Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

GELOMBANG BERJALAN DAN STATIONER

(KD 3.9)

disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fisika Sekolah II

Dosen :

Drs. Parlindungan Sinaga, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Dafa Auda Fasha 1703508
Miftah Nur Wulan 1704383

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2019
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsif, dan pro-aktif), dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
A. Kompetensi Dasar
3.9 Menganalisis besaran-besaran fisis gelombang berjalan dan gelombang stationer
pada berbagai kasus nyata.

B. Materi Pokok
1. Persamaan gelombang berjalan
2. Kecepatan dan percepatan gelombang berjalan
3. Sudut fase, fase, dan beda fase gelombang berjalan
4. Azas huyygens
5. Persamaan gelombang stationer
6. Gelombang stasioner pada dawai ujung bebas
7. Gelombang stasioner pada dawai ujung terikat
8. Fenomena gelombang berjalan dan gelombang stasioner dalam kehidupan sehari-hari
C. Peta Konsep

Gelombang

Berdasarkan Amplitudo

Gelombang Gelombang
Berjalan stasioner

Memiliki Besaran Fisis Memiliki Jenis

Panjang Percepatan Frekuensi Fase Beda Fase


Gelombang Getaran

Kecepatan Amplitudo Periode Sudut


getaran Fase

Gelombang Gelombang
Stasioner Ujung Stasioner
Terikat Ujung Bebas

D. Materi Uraian
1. Gelombang
Gelombang merupakan rambatan energi melalui medium yang elastis tanpa disertai
dengan perpindahan materi ke arah rambatnya, contohnya adalah gelombang yang
terbentuk pada permukaan air.
a. Gelombang Berjalan
1) Gelombang Berjalan

Pada kehidupan sehari-hari, kita sering kali melihat ada orang yang sedang
memberikan usikan pada tali. Ketika tali tersebut diberi usikan, getarannya akan
merambat dan menghasilkan gelombang dengan amplitudo tetap di setiap titik yang
dilalui gelombang.

2) Persamaan Gelombang Berjalan


Jika ujung salah satu tali Anda ikatkan pada beban yang tergantung pada pegas
vertikal dan pegas anda digetarkan naik-turun, getaran pegas akan merambat pada
tali, membentuk seperti yang ditunjukan pada Gambar 1.1

Gambar 1.1
Sumber : Buku Fisika SMA/MA kelas XI

Misalkan titik asal getaran O telah bergetar naik-turun selama t sekon. Persamaan
gelombang untuk titik O sesuai dengan persamaan simpangan getaran harmonik
sederhana dengan sudut fase awal θ0 = 0o, yaitu

y = A sin ωt
Sehingga persamaan gelombang berjalan di titik p yang berjarak x dari titik asal
menjadi.
yp = A sin ωtp
Titik p yang terletak sejauh x di sebelah kanan titik O akan ikut bergetar beberapa
saat kemudian setelah gelombang yang merambat dari titik O mencapai titik p. Jika
gelombang merambat dari titik O ke titik P dalam arah sumbu x positif membutuhkan
waktu x/v dan jika titik O telah bergetar selama t sekon, maka titik p baru akan
bergetar selama tp = t - x/v. Sehingga
yp = A sin ωtp

x
yp = A sin ω (t - )
v

x
yp = A sin (ωt – ω )
v

ω 2 πf 2π
Dengan
v
= λf
= λ
maka

2 πx
yp = A sin (ωt – ¿ )
λ

Dengan mendefinisikan k sebagai 0)00000)0000))
maka )
λ

2 πx
yp = A sin (ωt – )
λ

yp = A sin (ωt – kx)

selain persamaan diatas, apabila ω di tulis menjadi ω = 2𝜋f maka

x
yp = A sin ω (t - )
v

x
yp = A sin 2𝜋f (t - )
v

t x
yp = A sin 2𝜋 ( - f )
T v
berdasarkan persamaan v = fλ, maka f/v = 1/λ sehingga

t x
yp = A sin 2𝜋 ( - )
T λ

t x
yp = A sin 2𝜋 ( - )
T λ
jika gelombang merambat ke sumbu x negatif, maka persamaan umumnya ditulis
yp = A sin (ωt + kx)

t x
yp = A sin 2𝜋 ( + )
T λ

jika arah getar pertama ke atas, maka amplitudo bernilai positif, jika arah getar
pertama ke bawah maka amplitudo bernilai negative

3) Kecepatan dan Percepatan Getar Partikel Gelombang Berjalan


a) Kecepatan Getar Partikel pada Gelombang Berjalan
Pada gelombang berjalan, Anda telah mengetahui bahwa selama
gelombang merambat, partikel-partikel sepanjang tali, misalnya titik P (lihat
kembali gambar 1.1) hanya bergerak harmonik naik turun. Jika simpangan titik P
terhadap waktu t diketahui, maka kecepatan partikel ditik P bisa dihitung dengan
cara turunan (diferensial), seperti telah diketahui salah satu bentuk persamaan
simpangannya adalah yp = A sin (ωt - kx) dengan arah getar pertama ke atas dan
arah rambat ke kanan (sumbu x positif). Dari persamaan tersebut, maka dapat
diperoleh persamaan kecepatan getar partikel yang dilalui gelombang sebagai
berikut.
d yp
vp =
dt

d [ A sin ( ωt −kx ) ]
vp =
dt

v p = Aωcos (ωt−kx)

Kecepatan getar partikel akan bernilai maksimum jika nilai cos (wt - kx) = 1,
sehingga
vp maks = Aω

b) Percepatan Getar Partikel pada Gelombang berjalan


Dengan mengetahui kecepatan getar partikel, maka dapat diketahui pula
percepatan getar partikel yang dilalui gelombang sebagai berikut.

d vp
a p=
dt

d [ Aω cos ( ωt−kx ) ]
a p=
dt

ap = - ω2 A sin (ωt - kx)

Percepatan getar partikel akan bergerak maksimum jika nilai sin (wt - kx) = -1,
sehingga
ap = ω2 A

4) Sudut Fase, Fase, dan Beda Fase


a) Sudut Fase
Pada persamaan gelombang berjalan yang telah didapatkan tadi, yaitu

y p= A sin ( ωt – kx )

y p= A sin 2 π ( Tt − xλ )
t x
terdapat besar sudut dalam fungsi sinus 2𝜋 ( - ) yang disebut dengan sudut fase
T λ
gelombang (θ) sehingga

θ B=( ωt – kx )=2 π ( Tt − xλ )
b) Fase
Penjelasan mengenai suatu tahap yang telah dicapai oleh suatu gerak yang
terus menerus/berkala seperti gelombang dengan membandingkan dengan gerak
gelombang lain yang sejenis dengan frekuensi yang sama disebut fase. Hubungan
sudut fase θ dengan fase φ adalah θ p =2 π φ p maka

φ p= ( Tt − xλ )
c) Beda Fase

Gambar 1.2 beda fase gelombang berjalan.


Sumber : Buku Fisika SMA/MA kelas XI

Untuk titik A yang berjarak xa dari titik asal getaran O dan titik lain, B yang
berjarak xb dari titik asal getaran O, maka beda fase antara titik A dan B adalah

t xb t x
Δ φ=φb−φa= ( )(
− − − a
T λ T λ )
x b x a Δx
Δφ= − =
λ λ λ
Dengan xb > xa
b. Gelombang stasioner
1) Pengertian gelombang stasioner
Gelombang tegak yang disebut juga sebagai gelombang stasioner,
gelombang berdiri, atau gelombang diam adalah gelombang yang terbentuk dari
hasil perpaduan atau interferensi dua buah gelombang yang memiliki amplitudo
dan frekuensi sama, tetapi arahnya berlawanan. (Supriyanto, 2007).
Contoh gelombang stasioner adalah gelombang pada tali yang dikaitkan
pada tiang dan digetarkan berulang-ulang. Gelombang datang akan berinteraksi
dengan gelombang pantulan yang berlawanan arah membentuk sebuah gelombang
berdiri. Gambar 1.3 menunjukkan perbedaan antara gelombang berjalan dan
gelombang stasioner.

(gelombang berjalan) (gelombang stasioner)


Gambar 1.3
Sumber : Internet

Terdapat titik-titik yang bergetar dengan amplitudo maksimum yang


disebut perut, dan terdapat titik-titik yang bergetar dengan amplitudo minimum
(nol) yang disebut simpul. Titik simpul pada gelombang berjalan selalu berubah
sesuai penjalaran gelombang, sedangkan titik simpul gelombang berdiri selalu
tetap posisinya.

2) Gelombang stasioner pada dawai ujung bebas


Pengertian dawai ujung bebas adalah dawai dengan ujung pemantul yang
dapat bergerak bebas naik atau turun mengikuti arah getar gelombang datang.
Oleh karena itu, pada dawai ujung bebas, fase gelombang datang sama dengan
fase gelombang pantul pada dawai ujung bebas seperti tampak Gambar 1.4.
Gelombang merambat dari titik asal getaran O sepanjang dawai l dan melewati
titik P yang berjarak x dari ujung pemantul Q.
P

Gambar 1.4
Sumber : Internet

Persamaan gelombang datang di titik P, x p = (l – x) adalah


y 1 = A sin (k x p – ωt) = A sin [k (l – x) – ωt]
Persamaan gelombang pantul di titik P, x p = (l + x)
y 2 = A sin (k x p – ωt) = A sin [k (l + x) – ωt]
Pada titik P terjadi perpaduan antara gelombang datang y 1 dan gelombang
pantul y 2, maka
y p = y1 + y2
= A sin (k (l – x) – ωt) + A sin (k(l + x) – ωt)
= A [sin (k (l – x) – ωt) + sin (k(l + x) – ωt)]

Dari bantuan trigonometri, dinyatakan bahwa

sin α + sin β=2 sin ( α +2 β ) cos ( α−2 β )


Kemudian dengan mengganti α = k (l – x) – ωt dan β = k (l + x) – ωt pada
persamaan trigonometri maka

( k (l – x )– ω t )+(k (l+ x)– ω t ) ( k (l – x )– ω t )−


sin( k (l – x) – ω t)+sin(k (l+ x) – ω t )=2 sin ( 2 ) (
cos

sin( k (l – x) – ω t)+sin( k (l+ x)– ω t )=2 sin ( 2 kl−22 ωt ) cos( −22kx )


sin( k (l – x) – ω t)+sin( k (l+ x)– ω t )=2 cos kx sin(kl −ωt)
Sehingga :
y p = A [sin (k (l – x) – ωt) + sin (k (l + x) – ωt)]
= 2 A cos kx sin(kl−ωt)
Amplitudo gelombang stasioner pada dawai ujung bebas bergantung pada
jarak suatu titik terhadap ujung pemantul (x), yaitu
2 πx
A p = 2 A cos kx = 2A cos
λ
Berdasarkan persamaan di atas, kita dapat menentukan letak perut dan simpul
gelombang stasioner pada dawai ujung bebas sebagai berikut.
a) Letak Perut dari Ujung Pemantul

2 πx
Perut atau amplitudo maksimum, yaitu A p = 2A terjadi jika cos = ±1 ,
λ

2 πx
maka cos =±1
λ
2 ðx
=nπ
λ
1
x = n ( λ ) dengan n = 0, 1, 2, 3, ....
2
1
Oleh karena itu, perut terjadi pada saat x = (bilangan cacah) x λ , yaitu x =
2

1 3
0, λ ,λ, λ , . . . dari titik pantul.
2 2

b) Letak Simpul dari Ujung Pemantul

2 πx
Simpul atau amplitudo minimum, yaitu A p = 0 terjadi jika cos = 0, maka
λ

2 πx
cos =0
λ
2 πx π
=(2 n+1)
λ 2
1
x = (2 n+1) ( λ) dengan n = 0, 1, 2, 3, ....
4
1
Oleh karena itu, simpul terjadi jika x = (bilangan ganjil) x λ , yaitu pada
4

1 3 5
posisi x = λ, λ , λ, . . . dari titik pantul.
4 4 4

3) Gelombang stasioner pada dawai ujung terikat

Pengertian dawai ujung terikat atau tetap adalah dawai dengan ujung
pemantul yang tidak dapat bergerak bebas mengikuti arah getar gelombang datang
sehingga terjadi pembalikan fase. Oleh karena itu, pada dawai ujung terikat, sudut
fase gelombang datang dan gelombang pantul berbeda sebesar π radian.
Perhatikan gelombang datang dan gelombang pantul pada dawai ujung terikat
seperti tampak pada Gambar 1.5.

Gambar 1.5
Sumber : Internet

Persamaan gelombang datang di titik P, x p = (l – x) adalah


y 1 = A sin (k x p – ωt) = A sin [ k (l – x) – ωt]
Persamaan gelombang pantul di titik P, x p = (l + x) dan beda sudut fase
Δ θ=π radian adalah
y 2 = A sin (k x p – ωt + π) = A sin [ k (l + x) – ωt + π]
Karena menurut aturan trigonometri sin (α +π ) = - sin α, maka
y 2 = - A sin [k(l + x) – ωt]
Pada titik P terjadi perpaduan antara gelombang datang y 1 dan gelombang
pantul y 2, maka
y p = y1 + y2
= A sin (k(l – x) – ωt) + [- A sin {k(l + x) – ωt}]
= A [sin (k(l – x) – ωt) - sin (k(l + x) – ωt)]
Berdasarkan aturan pengurangan fungsi sinus, yaitu

sin α −sin β=2 cos ( α +2 β ) sin ( α −β


2 )
Kemudian dengan mengganti α = k (l – x) – ωt dan β = k (l + x) – ωt pada
persamaan trigonometri maka
sin ( k ( l – x ) – ω t )−sin ( k (l+ x ) – ω t ) =

