Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PENUMPUKAN

PENCAIRAN DANA APBN DI AKHIR TAHUN DI KANTOR


PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA PALEMBANG

Oleh :

MEGA TRIANA

222017127

PROGRAM STUDI AKUTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul laporan : Analisis Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Penumpukan


Pencairan Dana APBN Di Kantor Pelayanan
Pembendaharaan Negara Kota Palembang

Nama : Mega Triana

Nim : 222017127

Program studi : Akutansi

Konsentrasi : Auditing

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing

Palembang, 16 Maret 2020

Disetujui oleh,

Dosen pembimbing

Yulian Sahri S.E,M.Acc

NIDN : 0215059301

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-NYA sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan magang
(bisa diganti laporan kerja praktek atau sebagainya) dengan judul “ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PENUMPUKAN PENCAIRAN
DANA APBN DI AKHIR TAHUN DI KANTOR KPPN KOTA PALEMBANG”

Dalam penyusunan laporan magang ini banyak pihak yang telah


membantu, oleh karena itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih banyak
kepada:

1. Kepada Allah SWT. Berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis


mampu menyelesaikan laporan magang ini
2. Kepada Nabi Muhammad Saw yang telah memberikan perantara petunjuk
jalan kebenaran bagi semua umat manusia termasuk penulis.
3. Kepada Orang tua tercinta yang senantiasa memberikan do’a terbaik dan
semangat untuk keberhasilan anaknya.
4. Kepada Bapak Drs. H. Ridwan, M.M. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammdiyah Palembang.
5. Kepada Bapak Betri, S.E.,Ak. M.SI., selaku Ka. Prodi Ekonomi Syariah,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Palembang.
6. Kepada Dosen Pembimbing di Universitas Muhammdiyah Palembang,
YULIAN SAHRI
7. Kepada dosen fakultas Ekonomi yang selama ini sungguh penuh
keikhlasan dan kesabaran telah membagikan ilmunya kepada penulis.
8. Kepada ibu Afyaini sebagai Supervisor
9. Kepada bapak Eddy sebagai Pembimbing Lapangan
10. Kepada Seluruh staf Kantor Perbendaharaan Pajak Negara yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.

ii
Semoga amal baik mereka mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan
balasan berlipat ganda. Perlu disadari bahwa dengan segala keterbatasan, laporan
magang ini masih jauh dari sempurna. Sehingga kritikan dan masukan yang
membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya laporan ini kedepan.
Akhirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.

iii
Daftar Isi

Halaman Pengesahan .................................................................................. i

Kata Pengantar ........................................................................................... ii

Daftar Isi ...................................................................................................... iv

A Latar Belakang ...................................................................................... 1


B Permasalahan ........................................................................................ 3
C Kajian Teori .......................................................................................... 4
D Hasil dan Pembahasan
1. Hasil ..................................................................................................14
2. Pembahasan .......................................................................................14
E Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan .......................................................................................25
2. Saran .................................................................................................25
F Daftar Pustaka ......................................................................................27

iv
A. Latar Belakang
Pasal 11 ayat (4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara menjelaskan bahwa penggunaan belanja negara adalah untuk keperluan
penyelenggaraan tugas pemerintah pusat dan perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2013
Audited pada bagian Catatan atas Laporan Keuangan menjelaskan bahwa belanja
pemerintah pusat sebagai komponen terbesar dari belanja negara berperan sangat
penting dalam pencapaian tujuan nasional. Hal ini karena besaran dan komposisi
belanja pemerintah pusat dalam operasi fiskal pemerintah berdampak signifikan
pada permintaan agregat yang menentukan output nasional dan mempengaruhi
alokasi dan efisiensi sumber daya ekonomi.
Belanja pemerintah pusat berkaitan dengan ketersediaan dana dalam
menjalankan fungsi alokasi, distribusidan stabilisasi.Belanja Negara, baik Belanja
Pemerintah Pusat maupun Transfer ke Daerah, cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2013 Audited pada bagian
Catatan atas Laporan Keuanganmenjelaskan bahwa peningkatan belanja
pemerintah berimplikasi terhadap makro ekonomi sektor riil. Implikasi tersebut
berupa pengaruh terhadap konsumsi, investasi dan pertumbuhan ekonomi
nasional, serta kesejahteraan masyarakat. Selain itu, laporan tersebut juga
menjelaskan bahwa peningkatan belanja idealnya diikuti dengan pola penyerapan
dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang responsif sebagai
stimulus pertumbuhan ekonomi. Penyerapan anggaran yang masih menumpuk
pada akhir tahun mengindikasikan bahwa pelaksanaan anggaran belum optimal.
Penyerapan anggaran yang lambat dapat mengakibatkan kerugian negara
secara ekonomis. Rencana penarikan dana pada DIPA mencerminkan kebutuhan
dana pengguna anggaran, sehingga Bendahara Umum Negara (BUN) dalam hal
ini adalah Menteri Keuangan, harus menyiapkan kebutuhan dana tersebut. Apabila
Rekening Kas Umum Negara (RKUN) tidak mencukupi kebutuhan dana, BUN
mengusahakan pembiayaan dari berbagai sumber. Pembiayaan seringkali
memunculkan beban bunga yang harus ditanggung pemerintah. Dengan
demikian, tidak terserapnya dana yang telah disediakan akan menyebabkan
kerugian ekonomis
akibat menanggung beban bunga dan adanya idle cashpada rekening pemerintah.
Pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk menyikapi lambatnya
penyerapan anggaran. Namun demikian, usaha-usaha tersebut belum mampu
mengeliminasi masalah penumpukan pencairan dana APBN di akhir tahun
anggaran secara keseluruhan.
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), instansi vertikal
Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan, yang bertugas
melaksanakan penyaluran pembiayaan atas beban anggaran kepada Satuan Kerja
(Satker) Kementerian/Lembaga dan Satuan Kerja Perangkat Daerah, umumnya
mengetahui fenomena lambatnya penyerapan anggaran dan menumpuk pencairan
dana anggaran pada akhir tahun. Satker melaksanakan kegiatan pemerintahan
tertentu yang dibiayai dari dana tersebut. Studi kasus yang dilakukan pada KPPN
Jakarta V menunjukan telah terjadi permasalahan penyerapan anggaran yang
lambat, terutama pada belanja barang dan belanja modal.
Terdapat penelitian-penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui
faktor‐faktor yang
menyebabkan penumpukan pencairan dana APBN pada akhir tahun anggaran
dengan objek studiSatker lingkup pembayaran berbagai KPPN. Namun demikian,
belum ada di antara penelitian‐penelitian tersebut yang menjadikan Satkerlingkup
KPPN Jakarta V sebagai objek penelitian secara khusus. Oleh karena itu, melalui
penelitian ini, penulis ingin mengetahui faktor‐ faktor yang menyebabkan
penumpukan pencairan dana APBN pada akhir tahun anggaran pada
Satkerlingkup KPPN Jakarta V.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan,maka penulis
mengambil judul laporan akhir “Analisis Faktor-Faktor Yang Menyebabkan
Penumpukan Pencairan Dana APBN Di Akhir Tahun Di Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Palembang”

2
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah ditemukan, maka penulis merumuskan
masalah yang akan diteliti adalah :
1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan penumpukan realisasi
pencairan dana APBN di akhir tahun ?
2. Perubahan apa saja yang dialami saat ada APBN?
3. Apa pengertian dari APBN dan APBD ?

