besar sumbangannya ter- kepuasan pelanggan. Karakteristik-karakteris-
hadap sekolah unggul. Tidak pernah ada tik yang dimaksud adalah : (1) iklim sekolah
sekolah unggul yang memiliki kepala sekolah yang baik dengan misi sekolah yang jelas, (2)
bermutu rendah. Sekolah unggul pasti memi- harapan-harapan terhadap keberhasilan, (3)
liki kepala sekolah bermutu tinggi. Kepala semangat yang tinggi, (4) kepemimpinan peng-
sekolah yang bermutu tinggi adalah kepala ajaran yang efektif, (5) pengajaran di kelas
sekolah yang mampu melakukan perbaikan yang bermutu, (5) pemantauan kemajuan
pengajaran dalam empat aspek, yaitu : (1) siswa, dan (6) hubungan sekolah-rumah yang
disiplin, (2) prestasi akademik, (3) sikap, dan positif.
(4) kepribadian. Hubungan sekolah dengan rumah yang
Dari hasil penelitian Gibbons ( dalam positif sangat menentukan terjadinya parti-
Moedjiarto, 2002, hal. 17) melaporkan bahwa sipasi orang tua murid secara maksimal dalam
Program Perbaikan Sekolah (School Improve- mendorong siswa meraih tujuan belajar di
ment Program) yang dilaksanakan di sekolah- sekolah. Tidak semua orangtua mengerti
sekolah negeri di Columbus, Ohio, selama tentang visi dan misi sekolah dalam mendidik
tahun ajaran 2000/2001, bertujuan untuk putra-putrinya. Banyaknya siswa yang gagal
memperbaiki prestasi akademik para siswa, dalam proses pembelajaran disebabkan karena
dalam berbagai keterampilan dasar, khususnya saat di rumah siswa tidak mendapatkan bimbi-
dalam membaca, pemahaman dan mate- ngan akademik dari orangtuanya. Purnel dkk.
matika. Prestasi sekolah tersebut telah diting- (dalam Moedjiarto, 2002, hal. 26) meneliti
katkan dengan jalan menerapkan faktor-faktor tentang bimbingan terhadap orangtua dan
keefektifan sekolah yang dianggap penting. bantuan terhadap siswa yang mengalami
Faktor-faktor tersebut adalah kepemimpinan kesulitan dan hasilnya ia menyarankan perlu-
kepala sekolah yang kuat, dedikasi guru yang nya sekolah memberikan bimbingan pada
tinggi, harapan-harapan bagi siswa dan guru, orangtua dalam upaya membantu anak-anak
pemantauan yang kontinyu terhadap kemaju- yang mengalami berbagai kesulitan di sekolah.
an siswa, iklim belajar yang positif, kesempatan Peran orangtua tidak hanya mencukupi kebu-
yang cukup untuk belajar, pelibatan orangtua tuhan yang sifatnya material kepada anak,
dan masyarakat dalam program sekolah. tetapi diharapkan juga dapat membimbing
Peran guru sangat penting dalam kegiatan belajar putra-putrinya dalam mengerjakan
di sekolah. Keberhasilan siswa sangat erat tugas di rumah. Lembaga Utah State College of
dengan penampilan guru dalam mengelola Education tahun 1984 mengemukakan hasil
proses belajar mengajar di kelas. Jackson dalam penelitiannya, yaitu bahwa pekerjaan rumah
penelitiannya (dalam Moedjiarto, 2002, hal. perlu diberikan demikian pula pelibatan
21-23) menemukan perbedaan-perbedaan akademik orangtua dengan anak-anaknya,
sekolah yang unggul dan tidak unggul di penguatan self-concept, dan ganjaran atas
Washington D.C. diantaranya : (1) gaya prestasi. Dari penelitian ini disimpulkan
kepemimpinan kepala sekolah dan dukungan perlunya pelibatan orangtua di sekolah untuk
guru, (2) peran guru dalam pengajaran, dan

45
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 23, No. 1, Juni 2013: 42-58

mendorong peningkatan prestasi akademik Selanjutnya oleh Fandy Tjiptono ( 2001, hal.
siswa di sekolahnya. 4) merumuskan bahwa TQM mempunyai
Dari uraian di atas dapat diperoleh kesim- karakteristik-karakteristik sebagai berikut : 1)
pulan bahwa sekolah unggul adalah sekolah Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal
yang bermutu total Sekolah yang bermutu maupun eksternal, 2). Memiliki obsesi yang
total adalah sekolah yang dalam pengelola- tinggi terhadap kualitas, 3). Menggunakan
annya sehari-hari menerapkan manajemen pendekatan ilmiah dalam pengambilan kepu-
mutu terpadu sebagai ciri khas sekolah yang tusan dan pemecahan masalah, 4). Memiliki
efektif. Salah satu perbedaan antara sekolah komitmen jangka panjang, 5)Membutuhkan
yang unggul dengan yang tidak unggul secara kerja sama tim, 6) Memperbaiki proses secara
manajemen adalah terciptanya budaya mutu berkesinambungan, 7) Menyelenggarakan
yang ada di sekolah tersebut atau tidak. pendidikan dan pelatihan, 8). Memberikan
Sekolah unggul adalah sekolah yang ber- kebebasan yang terkendali, 9) Memiliki ke-
mutu total. Sebelum membahas lebih jauh satuan tujuan, dan 10) Adanya keterlibatan
tentang sekolah bermutu total , ada baiknya dan pemberdayaan staf.
mengerti lebih dahulu tentang apa itu mutu ? Penerapan TQM ke dalam dunia pendi-
Mutu atau kualitas secara etimologi merupakan dikan secara konsisten ternyata dapat men-
terjemahan dari kata quality . Meskipun tidak ciptakan sekolah yang bermutu total. Sekolah
ada definisi mengenai kualitas yang diterima yang bermutu total adalah sekolah yang
secara universal, Fandy Tjiptono (2001, hal menerapkan prinsip-prinsip mutu. Edward
3) mengidentifikasi pengertian mutu ke dalam Deming dalam pendidikan. Jerome S. Arcaro
beberapa elemen, diantaranya : (1) kualitas (2005, hal. 43) menyatakan bahwa sekolah
meliputi usaha memenuhi atau melebihi yang bermutu total dibangun dengan lima
harapan pelanggan, (2) kualitas mencakup pilar mutu, yaitu : (1) fokus pada pelanggan,
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan, (2) keterlibatan total, (3) pengukuran), (4)
(3) kualitas merupakan kondisi yang selalu komitmen, dan (5) perbaikan berkelanjutan.
berubah. Dengan berdasarkan elemen-elemen Untuk membangun kelima pilar mutu tersebut
tersebut Goetsch dan Davis (dalam Fandy sekolah mengimplimentasikan prinsip-prinsip
Tjiptono, 2001, hal. 4) membuat definisi mutu yang terdiri dari 14 (empat belas)
mengenai kualitas yaitu kualitas merupakan perkara, meliputi : (1) menciptakan konsis-
suatu kondisi dinamis yang berhubungan tensi tujuan, (2) mengadopsi filosofi mutu
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan total, (3) mengurangi kebutuhan pengujian,
lingkungan yang memenuhi atau melebihi (4) menilai bisnis sekolah dengan cara baru,
harapan. (5) memperbaiki mutu dan produktifitas serta
Sekolah yang berbasis mutu adalah seko- mengurangi biaya, (6) belajar sepanjang hayat,
lah yang dalam menjalankan proses pendidik- (7) kepemimpinan dalam pendidikan, (8)
annya menerapkan total quality management mengeliminasi rasa takut, (9) mengeliminasi
(TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu hambatan keberhasilan, (10) tanggung jawab,
menuju tercapainya sekolah yang efektif. (11) perbaikan proses, (12) membantu siswa
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) merupa- berhasil, (13) komitmen, dan (14). mencipta-
kan suatu pendekatan dalam menjalankan kan budaya mutu.
usaha yang mencoba untuk memaksimumkan
daya saing organisasi melalui perbaikan terus- B. Perubahan Menuju Budaya Mutu
menerus atas produk, jasa, manusia, proses, Perubahan budaya menuju ke arah budaya
dan lingkungannya. Tokoh yang mengemuka- mutu dibutuhkan kepemimpinan yang kuat.
kan tentang TQM adalah Edward Deming. Fandy Tjiptono (2000, hal. 153-164) menya-

