Anda di halaman 1dari 8

LP OKSIGENASI

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN28


KEBUTUHAN OKSIGENASI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis


oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai
organ. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat
pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal
(Asmadi, 2008).

Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24
jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme
yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil
pembakaran sel) (Hidayat, 2008).

Pemberian terapi O2 dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan


tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya O2 dari atmosfir hingga sampai ke
tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka
perawat harus memahami indikasi pemberian O2, metode pemberian O2 dan bahaya-
bahaya pemberian O2.. Dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak terlepas
dari peranan fungsi sisitem pernafasan yang menyuplai kebutuhan oksigen tubuh. Dalam
implementasi mahasiswa keperawatan diharapkan lebih memahami tentang apa
oksigenasi, bagaimana proses keperawatan pada klien dengan gangguan oksigenasi dan
bagaimana praktik keperawatan yang mengalami masalah atau gangguan oksigenasi
(Asmadi, 2008).

B. Tujuan

1. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
kebutuhan oksigenasi.
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny,”S” mengenai kebutuhan
oksigenasi
BAB II

KONSEP DASAR KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Definisi

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau


fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon
dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada
tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel (Wahit Iqbal
Mubarak, 2007).

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen
ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas (Wartonah
Tarwanto, 2006).

B. Etiologi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial, yaitu :

1. Faktor predisposisi
a. Genetik, dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut.
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
4. Perubahan cuaca, cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal
ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
5. Stress, stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma
yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
6. Lingkungan kerja, mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik
asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
7. Olah raga/aktifitas jasmani yang berat, sebagian besar penderita asma akan
mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang
berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan
asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas
tersebut.
C. Manifestasi Klinik
1. Suara napas tidak normal.
2. Perubahan jumlah pernapasan.
3. Batuk disertai dahak.
4. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
5. Dispnea.
6. Penurunan haluaran urin.
7. Penurunan ekspansi paru.
8. Takhipnea.

D. Patofisiologi

Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian yaitu menghirup udara (inpirasi), Inspirasi
adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran pernapasan sampai
keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih besar tekanan rongga dada
turun/lebih kecil. Menghembuskan udara (ekspirasi) tidak banyak menggunakan tenaga,
karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan.
Proses ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih
besar.

Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.

1. Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:
a. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer, semakin tingginya suatu tempat, maka
tekanan udaranya semakin rendah.
b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di
sebut dengan compliance, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
2. Difusi, Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru
dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru-paru.
b. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari
alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
3. Transportasi Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
a. Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan


oksigenasi yaitu:

1. EKG, menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi


impuls dan posisi listrik jantung.
2. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung terhadap
stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond miokard terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner.
3. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ; pemeriksaan
fungsi paru, analisis gas darah (AGD).

F. Komplikasi
1. Hypoxia merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang
diinspirasi ke jaringan.
2. Hyperventilasi merupakan jumlah udara dalam paru berlebihan.
3. Hypoventilasi meupakan ketidakcukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi
kebutuhan tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah.
4. Cheyne Stokes merupakan bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari
pernafasan yang sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea.
5. Kussmaul’s (hyperventilasi) meupakan peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas
biasanya lebih dari 20 x per menit.
6. Apneustic merupakan henti nafas pada gangguan sistem saraf pusat.
7. Biot’s Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan
sistem saraf pusat.
8. Penurunan kesadaran.
9. Disorientasi
10. Gelisah dan cemas.
G. Penatalaksanaan
1. Pemantauan Hemodinamika.
2. Pengobatan bronkodilator.
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal:
nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
4. Penggunaan ventilator mekanik.
5. Fisioterapi dada.

H. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Masalah keperawatan yang pernah dialami
a. Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
b. Pernah mengalami batuk dengan sputum.
c. Pernah mengalami nyeri dada.
d. Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas.
2. Riwayat penyakit pernapasan
a. Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain?
b. Bagaimana frekuensi setiap kejadian?
3. Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll) atau
peredaran darah.
4. Gaya hidup
Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hyperventilasi.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen.
3. Cemas berhubungan dengan perubahan starus kesehatan

J. Intervensi
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hyperventilasi.

a. 040301 Frekwensi pernapasan rentang normal.

b. 040302 Irama pernapasan teratur.

c. 040303 Kedalaman inspirasi.

d. 040304 Ekspansi dada simetris.

e. 040305 Mudah untuk bernafas.

f. 040314 Tidak ada dispnea.

g. 040316 Tidak terdapat nafas pendek.


NIC, Respiratory monitoring – 3350

a. Monitor tingkat, irama kedalaman dan usaha nafas.

b. Catat pergerakan dada, kesimetrisan.

c. Monitor kebisingan respirasi.

d. Palpasi ekpansi dada.

e. Auskultasi suara nafas.

f. Membuka jalan napas.

g. Memberi terapi oksigen.

h. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.

i. Monitor pernapasan lewat hidung.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan


suplai oksigen.

NOC, Activity tolerance – 0005

a. 000501 Saturasi oksigen pada saaat beraktivitas dalam batas normal.

b. 000502 Nadi dalam batas normal saat beraktivitas.

c. 000503 Respirasi rate dalam batas normal saat beraktifitas.

d. 000508 Mudah bernafas dalam beraktifitas.

e. 000504 Tekanan siastolik dalam batas normal saat beraktifitas.

f. 000505 Tekanan darah diastolic dalam batas normal saat beraktifitas.

NIC, Activity therapy – 4310

a. Kolaburasi dengan dokter & tenaga pendidik.

b. Bantu untuk memfokuskan apa yang harus pasien lakukan.

c. Bantu untuk mengelompok kan dan mandapatkan penghasilan dari kegiatan yang di
inginkan.

d. Intruksikan pasien atau keluarga bagaimana menampilkan keinginan aktivitas yang di


inginkan.

e. Bantu dengan aktivitas fisik yang biasa di lakukan.

3. Cemas berhubungan dengan perubahan starus kesehatan.


NOC, Anxienty control – 1402

a. 140202 Tanda-tanda cemas hilang.

b. 140203 Stimulasi lingkungan ketika cemas hilang.

c. 140205 Informasi yang dapat mengurangi cemas

d. 140216 Tidak ada manifestasi prilaku kecemasan

NIC, Anxiety reduction - 5820

a. Gunakan pendekatan yang menyenangkan pasien.

b. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur tindakan.

c. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress keamanan dan mengurangi rasa takut.

d. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.

e. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan ketakutan persepsi.

f. Instruksikan pasien menggunakan tehnik relaksasi.

g. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.


DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Edisi 4. : Jakarta: Salemba Medika.

Nanda International. 2009. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009- 2011.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC :

Docterman dan Bullechek. 2004. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4. United
States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. 2004. Nursing Out Comes (NOC). United
States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.

Brunner &Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:. EGC.

Harahap. 2005. Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan Keperawatan. Jurnal Keperwatan


Rufaidah Sumatera Utara Volume 1.

Muttaqin. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Pernafasan. Jakarta:


Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai