Anda di halaman 1dari 56

A.

Penertian Pengukuran, Penialain,Tes, dan Assesment


1. Pengukuran
Proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu
tingkatan dimana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil Pengukuran
berhubungan dengan proses pencarian atau penetuan nilai kuantitatif.
Dalam kegiatan belajar mengajar, istilah pengukuran sering digunakan oleh guru
untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Guru bisanya menggunakan tes berupa kuis atau
ulangan. Contohnya, untuk mengungkapkan kemampuan belajar siswa tentang materi
peluang, guru menggunakan kuis yang terdiri dari 5 soal dimana setiap soal yang dijawab
dengan benar mendapat skor 2. Hasil yang didapat oleh 20 siswa adalah enam siswa
mendapat 4, empat siswa mendapat 6, tiga orang mendapat 7, empat orang mendapat 8, dua
orang mendapat 8, satu orang mendapat 10. Skor yang didapat oleh siswa tersebut
merupakan hasil pengukuran.
2. Penilaian
Menurut BSNP (2007: 9) dalam (http://ardanayudhistira.blogspot.co.id, 2012),
penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan. Keputusan yang dimaksud adalh keputusan tentang peserta didik,
seperti nilai yang akan diberikan atau juga keputusan tentang kenaikan kelas dan kelulusan.
Penilaian tidak hanya ditunjukkan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja,
tetapi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Contoh penilaian
pada aspek pengetahuan sekaligus keterampilan : seorang siswa mendapat nilai 7 ketika kuis
peluang. Nilai 7 tersebut merupakan gambaran baik-buruknya atau tinggi rendahnya
penguasaan siswa terhadap materi peluang.
3. Tes
Tes adalah alat ukur dalam penilian yang berupa seperangkat tugas yang harus
dikerjakan atau sejumlah pertayaan yang harus dijawab oleh peserta didik guna mengukur
tingkat pemahaman dan penguasaan terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan
sesuai dengan tujuan pengajaran tersebut.
4. Assesmen
Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk
melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk
menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan
dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan
objektif.
a. Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah proses
pembelajaran selesai. Proses pembelajaran selesai tidak selalu terjadi di akhir tahun atau
di akhir peserta didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu. Setiap pendidik
melakukan penilaian yang dimaksudkan untuk memberikan pengakuan terhadap
pencapaian hasil belajar setelah proses pembelajaran selesai, berarti pendidik tersebut
melakukan assessment of learning. Ujian Nasional, ujian sekolah/madrasah, dan berbagai
bentuk penilaian sumatif merupakan assessment of learning (penilaian hasil belajar).
b. Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan
biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar.
Dengan assessment for learning pendidik dapat memberikan umpan balik terhadap
proses belajar peserta didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya.
Assessment for learning juga dapat dimanfaatkan oleh pendidik untuk meningkatkan
performan dalam memfasilitasi peserta didik. Berbagai bentuk penilaian formatif,
misalnya tugas, presentasi, proyek, termasuk kuis merupakan contohcontoh assessment
for learning (penilaian untuk proses belajar). 
c. Assessment as learning mempunyai fungsi yang mirip dengan assessment for learning,
yaitu berfungsi sebagai formatif dan dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Perbedaannya, assessment as learning melibatkan peserta didik secara aktif
dalam kegiatan penilaian tersebut. Peserta didik diberi pengalaman untuk belajar menjadi
penilai bagi dirinya sendiri. Penilaian diri (self assessment) dan penilaian antar teman
merupakan contoh assessment as learning. Dalam assessment as learning peserta didik
juga dapat dilibatkan dalam merumuskan prosedur penilaian, kriteria, maupun
rubrik/pedoman penilaian sehingga mereka mengetahui dengan pasti apa yang harus
dilakukan agar memperoleh capaian belajar yang maksimal.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk merencanakan, memperoleh, dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat beberapa alternatif dalam mengambil
keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian
merupakan suatu proses yang sengaja dilaksanakan untuk memeperoleh informasi atau data;
berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat keputusan. Dimana informasi data
yang dikumpulkan itu haruslah data yang sesuai dan mendukung tujuan evaluasi yang
direncanakan. evaluasi pendidikan ialah untuk mendapatkan data pembuktian yang
akan menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa
dalam pencapaian-pencapaian tujuan kurikuler.
Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk magadakan seleksi atau
penilaian terhadap siswanya. Evaluasi itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain:
1. Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
2. Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya.
3. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
4. Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya.

B. Fungsi, Tujuan, Prinsip, dan Prosedur


1. Fungsi Penilaian
Fungsi dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4) adalah sebagai berikut :
(1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional.
Dengan demikian penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan
intruksional.
(2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan intruksional, kegiatan belajar siswa,
strategi mengajar guru dan lain-lain.
(3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tua.
Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam
berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya
2. Tujuan Penilaian
Menurut Chittenden (1994) dalam Arifin, Zainal (2013 : 15) tujuan penilaian adalah:
a) Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan.
b) Cheking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses
pembelajaran dan kekurangan-kekurang perserta didik selama mengikuti proses
pembelajaran
c) Finding out, yankni untuk mencari, menemukan, dan mendeteksi kekurangan, kesalahan,
dan kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran.
d) Summing up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi yang telah ditetapkan.
3. Prinsip Penilaian
Prinsip penilaian mengacu pada standar penilaian pendidikan jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Berikut ini beberapa prinsip penilaian yang dikembangkan oleh BSNP
(Depdiknas, 20013).
a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi faktor
subjektivitas penilaian
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan
kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,  pelaksanaan,
dan pelaporannya.
d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar  pengambilan
keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal
sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
4. Prosedur Penilaian
Berkaitan dengan prosedur penilaian, BSNP telah mengeluarkan pedoman penilaian
untuk kelompok mata pelajaran iptek yang dapat digunakan oleh pendidik. Adapun prosedur
yang dimaksud meliputi :
a. Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan oleh
pendidik, satuan pendidikan, pemerintah dan/atau lembaga mandiri
b. Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik, penilaian diri,
penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian sekolah, dan ujian
nasional.
c. Perencanaan ulangan harian dan pemberian projek oleh pendidik sesuai dengan silabus
dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
d. Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah:
a. menyusun kisi-kisi ujian;
b. mengembangkan (menulis, menelaah, dan merevisi) instrumen;
c. melaksanakan ujian;
d. mengolah (menyekor dan menilai) dan menentukan kelulusan peserta didik; dan
e. melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian.
e. Ujian nasional dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang diatur dalam Prosedur
Operasi Standar (POS).
f. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan
harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti
pembelajaran remedial.
g. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan dilaporkan dalam bentuk nilai
dan deskripsi pencapaian kompetensi kepada orangtua dan pemerintah.
C. Jenis, Sistem Penilaian, dan Pendektana P
a. Jenis Penilaian
1. Penillaian formatif (formative assessment)
Merupakan penilaian untuk memantau kemjuan belajar peserta didik salama proses
belajar berlangsung, untuk memberikan umpan balik bagi penyempurnaan program
pembelajaran.
2. Penilaian sumatif (summative assessment)
Merupakan penilaian yang dilakukan jika satuan pengalalman belajar atau seluruh
materi pelajaran dianggap telah selesai.
3. Penilaian penempatan (Placement assessment)
Merupakan penilaian untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki
keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti program pembelejaran dan sejauh
mana peserta didik menguasai kompetensi dasar, sebagaiamana yang tercantum
dalam silabus dan RPP.
4. Penilaian Diagnostik (Diagnostic assessment)
Merupakan penilaian untuk mengetahui kesuliatan belajar peserta didik berdasarkan
hasil penilaian formatif sebelumnya.
b. Sistem Penilaian
Sistem penilaian mencakup jenis ujian, bentuk soal, pelaksanaan, pengelolaan dan
pelaporan hasil ujian. Jenis ujian adalah berbagai tagihan, seperti ulangan atau tugas-
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Berikut ini merupakan sistem penilaian berkelanjutan, antara lain :
1. Menilai semua Kompetensi Dasar
2. Penilaian dapat dilakukan pada satu atau lebih Kompetensi Dasar
3. Hasil penilaian dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial atau program
pengayaan.
4. Penilaian mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
5. Aspek afektif diukur melalui pengamatan dan kuesioner
c. Pendekatan dalam Penilaian
1. Penilaian Acuan Norma (Norm Reference Assessment)
Penilaian siswa dikaitkan dengan hasil penilaian seluruh siswa yang dilakukan
dengan alat yang sama.
2. Penilaian Acuan Kriteria (Criterion –Referrence Assessment)
Hasil penilaian terhadap siswa mengacu pada patokan.
3 DOMAIN BELAJAR ( Bloom, 1956)
1. Domain Kognitif
Domain kognitif mencakup pengetahuan konten dan perkembangan keterampilan intelektual.
Domain ini meliputi: ingatan atau pengetahuan tentang fakta-fakta, konsepkonsep yang
menjadi dasar untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual.
2. Domain Afektif
Domain afektif mencakup Perasaan (feelings), nilai-nilai (values), apresiasi (appreciation),
antusiasme (enthusiasms), motivasi (motivations), dan sikap (attitude).
3. Domain Psikomotor
Domain Psikomotor mencakup : Gerakan Fisik (Physical Movement), Koordinasi
(coordination), dan keterampilan motorik. Perkembangan keterampilan ini memerlukan
latihan dan pengukurannya mencakup: kecepatan, presisi, prosedur atau teknik
RANAH PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK
A. Pengertian Ranah Penilaian Kognitif, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah
Penilaian Kognitif
B. RANAH PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK
A. Pengertian Ranah Penilaian Kognitif, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran
Ranah Penilaian Kognitif
1.      Pengertian Ranah Penilaian Kognitif
           Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif.  Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan
mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang
proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang
paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
a.       Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall)
atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan
sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya.
Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang
paling rendah.
b.      Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami
adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai
segi.  Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia
dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci
tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat
lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang
pemahaman ini misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru
Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna
kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashar secara lancar dan
jelas.
c.       Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan
ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip,
rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan
kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat
lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya:
Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep
kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik
dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
d.      Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu
bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan
mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-
faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah
setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik
tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah,
disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah
masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
e.       Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses
berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma
menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru.
Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang
analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini
adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya
kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
f.       Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif
dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada
beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah:
peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang
dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan dapat
menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa
seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada
akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan
merupakan perintah Allah SWT yang waji dilaksanakan dalam sehari-
hari.
            Keenam jenjang berpikir ranah kognitif bersifat kontinum dan overlap
(tumpang tindih), dimana ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang
ada dibawahnya.
            Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat,
sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan
demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke
tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2. Ciri-ciri Ranah Penilaian Kognitif
            Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di
dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis,
mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax
1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarki yang
terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
            Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan
berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut
juntuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh
suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk
menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis,
peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa
bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta
menemukan hubungan sebab—akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik
dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya
sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta
didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang
termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat
kebijakan.
            Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat,
sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan
tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai
ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam
tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut
yaitu:
1)      Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa
untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah
diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi
problem solving dan lain sebagianya.
2)      Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori
pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.
Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau
menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
3)      Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan
untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari
kedalam situasi yang baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang
timbuldalam kehidupan sehari-hari.
4)      Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen
atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau
kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat
ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik
diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan
cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau
prosedur yang telah dipelajari.
5)      Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang
dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur
pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih
menyeluruh.
6)      Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang
mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan
tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan
menggunakan kriteria tertentu.
            Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang
diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif
tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan.
Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan.
Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus
maka hasil pendidikan akan lebih baik.
Tabel  Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek
kognitif
No Tingkatan Deskripsi
1 Pengetahuan Arti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi,
nama, peristiwa, tahun, daftar, teori, prosedur,dll.
Contoh kegiatan belajar:
 Mengemukakan arti
 Menentukan lokasi
 Mendriskripsikan sesuatu
 Menceritakan apa yang terjadi
 Menguraikan apa yang terjadi
2 Pemahaman Arti:pengertian terhadap hubungan antar-faktor, antar
konsep, dan antar data hubungan sebab akibat penarikan
kesimpulan
Contoh kegiatan belajar:
¨    Mengungkapakan gagasan dan pendapat dengan
kata-kata sendiri
¨    Membedakan atau membandingkan
¨    Mengintepretasi data
¨    Mendriskripsikan dengan kata-kata sendiri
¨    Menjelaskan gagasan pokok
¨    Menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri

3 Aplikasi Arti: Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan


masalah atau menerapkan pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari
Contoh kegiatan:
 Menghitung kebutuhan
 Melakukan percobaan
 Membuat peta
 Membuat model
 Merancang strategi
4 Analisis Artinya: menentukan bagian-bagian dari suatu masalah,
penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan
antar bagian tersebut
Contoh kegiatan belajar:
 Mengidentifikasi faktor penyebab
 Merumuskan masalah
 Mengajukan pertanyaan untuk mencari
informasi
 Membuat grafik
 Mengkaji ulang
5 Sintesis Artinya: menggabungkan berbagai informasi menjadi
satu kesimpulan/konsepatau meramu/merangkai
berbagai gagasan menjadi suatu hal yang baru
Contoh kegiatan belajar:
v   Membuat desain
v   Menemukan solusi masalah
v   Menciptakan produksi baru,dst.
6 Evaluasi Arti: mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-
buruk, bermanfaat-tidak bermanfaat
Contoh kegiatan belajar:
Mempertahankan pendapat
Membahas suatu kasus
Memilih solusi yang lebih baik
Menulis laporan,dst.

3. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif


            Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang
diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif
tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan.
Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan.
Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus
maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar ranah
kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
            Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas,
(2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian
bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8)
performans.
Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif  adalah:
1)      Ingatan (C1) yaitu  kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai
dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta,
aturan, urutan, metode.
2)      Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami
tentang sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan,
menafsirkan, memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.
3)      Penerapan (C3), yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring &
menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi
baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih,
mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan,
menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.
4)      Analisis (C4),  Kemampuan berfikir secara logis dalam  meninjau 
suatu fakta/ objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan 
membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan,
membedakan, mengkategorikan.
5)      Sintesis (C5),  Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep
secara logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan
kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan,
mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan.
6)      Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan
pertimbangan terhadap sustu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan
dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai
patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan,
mempertimbangkan dan menentukan.
            Contohnya siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan
melukis jaring-jaring kubus. Namun, untuk dapat melukis jaring-jaring kubus
setidaknya diperlukan pengetahuan (kognitif) tentang bentuk-bentuk jaring
kubus dan cara-cara melukis garis-garis tegak lurus.
B.     Pengertian Ranah Penilaian Afektif, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran
Ranah Penilaian Afektif
1.      Pengertian Ranah Penilaian Afektif
      Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap
mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti
mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih
banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan
atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan
sebagainya.
      Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
(1)  receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5) characterizat
ion by evalue or calue complex
      Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah
kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang
datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan
untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau
rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di
beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau
suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia
menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka
mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri
dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya:
peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di
siplin harus disingkirkan jauh-jauh.
        Responding (= menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi
aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki
oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara.
Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar
ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk
mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran
Islam tentang kedisiplinan.
        Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya
mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan
atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan
membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat
afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam
kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau
menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk
menilai konsep atau fenomena,  yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran
yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah
baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses
penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan
demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil
belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat
pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah
maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
        Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-
temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal,
yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan
merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi,
termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai  lain., pemantapan
dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang
organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional
yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari
kemerdekaan nasional tahun 1995.
        Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan 
suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang
telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat
tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten
pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan
tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar
bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada
jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol
tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu
karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat
diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah
memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah
Allah SWT yang tertera di Al-Quran menyangkut disiplinan, baik
kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan
masyarakat.
      Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima
(memperhatikan), Merespon,  Menghargai, Mengorganisasi, dan
Karakteristik suatu nilai.
      Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif  seseorang
terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa
kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral.
Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang.
Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan
konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek
yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi
objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan
berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap   selalu bermakna
bila dihadapkan kepada objek tertentu.
      Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh
responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui
rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi
ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.
      Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert.
Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan
positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju,
tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.
2.      Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif
      Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk
diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama,
perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus
tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah
intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan
dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta
lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki
perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan
dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan
apakah perasaan itu baik atau buruk.
      Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan
dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama,
maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target
mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila
kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa
kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah,
matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa
merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh
seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik
merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut
cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes.
      Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya,
yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.

1)      Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka
atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui
cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian
melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap
dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai,
keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah
penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan
sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi
yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap
suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap
objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran.
Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999).
Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris,
harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran
bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran.
Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus
membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta
didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran
menjadi lebih positif.
2)      Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang
terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk
memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan
untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus
besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada
minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk
karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.

Penilaian minat dapat digunakan untuk:


         mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk
pengarahan dalam pembelajaran,
         mengetahui bakat dan minat peserta didik yang
sebenarnya,
         pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta
didik,
         menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas.
3)      Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan
individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki.
Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah
afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga
institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif,
dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum,
yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta
didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik.
Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk
memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri.
Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut:
         Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan
peserta didik.
         Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang
sudah dicapai.
         Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
         Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan
peserta didik.
         Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses
pembelajaran.
4)      Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang
perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang
dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada
suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau
situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa
sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan
dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi
atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu
nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh
individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek,
aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting
minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan
harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai
yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk
memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif
terhadap masyarakat.
5)      Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang per-kembangan
moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan
antara judgement  moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari
prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap
dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana
sesungguhnya seseorang bertindak.
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap
kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang
dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi
orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral
juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu
keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral
berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Ranah afektif lain yang penting adalah:
         Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam
berinteraksi dengan orang lain.
         Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai,
misalnya moral dan artistik.
         Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat
perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
         Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis
memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada
semua orang.
            Tabel  Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek
Afektif
Tingkat Contoh kegiatan pembelajaran
Penerimaan Arti : Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan)
(Receiving) terhadap fenomena/stimult menunjukkan perhatian
terkontrol dan terseleksi
Contoh kegiatan belajar :
-sering mendengarkan musik
– senang membaca puisi
– senang mengerjakan soal matematik
– ingin menonton sesuatu
– senang menyanyikan lagu
Responsi Arti : menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu
(Responding) dengan/tentang fenomena setuju, ingin, puas meresponsi
(mendengar)
Contoh kegiatan belajar :
     mentaati aturan
      mengerjakan tugas
       mengungkapkan perasaan
      menanggapi pendapat
       meminta maaf atas kesalahan
        mendamaikan orang yang bertengkar
      menunjukkan empati
      menulis puisi
     melakukan renungan
     melakukan introspeksi

Acuan Nilai Arti : Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung


( Valuing) nilai, termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang
pasti
Tingkatan : menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan
komitmen terhadap suatu nilai
Contoh Kegiatan Belajar :
 mengapresiasi seni
 menghargai peran
 menunjukkan perhatian
 menunjukkan alasan
 mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang
antik
 menunjukkan simpati kepada korban
pelanggaran HAM
 menjelaskan alasan senang membaca novel
Arti : mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam
Organisasi suatu sistem menentukan saling hubungan antar nilai
memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima di
mana-mana memantapkan suatu nilaimyang dominan dan
diterima di mana2
Tingkatan : konseptualisasi suatu nilai, organisasi suatu
sistem nilai
Contoh kegiatan belajar :
 rajin, tepat waktu
 berdisiplin diri  mandiri dalam bekerja secara
independen
 objektif dalam memecahkan masalah
 mempertahankan pola hidup sehat
 menilai masih pada fasilitas umum dan
mengajukan saran perbaikan
 menyarankan pemecahan masalah HAM
 menilai kebiasaan konsumsi
 mendiskusikan cara-cara menyelesaikan
konflik antar- teman

2.      Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif


      Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya
menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian
ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa
yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan
sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
      Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi,
gejala,  kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
      Merespon,  meliputi merespon secara  diam-diam, bersedia merespon,
merasa  puas  dalam merespon, mematuhi peraturan
      Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai,
komitmen terhadap nilai
      Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami
hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai
      Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang
dianutnya. Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti
proses belajar mengajar berlangsung.
      Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif
adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran sejarah
7 6 5 4 3 2 1
Saya senang balajar sejarah
Pelajaran sejarah bermanfaat
Pelajaran sejarah membosankan
Dst….
                   Contoh Skala Likert: Minat terhadap pelajaran sejarah
1. Pelajaran sejarah bermanfaat SS S TS STS
1. Pelajaran sejarah sulit
1. Tidak semua harus belajar
sejarah
1. Sekolah saya menyenangkan
Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
Contoh Lembar Penilaian Diri Siswa
Minat Membaca
Nama Pembelajar:_____________________________
No Deskripsi Ya/Tidak
1 Saya lebih suka membaca dibandingkan dengan
melakukan hal-hal lain
2 Banyak yang dapat saya ambil hikmah dari buku yang
saya baca
3 Saya lebih banyak membaca untuk waktu luang saya
4 Dst…………..

C. Pengertian Ranah Penilaian Psikomotorik, Ciri-ciri, dan Contoh


Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotorik
1. Pengertian Ranah Penilaian Psikomotor
            Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang
berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari,
memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh
Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak
dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil
belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak
dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasi belajar
kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila
peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai
dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan
materi kedisiplinan menurut agama Islam sebagaimana telah dikemukakan
pada pembiraan terdahulu, maka wujud nyata dari hasil psikomotor yang 
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif afektif itu adalah;
1)      peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama Islam
tentang contoh-contoh kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh
Rosulullah SAW, para sahabat, para ulama dan lain-lain;
2)      peseta didik mencari dan membaca buku-buku, majalah-majalah
atau brosur-brosur, surat kabar dan lain-lain yang membahas
tentang kedisiplinan
3)      peserta didik dapat memberikan penejelasan kepada teman-teman
sekelasnya di sekolah, atau kepada adik-adiknya di rumah atau
kepada anggota masyarakat lainnya, tentang kedisiplinan
diterapkan, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah
kehidupan masyarakat;
4)      peserta didik menganjurkan kepada teman-teman sekolah atau
adik-adiknya, agar berlaku disiplin baik di sekolah, di rumah
maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat
5)       peserta didik dapat memberikan contoh-contoh kedisiplinan di
sekolah, seperti datang ke sekolah sebelum pelajaran di mulai,
tertib dalam mengenakan seragam sekolah, tertib dan tenag dalam
mengikuti pelajaran, di siplin dalam mengikuti tata tertib yang
telah ditentukan oleh sekolah, dan lain-lain
6)      peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di rumah,
seperti disiplin dalam belajar, disiplin dalam mennjalannkan ibadah
shalat, ibadah puasa, di siplin dalam menjaga kebersihan rumah,
pekarangan, saluran air, dan lain-lain
7)      peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di tengah-
tengah kehidupan masyarakat, seperti menaati rambu-rambu lalu
lintas, tidak kebut-kebutan, dengan suka rela mau antri waktu
membeli karcis, dan lain-lain.
8)       peserta didik mengamalkan dengan konsekuen kedisiplinan dalam
belajar, kedisiplinan dalam beribadah, kedisiplinan dalam menaati
peraturan lalu lintas, dan sebagainya.

1. Ciri-ciri Ranah Penilaian Psikomotor


            Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan
kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas
fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.
Tabel  Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek
Psikomotorik
Tingkat Deskripsi
I. Gerakan Refleks Arti: gerakan refleks adalah basis semua perilaku
bergerak, respons terhadap stimulus tanpa sadar.
Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan
leher dan kepala, menggenggam, memegang
Contoh kegiatan belajar:
– mengupas mangga dengan pisau
– memotong dahan bunga
– menampilkan ekspresi yang berbeda
– meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir
– meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa
angin
II Gerakan dasar Arti: gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat
(basic fundamental Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat
movements) ditebak
Contoh kegiatan belajar:
 Contoh gerakan tak berpindah: bergoyang,
membungkuk, merentang, mendorong, menarik,
memeluk, berputar
  Contoh gerakan berpindah: merangkak,
maju perlahan-lahan, muluncur, berjalan, berlari,
meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat.
 Contoh gerakan manipulasi: menyusun
balok/blok, menggunting, menggambar dengan krayon,
memegang dan melepas objek, blok atau mainan.
 Keterampilan gerak tangan dan jari-jari:
memainkan bola, menggambar.
III.GerakanPersepsi Arti : Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu
(Perceptualobilities kemampuan perseptual
) Contoh kegiatan belajar:
¨   menangkap bola, mendrible bola
¨   melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali
sambil menjaga keseimbangan
¨   memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang
ukurannya bervariasi
¨   membaca melihat terbangnya bola pingpong
¨   melihat gerakan pendulun menggambar simbol
geometri
¨   menulis alfabet
¨   mengulangi pola gerak tarian
¨   memukul bola tenis, pingpong
¨   membedakan bunyi beragam alat musik
¨   membedakan suara berbagai binatang
¨   mengulangi ritme lagu yang pernah didengar
¨   membedakan berbagai tekstur dengan meraba
IV.Gerakan Arti: gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan
Kemampuan fisik dan belajar
(Psycal abilities) Contoh kegiatan belajar:
     menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu
tertentu berlari jauh
     mengangkat beban
     menarik-mendorong
     melakukan push-up
     kegiatan memperkuat lengan, kaki dan perut
     menari
     melakukan senam
     melakukan gerakan pesenam, pemain biola, pemain bola

V. gerakan terampil Arti: dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil,


(Skilledmovements tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit
) (kompleks)
Contoh kegiatan belajar:
 melakukan gerakan terampil berbagai
cabang olahraga
 menari, berdansa
 membuat kerajinan tangan
 menggergaji
 mengetik
 bermain piano
 memanah
 skating
 melakukan gerak akrobatik
 melakukan koprol yang sulit
VI. Gerakan indah Arti: mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan
dan kreatif –       gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien
(Non-discursive dan indah
communicatio) –       gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat
tertinggi untuk mengkomunikasikan peran
Contoh kegiatan belajar:
       kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis,
menari baletr
       melakukan senam tingkat tinggi
       bermain drama (acting)
      keterampilan olahraga tingkat tinggi

3.      Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotor


           Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar
psikomotor. Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat
diukur melalui (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta
didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti
pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah
pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
           Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil
belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap
kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-
urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan
membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang
diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
           Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil
belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan
produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada
waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung
dengan cara mengetes peserta didik.
           Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan
observasi   atau pengamatan. Observasi  sebagai alat penilaian banyak
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya
suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur
atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah
laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi
peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar.
           Observasi  dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung.
Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi  tingkah laku apa yang
hendak diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam
pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat
sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai  tingkah
laku   yang tampak  untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda
cek (√) pada kolom jawaban hasil observasi.
           Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur
penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik.
Tes tersebut   dapat berupa tes paper and  pencil, tes identifikasi, tes simulasi,
dan tes unjuk kerja.
         Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini,           jika tidak
ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan
penampilan peserta didik, sehingga  peserta didik dapat dinilai tentang
penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau
berperaga seolah-olah  menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
         Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan
dengan  sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah
peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut.
Misalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas lalu lintas di
lapangan yang sebenarnya
Tes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan
observasi langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan
pembelajaran. Lembar observasi dapat menggunakan   daftar cek
(check-list) ataupun  skala penilaian (rating scale).  Psikomotorik 
yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian
terentang dari  sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik.
           Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan
ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di
laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan
afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor.
Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes unjuk kerja atau
lembar tugas.
           Contohnya kemampuan psikomotor yang dibina dalam belajar
matematika misalnya berkaitan dengan kemampuan mengukur (dengan satuan
tertentu, baik satuan baku maupun tidak baku), menggambar bentuk-bentuk
geometri (bangun datar, bangun ruang, garis, sudut,dll) atau tanpa alat.
Contoh lainnya, siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan
melukis jaring-jaring kubus. Kemampuan dalam melukis jaring-jaring kubus
secara psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa dalam menggunakan
peralatan (jangka dan penggaris) saat melukis. Secara teknis penilaian ranah
psikomotor dapat dilakukan dengan pengamatan (perlu lembar pengamatan)
dan tes perbuatan.
           Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2)
gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik,
diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan
perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6)
komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan
ekspresif, gerakan interprestatif.
Lembar observasi
Beri Tanda (√)
Nama Siswa Mengerjakan Tugas Tidak Mengerjakan Catatan Guru
(On-Task) Tugas (Off-Task)
Damar
Ayu
Dst…..
Tabel Instrumen (alat) Asesmen Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan numerical
Rating     Scale

Nama : …………………………………………….
Kelas : …………………………………………….
Petunjuk:
Berilah skor untuk setiap aspek kinerja yang sesuai dengan ketentuan
berikut:
(4) bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
(3) bila aspek tersebut dilakaukan dengan benar tapi lama
(2) bila aspek tersebut dilakukan selesai tetapi salah
(1) bila dilakukan tapi tidak selesai
( 0 = tidak ada usaha)
No Aspek yang dinilai Skor
4 3 2 1
1. Berdiri tegak menghadap penonton
2. Mengubah ekspresi wjah sesuai dengan pernyataan
3. Berbicara dengan kata-kata yang jelas
4. Tidak mengulang-ulang pernyataan
5. Berbicara cukup keras untuk didengar penonton

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SOAL URAIAN (ESSAY)


            Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan
siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan
bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan
dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.
a.    Kelebihan Test Essay yaitu:
1. Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri.
2. Murid tidak dapat menerka- nerka jawaban soal.
3. Test ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses
belajar yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan test objektif.
4. Derajad ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat- kalimatnya.
5. Jawaban diungkapakan dalam kata- kata dan kalimat sendiri, sehingga test ini
dapat digunakan untuk melatih penyusunan kalimat dengan bahasa yang baik, benar, dan
cepat.
6.  Test ini digunakan dapat melatih peserta didik untuk memilih fakta yang
relevan dengan persoalan, dan Sukar dinilai secara tepat mengorganisasikannya sehingga
dapat mengungkapkan satu hasil pemikiran yang terintegrasi secara utuh.
b. Kelemahan Test Essay yaitu:
1. Sukar dinilai secara tepat.
2. Bahan yang diukur terlalu sedikit, sehingga agak sulit untuk mengukur
penguasaan siswa terhadap keseluruhan kurikulum.
3. Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun internasional.
4. Membutuhkan waktu memeriksa hasilnya.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SOAL PILIHAN GANDA


            Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan
yang belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari
beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan. Tes pilihan ganda adalah
bentuk test yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat.
a.   Kelebihan Pilihan Berganda yaitu:
1. Hasil belajar yang sederhana sampai yang komplek dapat diukur.
2. Terstruktur dan petunjuknya jelas.
3. Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostik.
4. Tidak dimungkinkan untuk menerka jawaban.
5.  Dapat diaplikasikan dengan komputer baik penampilan soal dan perhitungan
nilainya, interaktif
 b.    Kelemahan Pilihan Berganda yaitu:
1. Menyusunnya membutuhkan waktu yang lama.
2. Sulit menemukan pengacau
3. Kurang efektif mengukur beberapa tipe pemecahan masalah, kemampuan
untuk mengorganisir dan mengekspresikan ide.
4. Kurang menggambarkan sebuah proses
5. Tingkat kemampuan yang terukur sangat terbatas
6. Jumlah soal harus banyak agar dapat mewakili semua materi yang telah
dipelajari
7.  Nilai dapat dipengaruhi dengan kemampuan baca.
KAIDAH PENULISAN SOAL
1)      Kaidah Penulisan Soal uraian
         Soal sesuai indicator
         Batas pertanyaan dan jawaban yang di harapkan sudah sesuai
         Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah atau
tingkat sekolah
         Menggunakan kata Tanya atau perintah yang menuntut jawaban
uraian
         Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
         Ada pedoman penskoranya
         Table,gambar, grafik, peta atau yang sejenisnya disajikan dengn jelas
dan terbaca
         Rumusan kalimat soal komunikatif
         Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku
         Tidak menggunakan kata/uangkapan yang menimbulkan penafsiran
ganda atau salah pengertian
         Tidak menggunkan bahasa yang berlaku setempat/tabu
         Rumusan soal tidak mengandung kata/uangkapan yang dapat
menyinggung perasaan siswa
2)      Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda
         Soal harus sesuai dengan indicator
         Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas
         Pokok soal jangan member arah jawaban yang benar
         Pokok soal sebaiknya tidak mengandung pertanyaan yang bersifat
hegasi, apalagi negasi ganda
         System soal sebaiknya bukan kalimat Tanya
         Bahasa yang digunakan harus komunikatif dan tidak bermakna ganda
         Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan
digunkan untuk daerah lain atau nasional
         Butir soal jangan bergantung pada soal sebelumnya
         Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar
         Pengecoh harus berfungsi
         Pilihan jawaban harus homogeny dan logis ditinjau dari segi materi
         Panjang rumusan pilihan jawaban harus relative sama
         Pilihan jawaban mengandung peryataan”semua pilihan jawaban di
atas benar atau salah”
         Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis
waktunya
         Gambar, grafik, table, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada
soal harus jelas dan berfungsi
Pengertian Ranah Penilaian Kognitif
           Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.  Ranah
kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan
menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan
mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir,
mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau
aspek yang dimaksud adalah:
a.       Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali
kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan
kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses
berfikir yang paling rendah.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal
surat al-‘Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu
materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Islam di sekolah.
b.      Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan
dapat melihatnya dari berbagai segi.  Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan
berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: Peserta
didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna
kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashar secara lancar dan jelas.
c.       Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata
cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam
situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat
lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu
memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan
sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
d.      Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan
menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-
bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah
setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari
kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-
tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
e.       Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis
merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis,
sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru.
Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu
jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan
tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
f.       Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi
Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada
beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan
patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu
menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku
disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa
seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada
kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang waji
dilaksanakan dalam sehari-hari.
            Keenam jenjang berpikir ranah kognitif bersifat kontinum dan overlap (tumpang
tindih), dimana ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada dibawahnya.
            Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan
memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah
tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling
tinggi yaitu evaluasi.
2. Ciri-ciri Ranah Penilaian Kognitif
            Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya
kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan
kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif
adalah kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
            Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan
saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah dengan
kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi,
peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada
tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa
bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan
sebab—akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita,
komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat
evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori
yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
            Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan
memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah
tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan tentang
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling
tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang
berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu:
1)      Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat
(recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus,
terminologi strategi problem solving dan lain sebagianya.
2)      Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan
dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta
didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan
kata-kata sendiri.
3)      Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan
atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta
memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan sehari-hari.
4)      Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu
fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen
tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik
diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan
gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
5)      Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan
dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola
baru yang lebih menyeluruh.
6)      Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan
peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode,
produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
            Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan,
pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti
pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan
evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata
dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik.
Tabel  Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek kognitif
No Tingkatan Deskripsi
1 Pengetahuan Arti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi,
nama, peristiwa, tahun, daftar, teori, prosedur,dll.
Contoh kegiatan belajar:
 Mengemukakan arti
 Menentukan lokasi
 Mendriskripsikan sesuatu
 Menceritakan apa yang terjadi
 Menguraikan apa yang terjadi
2 Pemahaman Arti:pengertian terhadap hubungan antar-faktor, antar
konsep, dan antar data hubungan sebab akibat penarikan
kesimpulan
Contoh kegiatan belajar:
¨    Mengungkapakan gagasan dan pendapat dengan
kata-kata sendiri
¨    Membedakan atau membandingkan
¨    Mengintepretasi data
¨    Mendriskripsikan dengan kata-kata sendiri
¨    Menjelaskan gagasan pokok
¨    Menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri

3 Aplikasi Arti: Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan


masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari
Contoh kegiatan:
 Menghitung kebutuhan
 Melakukan percobaan
 Membuat peta
 Membuat model
 Merancang strategi
4 Analisis Artinya: menentukan bagian-bagian dari suatu masalah,
penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan
antar bagian tersebut
Contoh kegiatan belajar:
 Mengidentifikasi faktor penyebab
 Merumuskan masalah
 Mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi
 Membuat grafik
 Mengkaji ulang
5 Sintesis Artinya: menggabungkan berbagai informasi menjadi
satu kesimpulan/konsepatau meramu/merangkai
berbagai gagasan menjadi suatu hal yang baru
Contoh kegiatan belajar:
v   Membuat desain
v   Menemukan solusi masalah
v   Menciptakan produksi baru,dst.
6 Evaluasi Arti: mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-
buruk, bermanfaat-tidak bermanfaat
Contoh kegiatan belajar:
Mempertahankan pendapat
Membahas suatu kasus
Memilih solusi yang lebih baik
Menulis laporan,dst.

3. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif


            Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan,
pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti
pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan
evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata
dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar ranah
kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
            Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan
ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian
singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.
Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif  adalah:
1)      Ingatan (C1) yaitu  kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan kemampuan
menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode.
2)      Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal.
Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan,
menginterprestasikan.
3)      Penerapan (C3), yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring & menerapkan dengan tepat
tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan
menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan,
menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.
4)      Analisis (C4),  Kemampuan berfikir secara logis dalam  meninjau  suatu fakta/ objek
menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan  membandingkan, menganalisis,
menemukan, mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan.
5)      Sintesis (C5),  Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis sehingga
menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan,
menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan.
6)      Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap sustu
situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur
tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan,
mempertimbangkan dan menentukan.
            Contohnya siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan melukis jaring-
jaring kubus. Namun, untuk dapat melukis jaring-jaring kubus setidaknya diperlukan
pengetahuan (kognitif) tentang bentuk-bentuk jaring kubus dan cara-cara melukis garis-garis
tegak lurus.
B.     Pengertian Ranah Penilaian Afektif, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah
Penilaian Afektif
1.      Pengertian Ranah Penilaian Afektif
      Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah
memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran
pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah,
motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di
terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan
sebagainya.
      Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
(1)  receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5) characterization by evalue or
calue complex
      Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang
dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk
masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran
dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau
rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian
sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini
peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan
kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-
identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya:
peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus
disingkirkan jauh-jauh.
        Responding (= menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi
kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut
sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah
satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah
afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh
atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.
        Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu
tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah
merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam
kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai
yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, 
yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk
mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses
penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai
tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah
tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik
disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
        Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan
nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum.
Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem
organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai  lain., pemantapan dan
perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah
peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak
presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.
        Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan  suatu nilai atau
komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang,
yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai
telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara
konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat
efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah
memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki
sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga
membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat
diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki
kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah SWT yang tertera di Al-
Quran menyangkut disiplinan, baik kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan
kehidupan masyarakat.
      Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif
kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon,  Menghargai,
Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.
      Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif  seseorang terhadap kegiatan suatu
objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif),
menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada
seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan
dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi  berkenaan dengan
perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan
kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap   selalu bermakna bila
dihadapkan kepada objek tertentu.
      Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah
pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu,
pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan
pernyataan negatif.
      Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert,
pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh
subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.
2.      Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif
      Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah
afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang.
Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif
adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan.
Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka.
Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah
perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan
apakah perasaan itu baik atau buruk.
      Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif.
Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada
dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai
arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada
beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika,
situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan.
Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui.
Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut
cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes.
      Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat,
konsep diri, nilai, dan moral.

1)      Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu
yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap
dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan
konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan
sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk
merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap
peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran.
Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik
mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran.
Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk
pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran
menjadi lebih positif.
2)      Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman
yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan
keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar
bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk
karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.

Penilaian minat dapat digunakan untuk:


         mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
         mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
         pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
         menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas.
3)      Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan
dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti
ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti
sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam
suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi
peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan
motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri
adalah sebagai berikut:
         Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
         Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
         Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
         Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
         Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
4)      Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau
perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap
mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi,
sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan
perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat
dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek,
aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan
kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan
ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya
satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang
bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan
memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.
5)      Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang per-kembangan moral anak. Namun
Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Ia
hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema
hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau
perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain,
membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering
dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa
dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Ranah afektif lain yang penting adalah:
         Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan
orang lain.
         Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik.
         Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama
dalam memperoleh pendidikan.
         Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan
yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.
            Tabel  Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Afektif
Tingkat Contoh kegiatan pembelajaran
Penerimaan Arti : Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap
(Receiving) fenomena/stimult menunjukkan perhatian terkontrol dan
terseleksi
Contoh kegiatan belajar :
-sering mendengarkan musik
– senang membaca puisi
– senang mengerjakan soal matematik
– ingin menonton sesuatu
– senang menyanyikan lagu
Responsi Arti : menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu
(Responding) dengan/tentang fenomena setuju, ingin, puas meresponsi
(mendengar)
Contoh kegiatan belajar :
     mentaati aturan
      mengerjakan tugas
       mengungkapkan perasaan
      menanggapi pendapat
       meminta maaf atas kesalahan
        mendamaikan orang yang bertengkar
      menunjukkan empati
      menulis puisi
     melakukan renungan
     melakukan introspeksi

Acuan Nilai Arti : Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai,


( Valuing) termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti
Tingkatan : menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan
komitmen terhadap suatu nilai
Contoh Kegiatan Belajar :
 mengapresiasi seni
 menghargai peran
 menunjukkan perhatian
 menunjukkan alasan
 mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang antik
 menunjukkan simpati kepada korban pelanggaran HAM
 menjelaskan alasan senang membaca novel
Arti : mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu
Organisasi sistem menentukan saling hubungan antar nilai memantapkan
suatu nilai yang dominan dan diterima di mana-mana
memantapkan suatu nilaimyang dominan dan diterima di mana2
Tingkatan : konseptualisasi suatu nilai, organisasi suatu sistem
nilai
Contoh kegiatan belajar :
 rajin, tepat waktu
 berdisiplin diri  mandiri dalam bekerja secara independen
 objektif dalam memecahkan masalah
 mempertahankan pola hidup sehat
 menilai masih pada fasilitas umum dan mengajukan saran
perbaikan
 menyarankan pemecahan masalah HAM
 menilai kebiasaan konsumsi
 mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik antar-
teman

2.      Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif


      Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan
minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal
yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b)
pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif
kemampuan yang diukur adalah:
      Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,  kesadaran,
kerelaan, mengarahkan perhatian
      Merespon,  meliputi merespon secara  diam-diam, bersedia merespon, merasa  puas 
dalam merespon, mematuhi peraturan
      Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen
terhadap nilai
      Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak,
mengorganisasi sistem suatu nilai
      Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya.
Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar
berlangsung.
      Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala
Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran sejarah
7 6 5 4 3 2 1
Saya senang balajar sejarah
Pelajaran sejarah bermanfaat
Pelajaran sejarah membosankan
Dst….
                   Contoh Skala Likert: Minat terhadap pelajaran sejarah
1. Pelajaran sejarah bermanfaat SS S TS STS
1. Pelajaran sejarah sulit
1. Tidak semua harus belajar sejarah
1. Sekolah saya menyenangkan
Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
Contoh Lembar Penilaian Diri Siswa
Minat Membaca
Nama Pembelajar:_____________________________
No Deskripsi Ya/Tidak
1 Saya lebih suka membaca dibandingkan dengan
melakukan hal-hal lain
2 Banyak yang dapat saya ambil hikmah dari buku yang
saya baca
3 Saya lebih banyak membaca untuk waktu luang saya
4 Dst…………..

C. Pengertian Ranah Penilaian Psikomotorik, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran


Ranah Penilaian Psikomotorik
1. Pengertian Ranah Penilaian Psikomotor
            Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah
psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat,
melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan
oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam
bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan
hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan
berperilaku). Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar
psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai
dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan materi
kedisiplinan menurut agama Islam sebagaimana telah dikemukakan pada pembiraan
terdahulu, maka wujud nyata dari hasil psikomotor yang  merupakan kelanjutan dari hasil
belajar kognitif afektif itu adalah;
1)      peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama Islam tentang contoh-contoh
kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para ulama dan lain-
lain;
2)      peseta didik mencari dan membaca buku-buku, majalah-majalah atau brosur-brosur, surat
kabar dan lain-lain yang membahas tentang kedisiplinan
3)      peserta didik dapat memberikan penejelasan kepada teman-teman sekelasnya di sekolah, atau
kepada adik-adiknya di rumah atau kepada anggota masyarakat lainnya, tentang kedisiplinan
diterapkan, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat;
4)      peserta didik menganjurkan kepada teman-teman sekolah atau adik-adiknya, agar berlaku
disiplin baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat
5)       peserta didik dapat memberikan contoh-contoh kedisiplinan di sekolah, seperti datang ke
sekolah sebelum pelajaran di mulai, tertib dalam mengenakan seragam sekolah, tertib dan
tenag dalam mengikuti pelajaran, di siplin dalam mengikuti tata tertib yang telah ditentukan
oleh sekolah, dan lain-lain
6)      peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di rumah, seperti disiplin dalam belajar,
disiplin dalam mennjalannkan ibadah shalat, ibadah puasa, di siplin dalam menjaga
kebersihan rumah, pekarangan, saluran air, dan lain-lain
7)      peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di tengah-tengah kehidupan masyarakat,
seperti menaati rambu-rambu lalu lintas, tidak kebut-kebutan, dengan suka rela mau antri
waktu membeli karcis, dan lain-lain.
8)       peserta didik mengamalkan dengan konsekuen kedisiplinan dalam belajar, kedisiplinan
dalam beribadah, kedisiplinan dalam menaati peraturan lalu lintas, dan sebagainya.

