Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen


Dosen Pembimbing :

Disusun oleh:

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PUTRA PERDANA INDONESIA

JL. Citra Raya Barat No.31-32 Griya Harsa II Block I 10 Citra Raya
Kecamatan Cikupa Kabupaten Tanggerang 15710
BAB II

PEMBAHASAN

Penjelasan Materi

1. Sekuritas Hibrida

Hybrid Security adalah bentuk pembiayaan utang atau ekuitas yang memiliki

karakteristik dari kedua utang dan pembiayaan ekuitas. Yang termasuk dalam Hybrid

Security merupakan Financial leases, convertible securities, and stock purchase

warrants. Kegunaan menggunakan derivative security yaitu bukan untuk menambah

dana perusahaan tetapi melainkan sebagai alat untuk mengatur ataupun mendeteksi

adanya resiko perusahaan.

2. Pengertian Leasing

Kegiatan Sewa Guna Usaha atau yang lebih dikenal Leasing adalah suatu penetapan

yang memberikan kepada suatu perusahaan untuk menggunakan dan mengendalikan

aktiva-aktiva tanpa menerima hak atas aktiva-aktiva tersebut. Aktiva tersebut

merupakan barang modal.


Leasing juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk

penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun

sewa guna usaha tanpa hak opsi.

Pengertian leasing juga secara umum dapat didefinisikan sebagai perjanjian antara

lessor (perusahaan leasing) dengan lessee (nasabah) dimana pihak lessor

menyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan

pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu.

3. Jenis-jenis Leasing

1. Operating Lease

Suatu operasi lease tidak menyatakan adanya kewajiban jangka panjang baik bagi

lessor maupun lessee dan biasanya boleh dibatalkan oleh pemilik atau pengguna aktiva

setelah pemberitahuan ketetapan umum (memiliki hak opsi). I.B.M (International

Business Machines) adalah salah satu pioneer dari “Operating leases contract”.

Computer, mobil dan truck adalah bentuk-bentuk aktiva atau perlengkapan yang

banyak di-lease-kan atas dasar kontark tertentu.

2. Financial Lease

Merupakan suatu lease jangka panjang atas aktiva-aktiva tetap yang tidak boleh

dibatalkan oleh kedua belah pihak. Sebagai sumber dana, financial lease pada

dasarnya adalah suatu jenis yang sama dari alternative pembelanjaan utang jangka

panjang. Financial Lease terbagi 2 yaitu :

Direct Finance Lease : Jika pihak lease pada waktu sebelumnya belum memiliki

barang modal yang dijadikan obyek leasing tersebut.


Sale and Lease Back : Pihak lease yang sebelumnya telah memiliki barang modal

tertentu, menjual barang tersebut kepada lessor. Suatu operasi lease dimana

perusahaan yang memiliki aktiva seperti tanah, bangunan, dan peralatan pabrik

menjual aktiva tersebut ke perusahaan lain dan sekaligus menyewa kembaliaktiva

tersebut untuk periode tertentu. Manfaat Sale and Leaseback ini adalah penjual atau

Lessee menerima pembayaran segera sebagai tambahan dana yang dapat

diinvestasikan ke investasi lain; dan bersamaan dengan itu Lessee masih

menggunakan aktiva yang dijualnya selama jangka waktu perjanjian leasing.

Pihak-pihak yang terlibat dalam Leasing

1. Lessor (pemilik aktiva)

Merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan para nasabahnya untuk

memperoleh barang modal. Contohnya adalah Adira, SOF(Summit Oto Finance), dan

FIF (Federal International Finance-Honda)

2. Lessee (pemakai aktiva)

Nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor untuk memperoleh

barang modal yang diinginkan.

3. Supplier

Pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasingkan sesuai perjanjian antara

lessor dengan lessee dan dalam hal ini supplier juga dapat bertindak sebagai lessor

4. Asuransi
Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara

lessor dengan lessee. Contoh : ACA Asuransi dan Asuransi Sinarmas.

Sumber Dana Leasing

1. Modal disetor

2. Laba Ditahan

3. Depresiasi

4. Lembaga Keuangan dan Perusahaan Leasing khusus menyediakan dana untuk

leasing.

Manfaat Leasing

1. Menghemat modal

2. Sangat luwes

3. Sebagai sumber dana

4. Menguntungkan cash-flow

5. Menciptakan keuntungan dari pengaruh inflasi

6. Sarana kredit jangka menengah dan panjang

7. Dokumentasi sederhana

4. KEPUTUSAN LEASING VS MEMBELI


Dari sudut pandang lessee, keputusan untuk membeli dengan dana dari hutang atau

leasing suatu aktiva diambil setelah melakukan analisa sebagai berikut :

Keterangan :

LANGKAH 1

Menghitung NPV (Net Present Value) aktiva. NPV dihitung dengan mempresent-

valuekan seluruh arus kas masuk kemudian diselisihkan dengan present value arus kas

keluar. Pada perhitungan NPV, kita gunakan biaya modal sebagai tingkat diskonto.

Dimana : CIFt = Cash Inflow pada

waktu t yang dihasilkan proyek

k = Biaya Modal

COF = Initial Cash Outflow (diasumsikan terjadi sekarang)

n = Usia aktiva

LANGKAH 2

Menghitung NAL (Net Advantage to Leasing). NAL adalah penghematan biaya yang

timbul karena kita memilih alternative leasing daripada membeli active tersebut.
Dimana :

Ot = Operating Cash Outflow pada waktu t yang terjadi hanya jika aktiva dibeli (tidak

leasing). Biasanya terdiri dari Biaya Perawatan dan Asuransi yang pada kontrak lease

akan dibayar oleh lessor.

Rt = Leasing payment tahunan pada waktu t

T = Tingkat pajak pada penghasilan perusahaan

Dt = Biaya depresiasi aktiva pada waktu t

Vn = Nilai sisa setelah pajak (Salvage Value After Tax) pada waktu n

COF = Harga pembelian aktiva, yang tidak dibayar lessee jika ia mengeluarkan leasing

Rb = Biaya hutang setelah pajak

 kd = biaya hutang sebelum pajak

LANGKAH 3

Membuat keputusan. Dimana :

 Jika NPV > 0 dan NAL > 0, maka Aktiva dapat diperoleh melalui LEASING.

 Jika NPV > 0, namun NAL < 0, maka Aktiva dapat diperoleh dengan cara

MEMBELI.

 Jika NPV < 0 dan NAL > 0, jangan dulu menolak aktiva tersebut sebab akan timbul :
 NPV + NAL > 0 , maka Aktiva dapat diterima tapi harus diperoleh dengan cara

LEASING

 NPV + NAL < 0 , maka Aktiva atau proyek harus DITOLAK.

Jika NPV < 0 dan NAL < 0, maka Aktiva atau proyek tersebut DITOLAK.

6.7 Contoh Soal :

Sebuah bangunan yang ingin dibeli oleh MANIQUE MANAGEMENT untuk pelebaran

proyeknya berharga Rp. 135.319.110. Bangunan tersebut didepresiasikan 5 tahun

tanpa nilai residu dengan metode garis lurus. Perusahaan sedang mempertimbangkan

pembeliannya apakah dengan membeli atau dengan leasing. Jika nilai sisa setelah

pajak pada tahun ke-5 sebesar Rp. 25.094.304, bangunan tersebut diperkirakan

menghasilkan arus kas sesudah pajak Rp. 39.440.330 per tahun. Biaya pemeliharaan

bangunan tersebut Rp. 25.478.878 per tahun yang dibayar oleh lessor. Jika leasing

payment tahunan sebesar Rp. 44.338.345 per tahun (ditentukan oleh lessor) dan biaya

bunga yang dibayarkan perusahaan jika meminjam dari Bank sebesar 13%.Tentukan

keputusan apa yang harus dipilih oleh perusahaan bila pajak penghasilan perusahaan

adalah 37% dan biaya modal perusahaan 17%?