3
C.Kajian Teori
1. Anggaran
Anggaran (budget) adalah komponen kunci dalam perencanaan keuangan
untuk masa depan,yang memuat identifikasi tujuan dan tindakan yang
diperlukan untuk mencapainya. Penganggaran merupakan proses menyusun
atau menghasilkan anggaran dan memiliki manfaat yaitu memaksa manajer
merencanakan, memberikan informasi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pembuatan keputusan, memberikan sebuah standar untuk
mengevaluasi kinerja, dan menguatkan.komunikasi dan koordinasi. Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) menjelaskan bahwa anggaran
adalah rencana keuangan yang merupakan perkiraan tentang apa yang akan
dilakukan di masa yang akan datangdan memuat paparan rencana
pengeluaran yang didasarkan pada ekspektasi pendapatan dan rencana
pengeluaran tersebut sebaiknya mengindikasikan juga urutan prioritas dan
ekspektasi kualitas dan kuantitas layanan.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


Pasal 1 Undang‐Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara menyebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),APBN, perubahan APBN, dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN setiap tahun ditetapkan dengan
undang-undang.APBN memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan,
alokasi, distribusi, dan stabiliasasi.Tahun anggaran meliputi masa satu tahun,
dimulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Penyusunan APBN setiap tahun adalah dalam rangka penyelenggaraan fungsi
pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara.Pasal 11 undang‐undang
Nomor 17 Tahun 2003 menjelaskan bahwa APBN merupakan wujud
pengelolaan keuangan negara yangditetapkan setiap tahun dengan undang‐
undang yang terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan
pembiayaan. Pasal 12 UU No. 17 Tahun 2003 menyatakan bahwa APBN

4
disusun sesuai kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan
menghimpun pendapatan negara. Kebijakan fiskal yang diimplementasikan
melalui APBN memiliki peran penting dan strategis dalam mempengaruhi
perekonomian, terutama dalam upaya mencapai target‐target pembangunan
nasional dan berkaitan dengan tiga fungsi utama pemerintah, yaitu fungsi
alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi.Direktorat Jenderal Anggaran
menyatakan bahwa siklus APBN merupakan rangkaian kegiatan yang berawal
dari perencanaan dan penganggaran sampai dengan pertanggungjawaban
APBN yang setiap tahun anggaran berulang dengan tetap dan teratur. Siklus
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan dan Penganggaran APBN (Januari‐Juli)

b. Pembahasan APBN (Agustus‐Oktober)


c. Penetapan APBN (akhir Oktober)
d. Pelaksanaan APBN (sejak Januari)
e. Pelaporan dan Pencatatan APBN
f. Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban APBN

3. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)


Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.171/PMK.02/2013
tentang Petunjuk Penyusunan dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanan
Anggaran menjelaskan bahwa, DIPA sebagai dokumen pelaksanaan anggaran
yang disusun oleh Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran yang
berlaku satu tahun anggaran dan memuat informasi satuan-satuan terukur yang
berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan bagi Satker dan dasar pencairan
dana/ pengesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum
Negara. PMK No.171/PMK.02/2013 juga menyatakan bahwa pagu dalam
DIPA merupakan batas pengeluaran tertinggi yang tidak boleh dilampaui dan
pelaksanaannya harus dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan pengertian
tersebut, DIPA merupakan kesatuan antara rincian rencana kerja dan
penggunaan anggaran yang disusun oleh Kementerian Negara/Lembaga dan

5
disahkan oleh Bendahara Umum Negara (BUN). Dengan demikian, DIPA
menunjukkan perikatan Kementerian Negara/Lembaga atau satuan kerja
sebagai Pengguna/Kuasa Pengguna Anggaran untuk menyelenggarakan
kegiatan pemerintahan yang didanai penyelenggaraanya oleh APBN. Dengan
kata lain, DIPA menjadi dasar melakukan tindakan yang mengakibatkan
terjadinya pengeluaran negara dengan pencairan dana APBN untuk
menyelenggarakan kegiatan pemerintahan.
PMK Nomor 171/PMK.02/2013 membagi DIPA menjadi 2 (dua), yaitu
DIPA Bagian Anggaran Kementrian Negara/Lembaga (DIPA BA K/L) dan
DIPA Bagian Anggaran Bendaraha Umum Negara (DIPA BA BUN). DIPA
BA K/L terdiri atas DIPA Induk dan DIPA Petikan. DIPA Induk merupakan
akumulasi dari DIPA per satker yang disusun oleh Pengguna Anggaran
menurut Unit Eselon I Kementerian Negara/Lembaga, sedangkan DIPA
Petikan merupakan DIPA persatker yang dicetak secara otomatis melalui
sistem yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan satker dan
pencairan dana/pengesahan bagi BUN/Kuasa BUN dan merupakan kesatuan
yang tidak terpisahkan dari DIPA Induk. Susunan DIPA Induk dan DIPA
Petikan dinyatakan dalam PMK tersebut sebagai berikut:
a. DIPA Induk terdiri atas Lembar Surat Pengesahan DIPA Induk, Halaman
I yang memuat Informasi Kinerja dan Anggaran Program, Halaman II
yang memuat Rincian Alokasi Anggaran per Satker, dan Halaman III
yang memuat Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan.
b. DIPA Petikan terdiri atas Lembar Surat Pengesahan DIPA Petikan,
Halaman IA yang memuat Informasi Kinerja dan Halaman IB yang
memuat Sumber Dana, Halaman II yang memuat Rincian Pengeluaran,
Halaman III yang memuat Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan
Penerimaan, dan Halaman IV memuat Catatan.Pasal 38 Peraturan
Pemerintah No.45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara menjelaskan bahwa DIPA dapat direvisi
karena empat alasan sebagai berikut:

6
1) Revisi DIPA karena alasan administratif meliputi perubahan kantor
bayar, perubahan jenis belanja sebagai akibat kesalahan
penggunaan akun sepanjang dalam peruntukan dan sasaran yang
sama, dan perubahan lainnya akibat kekeliruan pencantuman dalam
DIPA
2) Revisi DIPA karena alasan alokatif meliputi penambahan atau
pengurangan alokasi pagu anggaran dan perubahan atau pergeseran
rincian pagu anggaran. Namun, revisi DIPA karena alasan alokatif
tersebut tidak dapat mengurangi pagu anggaran yang dialokasikan
untuk belanja pegawai, kecuali untuk pergeseran pagu anggaran
belanja pegawai antar DIPA dalam lingkup Kementerian
Negara/Lembaga yang sama
3) Revisi DIPA karena perubahan rencana penarikan dana dilakukan
dalam rangka menyesuaikan dengan realisasi belanja dan
perubahan rencana Kegiatan
4) Revisi DIPA karena perubahan rencana penerimaan dana dilakukan
dalam rangka menyesuaikan dengan realisasi Penerimaan Negara
dan perubahan target Penerimaan Negara.
4. Belanja Pemerintah Pusat
Belanja Negara dalam postur APBN terdiri atas Belanja Pemerintah
Pusat dan Transfer ke Daerah. Laporan Realisasi Anggaran pada Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2013 (Audited) menunjukkan bahwa
Belanja Pemerintah Pusat dikelompokkan menjadi beberapa jenis belanja yaitu:
Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Pembayaran Bunga Utang,
Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, dan Belanja Lain ‐lain.Setiap
jenis belanja pemerintah pusat tersebut dijelaskan pada Bab II Bagian
Penjelasan Segmen Bagan Akun Standar PMK Nomor 214/PMK.05/2013
tentang Bagan Akun Standar sebagai berikut:
a. Belanja Pegawai merupakan pengeluaran sebagai kompensasi terhadap
pegawai dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada
pegawai pemerintah baik dalam maupun luar negeri,kepada pejabat

7
negara,Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai yang dipekerjakan oleh
pemerintah yang belum berstatus PNS, sebagai imbalan atas pekerjaan
yang telah dilaksanakan dalam rangka mendukung tugas fungsi unit
organisasi pemerintah selama periode tertentu, kecuali pekerjaan yang
berkaitan dengan pembentukan modal.
b. Belanja barang merupakan pengeluaran untuk menampung pembelian
barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa
baik yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan serta pengadaan barang
dan jasa yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada
masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini terdiri atas belanja barang
dan jasa, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, belanja barang
BLU dan belanja barang untuk diserahkan kepada masyarakat.
c. Belanja Modal merupakan pengeluaran anggaran guna memperoleh atau
menambah aset tetap atau aset lainnya yang memberi manfaat ekonomis
lebih dari satu periode akuntansi (12 bulan) serta melebihi batasan nilai
minimum kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan
pemerintah. Aset tetap tersebut digunakan untuk operasional kegiatan
satker atau digunakan oleh masyarakat umum dan akan dicatat didalam
Neraca satker K/L.
d. Belanja Pembayaran Bunga Utang/Kewajiban merupakan pengeluaran
pemerintah untuk pembayaran bunga yang dilakukan atas kewajiban
penggunaan pokok utang baik utang dalam negeri maupun utang luar
negeri yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau
jangka panjang. Selain itu, belanja. pembayaran bunga utang juga
digunakan untuk pembayaran denda/ biaya lain terkait pinjaman dan
hibah baik dalam negeri maupun luar negeri,serta imbalan bunga. Jenis
belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran
Bendahara Umum Negara.
e.Belanja Subsidi merupakan pengeluaran atau alokasi anggaran yang
diberikan kepada perusahaan negara, lembaga pemerintah, atau pihak
ketiga lainnya yang memproduksi, menjual,mengekspor,atau mengimpor

8
barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian
rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat. Belanja
ini antara lain digunakan untuk penyaluran subsidi kepada masyarakat
melalui perusahaan negara atau perusahaan swasta yang diberikan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.
f. Belanja Hibah merupakan pengeluaran pemerintah berupa transfer
dalam bentuk uang/barang/ jasa yang dapat diberikan kepada pemerintah
negara lain, organisasi internasional,pemerintah daerah, atau kepada
perusahaan negara/ daerah yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, yang dilakukan
dengan naskah perjanjian antara pemerintah selaku pemberi hibah dan
penerima hibah, serta tidak terus menerus kecuali ditentukan lain dalam
peraturan perundang-undangan.
g. Belanja Bantuan Sosial merupakan pengeluaran berupa transfer
uang,barang,atau jasa yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat
guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial dan
meningkatkan kemampuan ekonomi dan/atau kesejahteraan masyarakat.
h. Belanja Lain‐lain merupakan pengeluaran/ belanja pemerintah pusat yang
sifat pengeluarannya tidak dapat diklasifiksikan ke dalam pos-pos
pengeluaran di atas. Pengeluaran ini bersifat tidak biasa dan tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana
sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan
dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah, bersifat
mendesak dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.
5. Pejabat Perbendaharaan Negara
Ketentuan mengenai Pejabat Perbendaharaan Negara diatur dalam PMK
No.190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.Menteri atau
Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran berwenang menunjuk Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) dan menetapkan Pejabat Perbendaharaan Negara
Lainnya (kewenangan ini dilimpahkan ke KPA), yaitu Pejabat Pembuat