2. Ciri-ciri Ranah Penilaian Psikomotor


            Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah
ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain
sebagainya.
Tabel  Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Psikomotorik
Tingkat Deskripsi
I. Gerakan Refleks Arti: gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak,
respons terhadap stimulus tanpa sadar.
Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan leher dan
kepala, menggenggam, memegang
Contoh kegiatan belajar:
– mengupas mangga dengan pisau
– memotong dahan bunga
– menampilkan ekspresi yang berbeda
– meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir
– meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa angin
II Gerakan dasar Arti: gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat Diperhalus
(basic fundamental melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat ditebak
movements) Contoh kegiatan belajar:
 Contoh gerakan tak berpindah: bergoyang, membungkuk,
merentang, mendorong, menarik, memeluk, berputar
  Contoh gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-
lahan, muluncur, berjalan, berlari, meloncat-loncat, berputar
mengitari, memanjat.
 Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok,
menggunting, menggambar dengan krayon, memegang dan
melepas objek, blok atau mainan.
 Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan
bola, menggambar.
III.GerakanPersepsi Arti : Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu
(Perceptualobilities kemampuan perseptual
) Contoh kegiatan belajar:
¨   menangkap bola, mendrible bola
¨   melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali sambil
menjaga keseimbangan
¨   memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang
ukurannya bervariasi
¨   membaca melihat terbangnya bola pingpong
¨   melihat gerakan pendulun menggambar simbol geometri
¨   menulis alfabet
¨   mengulangi pola gerak tarian
¨   memukul bola tenis, pingpong
¨   membedakan bunyi beragam alat musik
¨   membedakan suara berbagai binatang
¨   mengulangi ritme lagu yang pernah didengar
¨   membedakan berbagai tekstur dengan meraba
IV.Gerakan Arti: gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan
Kemampuan fisik belajar
(Psycal abilities) Contoh kegiatan belajar:
     menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu tertentu
berlari jauh
     mengangkat beban
     menarik-mendorong
     melakukan push-up
     kegiatan memperkuat lengan, kaki dan perut
menari
     
melakukan senam
     
     melakukan gerakan pesenam, pemain biola, pemain bola

V. gerakan terampil Arti: dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil,


(Skilledmovements tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit
) (kompleks)
Contoh kegiatan belajar:
 melakukan gerakan terampil berbagai cabang olahraga
 menari, berdansa
 membuat kerajinan tangan
 menggergaji
 mengetik
 bermain piano
 memanah
 skating
 melakukan gerak akrobatik
 melakukan koprol yang sulit
VI. Gerakan indah Arti: mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan
dan kreatif –       gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan
(Non-discursive indah
communicatio) –       gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi
untuk mengkomunikasikan peran
Contoh kegiatan belajar:
       kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis, menari
baletr
       melakukan senam tingkat tinggi
       bermain drama (acting)
      keterampilan olahraga tingkat tinggi

3.      Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotor


           Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan
(1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui (1) pengamatan
langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik
berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu
sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
           Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor
mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis
suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4)
kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang
diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
           Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar
psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat
dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik,
atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
           Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi   atau
pengamatan. Observasi  sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah
laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur
atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik
ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan
penggunaan alins ketika belajar.
           Observasi  dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih
dahulu harus menetapkan kisi-kisi  tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat
pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam
pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai 
tingkah laku   yang tampak  untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (√)
pada kolom jawaban hasil observasi.
           Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau
kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut   dapat berupa
tes paper and  pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
         Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini,           jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga 
peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan
atau berperaga seolah-olah  menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
         Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan  sesungguhnya dan
tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan
alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan
yang sebenarnya
Tes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika
peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat menggunakan  
daftar cek (check-list) ataupun  skala penilaian (rating scale).  Psikomotorik  yang diukur
dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari  sangat baik, baik, kurang,
kurang, dan tidak baik.
           Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor
adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan
praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan
dengan ranah psikomotor. Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes unjuk
kerja atau lembar tugas.
           Contohnya kemampuan psikomotor yang dibina dalam belajar matematika misalnya
berkaitan dengan kemampuan mengukur (dengan satuan tertentu, baik satuan baku maupun
tidak baku), menggambar bentuk-bentuk geometri (bangun datar, bangun ruang, garis,
sudut,dll) atau tanpa alat. Contoh lainnya, siswa dibina kompetensinya menyangkut
kemampuan melukis jaring-jaring kubus. Kemampuan dalam melukis jaring-jaring kubus
secara psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa dalam menggunakan peralatan
(jangka dan penggaris) saat melukis. Secara teknis penilaian ranah psikomotor dapat
dilakukan dengan pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan tes perbuatan.
           Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar
fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual,
diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4)
keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui
gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
Lembar observasi
Beri Tanda (√)
Nama Siswa Mengerjakan Tugas Tidak Mengerjakan Catatan Guru
(On-Task) Tugas (Off-Task)
Damar
Ayu
Dst…..
Tabel Instrumen (alat) Asesmen Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan numerical
Rating     Scale

Nama : …………………………………………….
Kelas : …………………………………………….
Petunjuk:
Berilah skor untuk setiap aspek kinerja yang sesuai dengan ketentuan berikut:
(4) bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
(3) bila aspek tersebut dilakaukan dengan benar tapi lama
(2) bila aspek tersebut dilakukan selesai tetapi salah
(1) bila dilakukan tapi tidak selesai
( 0 = tidak ada usaha)
No Aspek yang dinilai Skor
4 3 2 1
1. Berdiri tegak menghadap penonton
2. Mengubah ekspresi wjah sesuai dengan pernyataan
3. Berbicara dengan kata-kata yang jelas
4. Tidak mengulang-ulang pernyataan
5. Berbicara cukup keras untuk didengar penonton

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SOAL URAIAN (ESSAY)


            Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa
menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes
essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau
mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.
a.    Kelebihan Test Essay yaitu:
1. Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri.
2. Murid tidak dapat menerka- nerka jawaban soal.
3. Test ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses belajar
yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan test objektif.
4. Derajad ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat- kalimatnya.
5. Jawaban diungkapakan dalam kata- kata dan kalimat sendiri, sehingga test ini dapat
digunakan untuk melatih penyusunan kalimat dengan bahasa yang baik, benar, dan cepat.
6.  Test ini digunakan dapat melatih peserta didik untuk memilih fakta yang relevan
dengan persoalan, dan Sukar dinilai secara tepat mengorganisasikannya sehingga dapat
mengungkapkan satu hasil pemikiran yang terintegrasi secara utuh.
b. Kelemahan Test Essay yaitu:
1. Sukar dinilai secara tepat.
2. Bahan yang diukur terlalu sedikit, sehingga agak sulit untuk mengukur penguasaan
siswa terhadap keseluruhan kurikulum.
3. Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun internasional.
4. Membutuhkan waktu memeriksa hasilnya.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SOAL PILIHAN GANDA


            Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang
belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa
kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan. Tes pilihan ganda adalah bentuk test yang
mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat.
a.   Kelebihan Pilihan Berganda yaitu:
1. Hasil belajar yang sederhana sampai yang komplek dapat diukur.
2. Terstruktur dan petunjuknya jelas.
3. Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostik.
4. Tidak dimungkinkan untuk menerka jawaban.
5.  Dapat diaplikasikan dengan komputer baik penampilan soal dan perhitungan
nilainya, interaktif
 b.    Kelemahan Pilihan Berganda yaitu:
1. Menyusunnya membutuhkan waktu yang lama.
2. Sulit menemukan pengacau
3. Kurang efektif mengukur beberapa tipe pemecahan masalah, kemampuan untuk
mengorganisir dan mengekspresikan ide.
4. Kurang menggambarkan sebuah proses
5. Tingkat kemampuan yang terukur sangat terbatas
6. Jumlah soal harus banyak agar dapat mewakili semua materi yang telah dipelajari
7.  Nilai dapat dipengaruhi dengan kemampuan baca.
KAIDAH PENULISAN SOAL
1)      Kaidah Penulisan Soal uraian
         Soal sesuai indicator
         Batas pertanyaan dan jawaban yang di harapkan sudah sesuai
         Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah atau tingkat sekolah
         Menggunakan kata Tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian
         Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
         Ada pedoman penskoranya
         Table,gambar, grafik, peta atau yang sejenisnya disajikan dengn jelas dan terbaca
         Rumusan kalimat soal komunikatif
         Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku
         Tidak menggunakan kata/uangkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian
         Tidak menggunkan bahasa yang berlaku setempat/tabu
         Rumusan soal tidak mengandung kata/uangkapan yang dapat menyinggung perasaan siswa
2)      Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda
         Soal harus sesuai dengan indicator
         Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas
         Pokok soal jangan member arah jawaban yang benar
         Pokok soal sebaiknya tidak mengandung pertanyaan yang bersifat hegasi, apalagi negasi
ganda
         System soal sebaiknya bukan kalimat Tanya
         Bahasa yang digunakan harus komunikatif dan tidak bermakna ganda
         Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunkan untuk daerah
lain atau nasional
         Butir soal jangan bergantung pada soal sebelumnya
         Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar
         Pengecoh harus berfungsi
         Pilihan jawaban harus homogeny dan logis ditinjau dari segi materi
         Panjang rumusan pilihan jawaban harus relative sama
         Pilihan jawaban mengandung peryataan”semua pilihan jawaban di atas benar atau salah”
         Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar
kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya
         Gambar, grafik, table, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan
berfungsi

TEKNIK PENILAIAN 
A. PENGERTIAN TEKNIK PENILAIAN 
Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan sebagai sarana untuk memperoleh
informasi tentang keadaan belajar siswa. Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan
dengan tujuan melakukan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan siswa, dan
banyaknya jumlah materi yang sudah disampaikan. 

Teknik penilaian dalam uraian ini maksudnya adalah metode atau cara penilaian yang dapat
digunakan untuk mendapatkan informasi. Teknik penilaian yang memungkinkan dan dapat dengan
mudah digunakan misalnya adalah: (1) tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2) observasi atau pengamatan,

(3) wawancara.  

1. Teknik penilaian melalui tes 


a)  Tes tertulis 

Tes tertulis yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab siswa   dengan memberikan jawaban tertulis.
Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

>tes objektif, misalnya bentuk pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar-salah, dan bentuk
menjodohkan;

>tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya dapat dilakukan secara objektif) dan
tes uraian non-objektif (penskorannya sulit dilakukan secara objektif). 

b)  Tes lisan 

Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung
antara guru dan siswa. Tes ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah: (1) dapat
menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki siswa, sikap, serta kepribadiannya karena
dilakukan secara berhadapan langsung; (2) bagi siswa yang kemampuan berpikirnya relatif lambat
sehingga sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat
menolong sebab siswa dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud; (3) hasil
pengetesan dapat langsung diketahui siswa. Kelemahannya adalah (1) subjektivitas pengetesan
(Tutor) sering mencemari hasil tes, (2) waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama. 

c)  Tes perbuatan 

Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan
pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan. Penilaian tes perbuatan
dilakukan sejak siswa melakukan persiapan melaksanakan tugas, sampai dengan hasil akhir yang
dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan,
disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya
menggunakan format pengamatan individual. Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan secara
kelompok sebaiknya menggunakan format tertentu yang sudah disesuaikan untuk keperluan

pengamatan kelompok.  