46
Proses Perbaikan Berkelanjutan dalam ... (Riadi Nugroho)

takan bahwa pemimpin yang baik memiliki dengki, cemburu, cause dan effect, dan (2)
karakteristik diantaranya : tanggung jawab pemimpin kreatif, dengan karakter cenderung
yang seimbang, model peranan yang posiitf, mendorong perubahan, obyektif, berpikir
memiliki keterampilan komunikasi yang baik, posisitf, wawasan luas, penuh ide cemerlang,
memiliki pengaruh positif, mempunyai idealis, motivasi tinggi, energetik, intelektual,
kemampuan untuk meyakinkan orang lain. dan can do oriented/spirit. Untuk melakukan
Pemimpin yang baik tersebut harus mampu perubahan mutu diperlukan pemimpin yang
memainkan peran : mengatasi penolakan kreatif yang dapat menggerakkan semua warga
terhadap perubahan, menjadi perantara bagi sekolah untuk mau berubah.
kebutuhan kelompok-kelompok di dalam dan Mutu tidak dapat datang dengan sendiri-
di luar sekolah, membentuk kerangka etis nya, mutu harus diciptakan dan untuk men-
yang menjadi dasar operasi setiap staf dan ciptakan itu perlu perubahan budaya dari
sekolah secara keseluruhan. Kepemimpinan budaya tradisional ke budaya mutu dimana ciri
yag beorientasi pada kualitas memiliki kahsnya tidak mengenal lelah untuk melaku-
karakteristik sebagai berikut : (1) visible, kan perbaikan berkelanjutan. Sekolah unggul
committed, dan knowledgeable, (2) semangat yang dibangun secara natural selalu bertumpu
misionaris, (3) target yang agresif, (4) strong pada budaya mutu yang dilakukan oleh semua
driver. Selanjutnya terdapat lima gaya kepe- stakeholders sekolah itu. Fandy Tjiptono (1997,
mimpianm, diantaranya : (1) kepemimpinan hal. 8) mendiskripsikan bahwa budaya kualitas
otokratis, disebut juga kepemimpinan diktator merupakan sistem nilai organisasi yang
atau directive, (2) kepemimpinan demokratis, menghasilkan lingkungan yang kondusif bagi
dikenal pula kepemimpinan konsultatif atau pembentukan dan perbaikan kualitas secara
konsesus, (3) kepemimpinan partisipatif, juga terus-menerus. Budaya ini tercermin ke dalam
dikenal dengan istilah kepemimpinan ter- sebelas karakteristik berikut : 1) Perilaku sesuai
buka, bebas, atau nondirective, (4) kepemim- dengan slogan, 2) Masukan dari pelanggan
pinan berorientasi pada tujuan, disebut juga secara aktif dikumpulkan dan digunakan
kepemimpinan berdasarkan hasil atau ber- untuk meningkatkan kualitas secara terus-
dasarkan sasaran., (5) kepemimpinan situasio- menerus, 3) Para karyawan dilibatkan dan
nal, dikenal pula sebagai kepemimpinan tak diberdayakan, 4) Pekerjaan dilakukan dalam
tetap atau kontingensi. Dari berbagai gaya tim kerja, 5) Manajer level eksekutif diikut-
kepemimpinan tersebut apabila sekolah sertakan dan dilibatkan; tanggung jawab
menerapkan budaya mutu maka yang paling kualitas tidak didelegasikan, 6). Manajemen
tepat adalah gaya kepemimpinan partisipatif puncak memberi-kan contoh dan panutan
yang memiliki karakteristik : rasa tanggung mengenai perilaku dan aktivitas yang sesuai
jawab yang besar, disiplin pribadi, bersifat jujur, dengan harapan organisasi, 7) Sumber daya
memiliki kredibilitas tinggi, menggunakan akal yang memadai disediakan dimana pun dan
sehat, memiliki energi dan stamina tinggi, kapan pun dibutuhkan, guna menjamin per-
memegang teguh komitmen terhadap tujuan baikan kualitas secara terus-menerus, 8).Pen-
sekolah, setia dan tabah dalam menghadapi didikan pelatihan diselenggarakan agar para
segala situasi. staf pada semua jenjang memiliki pengetahu-
Apabila dikelompokkan ke dalam gaya an, kemampuan dan keterampilan yang
berpikir maka ada dua jenis manusia pemimpin dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas
(Renald Kasali, 2005, hal. 197), yaitu : (1) secara terus menrus, 9) Sistem penghargaan
pemimpin reaktif, dengan karakter cenderung dan promosi didasarkan pada kontribusi
menolak perubahan, cepat tersinggung, terhadap perbaikan kualitas secara terus
mencurigai, wawasan sempit, konservatif, iri, menrus, 10). Rekan kerja dalam sekolah diper-

47
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 23, No. 1, Juni 2013: 42-58

lakukan sebagai pelanggan internal, 11) nilai-nilai), melakukan efisiensI dan


Pemasok diperlakukan sebagai mitra kerja. reorganisasi. Upaya-upaya tersebut tidak hanya
Strategi dasar dalam melakukan perubahan membutuhkan sumber daya, dana, alat, dan
kualitas sehingga memuaskan atau membaha- keterampilan untuk mencapai tujuan, tetapi
giakan pelanggan adalah dengan cara juga perlu memiliki pengakuan dimana posisi
menetapkan tujuan yang jelas, memprakarsai sekarang, gambaran tentang posisi strategis ke
atau menentukan kembali budaya sekolah, depan, destimasi atau sasaran yang jelas, dan
mengembangkan komunikasi yang efektif dan pengakuan/penghargaan terhadap para pelaku
konsisten, melembagakan pendidikan dan perubahan. Untuk mewujudkan upaya-upaya
pelatihan dan mendorong perbaikan terus tersebut bukan hanya dibutuhkan seorang
menerus. Mekanisme perubahan budaya berkarakter manajer saja tetapi seorang yang
tradisional ke budaya kualitas menitikberatkan berkarakter pemimpin yang berani mencipta-
pada tujuh fokus, yaitu : (1) rencana, dari kan perubahan.
berorientasi jangka pendek ke isu-isu strategik
masa depan, (2) organisasi, dari hirarkis ke C. Prinsip-prinsip Perbaikan Berkelanjutan
partisipasi, (3) pengendalian, dari laporan Prisip-prinsip perbaikan berkelanjutan
varians ke self control, (4) komunikasi, dari top sebagai salah satu pilar mutu untuk memper-
down ke top down dan bottom up, (5) keputusan, baiki kondisi dari ketujuh komponen di atas
dari ad hoc/manajemen krisis ke perubahan menuju sekolah bermutu total, dilakukan
yang terencana, (6) manajemen fungsional, dengan cara berikut : (1) mengkaji proses,
dari sempit/terbatas, kompetitif ke lintas dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah
fungsional, integratif, (7) manajemen kualitas, pada proses kerja sehingga menghasilkan
dari fixing/one shot manufacturing ke preventif/ keluaran yang bermutu, (2) membuat model
berkelanjutan, semua fungsi dan proses. masukan-keluaran, untuk mengetahui kinerja
Keberhasilan dalam melakukan perubahan sebuah proses sehingga dapat memastikan
tersebut, Renald Kasali (2005, hal. 142) kemampuan memenuhi permintaan kostumer,
menyatakan bahwa perubahan akan terjadi mengkoreksi masalah proses sebelum masalah
kalau seorang pemimpin dalam hal ini Kepala tersebut mempengaruhi keluaran, memper-
Sekolah bisa mengajak orang lain mampu baiki proses untuk memenuhi perubahan
melihat apa yang bisa ia lihat, menggerakkan, kebutuhan kostumer, (3) melakukan per-
dan mennyelesaikannya. Teknik dalam mela- baikian berkelanjutan dengan teknik mengapa
kukan change management biasanya mengguna- dan teknik benchmarking .
kan teknik putar haluan (turnaround). Upaya Teknik mengapa digunakan untuk mem-
yang dilakukan dengan teknik ini meliputi : bantu menemukan akar penyebab masalah.
(1) upaya langsung terhadap manajemen Teknik diwali dengan bertanya mengapa
produk dengan melakukan terobosan- sebuah masalah terjadi dan berulang-ulang
terobosan yang inovatif terhadap existing ditanyakan mengapa masalah itu terjadi sampai
product yang sangat membantu terhadap diketemukan penyebab dasarnya (Jerome S.
proses perkembangan, dan (2) upaya tidak Arcaro, 2002, hal. 2006). Sedangkan teknik
langsung melalui jalur non-produk, dengan benchmarking, bertujuan untuk memperoleh
cara memperbaiki proses, semangat kerja, atau keunggulan kompetitif untuk mengidentifi-
mengubah asumsi-asumsi yang sudah lama kasi, mengukur dan menyamai atau melebihi
melekat di dalam pikiran para eksekutif/ praktik-praktik terbaik baik di dalam maupun
karyawan terhadap produk atau cara kerjanya di luar sekolah. Benchmarking memungkinkan
sehari-hari, diantaranya dengan mengubah Anda untuk mendapatkan pandangan baru
budaya korporat (melakukan transformasi terhadap praktik-praktik standar, mengidentifi-

48
Proses Perbaikan Berkelanjutan dalam ... (Riadi Nugroho)

kasi tujuan-tujuan keunggulan, dan memfasi- bermutu total difokuskan pada tujuh faktor,
litasi proses perbaikan kaizen dan terobosan meliputi : (1) iklim yang kondusif, (2) keter-
libatan stakeholders sebagai pelanggan internal
dan eksternal dalam perencananaan mutu, (3)
D. Faktor-faktor yang Berpotensi Mengalami tercapainya harapan terhadap prestasi aka-
Perbaikan Berkelanjutan demik, (4) kesempatan, tanggung jawab dan
Menurut Jerome S. Arcaro (2005, hal. 15) partisipasi siswa, (5) pemberian ganjaran dan
ada lima pilar mutu yang sangat menentukan insentif sekolah, (6) tata tertib dan disiplin
bagi sekolah yang bermutu total, yaitu : (1) sekolah, (7) pelaksanaan kurikulum dan proses
fokus pada kostumer, (2) keterlibatan total, (3) pembelajaran di sekolah. Untuk melakukan
pengukuran, (4) komitmen, dan (5) perbaikan perbaikan berkelanjutan dalam tujuh kompo-
berkelanjutan. Implementasi kelima pilar nen di atas perlu diidentifikasi kekuatan dan
mutu dalam pendidikan yang menghasilkan kelemahan dari masing-masing komponen
sekolah unggul atau sekolah efektif atau seperti dalam tabel 1.
sekolah berstandar internasional tidak dapat Pemecahan masalah untuk mewujudkan
dipisah-pisahkan, ibarat membangun rumah sekolah unggul dengan pendekatan mana-
maka kelima hal tersebut bagaikan pilar yang jemen mutu terpadu diarahkan pada upaya
kuat bagi terwujudnya rumah yang indah dan mengubah kelemahan menjadi peluang dengan
berharga mahal. menggunakan siklus pemecahan masalah.
Terwujudnya sekolah yang bermutu total
sangat membutuhkan proses tahapan yang E. Penciptaan Iklim Sekolah yang Kondusif
cukup panjang. Oleh karena itu satu pilar Iklim bukan saja menunjukkan mutu
mutu yang dibangun adalah bagaimana kehidupan di sekolah, tetapi juga memberikan
melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap pengaruh terhadap perubahan di sekolah,
sistem mutu yang dikembangkan oleh kebiasaan kerja dan gaya kerja kepala sekolah,
sekolah.. Moedjiarto (2002, hal. 3-4), guru, dan siswa. Iklim terutama memberikan
menyatakan bahwa ada tiga tipe sekolah perubahan positif terhadap mutu belajar dan
unggul, yaitu : (1) tipe I, sekolah yang mutu mengajar.. Menurut Raka Joni (dalam
inputnya unggul dan menghasilkan lulusan Modjiarto, 2002, hal. 36) sekolah yang men-
yang bermutu unggul, (2) tipe II, sekolah yang dapatkan predikat baik atau unggul ditandai
memiliki fasilitas unggul sehingga dalam proses dengan adanya hubungan yang akrab, penuh
belajar mengajar berjalan lancar dan meng- pengertian dan rasa kekeluargaan antar civitas
hasilkan lulusan yang bermutu tinggi, (3) tipe sekolah. Keakraban dan kekeluargaan antar
III, sekolah yang penekanannya pada iklim warga sekolah membutuhkan apa yang disebut
belajar yang positif dilingkungan sekolah, komunikasi yang efektif .
dimana sekolah mampu memproses siswa yang Komunikasi yang dibangun diantara
bermutu rendah (input rendah) tetapi dapat stakeholders yang ada dapat menaikkan keber-
menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi hasilan dalam bekerjasama dengan pihak lain.
(output tinggi). Oleh karena sebagian besar Wood (dalam Moedjiarto, 2002, hal. 45)
sekolah menengah kejuruan memiliki karak- mengemukakan bahwa komunikasi yang
teristik inputnya rendah maka dalam pemba- efektif bukanlah suatu proses satu arah dari
hasan makalah ini sekolah unggul yang dijadi- kepala sekolah menuju guru tetapi merupakan
kan acuan untuk dibahas adalah sekolah proses dua arah dan bahkan multi arah antara
unggul tipe ketiga. kepala sekolah dengan para guru dengan
Perbaikan berkelanjutan sebagai salah satu orangtua murid dan masyarakat luas. Salah satu
pilar mutu dalam mewujudkan sekolah yang ciri khas budaya mutu adalah membangun

