Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pendidikan merupakan bekal kebutuhan untuk masa depan. Setiap


manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.
Pendidikan sangatlah penting, karena tanpa pendidikan manusia akan sulit
berkembang, tidak akan maju , bahkan akan tertindas oleh orang-orang yang lebih
berpendidikan. Dengan demikian, pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk
menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping
memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Hal ini senada dengan
terminologi pendidikan yang dibawa oleh Syaikh Musthofa al-Ghalayyin, beliau
mengatakan :

ِ ‫س الن‬
‫َّاشئِْي َن‬ ِ ‫التَّربِيةُ ِهي غَرس األَ ْخ ََل ِق الْ َف‬
ِ ‫اضلَ ِة فِى نُ ُف ْو‬ ُ ْ َ َْ
“Artinya : Pendidikan adalah menanamkan budi pekerti yang utama
dalam jiwa para pemuda.”

Guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program


pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat
belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan
akhir proses pendidikan, karena hakekat guru adalah untuk mendidik, yakni
mengupayakan seluruh potensi psikomotorik, kognitif maupun potensi afektif.
Dalam pelaksanaanoperasional mendidik, seorang guru melakukan rangkaian
proses mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh,
membiasakan. Batasan ini memberi arti bahwa tugas guru bukan hanya sekadar
mengajar sebagaimana pendapat kebanyakan orang, tetapi pendidik juga bertugas
sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh
potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.

Pelaksanaan hakekat guru membutuhkan jabatan atau profesi yang


memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan demikian tidak dapat
dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan

1
atau pekerjaan sebagai seorang guru. Keahlian sebagai guru profesional harus
menguasai seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu
pengetahuan lainnya yang dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan
tertentu atau pendidikan prajabatan. Memahami konsep ini, pendidik juga dituntut
mempunyai profesi atau keahlian yang profesional, handal dalam semua
komponen pendidikan. Komponen pendidikan yang dimaksud adalah mulai dari
perangkat tujuan pendidikan sampai kepada pelaksana pendidikan dalam proses
belajar mengajar.

Pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga tercapai


tujuan pendidikanyang diharapkan, terutama dalam wujud pembinaan yang
integral terhadap seluruh potensi anak menuju kedewsaan. Dalam konteks
pendidikan formal merupakan pembinaan yang terencana terhadap anak disekolah
tentunya dilakukan oleh guru sebagai penanggung jawab pendidikan.
Konsekuensinya adalah bahwa kelangsungan proses pendidikan sekolah harus
dimulai dengan pengadaan tenaga kependidikan sampai usaha peningkatan mutu
tenaga kependidikan, baik secara personal, sosial maupun profesional harus
benar-benar dipikirkan. Keberadaan tenaga guru sebagai pelaksana pendidikan
dilapangan merupakan ujung tombak bagi keberhasilan pendidikan.

Disamping itu, dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik,
berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia
yang bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, unggul dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi, memiliki estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan
berkepribadian. Jadi, guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan
khususnya untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas baik dalam
intelektual, spiritual maupun maka guru pula dituntut untuk memiliki kualitas
membimbing, mengarahkan, sehingga diharapkan mampu emosional tersebut
sehingga dapat ditransformasikan kepada peserta didiknya. Secara spesifik,
peranan guru dalam proses belajar mengajar dirasakan sangatlah besar
pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku anak didik. Untuk dapat mengubah

2
tingkah laku anak didik sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukan seorang
guru yang profesional. Yaitu guru yang mampu menggunakan seluruh
kemampuan pendidikan sehingga proses belajar mengajar tersebut berjalan
dengan baik.

Kepemimpinan atau leadership merupakan seni dan keterampilan orang


dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk mempengaruhi orang lain agar
melaksanakan aktivitas tertentu yang diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan.
Memimpin adalah mengerjakan niat demi tujuan tertentu, tetapi yang
dilaksanakan oleh orang lain. Orang yang dipimpin adalah yang diperintah,
dipengaruhi, dan diatur oleh ketentuan yang berlaku secara formal ataupun
nonformal.

Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam melaksanakan tugas


dan kewajibannya serta tanggung jawabnya secara moral dan legal formal atas
seluruh pelaksanaan wewenangnya yang telah didelegasikan kepada orang-orang
yang dipimpinnya. Jadi, kepemimpinan lebih bersifat fungsional yang akan
dibedakan dengan tipe-tipe tertentu. Kepemimpinan juga merupakan pelaksanaan
dari keterampilan mengelola orang lain sebagai bawahannya, mengelola sumber
daya manusia dan sumber daya organisasi secara umum. Oleh karena itu, setiap
pemimpin perlu memiliki managerial skill yang sangat berpengaruh pada
kekuasaan yang dimilikinya (Atoilah, 2010:163).

Atoilah mengatakan bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai


manifestasi pengaruh yang melekat pada jiwanya. Pengaruh tersebut ada yang
dibentuk oleh persyaratan formal dan bisa juga pembawaan jiwanya.
Pembentukan pengaruh kepemimpinan dapat bersifat natural, tidak diciptakan,
tetapi merupakan bakat bawaan yang telah melekat dengan sendirinya. Pemimpin
yang formal ataupun non formal, natural ataupun struktural harus memiliki satu
sifat mutlak, yaitu pengaruh dan terampil memanfaatkan pengaruhnya untuk
mengelola organisasi dan mengatur tingkah laku orang lain agar tujuannya
tercapai.

3
Ada pula yang mengartikan pemimpin dengan kata iman, yang berarti di
depan. Kata ini memiliki akar yang sama dengan umm, yang artinya ibu. Seorang
iman atau pemimpin harus memiliki sifat seorang ibu. Penuh kasih sayang dalam
membimbing dan mengendalikam umat. Ada kaitan antara iman, umm, dan 74
tahun.

Islam memberikan posisi terhormat bagi para pemimpin. Bahkan dalam


Islam, Al-Qur’am ada sebuah doa agar kita menjadi pemimpin. Sebagaimana
dianyatakan dalam Surat Al-Furqaan ayat 74, berbunyi:

            

Artinya:
“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami
isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan
Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Furqaan : 74)

Di lembaga madrasah MTs Al-Amiriyyah kepada madrasah merupakan


pimpinan yang berwenang atas kebijakan lembaga, maka ia harus mampu
membawa lembaganya ke arah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan observasi peneliti rata-rata guru sudah S1 sesuai dengan mata
pelajaran yang diampu, adanya fasilitas-fasilitas penunjang yang memadai dan
rapat memperlancar proses kegiatan belajar mengajar, kepala madrasah yang
berhasil meningkatkan profesional guru di MTs Al-Amiriyyah.

Pengambilan objek tempat ini karena dari tinjauan sementara didapatkan


banyak guru yang mengajar pelajaran serta mengisi ekstrakulikuler di lembaga
Madrasah Tsawiyah Al-Amiriyyah untuk tahun pelajaran ini telah berinovasi
dalam mengembangkan extrakulikuler. Di lembaga tersebut, jika ada guru yang
ingin mendaftar sebagai pengajar, dari pihak lembaga tidak langsung menerima,
ada yang ditugaskan untuk meninjau dari segi berbicara dengan masyarakat
sekitar, agamanya, dan yang terpenting adalah kepribadiannya karena lembaga
tersebut di bawah naungan pondok pesantren.

Anda mungkin juga menyukai