Jawaban :

Langkah 1
= 33.709.683,76 + 28.811.695,52 + 24.625.380,79 + 21.047.334,01 + 17.989.174,36 –

135.319.110

= 126.183.268,4 – 135.319.110

= - 9.135.841,56 < 0

Langkah 2

Ot ( 1 – T) = 25.478.878 ( 1 – 0,37 ) = 16.051.693,14

Rt ( 1 – T) = 44.338.345 ( 1 – 0,37 ) = 27.933.157,35

Dt (T) = 27.063.822 ( 0,37 ) = 10.013.614,14

Vn ( 1 – T ) = 25.094.304 ( 1 – 0,37 ) = 15.809.411,52

Kd ( 1 – T ) = 0,13 ( 1 – 0,37 ) = 0.0819

Tahun Ot ( 1 – T ) -Rt ( 1 – T ) -Dt (T) Jumlah


1 16.051.693,14 - 27.933.157,35 -10.013.614,14 - 21.895.078,35
2 16.051.693,14 - 27.933.157,35 -10.013.614,14 - 21.895.078,35
3 16.051.693,14 - 27.933.157,35 -10.013.614,14 - 21.895.078,35
4 16.051.693,14 - 27.933.157,35 -10.013.614,14 - 21.895.078,35
5 16.051.693,14 - 27.933.157,35 -10.013.614,14 - 21.895.078,35

= - 97.650.140,23 + 135.319.110
= 37.668.969,77 > 0

Karena NPV < 0 dan NAL > 0, maka NPV+NAL = 28.533.128,21 > 0, maka aktiva dapat

diperoleh melalui leasing.

5. Sekuritas Konversi
Sekuritas konvertibel adalah obligasi atau saham preferen yang dapat diubah menjadi
saham biasa perusahaan yang sama dengan menggunakan hak yang dimiliki pemegang opsi. Jika
sudah ditukar menjadi saham biasa, saham tidak dapat dipertukarkan lagi menjadi obligasi atau
saham preferen. Rasio pertukaran antara sekuritas konvertibel dengan saham biasa dapat
dinyatakan dalam harga konversi atau rasio konversi. Misalnya, Obligasi Silicon Valley
Software Company dengan nilai pari $1000 memiliki Convertion Ratio (CR) 20. Maka setiap
obligasi dapat ditukar menjadi 20 lembar dengan harga konversi (convertion price) sebesar
$1000/20 = $50.

Rasio atau harga konversi dapat mengalami perubahan. Harga konversi sekuritas
konvertibel dapat mengalami peningkatan dalam kurun waktu tertentu. Misalnya obligasi
dengan nilai nominal mengalami harga konversi $40 selama 5 tahun pertama, $45 untuk 5 tahun
berikutnya dan $50 untuk lima tahun berikutnya lagi dan seterusnya. Dengan cara ini banyaknya
saham biasa yang dapat ditukar dengan obligasi semakin sedikit seiring dengan berjalannya
waktu. Biasanya harga konversi disesuaikan dengan setiap pemecahan saham atau pembagian
saham deviden yang terjadi selama sekuritas dijual. Jika saham biasa dipecah dari 1 menjadi 2,
maka harga konversi juga dibagi 2. Peraturan ini melindungi pemegang obligasi dan dikenal
dengan sebutan klausula antipenipisan (antidilution clause).

Nilai Konversi dan Premi Konversi


Nilai konversi adalah nilai sekuritas konvertibel dalam bentuk saham biasa yang dapat
dikonversi dengan sekuritas. Nilai konversi ini sama dengan rasio konversi dikalikan dengan
harga pasar pertumbuhan saham. Misalnya, jika saham Silicon Valley dijual seharga $50 dan
rasio konversi adalah $22.86 maka nilai konversi satu obligasi adalah $22.86 x $50 = $1.143.

Pada saat penerbitan, sekuritas konvertibel diberi harga lebih tinggi daripada nilai konversi.
Selisihnya disebut premi atas nilai konversi. Misalnya, obligasi Silicon Valley dijual
kepada publik dengan harga $1000 per lembar. Harga pasar saham biasa pada saat penerbitan
konvertibel adalah $38.50. Maka nilai konversi setiap obligasi adalah $22.86 x $38.50 =
$880. Selisih dari $1000 - $880 yaitu sebesar $120 adalah premi atas nilai konversi.
Biasanya premi ini dinyatakan dalam bentuk persentase = 120/880 = 13.6%.

6. Pertimbangan Pendanaan dengan Sekuritas Konversi

Perusahaan menerbitkan sekuritas konvertibel karena dua alasan utama. Pertama

adalah keinginan untuk meningkatkan modal ekuitas tanpa memberikan pegendalian

kepemilikan yang berlebihan kecuali diperlukan. Untuk mengilustrasikannya, asumiskan

bahwa perusahaan ingin mendapat $1.000.000 pada saat saham biasanya dijuah

seharga $45 persaham. Penerbitan seperti ini akan membutukan penjualan sebanyak

22.222 saham (dengan mengabaikan biaya penerbitan). Dengan menjual 1.000

Obligasi pada nilai pari $1.000, yang masing masing dapat dikonversi menjadi 20

lembar saham biasa, perusahaan dapat memperoleh $1.000.000 dengan hanya

menerbitkan 20.000 lembar saham biasa.

Alasan kedua mengapa perusahaan menerbitkan sekuritas konvertibel adalah untuk

memperoleh pembiayaan dengan saham biasa pada suku bunga yang rendah. Banyak

perusahaan hanya dapat menerbitkan hutang pada suku bunga yang tinggi, kecuali jika

perjanjian konvertibel dicantumkan. Hak istimewa atau privilage konversi membuat para
investor bersedia menerima suku bunga yang lebih rendah dibandingkan penerbitan

hutang secara normal. Sebagi contoh, Amazon.com baru baru ini menerbitkan obligasi

konvertibel yang membayar bunga pada hasil efetif 4,75% yang lebih rendah daripada

yang harus dibayar Amazon.com jika menerbikan hutang langsung. Pada suku bunga

yang lebih rendah ini, investor memperoleh hak untuk memberli saham biasa

amazon.com pada harga yang tetap sampai jatuh tempo.

7. Jenis Nilai Obligasi Konversi

Obligasi tukar atau biasa dikenal dengan nama exchangeable convertible adalah suatu

obligasi dimana saham menjadi asset dasar obligasi tersebut adalah saham dari

perusahaan yang berbeda dari perusahaan penerbit obligasi.

Obligasi wajib konversi biasa disebut mandatory convertibles adalah obligasi jangka

pendek dan biasanya memiliki imbal hasil tinggi yang wajib dikonversikan menjadi

saham biasa berdasarkan harga pasaran yang berlaku pada saat konversi.

Obligasi konversi bersyarat atau lebih dikenal dengan istilah contingent convertible (co-

co) yang merupakan obligasi konversi dengan persyaratan bahwa investor hanya

diperkenankan untuk melakukan konversi obligasinya menjadi saham perusahaan

apabila harga saham yang berlaku di pasar modal mencapai persentase tertentu diatas

harga konversi. Contoh : suatu obligasi bersyarat dengan nilai saham perusahaan

menjadi asset dasarnya senilai Rp. 1.000 pada saat penerbitan obligasi. Premi konversi

30% dan syarat pemicu konversi adalah 120%, maka obligasi tersebut dapat

dikonversikan ke saham dengan nilai konversi per sahamya adalah Rp. 1.300 hanya

apabila harga saham di pasaran berada diatas harga Rp. 1.560 (120% dari Rp. 1.300)
dalam suatu waktu yang ditentukan yang biasnya dalam masa 20 hari sebelum akhir

kuartal.

Obligasi konversi saham preferen atau dikenal dengan istilah convertible preffered

stock adalah seperti obligasi biasa namun memiliki tingkat senioritas lebih rendah

dalam struktur permodalan.

8. Karakteristik Warrant

Beberapa karakteristik dari warrant adalah:

Exercise Price (X)

Exercise price adalah harga yang tertera pada waran. Pemegang waran dapat
membeli sejumlah lembar saham pada harga ini. Pemegang waran hanya akan
mengunakan haknya jika harga saham di pasar (S) lebih tinggi dari exercise waran
(X). Pada dasarnya hanya ada satu exercise price pada suatu waran. Namun ada juga
waran yang memiliki exercise price yang semakin tinggi (stepped-up exercise price).
Misalnya untuk waran dengan maturity 10 tahun, untuk 5 tahun pertama exercise
price-nya $25 dan untuk 5 tahun kedua exercise price-nya menjadi $30. Stepped-up
exercise price ini digunakan untuk mendorong pemilik waran untuk segera
menukarkan warannya dengan saham jika nilai perusahaan meningkat dan
diperkirakan akan terus meningkat.

Expiration Date

Meskipun ada beberapa waran yang tidak memiliki batas usia, pada umumnya waran
mempunyai tanggal jatuh tempo. Misalnya waran dengan usia 10 tahun; pemegang
waran ini hanya memiliki hak membeli saham pada harga yang telah ditetapkan
selama 10 tahun. Jika selama 10 tahun tersebut harga saham (S) tidak pernah melebihi
harga waran (X), pemegang waran tidak akan pernah menikmati keuntungan dari
exercise warrant. Seperti halnya stepped up exercise price, expiration date juga
merupakan alat bagi perusahaan penerbit waran untuk memaksa pemegang waran
melakukan exercise. Misalnya sehari menjelang expiration date harga saham lebih
tinggi dari exercise price; maka pemegang waran tidak punya pilihan lain kecuali
segera menggunakan haknya untuk membeli saham. Ia tidak dapat menunggu lebih
lama lagi untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dari kenaikan harga saham
yang lebih tinggi lagi.

Detachability

Waran biasanya dijual bersama obligasi atau sekuritas lainnya (attached), namun bisa
juga dijual secara terpisah dari sekuritas tersebut. Jadi investor memiliki alternatif
untuk menjual waran sendiri, obligasi sendiri atau kombinasi keduanya.

Exercise Ratio

Exercise ratio menyatakan berapa lembar saham yang dapat dibeli pada exercise price
untuk satu lembar waran; misalnya exercise ratio 2 berarti 1 waran dapat digunakan
untuk membeli 2 lembar saham pada exercise price.

Secara singkat, karakteristik warrant adalah sebagai berikut :

Memiliki masa berlaku & masa waktu perdagangan 6 bulan keatas.

Memiliki harga exercise (harga eksekusi) sebagai harga yang harus dibayar apabila

anda ingin mengubah warrant menjadi saham.

Pemegang tidak wajib menebus warrant menjadi saham, tetapi warrant tersebut akan

hangus bila masa berlaku telah berakhir.

9. Nilai Warrant

Pembagian deviden tunai cenderung menurunkan nilai warrant. Dalam jangka pendek

pembagian deviden akan menurunkan nilai saham karena ada sebagian keuntungan yang

dikeluarkan oleh perusahaan. Deviden adalah hak pemegang saham atau pemilik perusahaan

sedangkan pemegang warrant bukanlah pemilik perusahaan sehingga tidak berhak atas
deviden. Hal ini merugikan pemegang call option atau warrant yang selalu mengharapkan nilai

saham naik agar dapat melakukan exercise untuk memperoleh keuntungan.

Jika terjadi exercise warrant saat ini , katakanlah perusahaan harus mengeluarkan 100.000

lembar saham baru dengan harga sebesar exercise price yang hanya $22 (jauh di bawah harga

pasar $51.87). Ini berarti perusahaan memperoleh dana baru sebesar $2,2 juta (dari 22 X

100.000). Dana $2,2 juta ini akan menghasilkan earning sebesar $297,000 (dari 2.2 juta X

13.5%). Maka EPSnya adalah: ($7 juta + $297,000) / ($1 juta + 0,1 juta) = $6.63. Angka ini lebih

kecil dibandinglkan dengan EPS sebesar $7.

10. Definisi Call Option dan Put Option

Call Option merupakan hak option holder untuk membeli sejumlah mata uang tertentu pada

harga tertentu (strike price) dimasa datang.

Put Option merupakan hak option holder untuk menjual sejumlah mata uang tertentu pada

harga tertentu (strike price) dimasa datang.

11. Pasar dan Perdagangan Option

Dalam dunia dagang kita mengenal dua posisi sebagai pihak penjual dan pembeli, demikian juga di

perdagangan Options.

Dalam trading / investasi di Options nantinya, kita bisa memilih sebagai

a. Options Buyer : sebagai pembeli Kontrak Resmi, atau

b. Options Seller : sebagai penjual Kontrak Resmi


CALL OPTIONS

Ilustrasi Call Options.

Si B mau menjual rumahnya sebesar Rp.500 juta. Kemudian si A menghubungi si B sebagai pemilik

rumah dan si A berniat untuk membeli rumah si B dengan harga yang ditawarkan. Kemudian mereka

bertemu dan mengadakan perjanjian.

”Pak B, saya bersedia membeli rumah anda seharga Rp 500 juta, namun saya tidak memiliki uang tunai

sebesar itu sekarang. Kalau Pak B bersedia menunggu dua bulan, saya akan melunasinya sebesar Rp.

500. Saat ini sebagai tanda jadi saya akan membayar sebesar Rp 25 juta. Uang tersebut sebagai tanda

keseriusan saya dan sebagai kompensasinya, karena anda harus menunggu 2 bulan. Dengan demikian

Pak B akan menerima Rp. 525 juta, yang berasal dari Rp. 25 juta uang tanda jadi, ditambah Rp. 500 juta

lagi yang akan dibayarkan dalam dua bulan kemudian. Jika ternyata dalam waktu dua bulan A tidak

menyelesaikan pembayaran sebesar Rp. 500 juta, maka uang tanda jadi yang telah diberikan hangus dan

menjadi milik si B.”

Setelah kedua belah pihak sepakat kemudian mereka membuat Surat Perjanjian/Kontrak Resmi. Selama

kontrak itu sudah sah maka dalam waktu 2 bulan rumah tersebut adalah menjadi hak si A

Skenario Pertama

Ternyata kemudian diketahui, di dalam rumah tersebut mengandung “gas beracun”, yang

mengakibatkan harga pasaran rumah tersebut menjadi turun jauh, misalnya menjadi Rp 100 juta.

Maka A bisa memutuskan untuk tidak jadi membeli rumah tersebut, karena lebih baik baginya

membiarkan uang tanda jadi Rp 25 juta tadi hangus dan menjadi milik si B daripada menanggung

kerugian yang lebih besar lagi.


Skenario Kedua

Ternyata kemudian diketahui, di bawah lantai salah satu kamar rumah tersebut ada “kandungan emas”,

sehingga harga pasaran rumah tersebut naik menjadi mahal sekali, misalnya menjadi Rp 1 Milyar.

Karena rumah tersebut masih menjadi hak si A maka si A berhak untuk menjual rumah tersebut dengan

harga sebesar 1 Milyar. Si A mendapat keuntungan sebesar Rp.1 Miyar (dikurangi) Rp. 525 juta = Rp. 475

juta dalam waktu paling lama 2 bulan.

Uang tanda jadi tersebut di dunia Options disebut dengan PREMI.

Ilustrasi Call Options Pada Saham

Misalkan harga saham Yahoo Inc (simbol : YHOO) saat ini berada pada harga US$30 per-lembar. A ingin

membeli YHOO, sebanyak 100 lembar. Maka dibuatlah kontrak antara A dan penjual (B) sebagai berikut :

Kontrak call options

Pembeli call options : A (hak membeli)

Penjual call options : B (wajib menjual)

Nama aset : Saham Yahoo Inc (YHOO)

Jumlah kontrak : 1 kontrak (100 lembar saham)

Masa berlaku : 2 bulan dari sekarang

A membayar kepada B premi sejumlah :


US$ 0,6 per lembar x 100 lembar = US$ 60

Apa yang terjadi jika kemudian harga YHOO naik ataupun turun?

Skenario pertama: Harga YHOO naik

Misalkan Yahoo Inc mengumumkan ke publik akan meluncurkan produk baru yang sangat inovatif

misalnya layanan e-mail dengan kapasitas sebesar 100 GB / account, peluncuran baru itu berakibat pada

harga saham Yahoo dan kemudian naik menjadi US$ 50 / lembar saham.

Maka sebagai call option buyer, A memperoleh keuntungan, karena ia mempunyai hak untuk membeli

saham Yahoo Inc di harga US$ 30, sedangkan saat ini harga saham Microsoft di pasar bernilai US$ 50.

Dengan kata lain A dapat membeli saham Yahoo Inc di harga US$ 30 dan kemudian menjualnya dengan

harga US$ 50 (profit = US$ 20 per lembar).

Keuntungan bersih A (net profit) adalah US$ 20 dikurangi premi yang telah dibayar sebesar US$ 0,6 per

lembar = US$ 19,4 per lembar.

Karena 1 kontrak option mewakili 100 lembar saham, maka total net profit = US$ 19,4 X 100 = US$

1.940.

Semakin naik harga saham Yahoo Inc, A sebagai call option buyer akan semakin besar keuntungannya.

Sedangkan B sebagai call option seller, yang menerima premi US$ 0,6 per lembar mempunyai kewajiban

menjual Yahoo Inc di harga US$ 30 per lembar. Semakin naik harga saham Yahoo Inc, B akan

menanggung kerugian semakin besar.

Jika harga saham naik:


Call options buyer semakin untung,

Call options seller semakin rugi.

Skenario kedua: Harga YHOO turun

Misalkan harga saham Yahoo Inc turun drastis menjadi US$ 10.

Maka sebagai call option buyer, A tidak memiliki kewajiban untuk membeli. Karena lebih

menguntungkan baginya untuk membeli saham Yahoo Inc di pasar dengan harga US$ 10 daripada

membeli dari B dengan harga US$30. Maka A lebih baik membiarkan haknya.

Dalam hal ini kerugian A adalah sebesar premi yang telah dibayarkan, yaitu US$ 0,6 per lembar x 100

lembar = US$ 60. Berapapun penurunan harga saham Yahoo Inc, maksimum kerugian yang bisa dialami

A adalah sebesar US$ 0,6 per lembar.

Sebaliknya, keuntungan maksimum yang bisa diperoleh B adalah sebesar premi yang diterima,

sedangkan potensi kerugiannya tak terbatas.

Kita membeli call options jika memperkirakan harga saham akan naik.

PUT OPTIONS

Ilustrasi Put Options

Misalkan A telah membeli rumah seharga Rp 500 juta. Karena ia ingin mendapatkan perlindungan atas

rumah tersebut, ia membayar premi sebesar Rp 5 juta untuk asuransi rumahnya secara all-risk selama 1

tahun.
Perusahaan asuransi yang menerima uang premi tersebut memberikan jaminan perlindungan dengan

wajib mengganti jumlah kerugian yang mungkin terjadi atas rumah tersebut selama masa kontrak

sampai senilai maksimal Rp 500 juta.

Skenario Pertama:

Terjadi musibah kebakaran atas rumah yang diasuransikan sehingga nilai rumah turun menjadi Rp 100

juta, atau terjadi kerugian sebesar Rp. 400 juta.

Maka A berhak melakukan klaim dan perusahaan asuransi wajib untuk mengganti kerugiannya sebesar

Rp 400 juta. Dengan kata lain, nilai polis yang dibayarkan senilai Rp 5 juta tadi, sekarang bernilai Rp 400

juta.

Skenario Kedua:

Satu tahun kemudian rumah tersebut tidak terjadi apa-apa, malah harganya naik menjadi Rp 800 juta.

Maka keuntungan dari kenaikan ini adalah hak A sebagai pemilik rumah.

Sedangkan premi yang telah dibayarkan kepada perusahaan asuransi tidak bisa diminta kembali

Ilustrasi Put Options Pada Saham

Misalkan A memperkirakan bahwa harga saham yang perusahaan bergerak dalam bisnis Gold Barrick

Gold Corp (simbol : ABX), akan turun harganya. Oleh karena itu A membeli put option dari B, yang

memberikan hak kepadanya untuk menjual saham ABX di harga US$ 40 per lembar selama jangka waktu

satu tahun, untuk itu A membayar premi sebesar US$ 3 per lembar.

Kontrak Put Options

Pembeli put options : A (hak jual)


Penjual put options : B (wajib beli)

Nama aset : Saham Barrick Gold Corp (ABX)

Jumlah kontrak : 1 kontrak (100 lembar saham)

Masa berlaku : 1 tahun dari sekarang

A membayar premi kepada B sebesar :

US$ 3 per lembar x 100 lembar = US$ 300

Apa yang terjadi jika kemudian ABX naik ataupun turun

Skenario pertama: Harga ABX turun.

Karena suatu alasan harga saham ABX turun menjadi US$ 20.

Maka A sebagai put option buyer berhak menjual saham ABX di harga US$40, dimana saat ini saham di

pasar hanya bernilai US$ 20. Dengan kata lain A dapat membeli saham ABX di harga US$ 20 dan

kemudian menjualnya dengan harga US$ 40 (profit = US$ 20 per lembar).

Keuntungan bersih A (net profit) adalah US$ 20 dikurangi premi yang telah dibayar sebesar US$ 3 per

lembar = US$ 17 per lembar.

Karena 1 kontrak option mewakili 100 lembar saham, maka total net profit = US$ 17 X 100 = US$ 1.700.

Semakin turun harga saham ABX, A sebagai put option buyer akan semakin besar keuntungannya.
Sedangkan B sebagai put option seller, yang menerima premi US$ 3 per lembar mempunyai kewajiban

membeli ABX di harga US$ 40 per lembar. Semakin turun harga saham ABX, B akan menanggung

kerugian semakin besar.

Jika harga saham turun:

Put options buyer semakin untung,

Put options seller semakin rugi.

Skenario kedua: Harga ABX naik.

Misalkan tiba-tiba terjadi lonjakan tajam terhadap permintaan di bidang perhiasan yang terdapat

dimana-mana, maka permintaan akan perhiasan dan pernak-perniknya meningkat tajam, sehingga

membuat harga saham ABX sebagai perusahaan yang bergerak di bidang perhiasan naik tinggi sekali,

misalkan menjadi US$ 100 per lembar.

Jika A menggunakan haknya untuk menjual saham ABX di harga US$ 40 per lembar, sedangkan harga

ABX sekarang di pasar bernilai US$ 100 per lembar, maka A akan mengalami kerugian sebesar US$ 60

per lembar. Maka A lebih baik memutuskan untuk membiarkan haknya hangus (Expired Worthless).

Dapat disimpulkan maksimum kerugian A sebagai put option buyer adalah sebesar premi yang

dibayarkan.

Sebaliknya, keuntungan maksimum yang bisa diperoleh B adalah sebesar premi yang diterima,

sedangkan potensi kerugiannya tak terbatas sampai harga saham ABX menjadi nol.

Anda mungkin juga menyukai