49
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 23, No. 1, Juni 2013: 42-58

Tabel 1. Membangun Perbaikan Berkelanjutan SMKN – 3 Pati

FAKTOR KEKUATAN KELEMAHAN


Keterlibatan stakeholders Pemecahan masalah dalam proses Team work yang dibentuk
sebagai pelanggan internal dan perencanaan dilakukan secara terkadang tidak efektif , selalu
eksternal dalam perencanaan bersama-sama saat menunggu instruksi dan pegawai
mutu mengembangkan sekolah tidak banyak terlibat dalam
bermutu terpadu pengambilan keputusan
Harapan memperoleh prestasi Dalam bidang produktif sering Mutu keluaran memiliki angka
akademik menjadi juara dalam lomba ketidaklulusan masih tinggi dan
ketrampilan kejutuan baik di perolehan nilai standar nasional
tingkat propinsi maupun tingkat dan internasional belum
nasional mencapai persyaratan yang telah
ditentukan
Kesempatan, tanggung jawab Setiap kegiatan yang mengukur Keterlibatan staf dan siswa lebih
dan partisipasi siswa keunggulan kompetitif selalu ada banyak karena inisiatif dari
informasi dan selalu melibatkan lingkungan eksternal belum
guru, karyawan dan siswa tumbuh dari suatu budaya mutu
Pemberian ganjaran dan Penghargaan untuk staf dan siswa Morale kerja sebagian staf tidak
insentif sekolah yang berprestasi diwujudkan terdorong untuk ikut berprestasi
dalam bentuk barang, dan cenderung merespon negatif
kesempatan berkarir dan pujian terhadap orang lain yang berhasil
Tata tertib dan disiplin Kehadiran siswa dan Pemberian sangsi kepada warga
sekolah guru/karyawan di sekolah tetap sekolah yang melanggar tata
terkendali dan peraturan disusun tertib sering kali tidak ada
disamping secara kedinasan juga persepsi yang sama dan cenderung
disusun berdasar aspirasi warga permisif
sekolah
Pelaksanaan kurikulum dan Dokumen kurikulum tersedia Program perbaikan bagi siswa
proses pembelajaran secara lengkap dan proses yang belum tuntas mengalami
pembelajaran berlangsung secara keterbatasan waktu dan
efektif serta tersedianya jam dilakukan secara kurang efektif
pelajaran tambahan

komunikasi yang efektif diantara anggota Lakukan pendekatan dengan sikap positif, b)
organisasi yang ada, apabila itu di sekolah Jangan mencari-cari alasan, c) Pertahankan
yaitu: antara kepala sekolah dengan semua konsentrasi, d) Carilah sesuatu yang mem-
warga sekolah, Fandy Tjiptono (2005, 43-52) bangkitkan minat Anda, e) Jangan terperang-
mengemukakan bahwa kunci komunikasi kap dan membiarkan Anda terburu-buru, f)
sekolah yang efektif dibutuhkan lima macam Tempatkan diri Anda pada posisi orang lain,
keterampilan pokok, yaitu : g) Bersikap kritis terhadap isi pesan, h) Jangan
ragu-ragu untuk bertanya.
1. Mendengarkan
Ada beberapa kiat untuk meningkatkan
kemampuan mendengarkan, diantaranya : a)

50
Proses Perbaikan Berkelanjutan dalam ... (Riadi Nugroho)

2. Memberi dan menerima umpan balik. menyadari bahwa Anda memiliki hak-hak dan
Ada beberapa kiat untuk meningkatkan sistem nilai pribadi tertentu, f) Melindungi diri
keterampilan dalam memberikan umpan balik, Anda dari manipulasi yang dilakukan orang
yaitu: a) Berikan umpan balik secara spesifik, lain
b) Berikan alasan untuk komentar Anda, c)
Pusatkan pada perilaku yang dapat diubah 4. Menangani konflik
yang berada dalam kendali orang tersebut, d) Dalam menangani konflik, Anda bisa
Berikan uraian yang konstruktif bukan menggunakan pendekatan-pendekatan
evaluasi maupun uraian yang destruktif, e) berikut: a) Gunakan pendekatan mendengar-
Ungkapkan pendapat/opini sebagai opini, kan aktif dan refl ektif, b) Gunakan pendekat-
bukan sebagai fakta, f) Hindari ungkapan- an perilaku yang tegas, c) Kurangi kendala-
ungkapan yang bersifat menyerang yang dapat kendala komunikasi antar pihak-pihak, d)
menimbulkan emosional, g) Berikan pujian Pusatkan perhatian pada pokok-pokok
yang tulus secara langsung kepada yang masalah, e) Kenali dan nilailah dengan teliti
berprestasi baik, h) Berikan kritikan secara tindakan yang diputuskan
halus dan disampaikan secara pribadi, i) Bila
timbul pertentangan dengan seseorang selesai- 5. Memecahkan masalah
kan secara rasional dan persuasif, j) Bila timbul Proses pemecahan masalah tidak dapat
penolakan terhadap permintaan usahakan dilakukan sendiri tetapi membutuhkan kolega
menjawab dengan singkat tidak bertele-tele. atau bahkan komitmen bersama (dengan
bawahan, kolega, atau bahkan atasan anda).
Sedangkan kiat untuk menerima umpan Oleh sebab itu dibutuhkan proses :
balik, yaitu : a)Dengarkan umpan balik ter- a. Sebagai manajer, Anda perlu berbagi
sebut secara teliti, b) Usahakan pikiran tetap fakta, perasaan, nilai-nilai dan
dingin dan jangan membangun tembok, c) pendapat mengenai situasi/masalah
Perhatikan hal-hal yang dipertanyakan atau yang dihadapi dengan mereka yang
yang menjadi keberatan, d) Ungkapkan dapat memberikan kontribusi positiif
kembali dengan kata-kata sendiri apa yang b. Anda menggali situasi tersebut dari
anda dengarkan, e) Mintalah penjelasan, sebanyak mungkin sudut pandang
jangan berlebihan dalam bereaksi terhadap yang ada dengan cara mencari masukan
umpan balik, f) Evaluasi ketepatan dan dari orang lain yang terlibat
manfaat potensial umpan balik tersebut bagi c. Anda mengkaji pemecahan-
Anda. pemecahan tersebut berdasarkan
kriteria yang telah disepakati guna
3. Menunjukkan ketegasan mencapai hasil yang positif
Perilaku tegas bisa membantu dalam hal- d. Anda menyetujui pemecahan yang
hal berikut : a) Menjalin komunikasi yang paling memenuhi kriteria untuk
terbuka dan jujur, b) Belajar untuk tenang dan keinginan orang-orang tertentu.
mengurangi kekawatiran, c) Mempelajari
kemampuan sosial yang membentuk hubung- Terjadinya komunikasi yang efektif akan
an antar pribadi yang lebih erat, d) Menerima berdampak terciptanya iklim yang positif,
tanggung jawab atas apa yang terjadi dalam untuk itu kepala sekolah sebagai manager
hidup Anda baik di tempat tinggal maupun hendaknya mengambil posisi sebagai konselor
di tempat kerja anda, e) Membuat lebih dan pelatih. Sebagai konselor manajer
banyak keputusan dan pilihan dengan bebas, diharapkan bisa membantu dan memberikan

51
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 23, No. 1, Juni 2013: 42-58

saran atau pendapat kepada warga sekolah bekerjasama secara sinergis. Tim yang solid
dalam mengatasi berbagai permasalahan yang menurut Fandy Tjiptono (2005, hal 102-115)
berkaitan dengan pekerjaan, maupun yang memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) ada
berhubungan dengan persoalan dan tekanan kesepakatan terhadap misi, (2) semua anggota
pribadi yang dibawa ke dalam pekerjaan menaati peraturan tim yang berlaku, (3) ada
sehari-hari. Sedangkan sebagai pelatih, kepala pembagian tanggung jawab dan wewenang
sekolah harus memiliki kemampuan berikut : yang adil, (4) orang beradaptasi terhadap
(1) menetapkan target-target yang spesifik, jelas perubahan. Kunci keberhasilan kerjasama tim
dan dapat dicapai, (2) menjalin dan meme- ditentukan oleh tiga faktor yang saling ber-
lihara hubungan kerja yang akrab dengan kaitan mempengaruhi kinerja dan produk-
semua warga sekolah, (3) mempertahankan tifitas suatu tim, yaitu :
cara pemecahan masalah bersama, (4) mema- 1. Organisasi secara keseluruhan (budaya):
hami perasaan pribadi warga sekolah yang Filosofi organisasi; Penghargaan; Harapan;
dibimbing, dan (5) mendengarkan dengan dan Norma.
aktif 2. Tim itu sendiri : Manajemen pertemuan;
Manajemen konflik; Prosedur operasi; dan
Pernyataan misi
F. Keterlibatan Stakeholders dalam Peren- 3. Para individu anggota tim: Kesadaran diri;
canaan Mutu Apresiasi terhadap perbedaan individual;
Perencanaan adalah penetapan langkah- Empati; Perhatian
langkah yang akan diambil untuk mencapai King (dalam Fandy Tjiptono, 2005, hal
suatu tujuan yang telah disepakati bersama. 106) menganjurkan ada sepuluh strategi yang
Apabila perencanaan yang dilakukan meng- ia sebut Ten Team Commandments untuk
gunakan perencanaan mutu maka semua meningkatkan kinerja setiap tim dalam rangka
stakeholders dilibatkan dalam pemecahan pencapaian tujuan sekolah. Kesepuluh strategi
masalah. Langkah perencanaan mutu adalah tersebut adalah : (1) saling ketergantungan,
mengidentifikasi keluaran, mengidentifikasi (2) perluasan tugas, (3) penjajaran, (4) bahasa
kostumer dan mengidentifikasi keinginan yang umum, (5) kepercayaan/respek, (6)
kostumer (Jerome S. Arcaro, 2005, hal. 124). kepemimpinan/keanakbuahan yang dibagi
Dari langkah-langkah tersebut akan men- rata, (7) keterampilan pemecahan masalah,
dapatkan data untuk dapat dijadikan pijakan (8) keterampilan menangani konfrontasi/
dalam pengambilan keputusan. Dalam konflik, (9) penilaian/tindakan, dan (10)
perencanaan, Moedjiarto (2002, hal. 39) perayaan.
mengemukakan bahwa lingkup perencanaan Untuk meningkatkan motivasi dan pro-
meliputi : (1) penentuan tujuan yang ingin duktivitas staf, kepala sekolah perlu member-
dicapai, (2) penentuan langkah-langkah yang dayakan seluruh staf dalam pengambilan
akan diambil, termasuk penetapan teknik/cara keputusan sehingga staf memahami tugasnya
yang akan dipergunakan, penetapan peralatan/ dan dapat memberikan kontribusi nyata bagi
perlengkapan yang akan dipergunakam, pencapaian prestasi sekolah termasuk prestasi
penetapan cara melakukan penilaian terhadap akademik siswa. Pemberdayaan menuntut
proses maupun hasil, (3) penetapan waktu, enam kondisi prasyarat (Fandy Tjiptono,
kapan kegiatan harus dimulai, berapa lama dan 2005, hal. 111), yaitu :
kapan harus berakhir, (4) penetapan dana 1. Karakter. Berkenaan dengan siapa sesung-
yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan. guhnya seseorang itu, yaitu integritas
Untuk melaksanakan perencanan mutu pribadi yang tercermin dalam : visi dan
tersebut diperlukan team work yang dapat antusiasme, kebijaksanaan, semangat dan

52
Proses Perbaikan Berkelanjutan dalam ... (Riadi Nugroho)

komitmen, disiplin diri, tanggung jawab, 5. Struktur. Berkaitan dengan format organi-
ketekunan dan kesabaran, keyakinan, sasional dan aktivitas fungsional berkena-
kejujuran dan sifat dapat dipercaya an dengan pelaksanaan kesepakatan yang
2. Keterampilan/keahlian. Berkenaan de- saling menguntungkan
ngan apa yang dapat dilakukan seseorang, 6. Pertanggungjawaban. Berkaitan dengan
misalnya pengetahuan dan kecakapan pembentukan dan penerimaan tanggung-
seseorang dalam aktivitas-aktivitas yang jawab personal untuk mempengaruhi dan
berhubungan dengan pekerjaan mendatangkan hasil.
3. Kesepakatan yang saling menguntungkan Setelah kondisi prasyarat terpenuhi, maka
(win-win agreement). Berkenaan dengan selanjutnya perlu melakukan evolusi pember-
kontrak sosial yang menggambarkan hasil, dayaan pegawai. Evolusi ini mencakup enam
pedoman, sumber daya, pertanggung- aspek yang akan mengalami tiga tahapan
jawaban dan konsekuensi perubahan dari posisi tradisional, ke keter-
4. Pengawasan diri. Berkaitan dengan inisiatif libatan staf dan pemberdayaan staf. Untuk
dan pengendalian diri berkenaan dengan lebih memahami perhatikan tabel berikut ini:
kesepakatan yang saling menguntungkan

Tabel 2. Aspek-Aspek Keterlibatan Staf dan Pemberdayaan Staf

TARAF LINGKUNGAN TEMPAT KERJA


ASPEK KETERLIBATAN PEMBERDAYAAN
TRADISIONAL
STAF STAF
Upaya perbaikan Program saran Tim menangani masalah- Tim secara konsisten
Pengukuran kinerja masalah yang menganalisa dan memperbaiki
diidentifikasikan dan proses. Masalah-masalah
seleksi oleh manajemen diidentifikasi oleh tim
Kekuatan Atas ke bawah Perubahan-perubahan Tim membuat keputusan yang
pengambilan yang disarankan berkaitan dengan proses
keputusan Tim memberikan masukan
Pengambilan keputusan bagi keputusan-keputusan
berbasis tim yang terbatas strategik
Rantai komando
Penghargaan Individu dibayar Penghargaan bagi tim Penghargaan bagi tim atas
atas saran-saranya atas rekomendsinya solusinya

Penilaian atas dan Companywide gainsharing Team-based gainsharing


bonus atas prestasi
kerja individual
Fokus manajemen Mengawasi Melatih Memfasilitasi
Fokus organisasi Keterampilan, Departemen, produk, Pelanggan, produk, proses,
spesialitas, disiplin, proses, produksi produksi
profesional

53
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 23, No. 1, Juni 2013: 42-58

Pemilihan strategi pemberdayaan yang ruhi secara keseluruhan dalam mewujudkan


akan diterapkan dapat dilakukan dengan sekolah bermutu total. Siswa yang bermutu
mempertimbangkan dua dimensi, yairu : (1) adalah siswa yang dapat mengubah kegagalan-
job content, artinya menggambarkan tugas dan nya menjadi rasa optimisme sehingga timbul
prosedur yang dibutuhkan untuk melaksana- harapan baru untuk meraih keberhasilan.
kan pekerjaan tertentu, dan (2) job context, Renald Kasali (2005, hal. 411) mengemuka-
menggambarkan kesesuaian antara pekerjaan kan bahwa harapan yang positif dapat menjadi
dengan misi, tujuan, dan sasaran organisasi lokomotif penggerak untuk menciptakan
secara keseluruhan dan organizational setting perubahan. Ia menimbulkan hasrat dan
dimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. dorongan-dorongan, yang baru berhenti bila
Berdasarkan kedua dimensi ini terdapat lima harapan itu sudah terpenuhi. Agar harapan
strategi pemberdayaan, yaitu : (1) No Discreti- membuahkan kenyataan maka perlu meng-
on, menggambarkan tugas yang sangat rutin hindari hal-hal sebagai berikut : (1) mencegah
dan repetitif, staf tidak dilibatkan dalam peng- keputusasaan, kepala sekolah harus melakukan
ambilan keputusan yang berkaitan dengan job upaya-upaya yang bersifat pencegahan ter-
content dan job context, (2) Task Setting, yaitu hadap rasa putus asa semua warganya khusus-
staf diberikan tanggung jawab penuh terhadap nya siswa dan guru, (2) keletihan (getting tired),
keputusan atas job content dan sedikit tanggung kepala sekolah harus menghindari faktor-
jawab job context, staf diberdayakan dalam faktor yang dapat menghentikan harapan,
membuat keputusan mengenai cara terbaik diantaranya : perubahan tidak memberikan
untuk merampungkan tugas yang diberikan, titik terang, terlalu sering berganti arah dan
(3) Participatory empowerment, staf dilibatkan pimpinan, dan berjalan tanpa keyakinan, dan
dalam sebagian pengambilan keputusan atas (3) hilang arah (getting lost), kepala sekolah
job content maupun job context, mereka dilibat- harus selalu bersama-sama dengan semua
kan dalam indentifikasi masalah, pengembang- warganya agar dapat memotivasi staf dalam
an alternatif, dan rekomendasi alternatif, (4) perjalanan meraih keberhasilan sehingga tidak
Mission Defining, dimana staf diberdayakan kehilangan arah.
untuk memutuskan job context saja, dan (5) Taufiq Pasiak (2006, hal. 146-151) meng-
Self-management, yaitu memberikan wewe- identifikasi bahwa kesuksesan hidup seseorang
nang penuh kepada staf untuk mengambil tidak hanya ditentukan karena memiliki IQ
keputusan mengenai job content dan job context. (Intelligence Quotient) saja tetapi juga ditentu-
kan karena memiliki kecerdasan EQ (Emotio-
G. Harapan Meraih Prestasi Akademik nal Quotient) dan kecerdasan SQ (Spiritual
Jerome S. Arcaro (2005, hal. 199) , menge- Quotient). Pembimbingan di sekolah selama
mukakan bahwa mutu keluaran dirumuskan ini selalu menekankan pada pembinaan
dengan masukan ditambah proses nilai tam- berpikir rasional (IQ) saja dan kurang dalam
bah. Tidak ada satu pun siswa yang mengingin- pembimbingan mematangkan emosi (EQ)
kan kegagalan, tetapi masih banyaknya dan kurang dalam pembimbingan spiritualitas
peserta didik yang gagal dalam menempuh (SQ). Seseorang yang memiliki kecerdasan
ujian nasional dan tidak terpenuhinya per- EQ dan SQ maka ia dapat mengubah rasa
olehan nilai standar nasional membuktikan pesimisme menjadi optimisme. Orang pesimis
bahwa terdapat kelemahan dalam aspek melihat dan mempersoalkan perasaannya
masukan dan proses nilai tambah. terhadap sebuah kejadian, tetapi orang optimis
Apabila kegagalan tersebut tidak dimanaj melihat dan mempersoalkan masalahnya.
dengan baik akan mengurangi keyakinan diri Kepala sekolah membimbing warganya agar
dan sekolahnya sehingga ini akan mempenga- menghindari pesimisme yang ciri-cirinya

54
Proses Perbaikan Berkelanjutan dalam ... (Riadi Nugroho)

adalah sebagai berikut : 1) Jika berbuat salah, dan bimbingan pada para guru, merupakan
memberi label atau gelar yang buruk pada diri suatu upaya untuk mempermudah tercapainya
sendiri, 2) Jika tidak berhasil melakukan tujuan akademik. Penghargaan dan imbalan
sebuah pekerjaan, lebih suka melihat- hal-hal atas tercapainya tujuan akademik merupakan
yang negatif ketimbang hal-hal positif, 3) suatu perangsang positif untuk meningkatkan
Jika melakukan kesalahan kecil, akan motivasi, baik guru maupun siswa.
membesar-besarkan dan melebih-lebihkan-
nya, 4). Mudah curiga, 5) Mnelihat hidup ini H. Pemberian Ganjaran dan Insentif
hanya hitam dan putih, 6) Jika ada kejadian Sekolah
yang beruntun dan kompleks, mudah dan Pemberian reward (ganjaran) bagi staf
cepat sekali mengambil kesimpulan, 7) atau siswa yang berprestasi merupakan
Melakukan overgeneralisasi yang negatif, 8) perghargaan atas tercapainya target mutu yang
Lebih cenderung mencari untung untuk diri ditetapkan dan dapat diberikan dalam bentuk
sendiri. ganjaran-ganjaran sosial, pengakuan verbal
Selanjutnya Renald Kasali (2006, hal. guru, stiker-stuker, tanda penghargaan,
251-255) mengemukakan bahwa seseorang pernyataan-pernyataan tertulis dan tanda
yang telah mengalami kegagalan ia perlu pengharagaan yang berasal dari hasil kerja
menghadapi kegagalan dengan penuh kebe- siswa yang menonjol. Sedangkan insentif
ranian, dan seorang pemimpin wajib mem- adalah pendorong, dorongan, atau perangsang
bimbing warganya agar memiliki kemampuan dan diberikan karena suatu prestasi yang baik
untuk memanajemen diri dengan baik. pada akhir suatu kegiatan dengan tjuan untuk
Kemampuan memanajemen diri tersebut memberikan dorongan dan semangat kerja.
meliputi tiga hal, diantaranya : (1) berpikir Sekolah yang unggul selalu menetapkan
rasional (IQ), setidaknya ada tiga kemampuan sistem ganjaran dan insentif yang jelas yang
berpikir rasional yaitu : berpikir analitis, dapat mendorong pencapaian target mutu
berpikir kritis, berpikir kreatif, (2) kematangan yaitu prestasi akademik yang tinggi
emosi (EQ) meliputi keterampilan untuk sadar (Moedjiarto, 2002, hal. 116-117). Ganjaran
diri, motivasi diri, keterampilan sosial, dan bagi guru dapat meningkatkan semangat kerja
kemanfaatan diri sosial, (3) keutuhan spiritual dan morale kerja yang tinggi.
(SQ) diperoleh melalui integritas diri, peng- Morale kerja menurut Kimball Wiles
hormatan pada kehidupan, dan penyebaran (dalam Piet A. Sahertian, 2000, hal. 155) ada-
kasih sayang dan cinta. lah reaksi mental/emosional terhadap tugas.
Bangkitnya motivasi diri mendorong Ada dua macam morale kerja, yaitu : (1)
seseorang untuk mempunyai harapan yang morale kerja yang tinggi, ditandai dengan pe-
tinggi. Harapan yang tinggi tersebut tertuang nuh kegembiraan, ketetapan hati, antusiasme,
dalam tujuan akademik yang telah ditentukan rasa senasib seperjuangan, ingin bekerjasama,
sekolah dan harus dicapai oleh siswa dan selalu mengambil inisiatif, dan (2) morale kerja
pendidik. Tujuan akademik tersebut yaitu yang rendah, ditandai dengan sering mela-
prestasi akademik yang setinggi-tingginya. mun, bermalas-malasan, suka menganggur,
Kemampuan memanajemen diri siswa akan sering ,emimggalkan tugas, sering datang
mendorong ke arah tercapainya prestasi aka- terlambat, selalu cekcok/konmflik dengan
demik yang diinginkan oleh semua pihak. orang lain, apatis terhadap tugas, tidak demo-
Kepala Sekolah mempunyai peran yang sangat kratis, sering datang terlambat. Penyebab
penting dalam menciptakan iklim belajar yang morale kerja rendah adalah : kebutuhan tidak
positif, agar tujuan akademik tersebut dapat terpenuhi, beban kerja yang berat, persoalan-
tercapai dengan baik. Memberikan latihan persoalan pribadi, dan guru-guru/karyawan

55
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 23, No. 1, Juni 2013: 42-58

tidak sejahtera. Proses mutu untuk menangani an khusus bagi siswa jenius dan berbakat, (9)
guru yang memilki morale kerja menurut Peter ikut menjaga kebersihan dan ketertiban
F. Oliva (dalam P.A. Sahertian, 2000, hal. 46- lingkungan sekolah, (10) masuk ke perguruan
49) dengan menggunakan pendekatan : (1) tinggi lewat jalur penelusuran minat dan
direktif, dengan menggunakan penguatan atau bakat, (11) mengikuti lebih dari satu kegiatan
hukuman, (2) non direktif, dengan mengguna- ekstrakurikuler, (12) mengikuti perlombaan-
kan psikologi humanistik, (3) kolaboratif, perlombaan di tingkat kabupaten, propinsi
dengan menggunakan ilmu jiwa kognitif. Cara dan nasional dan internasional, (13) menjadi
meningkatkan staf yang memiliki morale kerja anggota pasukan pengibar bendera untuk
yang rendah diantaranya : (1) menangani staf siswa yang memiliki prestasi tinggi. Pemberian
yang malas, (2) Membantu staf yang pudar, kesempatan, tanggung jawab dan partisipasi
(3) membantu staf yang sudah tua, (4) mena- diatas merupakan wujud bahwa sekolah
ngani staf yang indemokratis, (5) menangani melakukan transformasi mutu.
staf yang selalu menentang, (6) menangani staf
agar dapat menemukan kepercayaan diri J. Tata Tertib dan Disiplin Sekolah
sendiri, (7) menciptakan staf harmoni, dan (8) Peraturan dan disiplin dalam lingkup
mengatasi konflik antar staf sekolah seringkali dipandang oleh warga
sekolah sebagai sesuatu yang menghambat
I. Memberikan Kesempatan, Tanggung kebebasan, pada hal tata tertib dan disiplin
Jawab, dan Partisipasi Siswa tersebut mestinya dimaksudkan untuk men-
Salah satu budaya mutu adalah keterlibat- cegah hal-hal negatif yang dapat menghambat
an total baik internal customer maupun tercapainya tujuan sekolah. Bagi Collins
eksternal customer dalam setiap kegiatan yang (dalam Renald Kasali, 2006, hal. 329-333),
ada di sekolah. Hasil penelitian Effective bukan aturan dan bukan budaya yang penting
School Consortia Network (ESCN) yang tetapi budaya disiplin dimana ditekankan
dinyatakan oleh Emer, Everstone dan Butter bukan pada kepatuhan sikap secara kaku
(dalam Moedjiarto, 2002, hal. 100) membukti- terhadap sebuah peraturan, melainkan
kan bahwa di sekolah unggul, siswa cenderung kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan
untuk mengembangkan diri, rasa tanggung bisnis yang seharusnya dijaga. Ada tiga pilar
jawab dan kepercayaan pada diri sendiri. utama yang membentuk budaya disiplin agar
Umumnya siswa diberi kesempatan seluas-luas- terjadi di sekolah, yaitu : (1) Discipline people,
nya untuk memberikan masukan yang berguna manusia yang diseleksi ditempatkan dengan
bagi pengembangan dan pengimplementasian baik, (2) Discipline action, strategi yang
kebijakan disiplin sekolah, disamping itu siswa diimplementasi dengan benar, (3) Discipline
juga diberi kesempatan dan tanggung jawab thought, mengikat kerja bukan hanya dengan
dalam hal-sebagai berikut : (1) berkomunikasi disiplin, melainkan budaya displin.
dengan para guru dan karyawan, (2) menen- Ketiga pilar disiplin tersebut merupakan
tukan pilihan jurusannya, (3) mengembang- manifestasi dari tumbuhnya budaya mutu di
kan bakat dan pengalaman belajar, (4) ber- sekolah. Bukti bahwa adanya budaya disiplin
partisipasi dalam diskusi kelas, (5) membantu di sekolah terlihat dari hal-hal berikut : (1)
dalam pengelolaan di sekolah, (6) memberi- peraturan tertulis tentang tingkah laku yang
kan masukan pada proses pengembangan harus dijalani siswa dan dibenarkan oleh
pengajaran, (7) menggali bakat dan melibat- sekolah, (2) peraturan diinformasikan secara
kan diri dalam upaya mencari pengalaman- tegas kepada seluruh warga sekolah, (3) meng-
pengalaman di luar kegiatan rutin kelas, (8) ajarkan perilaku dan budi pekerti yang baik,
mengikuti program pendidikan dan pengajar- (4) penertiban waktu, (5) diberlakukannya

56
Proses Perbaikan Berkelanjutan dalam ... (Riadi Nugroho)

sangsi-sangsi dan hukuman terhadap pelang- standar tuntas dengan pembelajaran mastery
garan, (6) suasana saling menghargai antara learning. Badan Standar Nasional Pendidikan
warga sekolah, (7) adanya standar tertulis ten- telah menetapkan bahwa dalam pelaksanaan
tang perilaku siswa yang dilaksanakan secara kurikulum satuan pendidikan, standar tuntas
konsisten, (8) adanya norma-norma tertulis belajar adalah 75 %. Strategi mutu dalam
tentang perilaku siswa yang diterapkan secara peningkatan angka kelulusan dilakukan
konsekwen. melalu pemberian latihan kepada siswa berupa
ujicoba ujian nasional dilakukan sebanyak
K. Pelaksanaan Kurikulum dan Proses mungkin dengan mengadakan tindak lanjut
Pembelajaran hasil evaluasi yaitu program perbaikan. Standar
Kurikulum bisa diartikan sebagai buku tuntas belajar dalam evaluasi harian maupun,
atau dokumen pegangan guru yang diperguna- mid semester dan semester direrapkan diatas
kan untuk melaksanakan kegiatan proses 75 %. Teknik-teknik perbaikan bagi siswa
belajar mengajar. Keterlibatan siswa dalam yang belum mencapai standar tuntas dilaku-
penjabaran dan pengembangan kurikulum di kan secara konsisten dan efektif berdasarkan
sekolah perlu dilakukan sebab yang akan hasil-hasil penelitian yang dilakukan secara
menjalankan kurikulum adalah siswa sekali- profesional.
pun itu menjadi tugas guru. Budaya mutu pada
pelaksanaan kurikulum dapat terlihat melalui SIMPULAN
hal-hal berikut : (1) guru selalu kreatif dan
efektif dalam pengembangan metode pem- Sekolah unggul adalah sekolah yang
belajaran, (2) kurikulum memuat perangkat bermutu total. Sekolah yang bermutu total
meliputi tujuan pembelajaran, materi pembe- adalah sekolah yang menerapkan budaya
lajaran, proses belajar mengajar yang diperlu- mutu dalam pengelolaannya. Sekolah unggul
kan, evaluasi, (3) bahan ajar disusun dengan atau sekolah efektif atau sekolah berstandar
tidak memberatkan dan tidak meringankan internasional adalah sekolah yang menerapkan
siswa serta sesuai dengan kemampuan siswa prinsip-prinsip mutu yang dibangun di atas
untuk mempelajarinya dan disediakan lengkap lima pilar mutu yaitu : (1) fokus pada kostumer,
dengan jadwal waktunya, (4) penggunaan (2) keterlibatan total, (3) pengukuran, (4)
strategi dan metodologi mengajar yang sesuai, komitmen, dan (5) perbaikan berkelanjutan.
(5) menyediakan garis besar yang menggam- Pada proses perbaikan berkelanjutan,
barkan kurikulum untuk orangtua terdapat minimal tujuh komponen yang perlu
(Moedjiarto, 2002, hal. 132-135) mendapat perbaikan mutu, yaitu : (1) iklim
Salah satu tahapan dalam pelaksanaan yang kondusif, (2) keterlibatan stakeholders
kurikulum adalah proses pembelajaran dan sebagai pelanggan internal dan eksternal
dalam proses pembelajaran terdapat evaluasi. dalam perencananaan mutu, (3) tercapainya
Kegagalan siswa dalam mengikuti evalusi akhir harapan terhadap prestasi akademik, (4)
disebabkan beberapa faktor, diantaranya : (1) pemberian ganjaran dan insentif sekolah, (5)
kemampuan akademik, (2) persiapan yang kesempatan, tanggung jawab dan partisipasi
kurang maksimal, (3) tingkat kesukaran soal siswa, (6) tata tertib dan disiplin sekolah, (7)
yang terlalu tinggi, dan (4) tidak dilaksanakan pelaksanaan kurikulum dan proses pembelajar-
sistem perbaikan hasil evaluasi secara konsis- an di sekolah. Untuk membangun budaya
ten. Perbaikan mutu pada sistem evaluasi mutu dalam mewujudkan sekolah unggul
diarahkan pada upaya melakukan sistem diperlukan kepemimpinan yang kuat yaitu
perbaikan bagi siswa yang gagal mencapai kepemimpinan yang kreatif dan partisipatif

57
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 23, No. 1, Juni 2013: 42-58

DAFAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Program Pengembangan SMK Berstandar Nasional dan
Internasional. Pedoman Penyelenggaraan. Jakarta. Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan. Jakarta
Arcaro, Jerome S. 2005, Pendidikan Berbasis Mutu. Prinsip-prinsp Perumusan dan Tata Langkah.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset.
Moedjiarto, 2002, Sekolah Unggul. Duta Graha Pustaka.
Piet A. Sahertian, 2000, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Taufiq Pasiak, 2006, Manajemen Kecerdasan. Memberdayakan IQ, EQ, dan SQ untuk
Kesuksesan Hidup. Bandung, PT Mizan Pustaka.
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. 2000, TQM. Total Quality Management. Yogyakarta, Andi
Offset.
Fandy Tjiptono . 2005, Prinsip-prinsp Total Quality Service. Yogyakarta, Andi Offset.

58

Anda mungkin juga menyukai