2. Teknik penilaian melalui observasi atau pengamatan  


Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan tutor/guru untuk mendapatkan informasi tentang
siswa dengan cara mengamati tingkah laku dan kemampuannya selama kegiatan observasi
berlangsung. Observasi dapat ditujukan kepada siswa secara perseorangan ataupun kelompok. Datam
kegiatan observasi perlu dipersiapkan format pengamatan. Di dalam format perigamatan di antaranya
berisi: (1) perilaku-perilaku atau kemampuan yang akan dinilai, (2) batas waktu pengamatan.

Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah
lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat
misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu
murid olah raga, upacara dan lain-lain.

a)      Cara dan Tujuan Observasi

Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:

1. Observasi partisipatif dan nonpartisipatif

Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil
bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi
nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya.
Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi
partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya
sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.

2. Observasi sistematis dan observasi nonsitematis

Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang
berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi nonsistematis yaitu
apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati. Contoh observasi
sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru
melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang:
kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-
kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga. Kalau observasi
nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak
yang sedang menanam bunga.

3. Observasi Eksperimental

Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis.
Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang
sengaja diadakan. Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:

-Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.

-Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.

-Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan
pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan
data

b)      Sifat Observasi

-Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:

-Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran

-Direncanakan secara sistematis

-Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan

-Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya.

c)      Kelebihan dan Kelemahan Observasi

Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:

Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak. Dalam observasi memungkinkan
pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting. Observasi dapat
dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara
atau angket. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang
diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.

Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: Observer tiidak
dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang
diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya
mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira,
dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan. Apabila si objek yang
diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-
buat, agar observer merasa senang. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat
dapat dikontrol sebelumya.

d)     Langkah-langkah menyusun observasi :

1.      Merumuskan tujuan

2.      Merumuskan kegiatan

3.      Menyusun langkah-langkah

4.      Menyusun kisi-kisi

5.      Menyusun panduan observasi

6.      Menyusun alat penilaian  

4. Teknik penilalan melalui wawancara 


Teknik wawancara pada suatu segi mempunyai kesamaan arti dengan tes lisan yang telah diuraikan di
atas. Teknik wawancara ini diperlukan tutor/guru untuk tujuan mengungkapkan atau mengejar lebih
lanjut tentang hal-hal yang dirasa tutor/guru kurang jelas informasinya. Teknik wawancara ini dapat
pula digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran yang dialami siswa tanpa ada maksud untuk
menilai.

Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai
dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama,
wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara
bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah
wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu
yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.

Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik
secara langsung (face to pace relition) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang
lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat
penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :

Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya
pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai

a) Keterampilan pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan,
karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara.

b) Pedoman wawancara

Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru
melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan
yang akan diajukan.

c)      Langkah-langkah penyusunan wawancara :

1.      Perumusan tujuan

2.      Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai

3.      Penyusunan kisi-kisi

4.      Penyusunan pedoman wawancara

5.      Lembaran penilaian

d) Kelebihan dan kelemahan wawancara

Kelebihan wawancara yaitu :

-Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik
antara pewawancara dengan objek

-Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya

-Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi

-Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi
dan angket.

-Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.

Sedangkan Kelemahan wawancara:

-Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai

-Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara

-Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara

-Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara 


e) Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:

-Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara
berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic Interview).

-Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancata
sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau
wawancara bebas.

f) Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu:

-Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai back ground tentang  apa yang akan
ditanyakan

-Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara tersebut

-Harus menjaga hubungan yang baik

-Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya

-Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas

-Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara

-Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber data

-Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama

-Guru harus mengobrol dalam wawancara

-Batasi waktu wawancara

-Hindari penonjolan aku dari guru   


Tabel 1. Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen

Teknik Penilaian Bentuk Instrumen

• Tes tertulis • Tes pilihan: pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan


dll.

• Tes isian: isian singkat dan uraian

• Tes lisan • Daftar pertanyaan

• Tes praktik (tes kinerja) • Tes identifikasi


• Tes simulasi

• Tes uji petik kinerja

• Penugasan individual atau kelompok • Pekerjaan rumah

• Projek

• Penilaian portofolio • Lembar penilaian portofolio

• Jurnal • Buku cacatan jurnal

• Penilaian diri • Kuesioner/lembar penilaian diri

• Penilaian antarteman • Lembar penilaian antarteman

TEKNIK PENILAIAN NON TES

Penilaian hasil belajar dapat menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang
harus dikuasai. Ditinjau dari tekniknya, penilaian dibagi menjadi dua yaitu tes dan non tes.

Teknik Nontes
      Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap,
atau kepribadian. Selama ini teknik nontes kurang digunakan  dibandingkan teknis tes. Dalam proses
pembelajaran pada umumnya kegiatan  penilaian mengutamakan teknik tes. Hal ini dikarenakan lebih
berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan guru pada
saat menentukan siswa.  Seiring dengan berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang
didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar maka teknik penilaian harus disesuaikan dengan:
-  kompetensi yang diukur;
-  aspek yang akan diukur, pengetahuan, keterampilan atau sikap;
-    kemampuan siswa yang akan diukur;
-    sarana dan prasarana yang ada.

      Teknik penilaian nontes dapat dikelompokkan sebagai berikut:


a.  Pengamatan/observasi
Pengamatan/observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik dengan menggunakan indera
secara langsung. Observasi dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya.
Contoh aspek yang diamati pada pelajaran Matematika:
         ketelitian;
         kecepatan kerja;
         kerjasama;
         kejujuran.

Contoh aspek yang diamati pada pelajaran Bahasa Indonesia


         kerapian dan kebenaran tulisan;
         kesantunan berbahasa;
         kecermatan berbahasa.

Contoh aspek yang diamati pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan;


         kedisiplinan;
         tanggung jawab;
         kerjasama;
         inisiatif;
         toleransi;
         kebersihan dan kerapihan.

Alat/instrumen untuk penilaian melalui pengamatan dapat menggunakan skala sikap dan atau angket
(kuesioner).
Skala sikap
Skala sikap adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa sejumlah pernyataan sikap tentang sesuatu yang
jawabannya dinyatakan secara berskala, misalnya skala tiga, empat atau  lima.

Pengembangan skala sikap dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.


1)      Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya misalnya sikap terhadap kebersihan.
2)      Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan objek penilaian sikap. Misalnya :
menarik, menyenangkan, mudah dipelajari dan sebagainya.
3)      Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala.
4)      Menentukan skala dan penskoran.
Contoh  :
Penilaian skala sikap terhadap kebersihan.
Skala
No Pernyataan
1 2 3 4 5
1. Rumah sebaiknya dirawat kebersihannya setiap
hari
2. Kebersihan rumah menjadi tanggung jawab
semua anggota keluarga
3. Ruang kelas perlu dijaga kebersihannya setiap
hari
4. Kebersihan ruang kelas menjadi tanggung jawab
setiap anggota kelas
5. Setiap siswa sebaiknya melaksanakan tugas
piket dengan penuh rasa tanggung jawab
6. Anak yang lalai melaksanakan tugas piket harus
menggantinya pada waktu lain
7. Ketua kelas tidak perlu melaksanakan tugas piket
karena sudah bertugas mengatur kegiatan kelas

Keterangan :
1.      sangat tidak setuju
2.      tidak setuju
3.      kurang setuju
4.      setuju
5.      sangat setuju
Angket (kuesioner)
Angket adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa daftar pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi
tentang sesuatu, misalnya tentang latar belakang keluarga siswa, kesehatan siswa, tanggapan siswa terhadap
metode pembelajaran, media, dan lain-lain.
Contoh angket
Nama                     : ………………………..
Kelas                     : ………………………..
Petunjuk Pengisian angket!
Pilihlah salah satu jawaban yang sesusai dengan Anda dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau
d.
1.      Air minum di keluargamu berasal dari  ....
a.       sumur
b.      kemasan
c.       hujan
d.      sungai
2.      Air mandi di keluargamu berasal dari  ....
a.       sumur
b.      kemasan
c.       hujan
d.      sungai
 3. Buku dan alat tulismu disiapkan oleh ....

a. orang tua
b. pembantu
c. kakak
d. saya sendiri

4.  Tempat tidurmu dirapikan oleh ....


a.       orang tua
b.      pembantu
c.       kakak
d.      saya sendiri
5. Setiap hari rumahmu dibersihkan oleh ....

a. orang tua
b. pembantu
c. saudara
d. seluruh anggota keluarga

      Contoh  Angket Pendidikan Kewarganegaraan (Kelas VI/1)


si  Dasar   :     Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
dalam kehidupan sehari-hari
              :     Mencontoh nilai persatuan dan kesatuan dalam kehidupan sehari-hari
Nama siswa                       : .................................
Jenis kelamin                     : ..................................
Kelas                                 : ..................................
Petunjuk Pengisian angket!
Lingkari pada pernyataan (Ya/tidak) yang sesuai dengan pilihan Anda .

1. Mencontoh nilai persatuan

         Dalam berteman memilih-milih berdasarkan suku, ras, agama.    Ya /Tidak


         Menghargai pendapat orang lain                                                   Ya/Tidak
         Membuat kelompok belajar                                                           Ya/Tidak
         Suka bertengkar dengan teman                                                     Ya/Tidak
         Mengejek teman yang kurang beruntung                                      Ya/Tidak

2. Mencontoh nilai kesatuan

         Ikut lomba tarian daerah tingkat propinsi.                                    Ya /Tidak


         Mengikuti jambore Tingkat Nasional                                            Ya/Tidak
         Tidak peduli terhadap bencana alam yang menimpa
teman di propinsi lain                                                                    Ya/Tidak
         Merusak cagar budaya alam                                                          Ya/Tidak
         Melaksanakan upacara bendera dengan tertib                              Ya/Tidak

b. Penugasan

Penilaian dengan penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan
tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penilaian dengan penugasan dapat diberikan dalam bentuk
individual atau kelompok.  Penilaian dengan penugasan dapat  berupa tugas atau proyek.
Tugas
Tugas adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara terstruktur di luar kegiatan kelas, misalnya tugas
membuat ringkasan cerita, menulis puisi, menulis cerita, mengamati suatu obyek, dan lain-lain. Hasil
pelaksanaan tugas ini bisa berupa hasil karya, seperti: karya puisi, cerita; bisa pula berupa laporan, seperti:
laporan pengamatan.

Pelaksanaan pemberian tugas perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:


1)      Banyaknya tugas setiap mata pelajaran diusahakan agar tidak memberatkan siswa karena memerlukan waktu
untuk istirahat, bermain, belajar mata pelajaran lain, bersosialisasi dengan teman, dan lingkungan sosial lainnya.
2)      Jenis dan materi pemberigan tugas harus didasarkan kepada tujuan pembemberian tugas yaitu untuk melatih
siswa menerapkan atau menggunakan hasil pembelajarannya dan memperkaya wawasan pengetahuannya.
Materi tugas dipilih yang esensial sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan hidup yang sesuai
dengan bakat, minat, kemampuan, perkembangan, dan lingkungannya.
3)      Diupayakan pemberian tuga dapat mengembangkan kreatifitas dan rasa tanggung jawab serta kemandirian.

      Proyek
Proyek adalah suatu  tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan  secara tertulis
maupun lisan dalam waktu tertentu.
Contoh proyek antara lain: melakukan pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, percobaan foto
sintesis tumbuhan dan perkembangan tanaman, mengukur tinggi pohon dan lebar sungai  menggunakan
klinometer.

Contoh keterampilan yang dinilai dalam pelaksanaan suatu proyek


1. Tahap Persiapan      : kemampuan membuat perencanaan,
                                     merancang kegiatan, dan mengembangkan suatu ide.
2. Tahap Produksi       : kemampuan memilih dan menggunakan bahan,
                                      peralatan, dan langkah-langkah kerja.
3. Tahap Pelaporan      : kemampuan melaporkan hasil pelaksanaan proyek,
                                      kendala yang dihadapi, kelengkapan dan keruntutan
                                      laporan.

Persiapan Pelaksanaan Pelaporan


No. Nama Nilai Akhir
0 – 20 0 – 40 0 – 40

1. Mirna Sari Dewi 18 35 37 80


c. Produk

Penilaian produk adalah suatu  penilaian terhadap keterampilan menghasilkan suatu produk dalam waktu
tertentu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan baik dari segi proses maupun hasil akhir. 
  Tahap-tahap penilaian produk
1)      Tahap Persiapan, meliputi: penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam hal  merencanakan,  menggali
dan mengembangkan gagasan serta mendesain produk
2)      Tahap Pembuatan, meliputi: penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan
bahan, alat, dan teknik
3)      Tahap Hasil, meliputi penilaian terhadap  kemampuan peserta didik membuat produk sesuai kegunaan dan
kriteria yang telah ditentukan
Contoh Produk Pendidikan Kewarganegaraan (Kelas V/1)
si  Dasar   :     Memberikan contoh peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah, seperti pajak, anti korupsi, lalu lintas,
larangan merokok.
              :     Membuat rambu lalu lintas                     -
                 :     Siswa dibentuk dalam kelompok, setiap kelompok lima orang. Kelompok bertugas untuk membuat sebuah produk
salah satu rambu lalu lintas
(1)   Tahap Persiapan
a.       Kelompok menyediakan alat-alat untuk membuat rambu lalu lintas misal kertas, triplek, kayu, lem, cat, pewarna,
penggaris, dan sebagainya.
b.      Kelompok membagi tugas sesuai rencana memproduk rambu lalu lintas (semua anggota kelompok mempunyai
beban tugas masing-masing)
(2)       Tahap pembuatan
a.       Masing-masing anggota kelompok mengerjakan tugasnya
b.      Menggabungkan hasil kerja individu untuk menjadi sebuah produk rambu lalu lintas
c.       Merapikan, memperindah hasil produk rambu lalu lintas.
(3)       Tahap pemajangan
a.       Mempresentasikan proses produk rambu lalu lintas
b.      Menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang proses produksi
c.       Memajang produk di kelas

No Persiapan Produksi Pemajangan Nilai


Nama
. 0 – 20 0 - 50 0 – 30 Akhir

1. Kelompok I 15 45 30 90

2. Kelompok II 20 50 30 100

d. Portofolio

1)  Pengertian
Portofolio merupakan kumpulan karya siswa yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil
selama proses pembelajaran. Portofolio digunakan oleh pendidik dan siswa untuk memantau perkembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa dalam mata pelajaran tertentu. Portofolio menggambarkan
perkembangan prestasi, kelebihan dan kekurangan kinerja siswa, seperti kreasi kerja dan  karya siswa lainnya.
2)   Bagian-bagian Portofolio
Bentuk fisik dari portofolio adalah folder, bendel, atau map yang berisikan dokumen. Agar portofolio siswa mudah
dianalisis untuk kepentingan penilaian, maka idealnya perlu diorganisir dalam beberapa bagian sebagai berikut.
a)    Halaman Judul

      Pada halaman depan map portofolio adalah judul atau cover portofolio berisi nama siswa, kelas, dan sekolah.

b)    Daftar isi dokumen

      Pada halaman dalam dari judul berisi daftar isi dokumen yang berada dalam map portofolio.

c)    Dokumen Portofolio

      Bendel dokumen portofolio berisi kumpulan semua dokumen siswa baik hasil karya siswa, lembar kerja
(worksheet), koleksi bacaan, koleksi lukisan, maupun lembaran-lembaran informasi yang dipakai dalam kegiatan
belajar mengajar.

d)    Pengelompokan  Dokumen

      Dokumen-dokumen dalam portofolio perlu dikelompokkan, misalnya berdasarkan mata pelajaran, sehingga
mudah untuk mendapatkannya bila diperlukan. Agar kelompok dokumen mudah diorganisir, maka perlu diberi
pembatas, misalnya dengan kertas berwarna. Batasan tersebut sangat berguna untuk memisahkan antara
dokumen satu kelompok dengan kelompok yang lain. Tidak semua berkas karya siswa didokumentasikan tetapi
hanya karya siswa yang terpilih saja. Penentuan karya siswa yang terpilih merupakan kesepakatan antara
pendidik dan siswa.  

e)    Catatan Pendidik dan Orangtua

      Pada dokumen yang relevan baik yang berupa lembar kerja, hasil karya, maupun kumpulan dokumen yang
dipelajari siswa terutama yang berupa tugas dari pendidik harus terdapat catatan/komentar/nilai dari pendidik
dan tanggapan orang tua. Lebih baik lagi jika terdapat catatan/tanggapan siswa yang bersangkutan, dengan
demikian pada setiap dokumen terdapat informasi lengkap tentang masukan dari pendidik dan tanggapan dari
orang tua. Setiap siswa juga dapat memasukkan dokumen yang diperoleh secara mandiri, misalnya diperoleh
dari buku bacaan atau majalah yang membuat anak tertarik untuk mempelajari atau mengoleksinya. Sehingga
dalam portofolio siswa, dokumen tidak hanya berasal dari pendidik atau pelajaran semata, tetapi juga bisa berisi
kumpulan koleksi siswa yang bersangkutan sesuai dengan minat dan bakatnya. Dengan demikian, portofolio
siswa akan berbeda antara satu dengan yang lain, tergantung dari keaktifan siswa dalam mengembangkan
bakat dan minatnya serta keaktifannya dalam belajar. Dari portofolio ini diperoleh informasi tentang bakat dan
minat, kelebihan dan kekurangan dari setiap siswa yang sangat membantu pendidik dalam melakukan
pembinaan kemampuan individu.

      Catatan pendidik, siswa, dan orang tua dapat langsung dituliskan pada dokumen yang ada, atau ditulis secara
terpisah pada kertas kecil yang ditempelkan atau disatukan pada dokumen.

     Contoh catatan pendidik, siswa dan orang tua pada hasil menggambar yang dimasukkan sebagai dokumen
portofolio adalah sebagai berikut.
Catatan/Tanggapan
Pendidik Siswa Orang Tua/Wali Murid
Bentuk artistik bagus, teknik Waktunya kurang! Perlu banyak berlatih.
pewarnaan perlu
ditingkatkan.

3)   Penggunaan Portofolio


Perlu ditegaskan bahwa portofolio bukan menggantikan sistem penilaian yang ada. Portofolio yang berisi
dokumen-dokumen selama siswa belajar dalam kurun waktu tertentu, dipilih kembali untuk dilampirkan dan
dilaporkan kepada orang tua bersama rapor.
Pada akhir suatu periode, misalnya semester, portofolio dianalisis dan hasil analisis berupa catatan komentar
guru tentang informasi proses dan hasil belajar siswa selama periode tersebut

Anda mungkin juga menyukai