( k ( l – x ) – ω t ) + ( k ( l+ x ) – ω t ) k (l – x )– ω t ) −( k (l+ x) – ω t )
2 cos
2
sin (( 2 )
sin( k (l – x) – ω t)−sin (k (l+ x) – ω t)=2 cos ( 2 kl−22 ωt )sin (−22kx )
sin( k (l – x) – ω t)+sin( k (l+ x)– ω t )=2 sin kx cos (kl−ωt)

Sehingga :
y p = A [sin (k(l – x) – ωt) - sin (k(l + x) – ωt)]
= 2 A sin kx cos (kl−ωt)
Amplitudo gelombang stasioner pada dawai ujung bebas bergantung pada
jarak suatu titik terhadap ujung pemantul (x), yaitu
2 πx
A p = 2 A sin kx = 2A sin
λ
Berdasarkan persamaan di atas, kita dapat menentukan letak perut dan simpul
gelombang stasioner pada dawai ujung terikat yaitu sebagai berikut.
a) Letak Perut dari Ujung Pemantul

2 πx
Perut atau amplitudo maksimum, yaitu A p = 2A terjadi jika sin =±
λ

2 πx
1 , maka sin =±1
λ
2 πx π
=(2 n+1)
λ 2
1
x = (2 n+1) ( λ ) dengan n = 0, 1, 2, 3, ....
4
1
Oleh karena itu, perut terjadi pada saat x = (bilangan ganjil) x λ , yaitu
4

1 3 5
pada posisi x = λ , λ, λ , . . . dari titik pantul.
4 4 4
b) Letak Simpul dari Ujung Pemantul

2 πx
Simpul atau amplitudo minimum, yaitu A p = 0 terjadi jika sin = 0,
λ

2 πx
maka cos =0
λ
2 πx
=nπ
λ
1
x = n ( λ ) dengan n = 0, 1, 2, 3, ....
2
1
Oleh karena itu, simpul terjadi pada saat x = (bilangan cacah) x λ , yaitu
2

1 3
x = 0, λ ,λ, λ , . . . dari titik pantul.
2 2

c. Fenomena Pada Gelombang Berjalan dan Gelombang Stasioner Pada Kehidupan


Sehari-Hari.
1) Gelombang berjalan
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak fenomena alam yang
berkaitan dengan gelombang berjalan, seperti gelombang permukaan air dan pada
seutas tali yang salah satu ujungnya diikat pada suatu tiang yang ujung lainnya
digerakkan ke atas ke bawah. Dari kedua gelombang tersebut didapati amplitudo
pada setiap titik yang dilalui gelombang tersebut adalah sama sehingga dapat
dikatakan gelombang berjalan.
2) Gelombang Stasioner
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak fenomena alam yang
berkaitan dengan gelombang stasioner, beberapa diantaranya yaitu :
a) Dawai gitar. ketika kita memetik dawai gitar, akan terjadi sebuah gelombang
dan kemudian dipantulkan pada ujung dawai yang terikat pada kedua
ujungnya.
b) Permukaan kulit gendang atau drum. ketika kita memukul sebuah gendang
maka akan timbul gelombang stasioner yang mengalami superposisi dan
pemantulan gelombang pada ujung permukaan.
c) Gelombang radio dan telepon seluler. pada pemancar sinar radio atau telepon
seluler gelombang akan dikirim melalui stasiun pemancar ke stasiun pemancar
lainnya, sehingga terjadi pemantulan dan superposisi gelombang.
d) Gelombang air laut. Merupakan jenis gelombang stasioner dan mengalami
pematulan ujung bebeas. Gelombang ini sekarang dimanfaatkan sebagai
gelombang pembangkit aliran listrik tenaga gelombang.

DAFTAR PUSTAKA
Kanginan, M. (2014). Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Tipler, P.A. (1991). Fisika Untuk Sains dan Teknik, 3rd ed (terjemahan). Jakarta:
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai