LP Hepatitis B
LP Hepatitis B
PENDAHULUAN
1. Cytomegalovirus
2. Virus Epstein-Barr
4. Virus Varicella-zoster
2.1.3 Eteologi
Secara umum hepatitis disebabkan oleh virus. Beberapa virus yang telah
ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini :
6. Hepatitis F (HFV)
7. Hepatitis G (HGV)
Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal
adalah HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih
disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis “infeksiosa” dan hepatitis “serum”,
sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parental dan nonparental (Price
dan Wilson, 2005: 243). Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun, yaitu suatu
keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus,
penyakit sistematik dan juga bersifat idiopatik (Sue hincliff, 2000: 205).
2.1.4 klasifikasi
Hepatitis B adalah virus yang sering dipelajari karena dapat diuji, prevalensi
dari penyakit. Morbiditas dan mortalitas berhubungan dengan penyakit.
Infeksi hepatitis B terdapat diseluruh dunia, menyebabkan 250.000 kematian per
tahun. Sejak 1982, vaksin efektif dari hepatitis B tersedia dan adanya kampanye
penurunan penyakit akan memungkinkan penurunan dampak penyakit ini di masa
depan.
Penularan. Daerah dimana penyakit ini endemik ( Kutub, Afrika, Cina, Asia
Selatan dan Amazon ), bentuk penularan yang sering adalah secara perinatal dari
ibu terinfeksi pada bayinya. Di Negara berkembang dengan prevalensi penyakit
lebih rendah, rute utama penularan adalah seksual dan parenteral. Di Amerika
Serikat, populasi risiko tinggi meliputi laki – laki homoseksual, pengguna obat
intravena, petugas perawatan kesehatan dan mereka yang mendapat transfusi
darah.
Patofisiologi. Virus harus dapat masuk ke aliran darah dengan inokulasi
langsung, melalui mebran mukosa atau merusak kulit untuk mencapai hati. Di
hati, replikasi perlu inkubasi 6 minggu sampai 6 bulan sebelum penjamu
mengalami gejala. Beberapa infeksi tidak terlihat untukmereka yang mengalami
gejala, tingkat kerusakan hati, dan hubungannya dengan demam yang diikuti
ruam, kekuningan, arthritis, nyari perut, dan mual. Pada kasus yang ekstrem,
dapat terjadi kegagalan hati yang diikuti dengan ensefalopati. Mortalitas dikaitkan
dengan keparahan mendekati 50%.
Infeksi primer atau tidak primer tampak secara klinis, sembuh sendiri dalam 1
sampai 2 minggu untuk kebanyakan pasien. Kurang dari 10% kasus, infeksi dapat
menetap selama beberapa dekade. Hepatitis B dipertimbangkan sebagai infeksi
kronik pada saat pasien mengalami infeksi sisa pada akhir 6 bulan. Komplikasi
berhubungan dengan hepatitis kronik dapat menjadi parah, dengan kanker hati,
sirosis dan asites terjadi dalam beberapa tahun sampai dengan puluhan tahun
setelah infeksi awal.
Diagnosis. Tes serologik untuk hepatitis akan member informasi diagnostik
dan informasi tentang tingkat penularandan kemungkinan tahap penyakit. Tes
dilakukan langsung berhubungan dengan virus dan antibodi yang dihasilkan
penjamu dalam merespons protein tersebut. Virus mempunyai inti dan bagian luar
sebagai pelindung. Protein behubungan dengan bagian antigen inti dan antigen
permukaan. Tes laboratorium untuk antigen inti tidak tersedia, tetapi antigen
permukaan sering menunjukan HBsag, yang dapat didetekasi, dalam beberapa
minggu awal infeksi. Peningkatan titer selama beberapa minggu dan juga terjadi
penurunan pada tingkat yang tidak dapat dideteksi. Adanya HBsag menadakan
infeksi saat itu dan tingkat penularan relative tinggi. Antigen lain yang merupakan
bagian dari virus disebut e antigen ( HBeag ). HBeag adalah penanda ketajaman
yang sangat sensitive karena dapat dideteksi dalam perkiraan terdekat pada waktu
penyakit klinis dan pada saat di mana tampak risiko menjadi lebih besar untuk
menular.
Vaksin. Vaksin hepatiis B dihasilkan dengan menggunakan antigen hepatitis B
untuk menstimulasi produksi antibodi dan untuk memberikan perlindungan
terhadap infeksi, keamanan, dan keefektifannya mendekati 90% dari vaksinasi.
Karena virus hepatitis B mudah ditularkan dengan jarum suntik di area perawatan
kesehatan. Penurunan infeksi perinatal dan risiko penularan terjadi setelah
kelahiran, vaksin hepatitis B diberikan secara rutin pada bayi setelah lahir.
Vaksinasi individual ( yang sebelumnya tidak terinfeksi ) akan memiliki serologi
hepetitis B yang positif hanya pada HBsab. Ini menjamin kekebalan yang
dihasilkan olah vaksin yang dapat dibedakan dari produksi alami, saat inti antbodi
juga ada.
1. Laboratorium
1) Pemeriksaan pigmen
2) Pemeriksaan protein
(4) HbsAG
3) Waktu protombin
(5) LDH
(6) Amonia serum
4) Radiologi
(2) pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal
yang berlabel radioaktif
5) Pemeriksaan tambahan
(1) Laparoskopi
2.2.2 Fisiologi
1. Ginjal
Dalam kondisi normal, ginjal kiri lebih tinggi 1,5 – 2 cm dari ginjal
kanan karena posisi anatomi hati. Setiap ginjal secara khas berukuran 12
cm x 7 cm dan memiliki berat 120-150gram. Sebuah kelenjar adrenal
terletak dikutub superior setiap ginjal, tetapi tidak berhubungan langsung
dengan proses eliminasi urine. Setiap ginjal di lapisi oleh sebuah kapsul
yang kokoh dan di kelilingi oleh lapisan lemak.
2. Ureter
Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis renalis sebagai rute
keluar pertama pembuangan urine. Ureter merupakan struktur tubulan
yang memiliki panjang 25-30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang
dewasa. Ureter membentang pada posisi retroperitonium untuk memasuki
kandung kemih didalam rongga panggul (pelvis) pada sambungan ureter
ureterovesikalis. Urin yang keluar dari ureter kekandung kemih umumnya
steril.
3. Kandung kemih
Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri dari dua
bagian besar, yaitu badan (corpus) yang merupakan bagian utama kandung
kemih dimana urin berkumpul dan leher (kollum), merupakan lanjutan dari
badan yang berbentuk corong, berjalan secara inferior dan anterior ke
dalam daerah segitiga urogenital dan berhubungan dengan uretra. Bagian
yang lebih rendah dari leher kandung kemih disebut uretra posterior
karena hubungannya dengan uretra
Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat ototnya
meluas ke segala arah dan bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan
dalam kandung kemih menjadi 40 sampai 60 mmHg. Dengan demikian,
kontraksi otot detrusor adalah langkah terpenting untuk mengosongkan
kandung kemih. Sel-sel otot polos dari otot detrusor terangkai satu sama
lain sehingga timbul aliran listrik berhambatan rendah dari satu sel otot ke
sel otot lainnya. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar ke seluruh
otot detrusor, dari satu sel otot ke sel otot berikutnya, sehingga terjadi
kontraksi seluruh kandung kemih dengan segera.
Pada dinding posterior kandung kemih, tepat diatas bagian leher dari
kandung kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut Trigonum.
Bagian terendah dari apeks trigonum adalah bagaian kandung kemih yang
membuka menuju leher masuk kedalam uretra posterior, dan kedua ureter
memasuki kandung kemih pada sudut tertinggi trigonum. Trigonum dapat
dikenali dengan melihat mukosa kandung kemih bagian lainnya, yang
berlipat-lipat membentuk rugae. Masing-masing ureter, pada saat
memasuki kandung kemih, berjalan secara oblique melalui otot detrusor
dan kemudian melewati 1 sampai 2 cm lagi dibawah mukosa kandung
kemih sebelum mengosongkan diri ke dalam kandung kemih.
Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2 – 3 cm, dan
dindingnya terdiri dari otot detrusor yang bersilangan dengan sejumlah
besar jaringan elastik. Otot pada daerah ini disebut sfinter internal. Sifat
tonusnya secara normal mempertahankan leher kandung kemih dan uretra
posterior agar kosong dari urin dan oleh karena itu, mencegah
pengosongan kandung kemih sampai tekanan pada daerah utama kandung
kemih meningkat di atas ambang kritis.
Setelah uretra posterior, uretra berjalan melewati diafragma
urogenital, yang mengandung lapisan otot yang disebut sfingter eksterna
kandung kemih. Otot ini merupakan otot lurik yang berbeda otot pada
badan dan leher kandung kemih, yang hanya terdiri dari otot polos. Otot
sfingter eksterna bekerja di bawah kendali sistem saraf volunter dan dapat
digunakan secara sadar untuk menahan miksi bahkan bila kendali
involunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih.
4. Uretra
Urin keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari
tubuh melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urin yang
mengalami turbulansi membuat urin bebas dari bakteri. Membrane
mukosa melapisi uretra, dan kelenjar uretra mensekresi lendir kedalam
saluran uretra. Lendir dianggap bersifat bakteriostatis dan membentuk plak
mukosa untuk mencegah masuknya bakteri. Lapisan otot polos yang tebal
mengelilingi uretra.
5. Persarafan Kandung Kemih
Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang
berhubungan dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis, terutama
berhubungan dengan medula spinalis segmen S-2 dan S-3. Berjalan
melalui nervus pelvikus ini adalah serat saraf sensorik dan serat saraf
motorik. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding
kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra posterior bersifat sangat
kuat dan terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan refleks yang
menyebabkan pengosongan kandung kemih.
Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat
parasimpatis. Serat ini berakhir pada sel ganglion yang terletak pada
dinding kandung kemih. Saraf psot ganglion pendek kemudian
mempersarafi otot detrusor.
Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting
untuk fungsi kandung kemih. Yang terpenting adalah serat otot lurik yang
berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung
kemih. Ini adalah serat saraf somatik yang mempersarafi dan mengontrol
otot lurik pada sfingter. Kandung kemih juga menerima saraf simpatis dari
rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus, terutama berhubungan
dengan segmen L-2 medula spinalis. Serat simpatis ini mungkin terutama
merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi
kandung kemih. Beberapa serat saraf sensorik juga berjalan melalui saraf
simpatis dan mungkin penting dalam menimbulkan sensasi rasa penuh dan
pada beberapa keadaan, rasa nyeri.
Transpor urin dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam kandung
kemih. Urin yang keluar dari kandung kemih mempunyai komposisi utama
yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak ada
perubahan yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak mengalir
melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih.
Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis,
meregangkan kaliks renalis dan meningkatkan pacemakernya, yang
kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis
renalis dan kemudian turun sepanjang ureter, dengan demikian mendorong
urin dari pelvis renalis ke arah kandung kemih. Dinding ureter terdiri dari
otot polos dan dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis seperi juga
neuron-neuron pada pleksus intramural dan serat saraf yang meluas
diseluruh panjang ureter.
Seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi
peristaltik pada ureter ditingkatkan oleh perangsangan parasimpatis dan
dihambat oleh perangsangan simpatis.
Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah
trigonum kandung kemih. Normalnya, ureter berjalan secara oblique
sepanjang beberapa cm menembus dinding kandung kemih. Tonus normal
dari otot detrusor pada dinding kandung kemih cenderung menekan ureter,
dengan demikian mencegah aliran balik urin dari kandung kemih waktu
tekanan di kandung kemih meningkat selama berkemih atau sewaktu
terjadi kompresi kandung kemih. Setiap gelombang peristaltik yang terjadi
di sepanjang ureter akan meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga
bagian yang menembus dinding kandung kemih membuka dan memberi
kesempatan urin mengalir ke dalam kandung kemih.
Pada beberapa orang, panjang ureter yang menembus dinding
kandung kemih kurang dari normal, sehingga kontraksi kandung kemih
selama berkemih tidak selalu menimbulkan penutupan ureter secara
sempurna. Akibatnya, sejumlah urin dalam kandung kemih terdorong
kembali kedalam ureter, keadaan ini disebut refluks vesikoureteral.
Refluks semacam ini dapat menyebabkan pembesaran ureter dan, jika
parah, dapat meningkatkan tekanan di kaliks renalis dan struktur-struktur
di medula renalis, mengakibatkan kerusakan daerah ini.
6. Sensasi rasa nyeri pada Ureter dan Refleks Ureterorenal.
Ureter dipersarafi secara sempurna oleh serat saraf nyeri. Bila
ureter tersumbat (contoh : oleh batu ureter), timbul refleks konstriksi yang
kuat sehubungan dengan rasa nyeri yang hebat. Impuls rasa nyeri juga
menyebabkan refleks simpatis kembali ke ginjal untuk mengkontriksikan
arteriol-arteriol ginjal, dengan demikian menurunkan pengeluaran urin dari
ginjal. Efek ini disebut refleks ureterorenal dan bersifat penting untuk
mencegah aliran cairan yang berlebihan kedalam pelvis ginjal yang
ureternya tersumbat.
Fisiologi Miksi Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses
eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini
terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif
terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang
kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang
disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan
kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
2.2.4 Patofisologi
1. Biodata
2) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat,
pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
2. Keluhan Utama
Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk,
sakit perut kanan atas, demam dan kuning
3. Riwayat Kesehatan
1) Aktifitas
(1) Kelemahan
(2) Kelelahan
(3) Malaise
2) Sirkulasi
3) Eliminasi
(1)Urine gelap
(1)Anoreksia
(4)Peningkatan oedema
(5)Asites
5) Neurosensori
(2)Cenderung tidur
(3)Letargi
(4)Asteriksis
6) Nyeri / Kenyamanan
(1)Kram abdomen
(3)Mialgia
(4)Atralgia
(5)Sakit kepala
(6)Gatal ( pruritus )
7) Keamanan
(1) Demam
(2) Urtikaria
(3) Lesi makulopopuler
(4) Eritema
(5) Splenomegali
(6) Pembesaran nodus servikal posterior
8) Seksualitas
6. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
7. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan.
Nutrition
Monitoring
1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
4. Monitor turgor
kulit
5. Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah patah
6. Monitor mual
dan muntah
5. Monitor masukan
makanan / cairan
dan hitung intake
kalori harian
6. Kolaborasikan
pemberian cairan
IV
7. Monitor status
nutrisi
8. Berikan cairan IV
pada suhu
ruangan
9. Dorong masukan
oral
10.Berikan
penggantian
nesogatrik sesuai
output
11.Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
12.Tawarkan snack (
jus buah, buah
segar )
13.Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
meburuk
14.Atur
kemungkinan
tranfusI
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
NIM : 2017.C.09a.0873
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 61 thn
Suku/Bangsa : Banjar
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Tidak ada
GENOGRAM KELUARGA :
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
2. Status Mental :
e. Berbicara : Lancar
Fungsi kognitif :
Lainnya
3. Tanda-tanda Vital :
b. Nadi/HR : ………………x/mt
c. Pernapasan/RR : …..…………..x/tm
d. Tekanan Darah/BP : ……...………..mm Hg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Kebiasaan merokok :
…………………………………...Batang/hari
Batuk, sejak
………………………………………........
Batuk darah, sejak
………………………………………........
Sputum, warna
………………………………………........
Sianosis
Nyeri dada
Dyspnoe nyeri dada Orthopnoe Lainnya …….
………..
Sesak nafas saat inspirasi Saat aktivitas Saat
istirahat
Type Pernafasan Dada Perut Dada
dan perut
Lainnya
Bronchial Trakeal
Keluhan lainnya :
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Ada kelainan
Keluhan lainnya :
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E : ………………….
V : ………………….
M : ………………….
Total Nilai GCS : ……………………
Kesadaran : Compos Menthis Somnolent
Delirium
Apatis Soporus
Coma
Midriasis Meiosis
Uji Koordinasi :
Refleks :
..........................................................................................
Keluhan lainnya :
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Oliguri Nyeri
Retensi
Poliuri Panas
Hematuri
Dysuri Nocturi
Kateter Cystostomi
Keluhan Lainnya :
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :
Mulut dan Faring
Bibir : ...................................................................................................
Gigi : ...................................................................................................
Gusi : ...................................................................................................
Lidah : ...................................................................................................
Mukosa : ...................................................................................................
Tonsil : ...................................................................................................
Rectum :
Haemoroid :
Keluhan lainnya :
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :
Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas
Parese, lokasi
Nyeri, lokasi
Atropi
Hipertropi
Kontraktur
Malposisi
Peradangan, lokasi..............................................................................................
Perlukaan, lokasi................................................................................................
Makanan....................................................................
Kosametik..................................................................
Lainnya......................................................................
Pustula, lokasi............................................................
Nodula, lokasi............................................................
Vesikula, lokasi..........................................................
Papula, lokasi.............................................................
Ulcus, lokasi..............................................................
Distribusi rambut...................................................................................................
Bentuk kuku Simetris Irreguler
Masalah Keperawatan :
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Ganda Buta/gelap
Gerakan bola mata : Bergerak normal Diam
Bergerak spontan/nistagmus
Nyeri : .................................................................................................
…………………………………………………………………
b. Telinga / Pendengaran :
Fungsi pendengaran : Berkurang Berdengung
Tuli
c. Hidung / Penciuman:
Lesi
Patensi
Obstruksi
Nyeri tekan sinus
Transluminasi
Cavum Nasal Warna…………………..
Integritas……………..
Masalah Keperawatan :
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Kemerahan, Lokasi......................................................
Gatal-gatal, Lokasi.......................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
2. Nutrisida Metabolisme
TB : Cm
BB sekarang : Kg
BB Sebelum sakit : Kg
Diet :
Diet Khusus :
Mual
Muntah…………….kali/hari
Rasa haus
Keluhan lainnya.....................................................................................................
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
Masalah Keperawatan
…………………………………………………………………………
………………………
4. Kognitif :
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
Masalah Keperawatan
…………………………………………………………………………
………………………
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran )
:
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………Masalah Keperawatan
…………………………………………………………………………
………………………
6. Aktivitas Sehari-hari
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………Masalah Keperawatan
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………Masalah Keperawatan
…………………………………………………………………………
………………………
8. Nilai-Pola Keyakinan
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
Masalah Keperawatan
…………………………………………………………………………
………………………
E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………………………………………
2. Bahasa sehari-hari
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
5. Orang berarti/terdekat :
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
7. Kegiatan beribadah :
…………………………………………………………………………
………………………
…………………………………………………………………………
………………………
…. …………..
……………..
Mahasiswa
( ……………………………
…)