GETARAN MEKANIK
Dipersiapkan oleh
Mata Kuliah Getaran Mekanik berbobot 3 SKS (Satuan Kredit Semester) artinya, waktu
kuliah (tatap muka) adalah 3 jam seminggu, ditambah 3 jam belajar mandiri.
Jika mahasiswa tidak tertib mengatur waktu belajarnya, maka hasilnya tidak akan memuas-
kan. Hampir semua Quiz dilakukan dengan cara Open Book, tetapi yang baru membuka
bukunya saat ujian, hampir pasti sukar lulus. Perlu banyak latihan di luar waktu kuliah.
Yang dinilai adalah yang terbesar dengan catatan tidak ada kecurangan.
Kejujuran dalam mengerjakan soal sangat dijunjung tinggi, sehingga tindakan bekerja sama
dalam mengerjakan soal dapat menyebabkan mahasiswa mendapat nilai E (Tidak Lulus),
baik yang menyontek atau yang dicontek, meskipun yang dicontek tidak menyadarinya.
Daftar Kepustakaan
1 William T. Thompson, Theory of Vibration with Application, Prentice Hall Int., 1993.
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) 3/60
Jika sebuah benda digantung pada sebuah pegas, kemudian ditarik ke bawah dan dilepaskan,
maka akan terjadi gerakan periodik berupa gerakan oskilasi (bolak-balik).
Jika benda m tsb diberi pena yang dikenakan pada kertas yang
berjalan, maka akan muncul gambar gerakan sinusioda.
Gerakan periodik tsb sering dinyatakan dengan x = A sin ωt
x m A t di mana x adalah jarak dari sumbu diam ke atas/bawah
A adalah amplitudo, simpangan maximum
p ω adalah kecepatan getar, kecepatan sudut
t adalah waktu getar
Hubungan antara frekwensi f dengan kecepatan sudut ω adalah : ω = 2πf
Sering, istilah frekwensi dilambangkan juga dengan ω.
Periode p adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 putaran penuh. ωp = 2π
Karena getaran pada umumnya merupakan gerakan periodik, maka berlaku ketentuan
Deret Fourier : a0
F(t) = + Σ [an cos ωnt + bn sin ωnt]
2
Dalam terminologi getaran sering muncul istilah Hertz yang berarti siklus perdetik.
Istilah yang lain adalah Desibel (dB)
p1
dB = 10 10
log di mana p adalah daya
p2
Karena daya adalah sebanding dengan kwadrat dari tegangan atau simpangan, maka
x1 2 x1
dB = 10 10log = 20 10log
x2 2
x2
Latihan :
A B Jika r/L = 1/3 , nyatakan persamaan langkah x
r L s dalam fungsi θ.
θ φ s = panjang (jarak) langkah = xB - xA
Petunjuk: Gunakan rumus trigonometri (sin - cos)
Berikutnya ambil perbandingan r/L yang lain.
x
1. PENDAHULUAN : GERAKAN PERIODIK 5/60
x
Gaya-gaya yang timbul pada suatu benda akibat suatu perubahan gerak.
1 Pegas.
Pegas yang dipakai umumnya adalah pegas tarik-tekan.
Pegas dalam keadaan normal, tanpa tegangan Tidak ada gaya
Pegas dalam keadaan tertekan F = kx ke kanan
x x
Pegas dalam keadaan mulur F = kx ke kiri
x adalah arah pergerakan perpindahan
Terlihat bahwa arah gaya yang bekerja pada benda adalah berlawanan dengan arah x.
Untuk kelaziman, arah x biasa diambil ke kanan.
k1 k2
m1 m2 Jika ada 2 pegas yang bebas satu sama lain, maka
x1 x2 perlu ada pemisalan, x1 > x2 atau x1 < x2
Bagaimanapun pemisalannya, hasilnya akan sama.
Jika x1 > x2 maka k1 akan mulur, k2 akan memendek k1 x1 m1 k2(x1-x2)
Jika x1 < x2 maka k1 akan mulur, k2 akan memanjang k1 x1 m1 k2(x2-x1)
Tetapi perlu ada kekonsistensian cara berpikir agar persoalan tidak makin ruwet.
Sebuah batang yang melentur (defleksi) bisa dipandang sebagai pegas.
Perhatian!
Kesalahan dalam menentukan arah gaya akan mengakibatkan penyelesaian soal akan salah
sejak langkah pertama. Langkah-langkah selanjutnya tidak akan diperiksa lagi.
Ada lagi pegas model lain, yaitu pegas spiral yang akan membuat suatu benda berputar.
θ Jika pegas tertarik ke kanan (searah jarum jam), pegas akan mulur dan berusaha
menarik kembali berputar balik ke kiri (lawan arah jarum jam).
Untuk kelaziman, arah θ biasa diambil ke kanan (searah jarum jam).
1. PENDAHULUAN : GERAKAN PERIODIK 6/60
Sama seperti pada pegas tekan/tarik, jika ada dua sudut, dimisalkan θ1 > θ2
Poros yang terkena puntiran dapat dipandang sebagai pegas puntir.
2 Sebuah titik massa m.
Massa m ini tidak harus bulat, kecil, tetapi untuk penyederhanaan masalah dapat dipandang
sebagai sebuah titik (diskrit). Karena hanya sebagai titik, maka gerakannya hanya translasi.
Jika sebuah massa m dikenai gerakan x ke kanan, maka karena ada kelembaman massa,
akan timbul gaya perlawanan, melawan arah gerakan x sebesar mẍ. x
mẍ m
3 Piringan (disk).
Sebuah piringan yang memiliki momen inersia massa J akan dipandang sebagai sebuah titik
yang hanya bisa berputar (rotasi) dengan sudut putar θ.
θ
Gaya yang ditimbulkan adalah gaya torsi (puntiran), Jӫ
J
Jӫ yang arahnya melawan arah θ.
Besarnya J suatu benda terhadap titik beratnya bisa dibaca pada buku-buku literatur.
Misalnya, J suatu batang silinder kecil pejal panjang L terhadap titik pusat beratnya adalah,
A B C 1
JC = mL2
L/4 L/4 L/2 12
Maka momen inersia massa terhadap titik yang lain dapat dihitung berdasar rumus:
JA = JC + m(AC)2 di mana (AC) adalah jarak dari C ke A.
1 mL2 1
JA = JC + mr2 = mL2 + = mL2
12 4 3
1 mL2 7
JB = JC + mr2 = mL2 + = mL2
12 16 48
4 Batang panjang kontinyu, massa m, momen inersia massa J
Batang ini bisa mengalami 2 gerakan sekaligus, translasi dan rotasi.
Maka gaya yang ditimbulkannya juga akan ada 2, gaya mẍ dan puntiran Jӫ.
Batang yang mengalami 2 macam gerakan ini hanya batang bebas, tidak terikat. Jika terikat
pada suatu dudukan (tumpuan) engsel, maka hanya akan ada gerakan rotasi.
Besarnya momen inersia J = mr2, di mana m = massa dan r = jari-jari girasi.
Jika momen inersia di titik pusat massa = J0, maka momen inersia di titik lain pada batang
tsb, JA = J0 + mr2, di mana r = jarak dari titik pusat massa ke titik A.
yang harus digambarkan adalah benda yang memiliki massa dan atau momen inersia massa.
Pegas, damper hanya akan digambarkan gaya-gayanya yang bekerja pada benda bebasnya.
Batas sistim adalah garis khayal yang diadakan untuk memisahkan antara benda yang satu
dengan benda yang lain. Pada setiap pemisahan, pada garis batas sistim, selalu terjadi gaya
dan atau momen aksi reaksi. Pada suatu sistim yang sudah dipisahkan, berlaku keseimbangan
gaya dan momen, ΣF = 0 dan ΣM = 0.
Persamaan keseimbangan gaya dan momen tsb kalau disusun akan menjadi persamaan gerak,
persamaan getaran. Persamaan tsb dapat berbentuk persamaan aljabar, atau persamaan matrik.
Dengan suatu pemisalan gerak, maka persamaan matrik tsb dapat berubah menjadi persamaan
karakteristik getaran yang dapat digunakan untuk mencari eigen value (nilai diri).
Dengan mengetahui syarat-syarat batas, maka fungsi gerak getaran dapat digambarkan.
Dalam setiap persamaan, berlaku analisa dimensional, dimensi setiap suku harus sama.
Rumus-rumus perhitungan.
Untuk pemudahan cara perhitungan, bisa digunakan suatu garis bantu sebagai referensi.
Yang biasa digunakan adalah sistim salib sumbu koordinat x-y-z, dan atau koordinat polar.
Meskipun cara pemudahannya bebas, tetap perlu ada ke-konsistensian. Banyaknya sumbu
koordinat adalah melambangkan banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom), sehingga
harus diambil secukupnya, sesedikit mungkin.
Momen suatu gaya terhadap sebuah titik adalah besarnya gaya kali jarak antara garis gaya
ke titik tsb. Jarak tsb adalah panjang garis lurus yang ditarik dari titik tegak lurus ke garis gaya.
Perhitungan momen gaya harus dilakukan jika garis kerja gaya-gaya tidak segaris, dan ada
gaya lain yang tidak diketahui besar dan atau arahnya. Gaya yang tidak diketahui tsb biasanya
adalah gaya reaksi tumpuan. Maka momen gaya harus diambil terhadap titik tumpuan tsb.
FA Jika ada gaya FA melalui titik pangkal A, maka momen
A R gaya FA terhadap titik B adalah, MB = FA x R
L B bukan FA x L
Jarak dari gaya FA ke titik B adalah R, bukan L
Meskipun titik A dan B adalah tetap, MB akan berubah-ubah jika arah FA berubah-ubah.
MB = 0 jika garis gaya FA melalui titik B, meskipun panjang vektor gaya FA < jarak AB.
∑M = 0 berlaku untuk pengambilan momen terhadap titik mana saja.
Energi gerak (kinetik) T = 1/2 mv2 di mana v = kecepatan gerak benda massa m.
Bentuk-bentuk lainnya: T = 1/2 m x• 2 untuk gerak translasi
•2
T = 1/2 J θ untuk gerak rotasi
•2
T = 1/2 (r θ) untuk gerak translasi, koordinat polar
Energi potensial U = mgh
1. PENDAHULUAN : GERAKAN PERIODIK 8/60
Jika sebuah pegas ditarik kemudian dilepaskan, akan terjadi suatu getaran. Jika keadaan ini
terjadi di ruang hampa sehingga tidak ada gesekan udara, maka secara teoritis, getaran pegas
tsb akan terjadi terus menerus tidak ada hentinya. Secara aktual, keadaan ini tidak ada.
Contoh 2.2-2
L M Batang cantilever panjang L tanpa bobot. Jika ujung batang diberi
x beban M, maka terjadi defleksi x. Hitung frekwensi alaminya.
Misalkan beban diujung adalah berupa gaya terpusat P, maka besar lendutannya :
PL3 P 3EI
x= = Maka kekakuan batang k =
3EI k L3
2. GETARAN BEBAS 10 / 60
Jika periode getar adalah 30,2 detik per 10 oskilasi = 3,02 detik per oskilasi
maka frekwensi alaminya :
ωn p = 2π ωn = 2π = 2π = 2,081 rad/detik
p 3.02
Persamaan kekakuan torsi: GIp
k =
L
di mana G = modulus puntir baja = 80 x 10 9 N/m2
Ip = momen inersia polar penampang batang baja
πd4 π (5 x10- 3)4
Ip = = = 0,006136 x 10- 8 [m4]
32 32
L = panjang batang baja = 2 m
maka 80 x 109 x 0,006136 x 10-8
k= = 2,455 Nm/rad
2
Metoda Energi
Energi adalah kekal. Jika T adalah energi gerak kinetik dan U adalah energi potensial,
maka T + U = konstan atau T1 + U1 = T2 + U2
Karena konstan, maka turunannya = 0 d
(T + U) = 0
dt
Jika pada saat t = 1 sebuah massa naik melewati posisi keseimbangan, maka U1 = 0 ,
artinya energi potensialnya diukur pada garis keseimbangan = 0.
Energi potensial adalah diukur berdasar jarak ketinggian terhadap suatu garis referensi.
Setelah naik sampai posisi 2 yaitu pada t = 2, maka kecepatannya = 0, ketinggiannya
maksimum, atau Umax terjadi pada saat T = 0, dan sebaliknya Tmax terjadi pada saat U = 0.
Maka persamaan energinya, Tmax = Umax
Contoh 2.3-1
k Hitung frekwensi alami sistim di samping.
r2 Misalkan benda bergetar harmonik dengan amplitudo θ dari posisi
r1
keseimbangan.
Energi gerak kinetiknya
• •2
θ T = [ ½ JӨ2 + ½ m (r1Ө) ]
Sedangkan energi potensial pegas k adalah :
m U= ½ k (r2 θ)2
Hukum kekekalan energi :
•2
(J + m r12) Ө + k r2 θ
2 2
= konstan
Jika diturunkan terhadap t diperoleh :
• •
2(J + m r12) Ө Ӫ + 2k r22 θ Ө = 0
(J + m r12) Ӫ + k r22 θ = 0 maka kr22
ω n2 =
J + m r1 2
Contoh 2.4-1 Tentukan massa efektif pegas pada frekwensi alami sistim di samping.
Setiap bagian dari pegas akan mengalami kecepatan berbeda-beda
sebagai fungsi linier dari jarak y terhadap panjang L dengan rumus :
y
y
ẋ
k dy L L
Energi kinetik pegas merupakan integrasi energi tiap bagiannya :
L
m 1 y 2 ms 1 ms 2
Tadd = ẋ dy = ẋ
x 2 L L 2 3
0
di mana A dan B adalah amplitudo awal pada saat t = 0, diketahui dari syarat batas.
Jika harga s1 dan s2 dimasukkan, akan diperoleh :
-(c/2m)t √(c/2m)2 - k/m) t - √(c/2m)2 - k/m) t
x= e Ae + Be
- (c/2m)t
Suku e akan mengecil dengan naiknya harga t sampai kemudian jadi nol.
Jika √(c/2m)2 - k/m) nol, maka keadaan ini disebut critical damping.
Pada keadaan overdamping dan critical damping, tidak akan terjadi oskilasi.
Jika √(c/2m)2 - k/m) negatip, maka keadaan ini disebut under damping.
Pada keadaan terakhir ini maka akan terjadi oskilasi sinusioda.
Critical damping terjadi pada keadaan (c/2m)2 = k/m k
cc = 2m = 2m ωn
m
Selanjutnya, semua damping dinyatakan dengan damping ratio c
ζ=
cc
Jika c k cc
ζ= ωn2 = dan = ωn
cc m 2m
maka c
= ζωn
2m
sehingga s1,2 = [ - ζ ± √ ζ2 - 1] ωn atau s1,2
= - ζ ± √ ζ2 - 1
ωn
Maka persamaan diferensial getarannya menjadi : F(t)
ẍ + 2ζωnẋ + ωn2x =
m
Pandang s1,2
= - ζ ± √ζ2 - 1
ωn
Jika ζ = 0 maka s1,2
= ±i
ωn
Jika 0 < ζ < 1 maka s1,2
= - ζ ± i √ 1 - ζ2
ωn
x
Latihan soal : m Turunkan persamaan geraknya.
2.34 k1 Hitung massa efektifnya pada titik N.
b Nyatakan efektif stiffness dari sistim sebagai
fungsi dari x.
k2 N
L
2.41 2.42 a 2.44
k
m m C
k
C C k
a a
L L
Batang kaku m panjang L
2. GETARAN BEBAS 16 / 60
Pakai perubahan θ
dan virtual work
Turunkan persamaan geraknya.
Berapa koefisien damping kritisnya?
Berapa frekwrensi alaminya?
3. G E T A R A N P A K S A 17 / 60
Jika sebuah sistim dipaksa bergetar dengan suatu gaya periodik, maka sistim akan bergetar dengan
frekwensi yang sama dengan frekwensi paksaan. Gaya paksa ini antara lain timbul dari ketidak-
seimbangan (un-balance).
Contoh soal 3.2-2 Sebuah piringan disk dipasang seperti gambar di samping
Piringan tsb dibuat tidak balans, sehingga waktu diputar
ω akan bergeser ke kanan-kiri karena ada pegas penahan.
Sebelumnya piringan tsb diberi tanda garis referensi.
Pergeseran titik pusat diukur, demikian pula posisi
garis referensi ada di sudut berapa. Dengan stroboskop
dapat dilihat jelas angka-angka tsb. Stroboskop adalah
lampu yang berkedip-kedip sesuai dengan putaran ω.
Pada putaran 300 rpm, amplitudonya 3,2 mm pada ke-
dudukan sudut 30 ccw dari garis referensi. Setelah ditambah bobot Wt1 2,5 oz pada posisi
o
143o ccw dari garis referensi, piringan diputar lagi 300 rpm ccw. Hasilnya, amplitudo yang
terjadi adalah 7 mm dengan sudut 77o ccw. Berapa dan di mana bobot tambahan harus
ditambahkan agar piringan menjadi balans?
Wt1 7,0 Wt1
7,0 b
5,4
143 o
77o 107o
3,2 107 o
47o
O 3,2
30o O a
garis Wt2
referensi
Mula-mula digambar vektor Oa 3,2 mm, kemudian dengan sudut (77-30)o = 47o digambar
vektor Ob sepanjang 7,0 mm. Maka panjang vektor ab bisa diukur = 5,4 mm (5,355975)
Maka agar kembali balans, vektor ab harus diputar 107 (107,0901 ) sehingga balik ke O.
o o
Tapi jika Wt2 sebesar 2,5 oz diletakkan 107o ccw dari Wt1, maka akan terjadi overbalans
karena panjang aO bukan 5,4 mm, tetapi hanya 3,2 mm.
Maka besarnya Wt2 adalah (3,2/5,4) x 2,5 oz = 1,49 oz. (1,493659 oz)
3. G E T A R A N P A K S A 20 / 60
Latihan Balansing.
Diketahui sebuah piringan diputar 600 rpm ccw, amplitudonya 2,8 mm pada 45o cw dari
garis referensi. Jika ada bobot tambahan 2 oz pada 91,5o cw dari garis referensi, kemudian
diputar sama, amplitudonya menjadi 6 mm pada posisi 80o cw dari garis referensi.
Tentukan berapa dan di mana bobot tambahan harus diberikan agar kembali balans.
4. GETARAN TRANSIENT 21/60
Getaran transien timbul karena gangguan tiba-tiba, dan biasanya tidak berlangsung lama.
Suatu getaran bebas tanpa redaman damping dengan syarat batas x(0) dan ẋ(0) adalah :
ẋ(0)
x= sin ωnt + x(0) cos ωnt
ωn
Jika ada impuls (gangguan sangat singkat) Ḟ maka responsnya adalah :
Ḟ sin ωnt
x= sin ωnt = Ḟ h(t) di mana h(t) =
m ωn m ωn
Transformasi Laplace.
Bentuk umum persamaan getaran dengan damping adalah :
mẍ + cẋ + kx = F(t) Syarat batas: ẋ0 = a x0 = b
Jika di-Laplace-kan akan menjadi :
m[s2X - s x(0) - ẋ(0)] + c[sX - x(0)] + kX = F(s) di mana L{x(t)} = X(s)
Setelah diatur, diperoleh :
(ms2 + cs + k) X = F(s) + msx(0) + mẋ(0) + cx(0)
g √2gh k
= + ωn 2 =
s(s + ωn2)
2
s + ωn 2
2
m
g gs √2gh
= - + 2
s ωn 2 ωn (s +ωn )
2 2 2
s + ωn 2
g g √2gh
x(t) = - cos ωn + sin ωn
ωn 2
ωn 2 ωn
g 2gh g 2
= + + sin (ωnt - φ)
4. GETARAN TRANSIENT 22/60
2
= + + sin (ωnt - φ)
ωn 2 ωn2 ωn 2
Dari hasil jawaban tsb dapat diturunkan untuk mencari kecepatan dan percepatan.
2gh g 2
ẋ(t) = ωn + cos (ωnt - φ)
ωn2 ωn 2
2gh g 2
ẍ(t) = - ωn 2 + sin (ωnt - φ)
ωn2 ωn 2
Latihan soal.
Pada percobaan drop test, benda 38,6 lb ditahan pegas k = 6,40 lb/in. g = 32,2 ft/sec2
Jika h mendekati 0, hitung perpindahan maximum serta waktu yg diperlukan saat kompresi max.
5. SISTIM DENGAN 2 DERAJAT KEBEBASAN ATAU LEBIH 23/60
5.1 Pendahuluan.
Berbeda dengan sistim dengan derajat kebebasan satu, maka sistim dengan banyak derajat
kebebasan akan memiliki banyak frekwensi alami juga. Jika frekwensi-frekwensi alami tsb
ber-resonansi, maka bisa menimbulkan keadaan yang membahayakan sistim.
Untuk setiap frekwensi alami tsb, yang disebut dengan mode normal, dalam matematika
dikenal istilah nilai diri (eigenvalues atau eigenvectors).
Mode normal getaran adalah getaran tanpa damping, jadi hanya tergantung pada massa
dan kekakuan sistim. Pada keadaan mode normal, semua titik bergetar secara harmonik
bersamaan, sehingga semua titik tsb akan melewati titik keseimbangan secara serentak.
Agar terjadi keadaan mode normal, harus diberikan syarat batas awal tertentu.
Jika sistim dengan banyak derajat kebebasan diberi gaya periodik, maka frekwensi sistim
akan mengikuti frekwensi pengganggu. Maka, jika frekwensi pengganggu ini sama dengan
salah satu frekwensi alami sistim, maka juga akan terjadi resonansi.
Pada sistim dengan 3 derajat kebebasan atau lebih, pemecahannya lebih baik menggunakan
komputer. Ada tersedia program komputer untuk keperluan tsb.
0.732 1
-2.73
φ2 (x) =
Kedua massa berada sefasa 1.00
Latihan :
5.4 x1 x2 Hitung frekwensi alami dan
k 3m k m 3k bentuk mode normalnya.
5. SISTIM DENGAN 2 DERAJAT KEBEBASAN ATAU LEBIH 25/60
k2(θ2-θ1)
k1θ1 k3θ2
k1 k2 k3
J1 J2 J1 J2
J = Momen Inersia Polar J1ӫ1 J 2 ӫ2
Keseimbangan torsi :
J1ӫ1 = - k1θ1 + k2(θ2-θ1) J1ӫ1 + (k1+k2)θ1 - k2θ2= 0
atau
J2ӫ2 = - k2(θ2-θ1)+ k3θ2 J2ӫ2 + (k2+k3)θ2 - k2θ1 = 0
m m m
Ambil persamaan momen terhadap titik pangkal :
mL2ӫ1 = - mgL θ1 - ka2 (θ1- θ2)
θ kecil, sin θ = θ mg mL2ӫ2 = - mgL θ2 + ka2 (θ1- θ2)
Sehingga diperoleh :
mgL+ka2-mL2ω2 - ka2 A1
= 0
- ka2 mgL+ka2-mL2ω2 A2
(mgL+ka2-mL2ω2)2 - (ka2)2 = (mgL+ka2)2 - 2(mgL+ka2)(mL2ω2) + (mL2ω2)2 - (ka2)2 = 0
(mL2)2(ω2)2 - 2(mgL+ka2)(mL2)ω2 + (mgL+ka2)2 - (ka2)2 = 0
(mL2)2(ω2)2 - 2(mgL+ka2)(mL2)ω2 + (mgL)2+2(mgLka2) = 0
Tulis ω2 = λ
(mL2)2 λ2 - 2(mgL+ka2)(mL2) λ + (mgL)2+2(mgLka2) = 0
Persamaan kwadrat dalam λ
2(mgL+ka2)(mL2) ± √ 4(mgL+ka2)2(mL2)2 - 4(mL2)2[(mgL)2+2(mgLka2)]
λ1,2 =
2(mL2)2
2(mgL+ka2)(mL2) ± 2(ka2)(mL2) 2mgL(mL2)+4(ka2)(mL2)
λ1,2 = λ1 =
2(mL2)2 2(mL2)2
g k a2
λ1 = ω 1 2 = + 2
L m L2
g
λ2 = ω 2 2 =
L
mgL+ka2-mL2ω2 - ka2 A1
= 0
- ka2 mgL+ka2-mL2ω2 A2
A1 ka2 ka2
(mgL+ka2-mL2ω2)A1 - ka2 A2 = 0 (1)
= = = 1
A2 mgL+ka2-mL2ω2 ka2
Latihan : θ1 θ2
5.5 5.9 Turunkan persaman diferensial untuk
L
sistim di samping jika diasumsikan
5. SISTIM DENGAN 2 DERAJAT KEBEBASAN ATAU LEBIH 27/60
m simpangannya kecil.
k1 k2 x1 Tunjukkan bahwa
J1 J2 L frekwensi alaminya
Hitung mode normalnya jika m g
ω2 = (2 ± √2)
k1 = k2 J1 = 2J2 x2 L
Tentukan perbandingan amplitudo x1
dan gambarkan posisinya x2
Nyatakan persamaan geraknya dalam θ1 dan θ2
Syarat batas (kondisi awal).
Pada contoh yang lalu disampaikan bahwa k 0.732
ω12 = 0.654 dan φ1 =
m 1.000
k -2.732
ω22 = 2.366 dan φ2 =
m 1.000
Agar getaran bebas dapat terjadi pada salah satu mode normal untuk setiap kondisi awal,
persamaan gerak untuk mode i harus dalam bentuk :
(i)
x1
= ci φi sin (ωit + ψi) i = 1,2
x2
di mana ci dan ψi adalah syarat batas yang ditentukan.
Pada umumnya, kedua mode normal ditampilkan secara bersamaan, misalnya :
x1 0.732 -2.732
= c1 sin (ω1t + ψ1) + c2 sin (ω2t + ψ2)
x2 1.000 1.000
= c1 sin ψ1 + c2 sin ψ2
-2.928 -0.732 -0.732 + baris bawah dikalikan -0,732
-0.928 = -3.464 c2 sin ψ2
2.0 0.732
= c1 sin ψ1 + c2 -2.732 sin ψ2
10.928 2.732 2.732 + baris bawah dikalikan 2,732
12.928 = 3.464 c1 sin ψ1
0 0.732 -2.732
= ω1 c1 cos ψ1 + ω2 c2 cos ψ2
0 1.000 1.000
2.7318 -0.7322
= cos ω1t + cos ω2t
3.732 0.268
Latihan.
5.1 Tulis persamaan geraknya 5.19 Jika sistim pada soal 5.1 memiliki
dan tentukan frekwensi alami kondisi awal: x1(0) = 0 , x2(0) = 1,0
k
serta mode normalnya. ẋ1(0) = ẋ2(0) = 0 tunjukkan bahwa
m persamaan geraknya adalah :
x1 x1(t) = 0,447 cos ω1t - 0,447 cos ω2t
k
x2(t) = 0,722 cos ω1t + 0,278 cos ω2t
m
k k
ω1 2 = 0.382 ω2 2 = 2.618
x2 m m
m m m
Ambil persamaan momen terhadap titik pangkal :
mL2ӫ1 = - mgL θ1 - ka2 (θ1- θ2)
θ kecil, sin θ = θ mg mL2ӫ2 = - mgL θ2 + ka2 (θ1- θ2)
Jika bandul pada contoh yang lalu diberi syarat batas yang berbeda dengan yang memberikan
mode normal, maka oskilasinya akan memiliki 2 mode normal sekaligus berbarengan.
• •
Contoh, jika syarat batasnya : θ1(0) = A , θ2(0) = 0 dan ө1(0) = ө2(0) = 0 dan
persamaan geraknya : θ1(t) = ½A cos ω1t + ½A cos ω2t
θ2(t) = ½A cos ω1t - ½A cos ω2t
Pertimbangkan jika pegasnya sangat lemah sehingga gejala beating dapat terjadi.
Pemecahan :
Persamaan di atas dapat ditulis menjadi : ω1-ω2 ω1+ω2
θ1(t) = A cos t cos t
2 2
ω1-ω2 ω1+ω2
θ1(t) = -A sin t sin t
2 2
Karena harga (ω1-ω2)/2 sangat kecil maka nilai sinus dan cosinusnya bisa diabaikan.
Hasilnya adalah : ω1+ω2
θ1(t) = A cos t
2 Ini adalah kurva sin dan cos yang saling ter-
ω1+ω2 padu. Jika sin-nya max, cos-nya minimum.
θ1(t) = -A sin t
2 Jika cos-nya max, sin-nya minimum.
Gejala beating yang sering berupa suara yang bisa terdengar akan terjadi pada saat amplitudo-
nya max, yaitu pada periode τb = π
maka ω1-ω2 2π
τb = π atau τb =
2 ω1 - ω2
Kopling Koordinat.
Pada sistim 2 DOF (Degree of Freedom, derajat kebebasan), persamaan deferensialnya selalu
serentak, satu variabel berhubungan dengan variabel lainnya.
5. SISTIM DENGAN 2 DERAJAT KEBEBASAN ATAU LEBIH 30/60
Dengan pemilihan sumbu koordinat yg tepat, maka bisa terjadi decouple, koplingnya terlepas.
Contoh 5.3-1 Untuk memahami gaya atau momen yang terjadi, perlu
L1 L2 dipahami dulu mekanisme kerja sistimnya dulu.
Ada 2 macam keseimbangan, gaya dan momen putar.
mg Keseimbangan gayanya :
k1 k2
mẍ + k1(x-L1θ) + k2(x+L2θ) = 0
Keseimbangan putaran (persamaan momen) terhadap G :
Jӫ - k1(x-L1θ)L1 + k2(x+L2θ)L2 = 0
Ref. Dikelompokkan dalam persamaan aljabar x dan θ
x
mẍ + (k1+ k2)x + (k2L2-k1L1)θ = 0
θ Jӫ + (k2L2-k1L1)x + (k1L12+k2L22)θ = 0
G
k1(x-L1θ) k2(x+L2θ)
Dalam bentuk matrik : m 0 ẍ k1+ k2 k2L2-k1L1 x 0
+ =
0 J ӫ k2L2-k1L1 k1L1 +k2L2 θ 0
2 2
Terlihat dalam matrik kopling statis, jika k1L1 = k2L2 maka koplingnya lepas. Artinya,
getaran mode x dan getaran mode θ akan berjalan masing-masing.
L3 L4 Kopling dinamik.
C e G Ada sebuah titik C di sepanjang batang yg tidak mengalami
rotasi, hanya mengalami translasi. k1L3 = k2L4
Ref. Persamaan keseimbangan gaya :
xC
G mẍC + k1(xC-L3θ) + k2(xC+L4θ) + meӫ = 0
θ kL =kL m ẍC + me ӫ + (k1+k2) xC = 0
e 1 3 2 4
5. SISTIM DENGAN 2 DERAJAT KEBEBASAN ATAU LEBIH 31/60
Contoh 5.3-2
Tentukan mode normal getaran sebuah kereta dengan data-data sbb.
W = 3220 lb L1 = 4,5 ft k1 = 2400 lb/ft
W L2 = 5,5 ft k2 = 2600 lb/ft L1 L2
JC = r2
g r = 4 ft g = 32,20 ft/sec2 θ
W lb.sec2 k1 x k2
m= = 100 JC = 1600 lb.ft.sec2
g ft
Pilih koordinat x melalui titik berat, dan sudut rotasi θ Ref.
x
seperti pada gambar.
C θ
Jika dimisalkan :
x = X sin ωt ẍ = - ω2 X sin ωt k1+ k2 - mω2 k2L2 - k1L1 x 0
=
θ = Ө sin ωt ӫ = - ω Ө sin ωt
2 k2L2 - k1L1 k1L1 +k2L2 - Jω
2 2 2
θ 0
x ft in
= -14.596 = -3.057
θ ω1 rad deg
node
1.0981 cps
Karena nilainya negatip,
node ada di luar. k1 k2
14.596 ft
Dari data di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada ω = 1,441 cps, perbandingan
5. SISTIM DENGAN 2 DERAJAT KEBEBASAN ATAU LEBIH 33/60
amplitudo (x/θ) hanya 0,23 in/deg. Artinya, jika perubahan sudutnya sekitar 10o , maka
amplitudonya akan mencapai 2,3 in, masih kecil.
Berbeda pada ω = 1,1 cps, meskipun frekwensi getarannya lebih kecil (sedikit), tetapi
perbandingan amplitudonya sangat besar. Untuk 10o kemiriringan, amplitudonya 30 in.
Penumpang akan merasa seakan-akan meloncat-loncat.
Latihan 5.24
Gambarkan posisi node (simpul) sebuah kendaraan dengan data sbb :
W = 3500 lb L1 = 4,4 ft k1 = 2000 lb/ft
W L2 = 5,6 ft k2 = 2400 lb/ft
JC = r2
g r = 4 ft g = 32,20 ft/sec2
k2 k1 k2
xo
mo , Jo
L/4 L/2 L/4 L/2 L/2
O θ
Tuliskan persamaan geraknya.
k3
Ganti L, m dan k dengan angka-angka,
Hitung frekwensi alaminya, m3 x3
dan bentuk mode normalnya.
Getaran Paksa.
Jika ada gaya luar F1 sin ωt yang bekerja sehingga terjadi translasi x1, tetapi tidak pada x2,
maka persamaan geraknya :
m1 0 ẍ1 k11 k12 x1 F1
+ =
0 m2 ẍ2 k21 k22 x2 0
5. SISTIM DENGAN 2 DERAJAT KEBEBASAN ATAU LEBIH 34/60
F1 sin ωt F1 sin ωt
Contoh soal 5.4-1 Tulis persamaan geraknya.
x1 x2 Mula-mula gambar DBB-nya
k k k kx1 k(x1-x2) kx2
m m m m
5. SISTIM DENGAN 2 DERAJAT KEBEBASAN ATAU LEBIH 35/60
m m m m
F1 sin ωt F1 sin ωt
mẍ1 + kx1 + k(x1-x2) = F1 sin ωt mẍ1 + 2kx1 - kx2 = F1 sin ωt
diatur
mẍ2 + kx2 - k(x1-x2) = 0 mẍ2 + 2kx2 - kx1 = 0
m 0 ẍ1 2k -k x1 F1
+ = sin ωt
0 m ẍ2 -k 2k x2 0
-k 2k - mω2
CONTOH SOAL DAN PENYELESAIANNYA
36/60
= -1.618
X2
Tulis persamaan gerak masing-masing secara lengkap :
x1 0.618 -1.618
= c1 sin (ω1t + ψ1) + c2 sin (ω2t + ψ2)
x2 1.000 1.000
0.618 -1.618 0
c1 sin ψ1 + c2 sin ψ2 =
0.618 0.618 0.618 -
c2 -2.2361 sin ψ2 = -0.618
0.618 -1.618 0
c1 sin ψ1 + c2 sin ψ2 =
-1.618 -1.618 -1.618 -
c1 2.2361 sin ψ1 = 1.618
ẋ1 0.618 -1.618
= ω1c1 cos (ω1t + ψ1) + ω2c2 cos (ω2t + ψ2)
ẋ2 1.000 1.000
X1 k
(2k - 3mω2) X1 - k X2 = 0 sehingga =
X2 2k - 3mω2
X1 4k - mω2
- k X1 + (4k - mω2) X2 = 0 sehingga =
X2 k
3. Diketahui sebuah piringan diputar 600 rpm ccw, amplitudonya 2,8 mm pada 45o cw dari
garis referensi. Jika ada bobot tambahan 2 oz pada 91,5o cw dari garis referensi, kemudian
diputar sama, amplitudonya menjadi 6 mm pada posisi 80o cw dari garis referensi.
Tentukan berapa dan di mana bobot tambahan harus diberikan agar kembali balans.
garis referensi garis referensi
80o 80o
45o 2,8 45o 2,8
O O β
Wt2
121,6o
11,5o 11,5o
6
6
Wt1 Wt1
Mula-mula digambar garis antara ujung panah 2,8 mm sampai ke ujung panah 6 mm.
Ukur panjang garis hubung ini, atau hitung dengan rumus cos.
Panjangnya adalah 4.0394 mm Vektor ini harus diputar sebesar β cw agar kembali ke O.
Besarnya β adalah 121.57 , diukur dari posisi Wt1
o
x ft in
= -10.867 = -2.276
CONTOH SOAL DAN PENYELESAIANNYA
41/60
= -10.867 = -2.276
θ ω1 rad deg
node
0.9622 cps
Karena nilainya negatip,
node ada di luar. k1 k2
10.867 ft
6. SIFAT-SIFAT SISTIM GETARAN 42/60
Ke-elastisitasan suatu sistim dapat dinyatakan dalam istilah kekakuan atau kefleksibelan. Maka,
persamaan gerak pada mode normal dapat dituliskan dengan mengandung lambang kekakuan K.
(- ω2 [M] + [K]) {X} = {0} [K] = matrik
Dalam formulasi kekakuan, gaya dapat dinyatakan sebagai fungsi simpangan X.
{F} = [K] {X}
Sebaliknya, fleksibilitas adalah kebalikan dari kekakuan, sehingga perumusannya menjadi
{X} = [K] -1 {F} = [a] {F}
sehingga persamaan geraknya menjadi
(- ω2 [a] [M] + [I]) {X} = {0} [I] = matrik satuan
Persamaan gerak dengan matrik fleksibilitas yang ditulis dalam bentuk matrik [a], misalnya
x1 a11 a12 a13 f1
x2 = a21 a22 a23 f2
x3 a31 a32 a33 f3
Matrik fleksibilitas [aij] umumnya adalah matrik bujur sangkar yang bersifat simetris, aij = aji
Koefisien fleksibilitas aij didefinisikan sebagai perpindahan di i akibat sebuah gaya satuan di j
dengan gaya-gaya yang lain = 0.
Contoh, tentukan matrik fleksibilitasnya x1 x2 x3
k1 k2 k3
1 2 3
Dengan memberikan gaya satuan f1 = 1 di 1 dan f2 = f3 = 0 maka yang berubah hanya pegas k1
x1 1/k1 0 0 f1 = 1
x2 = 1/k1 0 0 0 kolom 2 dan 3 di-nolkan karena tidak ada
x3 1/k1 0 0 0 pengaruhnya (akan dikalikan dengan nol)
Berikutnya dengan memberikan gaya satuan f2 = 1 dan f1 = f3 = 0 pegas k1 dan k2 akan bergerak
x1 0 1/k1 0 0
x2 = 0 1/k1 + 1/k2 0 f2 = 1
x3 0 1/k1 + 1/k2 0 0
Terakhir dengan memberikan gaya satuan f3 = 1 dan f1 = f2 = 0 semua pegas akan bergerak
x1 0 0 1/k1 0
x2 = 0 0 1/k1 + 1/k2 0
x3 0 0 1/k1 + 1/k2 + 1/k3 f3 = 1
Sehingga setelah dijumlahkan akan diperoleh persamaan gerak dengan matrik kekakuan :
x1 1/k1 1/k1 1/k1 f1
x2 = 1/k1 1/k1 + 1/k2 1/k1 + 1/k2 f2 [a] = simetris
6. SIFAT-SIFAT SISTIM GETARAN 43/60
Jawab :
1/k1 1/k1 1/k1 0,5 0,5 0,5
[a] = 1/k1 1/k1 + 1/k2 1/k1 + 1/k2 = 0,5 1,5 1,5
1/k1 1/k1 + 1/k2 1/k1 + 1/k2 + 1/k3 0,5 1,5 2,5
Terlihat bahwa Matrik Fleksibilitas [a] sifatnya simetris, dan tidak dipengaruhi oleh m.
Jika m1 = 2m, m2 = m dan m3 = m, dengan matrik kekakuan tsb di atas cari persamaan geraknya
dan persamaan karakteristiknya.
θ1 θ2 θ3 θ = simpangan sudut
k = kekakuan poros
k1 k2
J1 J2 J3 J = Momen Inersia Polar
Maka persamaan geraknya:
J1 0 0 ӫ1 k1 - k1 0 ө1 0
0 J2 0 ӫ2 + k - k1 k1 + k2 - k2 ө2 = 0
0 0 J3 ӫ3 0 - k2 k2 ө3 0
θ1 1 1 0 0 1 -1 0 1 0
atau φ1 = θ2 = 1 bukti 0 0 1 0 + -1 2 -1 1 = 0
θ3 1 0 0 1 0 -1 1 1 0
λ2 = 1 1-λ -1 0 0 0 -1 0 0 0 -1 0 0 Ambil θ1 = - 1
-1 2-λ -1 0 = -1 1 -1 0 ≈ -1 0 -1 0 maka θ3 = 1
0 -1 1-λ 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 dan θ2 = 0
θ1 1 1 0 0 1 -1 0 -1 -2
atau φ2 = θ2 = 0 bukti 1 0 1 0 + -1 2 -1 0 = 0
θ3 -1 0 0 1 0 -1 1 1 2
6. SIFAT-SIFAT SISTIM GETARAN 47/60
λ3 = 3 1-λ -1 0 0 -2 -1 0 0 0 0 0 0 Ambil θ3 = 1
-1 2-λ -1 0 = -1 -1 -1 0 ≈ -1 0 1 0 maka θ1 = 1
0 -1 1-λ 0 0 -1 -2 0 0 -1 -2 0 dan θ2 = - 2
θ1 1 1 0 0 1 -1 0 1 6
atau φ3 = θ2 = -2 bukti 3 0 1 0 + -1 2 -1 -2 = -12
θ3 1 0 0 1 0 -1 1 1 6
Terlihat bahwa, jika θ atau simpangannya tertentu maka akan terjadi resonansi.
Latihan soal-soal :
6-1 x1 x2 Cari matrik fleksibilitas
k1 k2 k3 dan matrik kekakuannya
m1 m2
k1 k2 k3
J1 J2 J3
6-5 θ1 θ2 6-5
Ganti massa-massa dan kekakuan
pegas-pegasnya kemudian tentukan
k k mode normalnya.
J 2J
Cari persamaan geraknya
Tentukan mode normalnya (gunakan matrik adjoint)
7. SISTIM KONTINYU 49/60
Contoh sistim yang kontinyu adalah getaran sebuah dawai (senar), di mana getaran yang terjadi
bisa terdapat pada setiap titik sepanjang senar tsb. Adanya getaran tsb diwujudkan dengan adanya
simpangan pada waktu tertentu. Maka simpangan y adalah fungsi dari jarak x dan waktu t.
Misalkan persamaan geraknya adalah : ∂2 y 1 ∂2 y
=
∂x2 c2 ∂t2
Cara pemecahannya adalah seperti yang diberikan dalam Matematika Teknik, misalkan y = XT
di mana X(x) adalah fungsi x saja, T(t) adalah fungsi t saja.
Maka soal bisa berubah menjadi 1 X" T"
X" T = X T" atau c2 =
c2 X T
Karena suku kiri hanya fungsi dari x, suku kanan hanya fungsi dari t, maka hasilnya adalah konstanta.
Tulis X" T" ω2
c2 = = ω2 maka akan diperoleh 2 persamaan X" - X = 0
X T c2
T" - ω2 T = 0
Salah satu syarat batas yang umum adalah, y(0,t) = 0, artinya, senar tsb ujungnya terikat.
Dengan syarat batas ini, maka konstanta bebas A = 0, sehingga persamaan geraknya:
y(x,t) = (P cos ωt + Q sin ωt) sin (ω/c) x P = BC, Q = BD
Syarat batas yang lain, y(L,T) = 0, artinya, ujung satunya juga terikat.
Jika sin (ω/c)L = 0, maka (ω/c)L = nπ n = 0, 1, 2, 3, . .
Jika dimisalkan λ = c/f di mana λ adalah panjang gelombang, dan f adalah frekwensi oskilasi,
ωn L 2πL
= = nπ n = 0, 1, 2, 3, . .
c λ
Ada banyak mode normal n, sehingga persamaan geraknya akan merupakan penjumlahan
Deret Fourier
∞
y(x,t) = ∑ (Pn cos ωnt + Qn sin ωnt) sin nπx/L ωn = nπc/L
n=1
7. SISTIM KONTINYU 50/60
n=1
PERSAMAAN LAGRANGE 51/60
Untuk menghitung energi kinetik, kwadrat kecepatan bisa dinyatakan dalam koordinat umum.
v12 = ẋ12 + ẏ12 = (L1 θ•1)2
v22 = ẋ22 + ẏ22 = [(L1 θ•1 + L2 θ2•cos (θ2-θ1)]2 •
+ [(L2 θ2 sin (θ2-θ1)]2 (ada pembulatan)
Maka energi kinetiknya: T = 1/2 m1v12 + 1/2 m2v22 = T(q1, q2, .. , q• 1 , q•2, . . )
•
di mana q = θ, dan q• = θ
Adapun energi potensialnya: U = - m1(L1 cos θ1) - m2(L1 cos θ1 + L2 cos θ2)
Dengan koordinat umum : U = U(q1, q2, . . . . )
Persamaan Lagrange: d ∂T ∂T ∂U
- + = 0 i = 1, 2, 3 . . . .
dt ∂q•i ∂qi ∂qi
∂T d ∂T ∂U
Untuk i = 1 = m1•q1 = m1q••1 = k1q1 - k2(q2 - q1)
∂q• 1 dt ∂q•1 ∂q1
∂T
= 0 maka diperoleh persamaan 1: m1q••1 + k1q1 - k2(q2 - q1) = 0
∂q1
atau m1q••1 + (k1 + k2)q1 - k2q2 = 0
PERSAMAAN LAGRANGE 52/60
∂T d ∂T ∂U
Untuk i = 2 = m2q• 2 = m2q••2 = k2(q2 - q1) - k3 (q3 - q2)
∂q•2 dt ∂q•2 ∂q2
∂T
= 0 maka diperoleh persamaan 2: m2q••2 + k2(q2 - q1) - k3 (q3 - q2) = 0
∂q2
atau m2q••2 - k2q1 + (k2 + k3)q2 - k3q3 = 0
∂T d ∂T ∂U
Untuk i = 3 = m3q• 3 = m3q••3 = k3 (q3 - q2)
∂q•3 dt ∂q•3 ∂q3
∂T
= 0 maka diperoleh persamaan 3: m3q••3 + k3 (q3 - q2) = 0
∂q3
atau m3q••3 - k3q2 + k3q3 = 0
Kerja yang dihasilkan oleh momen luar: δW = M(t) δq2 maka Q2 = M(t)
∂T ∂T d ∂T ∂U
= 0 = mq•1 = mq••1 = kq1 + k(q1 - rq2)
∂q1 ∂q• 1 dt ∂q•1 ∂q1
∂T ∂T d ∂T ∂U
= 0 = Jq•2 = Jq••2 = k(rq2 - q1)
∂q2 ∂q•2 dt ∂q•2 ∂q2
Karena ada momen luar M(t), maka Jq••2 - k(q1 - rq2)r = M(t)
Sehingga persamaan geraknya:
••
PERSAMAAN LAGRANGE 53/60
m 0 q••1 2k - kr q1 0
+ =
0 J q••
2 - kr kr2 q2 M(t)
Contoh soal 7.1-3 Untuk mengetahui getaran struktur batang, banyaknya
U2 U4 koordinat U yang diambil sering melebihi banyaknya
L derajat kebebasan maka perlu adanya constraint
U1 U5
U3 U6 (hubungan antar koordinat). Karena itu digunakanlah
koordinat umum (generalized coordinates) q yang benar-
L
benar menunjukkan banyaknya derajat kebebasan.
2L U = cq
Konstruksi 4 batang di samping memiliki
U7 constraint : U2 = U8 = 0
L 60
0
U1 = U5
U8
U9 (U4 cos 30 - U5 cos 60) -
(U7 cos 30 - U8 cos 60) = 0
Jika semula ada 9 koordinat (U1 . . . U9), tetapi ada 2 koordinat = 0 maka banyaknya
koordinat tinggal 9 - 2 = 7. U2 dan U8 bisa dibuang.
Maka aktualnya hanya ada 7 koordinat dan 2 constraint, sehingga banyaknya derajat
kebebasan tinggal 7 - 2 = 5. Tulis sebagai q1, q2, . . . q5 sebagai koordinat umum.
Persamaan constraintnya bisa ditulis dalam bentuk persamaan matrik :
U1
1 0 -1 0 U4
= 0 atau [A]{U} = 0
0 0.866 -0.5 -0.866 U5
U7
Dari 4 koordinat U tsb, ambil U5 dan U7 sebagai wakil dari koordinat umum sehingga
bisa ditulis hubungan U dan q sbb : U
a b = [a]{U} + [b]{q} = 0
q
atau {U} = - [a] -1 [b]{q}
1 0 U1 -1 0 U5 0
+ =
0 0.866 U4 -0.5 -0.866 U7 0
U1 1 0 1 0 U5 1 0 U5
= =
U4 0 1.1547 0.5 0.866 U7 0.5774 1 U7
U1 0 1 0 0 0
U3 1 0 0 0 0 U3
U4 0 0.578 0 1 0 U5
U5 = 0 1 0 0 0 U6 selanjutnya {q} bisa ditulis sebagai
PERSAMAAN LAGRANGE 54/60
U6 0 0 1 0 0 U7 {U} = [C]{q}
U7 0 0 0 1 0 U9 atau {q} = [C] -1 {U}
U9 0 0 0 0 1
Latihan soal 7.3-4 m2, J2 Tentukan koordinat umumnya
q1
m1, J1 L2 q3 Evaluasi matrik
q2
EI2 kekakuan dan massanya
dari persamaan geraknya
L1 EI1 Dari gambar ini terlihat ada 3 koordinat
umum, q1, q2 dan q3.
M3 0 0 0 0
-6EI1
F1 0 0 0
L12
= 4EI1 4EI2
M2 0 + 0 q2
L1 L2
2EI2
M3 0 0 0
L2
F1 0 0 0 0
= -2EI2
M2 0 0 0
L2
4EI2
M3 0 0 q3
L2
0 0 0 0 0 0 q1 -3.3429231
= -1 0 0.2991 = -3.3429 0 1 q2 = -1.3429231
0 -1 0.7446 0 -1.3429 1 q3 1. 1
0 0 0 0 0 0 q1 0.8136065
= -1 0 -1.2291 = 0.8136 0 1 q2 = 2.8136065
QUIZ 2 57/60
0 -1 -0.3554 0 2.8136 1 q3 2. 1
λ3 = 3 - 2λ -1 0 -2.7785 -1 0 0 1.4707 2.7785
2.889229 -1 2 -λ -1 = -1 -0.889 -1 = -1 0 0.68
0 -1 1 -λ 0 -1 -1.889 0 -1 -1.8892
0 0 0 0 0 0 q1 -1.4706834
= -1 0 0.68 = -1.4707 0 1 q2 = 0.52931658
0 -1 -1.8892 0 0.5293 1 q3 3. 1
3-λ -1 0 (6 - 5λ + λ2)(1 - λ) - (3 - λ) - (1 - λ) = 0
-1 2-λ -1 = 0 2 - 9λ + 6λ2 - λ3 = 0 λ1 = 2
0 -1 1-λ (λ-2)(-λ2 + 4λ - 1) = 0 λ2 = 3.7321 = 4
λ3 = 0.2679 = 0.3
2 1 -1 0 1 0
-1 0 -1 1
0 -1 -1 1
1-λ -1 0 (2 - 3λ + λ2)(1 - λ) - (1 - λ) - (1 - λ) = 0
-1 2-λ -1 = 0 0 - 3λ + 4λ2 - λ3 = 0 λ1 = 0
0 -1 1-λ λ2 - 4λ + 3 = 0 λ2 = 1
λ3 = 3
λ
1 0 -1 0 0- χ -1 0 χ2 - χ3 + 2χ = - χ (χ2 - χ - 2)
-1 1 -1 -1 1- χ -1 = (-χ)(χ - 2)(χ + 1) χ1 = 0
0 -1 0 0 -1 0- χ χ2 = -1
χ χ3 = 2
2 -2 -1 0 0 1 2 1 2
-1 -1 -1 -1 0 1 -2 -4
0 -1 -2 0 -1 -2 1 2
Getaran Longitudinal
Syarat batas: 1) d2 X 2) d d2 X
EI = 0 EI = 0
dx2 x=0 dx dx2 x=0
3) (X) = 0 4) dX
x=L = 0
dx x=L
L
Jika dimasukkan ke persamaan umum, diperoleh :
Eg b2 p 5,48 b Eg
p2 = 10 sehingga frekwensinya f = =
γ L 4
2π 2π L 2
3γ