9
Komitmen (PPK) dan Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PP‐
SPM). KPA melekat pada jabatan kepala satker sehingga bila terjadi
pergantian pejabat, pejabat yang baru langsung menjabat menjadi KPA. Jika
terdapat kekosongan jabatan kepala satuan kerja, Pengguna Anggaran
menunjuk KPA dari pejabat lain. KPA melaksanakan penggunaan anggaran
berdasarkan DIPA satkernya. Penunjukkan KPA berakhir bila tidak terdapat
alokasi anggaran untuk program yang sama di tahun anggaran berikutnya.
Untuk satu DIPA, KPA menetapkan satu PPK dan satu PPSPM (keduanya
tidak dapat merangkap satu sama lain).
Penetapan tersebut adalah dengan surat keputusan dan tidak terikat
periode tahun anggaran. KPA menyampaikan surat keputusan tersebut kepada
PPK, PPSPM disertai spesimen tanda tangan PPK, dan Kepala KPPN selaku
Kuasa BUN disertai spesimen tanda tangan PPSPM dan stempel Satker. PPK
melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara. PPSPM melaksakan
kewenangan KPA untuk melakukan pengujian atas tagihan dan menerbitkan
SPM. Kepala Satker mengangkat Bendahara Pengeluaran yang ditetapkan
dengan surat keputusan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam
rangka pelaksanaan anggaran belanja dan tidak terikat periode tahun
anggaran. Bendahara pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK, atau
PPSPM. Satu bendahara pengeluaran ditetapkan untuk satu DIPA kecuali
terdapat keterbatasan pegawai/pejabat dan tidak perlu ditetapkan apabila
dalam pengelolaan DIPA bersangkutan tidak memerlukan Bendahara
Pengeluaran. Bendahara pengeluaran melaksanakan tugas kebendaharaan atas
uang/surat berharga yang berada dalam pengelolaannya. Sesuai Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012, Menteri Keuangan selaku
BUN mengangkat Kepala KPPN selaku Kuasa BUN untuk melaksanakan
tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran dalam wilayah
kerja yang telah ditetapkan. KPPN selaku Kuasa BUN melaksanakan
pencairan danaberdasarkan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh
PPSPM atas nama KPA. Terkait dengan pelaksanaan pencairan dana, KPPN

10
bertugas dan berwenang menguji dan meneliti kelengkapan SPM yang
diterbitkan oleh PPSPM.

6. Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah


Pasal 1 ayat (1) Peraturan Presiden (Perpres) No. 70 Tahun 2012
menjelaskan bahwa Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah adalah kegiatan
untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/ Lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa
diselesaikan. Pengadaan barang/ jasa pemerintah dalam hal ini meliputi
pengadaan atas barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultansi, dan jasa
lainnya yang dilakukan oleh pejabat/tim pengadaan bersertifikat dengan
prinsip efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif,
dan akuntabel. Sebagaimana diatur oleh Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah joPerpres No. 70 Tahun 2012 (perubahan
kedua), organisasi pengadaan meliputi PA/KPA, PPK, ULP/Pejabat
Pengadaan, dan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. Perpres No. 70
Tahun 2012 menegaskan bahwa pengangkatan dan pemberhentian pejabat
dalam organisasi pengadaan tidak terikat tahun anggaran.

7. Mekanisme Pencairan Dana APBN


Mekanisme Pencairan Dana APBN diatur dalam PMK
No.190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Kegiatan Pencairan
Dana APBN erat kaitannya dengan Surat Permintaan Pembayaran (SPP),
Surat Perintah Membayar (SPM), dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
yang masing‐masing didefinisikan sebagai berikut (Pasal 1PMK No.
190/PMK.05/2012):
a. SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK yang berisi permintaan
pembayaran tagihan kepada Negara

11
b. SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh PP-SPM untuk mencairkan
dana yang bersumber dari DIPA
c. SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa
BUN untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan
SPM.SPP dibuat dan ditandatangani oleh PPK dilampiri bukti hak tagih
yang akan dibebankan kepada negara dalam pelaksanaan kegiatan.
PP‐SPM kemudian menguji kebenaran SPP beserta dokumen
pendukungnya. Jika hasil pengujian menunjukkan bahwa SPP memenuhi
persyaratan untuk dibayarkan, PP-SPM menerbitkan SPM dengan
membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan dan
melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran tersebut kepada
KPA dilampiri pernyataan kebenaran perhitungan dan tagihan atau data
perjanjian. KPA kemudian menyampaikan SPM beserta dokumen
pendukungnya kepada Kuasa BUN, yaitu KPPN. Dalam pencairan dana atas
SPM yang diajukan oleh KPA, Kuasa BUN menerbitkan SP2D setelah
melakukan pengujian terhadap SPM dengan meneliti kelengkapan dokumen
pendukung SPM, menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN
yang tercantum dalam SPM, menguji kesesuaian SPM dengan DIPA yang
menjadi dasar pembayaran, dan menguji ketersediaan jumlah dana dalam
DIPA. Yang dimaksud dengan jumlah dana dalam DIPA tersebut adalah
jumlah pagu dana dikurangi dengan jumlah dana yang telah direalisasikan,
jumlah dana yang telah dibuatkan perjanjian untuk aktivitas di luar pencairan
dana, dan uang persediaan yang belum dipertanggungjawabkan oleh
Bendahara Pengeluaran.
Setelah pengujian dilakukan dan SPM telah memenuhi persyaratan
pengujian, Kuasa BUN menerbitkan SP2D untuk memindah bukukan dari
rekening pengeluaran ke rekening yang dituju dalam SPM. Jika SPM
berdasarkan pengujian dinyatakan tidak memenuhi persyaratan, Kuasa BUN
berwenang menolakmenerbitkan SP2D.

8. Penyerapan Dana APBN

12
Penyerapan merupakan realisasi atau pencairan anggaran.Dengan
demikian, penyerapan dana APBN dapat diartikan sebagai proses
direalisasikannya kegiatan‐ kegiatan yang dimuat dalam DIPA Satker dan
dana untuk membiayai kegiatan‐ kegiatan tersebut dibayarkan kepada yang
berhak menerimanya. Proses pembayaran tersebut mengakibatkan terjadinya
pengeluaran negara yang umumnya ditandai dengan diterbitkannya SP2D
oleh KPPN yang mengesahkan berpindahnya sejumlah uang dari Rekening
Kas Umum Negara (R‐KUN) ke rekening pihak yang berhak
menerimanya.Penyerapan APBN atau pencairan dana tersebut terjadi
sepanjang tahun dimana DIPA berlaku.
Proses pencairan dana dikatakan lambat apabila pencairan dana lebih
lambat dari perencanaan dalam DIPA, dan dikatakan cepat apabila lebih cepat
dari perencanaandalam DIPA. Rencana pencairan dana dalam DIPA tersebut
terdapat pada Halaman III. APBN berlaku untuk setahun dimulai dari awal
tahun anggaran berkenaan. Dengan demikian, pelaksanaan APBN yang baik
dan optimal seharusnya ditandai dengan terserapnya dana secara relatif
merata sepanjang tahun. Hal ini sejalan dengan penjelasan pemerintah dalam
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2013 (Audited) bahwa
peningkatan belanja pemerintah dari tahun ke tahun memiliki implikasi
terhadap makro ekonomi sektor riil yang mempengaruhi konsumsi, investasi,
dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan
masyarakat. Peningkatan belanja pemerintah tersebut idealnya diikuti dengan
pola penyerapan dana yang responsif terkait peran APBN sebagai stimulus
ekonomi.

9. Hasil Penelitian Sebelumnya


Telah terdapat penelitian‐penelitian sebelumnya yang membahas
mengenai topik yang berkaitan dengan topik penelitian ini, yaitu faktor‐
faktor yang menjadi penyebab menumpuknya atau terkonsentrasinya
pencairan dana APBN pada akhir tahun anggaran. Penelitian ini tidak terlepas
dari penggunaan penelitian‐ penelitian tersebut sebagai bahan pertimbangan

13
penulisan dan pengolahan data (penentuan objek, penentuan sampel,
perolehan data, dan metode pengolahan data) sehingga dapat memperkaya
penelitian ini dan hasil dari penelitian ini dapat diperbandingkan dengan
penelitian‐penelitian tersebut. Hasil dari penelitian‐penelitian sebelumnya
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Iwan Dwi Kuswoyo (2011), dengan tesis berjudul “Analisis atas
Faktor‐ faktor yang Menyebabkan Terkonsentrasinya Penyerapan
Anggaran Belanja di Akhir Tahun Anggaran:Studi Kasus pada Satker
Wilayah KPPN Kediri”, dengan metode analisis faktor, hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat empat factor utama yang
menyebabkan terkonsentrasinya penyerapan anggaran belanja di akhir
tahun anggaran, yaitu faktor perencanaan anggaran, faktor pelaksanaan
anggaran, faktor pengadaan barang/jasa, dan faktor internal Satker
b. Retno Miliasih (2012) dengan tesis berjudul “Analisis Keterlambatan
Penyerapan Anggaran Belanja Satuan Kerja Kementerian
Negara/Lembaga TA 2010 di Wilayah Pembayaran KPPN
Pekanbaru”.Dengan metode analisis menggunakan tabel analisis cross
tabulation menyimpulkan bahwa 75,25% Satker yang diteliti
mengalami keterlambatan penyerapan anggaran belanja dengan
penyebab utama terletak pada permasalahan internal Satker.
c. Hendris Herriyanto (2012) dengan tesis berjudul “Faktor ‐faktor yang
Mempengaruhi Keterlambatan Penyerapan Anggaran Belanja pada
Satuan Kerja Kementerian/Lembaga di Wilayah Jakarta: Studi Kasus
pada Satker Wilayah KPPN Jakarta I dan KPPN Jakarta IV”. Dengan
analisis faktor, penulis menemukan lima faktor yang menyebabkan
keterlambatan penyerapan anggaran belanja pada Satker di Wilayah
Jakarta, yaitu faktor perencanaan, faktor administrasi, faktor sumber
daya manusia, faktor dokumen pengadaan, dan faktor penggantian uang
persediaan. 30 (tiga puluh) variabel dan pertanyaan kuesioner dalam
penelitian ini digunakan kembali oleh penulis untuk meneliti objek dan
tahun penelitian yang berbeda dengan pertimbangan mengurangi

14
kemungkinan kegagalan instrumen penelitian, yaitu kuesioner, dalam
pengujian validitas dan reliabilitas.
d. Prasetyo Adi Priatno (2013) dengan skripsi berjudul “Analisis Faktor‐
faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran pada Satuan Kerja
Lingkup Pembayaran KPPN Blitar” dengan menggunakan metode
analisis faktor dan regresi logistik,menemukan tiga faktor yang
mempengaruhi penyerapan anggaran Satker yaitu faktor administrasi
dan SDM (tidak signifikan), faktor perencanaan (signifikan), dan faktor
pengadaan barang dan jasa (signifikan).
e. Mashudi Adi Nugroho (2013) dengan skripsi berjudul “Analisis Faktor‐
faktor yang Menyebabkan Penumpukan Pencairan Dana APBN di
Akhir Tahun Anggaran : Studi Kasus pada Satker wilayah KPPN
Malang”. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis faktor, dan
menunjukkan hasil bahwa ditemukan enam faktor yang menyebabkan
terkonsentrasinya penyerapan anggaran belanja di akhir tahun anggaran,
yaitu faktor perencanaan, faktor peraturan, faktor sumber daya manusia,
faktor teknis, faktor kendala koordinasi, dan faktor pengadaan
barang/jasa.

D Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
a. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan penumpukan realisasi anggaran
belanja diakhir tahun pada BP2LHK palembang, ditemukan empat tema
yaitu
1) Perencanaan Anggaran
Ketidaksesuaian antara rencana kegiatan yang diusulkan BP2HL
Palembang dengan alokasi anggaran yang ditetapkan dalam DIPA hal
ini sering terjadi karena BPEHL Palembang terkadang tidak menyusun
skala prioritas perencanaan kegiatan atau menurut eselon 1 dipandang
kegiatan tersebut belum dibutuhkan oleh BP2HL Palembang. Selain
itu alokasi DIPA tiap K/L adalah terbatas, sehingga harus digunakan

15
sebaik-baiknya berdasarkan skala prioritas. BP2HL Palembang
terkadang lupa dengan usulan kegiatan yang diajukan oleh pelaksana
teknis kegiatan, sehingga apabila dalam DIPA ada kegiatan yang tidak
diusulkan oleh pelaksana teknis kegiatan, sehingga apabila dalam
DIPA ada kegiatan yang tidak ada diusulkan oleh pelaksan teknis
kegiatan , maka pelaksana teknis kegiatan merasa bingung untuk
menyusun kembali perencana penggunaan dana tersebut.
Dalam penyusunan RKA BP2HL Palembang berdasarkan pagu
anggaran yang ditetapkan dalam DIPA . hal ini tidak sesuai dengan
prinsip anggaran berbasis kinerja . menurut Yunarto (2011), anggaran
berbasis kinerja yaitu penyusunan anggaran yang didasarkan target
kinerja tang ditetapkan terlebih dahulu. Idealnya, kegiatan yang benar-
benar dibutuhkan baik jenis maupun jumlahnya dalam rangka
mengambil tugas pokok dan fungsi organisasi.
Penyusunan rencana kegiatan anggaran (RKA) BP2HL
Palembang harus sesuai dengan alokasi anggaran yang telah
dotetapkan oleh badan penelitian pengembangan dan inovasi
kementerian lingkungan hidup dan kehutanan. Hal ini sesuai dengan
teori keagenaan yang dikemukakan Jensen dan mecking (1976) yang
menjelaskan tentang hubungan kontraktual antara pihak yang
menerima pendelegasian (agent/manajemen). Hubungan kontraktual
tersebut mengemukakan antara principal (pemilik) dan agent
(manajer) dalam hal mengelola perusahaan , dalam hal ini principal
(pemilik) mendelegasikan suatu pertanggungjawaban atas
pengambilan keputusan kepada agent untuk melaksanakan suatu
kontrak kerja tertentu yang telah disepakati. Dalam teori keagenan
(agency theory)
Dalam perencanaan anggaran di BP2HL Palembang masih terjadi
kesalahan penggunaan akun belanja dalam DIPA. Hal ini terjadi
karena kurang telitinya petugas perekam RKA-KL maupun petugas
penelaah DIPA. Kesalahan tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu

16
melalui proses revisi DIPA agar realisasi anggaran dapat dilaksanakan.
Kendala administrasi dapat berupa kesalahan pemakaian akun belanja
dan penempatan sumber dana PNBP dan RM . hal tersebut dapat
terjadi karena kurang teliti petugas perekam RKA-KL BP2LHK
Palembang maupun petugas penelaah DIPA. Hasil penelitian ini juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Miliasih (2012) bahwa
keterlambatan dalam realisasi anggaran dapat disebabkan oleh
kesalahan dalam dokumen DIPA, shingga DIPA tidak sesuai dengan
kebutuhan. Penyebab kesalahan contohnya adalah kesalahaan
penggunaan akun kegiatan dalam DIPA.
Menurut yunarto (2011), perencanaan anggaran yang
mengakibatkan rendahnya penyerapan anggaran diantaranya: (1)
perencanaan kegiatan yang tidak sesuai kebutuhan (2) data pendukung
yang tidak lengkap pada saat penyusunan anggaran (3) salah penentuan
akun sehingga perlu merevisi dokumen anggaran (4) penyusunan pagu
anggaran tidak sesuai harga pasar (5) term of reference (TOR) salah
atau tidak lengkap (6) rencana anggaran belanja (RAB) tidak sesuai
dengan satuan kerja (7) tidak adanya formulasi rencana penarikan
anggaran.

2) pelaksanaan anggaran
Berdasarkan wawancara penelitian ada beberapa kendala dalam
pelaksanaan anggaran di BP2LHK Palembang antara lain (1) jadwal
kegiatan internal BP2LHK Palembang (2) jadwal instansi terkait/lain
(3) kegiataan penelitian yang ketergantungan dengan lingkungan (4)
peraturan tata cara pembayaran sumber dana PNBP yang belum dapat
dipastikan (5) kurang disiplin dalam mengikuti jadwal kegiatan (6)
kegiatan yang belum dapat dilaksanakan Karena memerlukan revisi
DIPA (7) adanya kebijakan pemerintah pusat.
Belum adanya perencanaan pelaksanakan kegiatan internal
BP2LHK Palembang. Dalam melaksanakan kegiatan berdasarkan

17
selesainya kegiatan menjadi unsur pendukung kegiatan tersebut dan
berdasarkan perintah KPA. Belum adanya perencanaan kegiatan dan
perjalanan dinas pegawai/pejabat, baik pelaksanaan kegiatan internal
BP2LHK Palembang maupun rencana perjalanan dinas yang terkait
dengan kegiatan atau undangan dari instansi lain. Kondisi tersebut
merupakan kendala dalam melaksanakan realisasi anggaran di
BP2LHK Palembang . hal ini penelitian ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Miliasih (2012), mengatakan bahwa
keterlambatan realisasi belanja barang untuk belanja perjalanan dinas
dipengaruhi oleh jadwal kegiatan internal satker dan jadwal kegiatan
instansi lain/terkait.
Kegiatan penelitiasn di BP2LHK Palembang berupa penanaman
yang ketergantungan terhadap lingkungan yaitu musim hujan.
Sehingga kegiatan tersebut belum dapat dilaksanakan apabila belum
adanya tanda-tanda musim hujan. Penundaan pelaksanaan kegiatan ini
mengakibatkan terhambatnya realisasi anggaran belanja di BP2LHK
Palembang. Hasil pembahasan diatas sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hasan (2016) yang menghasilkan faktor ancaman
penyebab rendahnya penyerapan anggaran belanja adalah adanya
pengaruh musim terhadap kegiatan penelitian.
Pelaksanaan kegiatan di BP2LHK Palembang dapat dilakukan
apabila sudah tersedianya sumber dana. Dimana sumber dana PNBP
dapat direalisasikan berdasarkan aturan maksimal pencairan sumber
dana PNBP. Hal ini sejalan dengan teori implementasi kebijkan
Edwars III (1980), menurutnya sumber daya adalah faktor penting
untuk implementasi kebijakan. Kegiatan dapat dilakukan karena
adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai seperti dana
dan sarana-prasarana dalam pelaksanaan anggaran BP2LHK
Palembang dipengaruhi oleh adanya hal-hal yang memaksa BP2LHK
Palembang untuk menunda melakukan realisasi anggaran karena
adanya aturan tentang petunjuk pencairan anggaran yang bersumber

18
dari dana khusus seperti dana PNBP dan hal ini sesuai dengan teori
institutional isomorphism terutama coercive isomorphism. Seperti
yang diungkapkan DiMagio dan Powel (1983) bahwa didalam
organisasi public ,institutional isomorphism dapat terjadi karena
adanya tekanan institutional yang diakibatkan oleh coercive
isomorphism, mimetic isomorphism atau normative isomorphism.

3) Pengadaan barang jasa


Sesuai peraturan presiden (Perpres) nomor 54 tahun 2010
sebagaimana telah diubah terakhir dengan prepres nomor 4 tahun 2015
tentang pengadaan barang/jasa pemerintah, pengadaan barang/jasa
adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh
K/L/SKPD/institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh
barang/jasa.
Sesuai dengan prepres pengadaan barang/jasa pemerintah, semua
pejabar pengadaan dan PPK wajib memiliki sertifikat keahlian
pengadaan barang/jasa yang diterbitkan oleh lembaga kebijakan
pengadaan barang/jasa (LKPP). Pemberian sertifikat tersebut sangat
selektif karena hanya pegawai yang mempunyai kompetensi dan
kemampuan profesi di bidang pengadaan barang/jasa saja yang akan
diberi sertifikat dengan dibuktikan pegawai tersebut lulus dalam ujia
pengadaan barang/jasa dikarenakan sulitnya mendapatnya sertifikat
tersebut,di BP2LHK Palembang hanya mempunyai 3 pegwai yang telah
memiliki sertifikat. Disamping menjalankan tugasnya sebagai pejabat
pengadaan pegswai tersebut juga masih harus mengerjakan pekerjaan
sesuai tupoksinya. Apabila ada pekerjaan pengadaan yang besar,
kemungkinan beban kerja pejabat tersebut semakin besar.

4) Sumber Daya Manusia.

19
Menurut nawawi (2007) sumber daya manusia adaah manusia yang
berkerja di lingkungan suatu organisasi (disebut juga personil,tenaga
kerja, pekerja,atau karyawan). Pelaksana kegiatan di BP2LH
Palembang dapat berjalan dengan baik harus didukung dengan jumlah
pegawai yang ideal. Sampai saat ini jumlah pegawai di BP2LHK
Palembang masih kurang ideal. Kekurangan jumlah pegawai khususnya
yang menangani keuangan di BP2LHK Palembang dapat menghambat
proses relisasi anggaran. Pendapat Edward II (1980) menurutnya
komponen sumber daya meliputi jumlah staf,keahlian dri para
pelaksana,informasi yang relevan serta cukup untuk menrapkan
kebijakan dan pemenuhan sumber sumber terkait dalam melaksanakan
kebijakan, adanya kewenangan yang menjamin bahwa kebijakan dapat
diarahkan sebagaimana yang diharapkan serta adanya fasilitas-fasilitas
pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan seperti dana
dan sarana prasarana.

a. Perubahan yang dialami masyarakat saat ada APBN sebagai berikut :


1. Pemerintah juga memberikan bebas pajak untuk ivestasi sampai
dengan Rp 500.000.000.000 dan keringanan pajak (tax allowance)
untuk investasi yang ditanamkan dibidang-bidang usaha daerah.
Insentif untuk PPN berbentuk potongan pajak bagi impor barang
strategis seperti mesin dan peralatan pabrik. Pemerintah juga tidak
akan memungut PPN ats impor alat angkut transportasi massal seperti
kapal laut, pesawat udara, dan kereta api.
2. Adanya bantuan baru dari pemerintah dalam bentu tiga kartu baru
bagi masyarakat tidak mampu yaitu :
a. Kartu Indonesia pintar (KIP) kuliah yang akan membantu
masyarakat miskin untuk melanjutkan sekolah ke pendidikan
tinggi. Jumlahnya Rp 6,7 triliun untuk 818.000 mahasiswa.
b. Kartu pra kerja. Kartu ini diberikan kepada pencari kerja atau
kerja pekerja untuk memperoleh pendidikan kejuruan atau

20
sertifikat kompentensi kerja. Jumlah anggarannya mencapai Rp
10 triliun untuk sekitar 2 juta peserta
c. Kartu sembako (Sembilan Ketiga, Kartu Sembako (sembilan
kebutuhan pokok) yang diberikan kepada 15,6 juta keluarga
miskin untuk mendapat bantuan pangan. Anggaran yang
dialokasikan Rp 28 triliun. Baca juga: Anggaran DPR Naik Rp
883 Miliar, untuk Renovasi Ruangan dan Perbaikan Lift
Pembagian sembako gratis dimulai pada era pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2005 agar masyarakat
miskin dapat meningkat kesejahteraannya. Bedanya, saat ini
program Kartu Sembako Jokowi merupakan bagian dari
program besar untuk meningkatkan kesejaheraan masyarakat
miskin. Dalam program ini, selain membagikan sembako,
pemerintah meningkatkan produktivitas pertanian, memberikan
subsidi uang muka, dan kredit perumahan. Untuk pertanian,
pemerintah akan menggelontorkan dana Rp 26,6 triliun untuk
subsidi pupuk bagi 16,2 juta petani. Adapun untuk cicilan
perumahan bagi warga miskin, pemerintah akan memberi
subsidi uang muka perumahan sebesar Rp 600 miliar bagi
150.000 keluarga dan subsidi bunga kredit cicilan perumahan
sebesar Rp 3,9 triliun bagi 677.000 keluarga.
3. Naiknya anggaran Dana Desa sebesar 5,2 persen menjadi sekitar Rp
856 triliun dibanding tahun 2019. Anggaran baru Dana Desa akan
diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur di bidang
pendidikan, kesehatan, air minum, akses antarwilayah.
4. Turunnya anggaran subsidi sebesar hampir 14 persen menjadi Rp 125
triliun pada 2020. Salah satu langkah pengurangan yang dilakukan
pemerintah adalah dengan memberikan subsidi listrik secara tepat
sasaran kepada pelanggan rumah tangga daya 450 Volt Ampere (VA)
dan 900 VA.

21
5. Anggaran di semua kementerian rata-rata meningkat, kecuali
Kementerian Kesehatan yang turun Rp 400 miliar menjadi sekitar Rp
58 triliun. Sementara itu, anggaran yang mengalami kenaikan paling
menonjol ditemukan di Kementerian Pertahanan, naik hampir 20
persen menjadi Rp 131 triliun, disusul oleh Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Polri) yang naik 11 persen menjadi Rp
104triliun.

b. Pengertian APBN dan APBD adalah :


1) APBN
APBN singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
APBN merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah Indonesia
yang disetujui Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam anggaran tersebut
tercatat daftar yang sistematis dan juga terperinci yang berkaitan
dengan rancangan penerimaan beserta pengeluaran negara selama satu
tahun (dari 1 Januari hingga 31 Desember). Perancangan, perubahan,
hingga pertanggungjawaban APBN setiap tahunnya ditetapkan melalui
Undang-undang.Dalam APBN, ada dua jenis Belanja Negara yang
dilakukan, yaitu:
 Belanja Pemerintah Pusat. Belanja ini dimanfaatkan untuk
mendanai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
pembangunan pemerintah pusat. Belanja Pemerintah Pusat pun
terbagi lagi jadi beberapa jenis, antara lain Belanja Pegawai,
Belanja Modal, Belanja Barang, Subsidi BBM dan non-BBM,
Pembiayaan Bunga Utang, Belanja Sosial, Belanja Hibah, dan
Belanja Lainnya;

 Belanja Daerah. Sesuai namanya, jenis belanja ini dibagi-bagi


ke pemerintah daerah yang nantinya masuk ke pendapatan
APBD wilayah yang bersangkutan. Belanja Daerah pun terbagi
atas beberapa jenis, antara lain Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi

22
Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Otonomi Khusus.
Selain itu, ada Pembiayaan yang terdiri atas Pembiayaan
Dalam Negeri (termasuk Perbankan Dalam Negeri serta Non-
perbankan Dalam Negeri) dan Pembiayaan Luar Negeri Netto
(termasuk penarikan pinjaman luar negeri bruto yang
mencakup pinjaman program serta proyek, penerusan
pinjaman, dan juga pembayaran cicilan pokok untuk utang luar
negeri).

2) APBD
APBD merupakan rancangan keuangan tahunan daerah dan
didiskusikan dan disetujui secara bersama oleh DPRD serta
Pemerintah Daerah. Anggaran ini pun ditetapkan memakai Peraturan
Daerah, yakni Permendagri Nomor 13 tahun 2006. Dengan demikian,
APBD bisa dijadikan sebuah wadah dalam rangka untuk menampung
sejumlah kepentingan publik yang pada gilirannya akan diwujudkan
melalui macam-macam kegiatan ataupun program yang manfaatnya
akan dirasakan oleh masyarakat.Kemudian, berdasarkan pasal 79 UU
Nomor 22 tahun 1999; pasal 3 dan 4 UU Nomor 25 tahun 1999; pasal
157 UU Nomor 32 tahun 2004, APBD terdiri atas tiga jenis, di
antaranya: Pendapatan Asli Daerah atau PAD. Jenis ini dibagi lagi
menjadi beberapa jenis yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah,
hasil dari pengelolaan kekayaan daerah yang sudah dipisahkan, dan
pendapatan asli daerah sah lainnya. Dana Perimabangan. Jenis dana
ini terdiri atas dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil bukan pajak,
Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

23
E. Kesimpulan Dan Saran
1. Kesimpulan
BP2LHK Palembang dalam pelaksanaan realisasi anggaran terdapat
empat faktor yang penghambat realisasi anggaran yaitu faktor perencanaan
anggaran, faktor pelaksanaan anggaran, faktor pengadaan barang dan jasa,
dan faktor sumber daya manusia.Saran yang dapat diberikan dari penelitian
ini: (1) Dalam penyusunan anggaran harus menyiapkan rencana kegiatan,
kemudian mengalokasikan anggaran untuk setiap program dan kegiatan
berdasarkan prioritas secara efektif, efisien dan dapat diukur hasilnya, (2)
Pengawasan (supervision) Kuasa Pengguna Anggaran dan PTK perlu
ditingkatan dalam hal tertib pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan
pelaporan, (3) Perlunya perencanaan anggaran yang realistis dan
memperhatikan Bagan Akun Standar (BAS) dan standar harga dalam
perencanaan anggaran, (4) Penyusunan POK seharusnya melibatkan setiap
pelaksana teknis kegiatan, (5)Penyusunan RUP sebaiknya disusun sebelum
tahun anggaran berjalan, (6) Mengalokasikan anggaran belanja yang
bersumber dana PNBP secara efektif, (7) Pemberian penghargaan
(reward)dan sanksi (punishment)kepada pengelola dan pelaksana kegiatan

sesuai dengan ketentuan.


2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan
sebagai berikut :
a. Satker perlu melakukan evaluasi berkala atas kesesuaian realisasi dan
rencana penarikan dana yang terdapat pada halaman 3 DIPA.
b. Satker perlu meningkatkan disiplin pegawai dengan meningkatkan
pengawasan vertikal dan internal serta pemberian insentif.
c. Satker dapat mengurangi adendum kontrak dengan cara memperbaiki
evaluasi kebutuhan perkembangan pekerjaan pihak ketiga, dan
berkomunikasi dengan pihak ketiga secara rutin dalam penyelesaian
pekerjaan.

24
d. Satker perlu melakukan surveypendahuluan atas harga tanah dan kondisi‐
kondisi yang dapat menghambat proses pembebasan tanah,
sehinggapermasalahan pembebasan tanah dapat diatasi.
e. Satker perlu lebih teliti dalam menentukan akun kegiatan sehingga sesuai
dengan Bagan Akun Standar(BAS).
f. Satker perlu melakukan perencanaan lebih awal dengan data pendukung
yang memadai dan mengadakan evaluasi berkala sehingga anggaran yang
diusulkan lebih realistis sesuai kebutuhan.
g. Satker dapat menetapkan Surat Keputusan (SK) panitia lelang dan
melaksanakan lelang sebelum memasuki tahun anggaran bersangkutan.
h. Satker harus lebih cepat dalam mengesahkan dokumen lelang sehingga
kegiatan pengadaan tidak tertunda.
i. Satker perlu membentuk unit khusus yang menangani pengadaan
barang/jasa dan menghindari terjadinya rangkap tugas dan jabatan.
j. Satker dapat memberikan pendidikan anti korupsi dan menawarkan
insentif yang memadai.
k. Satker perlu mengusahakan sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah
untuk para pegawainya.
l. Satker harus memilih pegawaiyang kompeten sebagai pelaksana
pengadaan barang/ jasa dan menyusun jadwal pelaksanaan lelang lebih
awal.
m. Satker perlu memastikan bahwa pejabat/ pengelola keuangan terutama
yang berkaitan dengan pelaksanaan anggaran telah menyelesaikan
kewajibannya sebelum mutasi dilakukan.

25
F. Daftar pustaka
5-hal-baru-dalam-apbn-2020-yang-berdampak-ke-masyarakat?page=all
https://money.kompas.com/read/2019/10/12/122200326/
(di akses 12 oktober 2019)
Analisis faktor penyebab penumpukan pencairan dana Apbn pada akhir tahun
anggaran https://itrev.kemenkeu.go.id/index.php/ITRev/article/view/56/56

Arif, Emkhad, 2012. Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Minimnya


Penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2011. Jurnal Ekonomi,
Manajemen, dan Akuntansi I. Vol. 11. No. 2. Hal. 41-61.
ID-identifikasi-faktor-faktor-penumpukan-re.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/ ( diakses 16 maret 2018)
Pengertian-apbn-dan-apbd di /https://www.caraprofesor.com/
( diakses 30 april 2020).
Zaenudinsyah, Fandi. Analisis Faktor Penyebab Penumpukan Pencairan Dana
APBN pada Akhir Tahun Anggaran. Indonesian Treasury Review: Jurnal
Perbendaharaan, Keuangan Negara Dan Kebijakan Publik 1.1 (2016): 67-
83.

26

Anda mungkin juga menyukai