Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatofitosis mempunyai beberapa gejala klinik yang nyata, tergantung pada letak
anatomi dan etiologi agents. Secara klinis dermatofitosis terdiri atas tinea kapitis, tinea favosa
(hasil dari infeksi oleh Trichophyton schoenleinii), tinea corporis ( ringworm of glabrous skin ),
tinea imbrikata ( ringworm hasil infeksi oleh T. concentrikum ), tinea unguium ( ringworm of the
nail ), tinea pedis ( ringworm of the feet ), tinea barbae ( ringworm of the beard ) dan tinea
manum ( ringworm of the hand).1

Tinea kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur superfisial pada kulit
kepala, bulu mata dengan kecenderungan menyerang tangkai rambut dan folikel – folikel rambut.
Penyakit ini termasuk kepada mikosis superfisialis atau dermatofitosis. Beberapa sinonim yang
digunakan termasuk ringworm of the scalp dan tinea tonsurans. Di Amerika Serikat dan wilayah
lain di dunia insiden dari tinea kapitis meningkat.2

Gejala klinis tinea kapitis ditemukan berbeda – beda dari dermatofitosis non inflamasi
dengan sisik mirip dermatitis seboroik sampai inflamasi dengan lesi bersisik yang eritematous
dan kerontokan rambut atau alopesia dan dapat berkembang menjadi inflamasi yang berat berupa
abses yang dalam disebut kerion, yang mempunyai potensi menjadi jaringan parut dan
menyebabkan alopesia yang menetap. Keadaan penyakit ini tergantung pada interaksi antara host
dan agen penyebab.2

Tinea kapitis terkadang dikelirukan dengan dignosa lainnya yang mempunyai gambaran
klinis yang mirip. Dengan adanya hal ini, maka tinea kapitis ini harus dibedakan dengan
dermatitis seboroik, alopesia areata dan psoriasis.3

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang tinea
kapitis sehingga kita dapat memahami betul tentang penyakit tinea kapitis ini. Karena terkadang
kita masih keliru dalam mendiagnosa, mengingat banyak penyakit lain yang gambaran klinisnya
mirip dengan penyakit ini. Di dalam referat ini akan dibahas mengenai definisi, etiologi, cara
penularan, jenis-jenis tinea kapitis, bagaimana mendiagnosa banding dengan penyakit lain, dan
cara pengobatan yang tepat. Dengan demikian, maka diharapkan kedepannya kita bisa cepat dan
tepat dalam mendiagnosa tinea kapitis serta bisa memberikan penatalaksanaan yang optimal

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Dermatofitosis adalah setiap infeksi fungal superfisial yang disebabkan oleh dermatofit
dan mengenai stratum korneum kulit, rambut dan kuku, termasuk onikomikosis dan berbagai
macam bentuk tinea. Disebut juga epidermomycosis dan epidermophytosis.1
Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita pada kulit kepala, alis mata dan bulu mata yang
disebabkan oleh spesies dari genus Microsporum dan Trichophyton.2
2.2 SINONIM

Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans1

2.3 ETIOLOGI

Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan
Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T. tonsurans, M. audoinii,
M. canis, M. ferrugineum.1

2.3.1 Microsporum
Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia (antropofilik)
atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur. Terdiri dari 17 spesies, dan
yang terbanyak adalah:

Tabel 2.1 Spesies Microsporum

SPECIES CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)


Microsporum audouinii Anthropophilic
Microsporum canis Zoophilic (Cats and dogs)
Microsporum cooeki Geophilic (also isolated from furs of cats, dogs, and rodents)
Microsporum ferrugineum Anthropophilic
Microsporum gallinae Zoophilic (fowl)
Microsporum gypseum Geophilic (also isolated from fur of rodents)

2
Microsporum nanum Geophilic and zoophilic (swine)
Microsporum persicolor Zoophilic (vole and field mouse)

Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder.
Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin melambat atau sedikit cepat dan
diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7 hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi
tergantung pada jenis itu. Mungkin saja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning
sampai cinamon2

2.3.2 Tricophyton

Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia.
Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic. Trichophyton
concentricum adalah endemic pulau Pacifik, Bagian tenggara Asia, dan Amerika Pusat.
Trichophyton adalah satu penyebab infeksi pada rambut, kulit, dan kuku pada manusia.2

Tabel 2.2 Spesies Trichophyton


SPECIES CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)
Ajelloi Geophilic
Concentricum Anthropophilic
Equinum zoophilic (horse)
Erinacei zoophilic (hedgehog)
Flavescens geophilic (feathers)
Gloriae Geophilic
Interdigitale Anthropophilic
Megnini Anthropophilic
Mentagrophytes zoophilic (rodents, rabbit) / anthropophilic
Phaseoliforme Geophilic
Rubrum Anthropophilic
Schoenleinii Anthropophilic
Simii zoophilic (monkey, fowl)
Soudanense Anthropophilic
Terrestre Geophilic
Tonsurans Anthropophilic
Vanbreuseghemii Geophilic

3
Verrucosum zoophilic (cattle, horse)
Violaceum Anthropophilic
Yaoundei anthropophilic

2.4 EPIDEMIOLOGI

Tinea kapitis sering mengenai anak – anak berumur antara 4 dan 14 tahun. Walaupun
jamur patogen yang terlibat banyak, Trichophyton tonsurans menjadi penyebab lebih dari 90%
kasus di Amerika Utara dan United Kingdom. Kasus – kasus di perkotaan biasanya didapatkan
dari teman – teman atau anggota keluarga. Kepadatan penduduk, hygien yang buruk dan
malnutrisi protein memudahkan seseorang mendapatkan penyakit ini. Kasus – kasus yang
disebabkan oleh Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari anak anjing dan anak
kucing.2

Di Amerika Serikat, kejadian penyakit ini tidak lama tercatat oleh badan kesehatan
masyarakat, karena kebenaran insiden tidak di ketahui. Laporan insiden tertinggi ditemui pada
anak usia sekolah di Amerika dan Afrika. 2 Tinea kapitis terjadi lebih dari 92,5 % dari
dermatofitosis pada anak – anak berumur kurang dari 10 tahun. Penyakit ini jarang pada orang
dewasa. Meskipun kejadiannya mungkin dapat dijumpai pada pasien – pasien tua. 2 Di dunia
internasional tinea kapitis tersebar luas di beberapa daerah perkotaan di Amerika Utara, Sentral
Amerika dan Amerika Selatan, terdapat juga sebagian di Afrika dan India. 1 Di Asia Tenggara,
angka infeksi telah dilaporkan menurun cepat dari 14 % ( rata – rata dari anak perempuan dan
laki – laki ) sampai 1,2 % pada 50 tahun terakhir karena keadaan sanitasi umum dan hygien
perorangan telah membaik. Di Selatan Eropa penyakit ini jarang.1

Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis lain di Medan adalah 0,4% (1996-
1998), RSCM Jakarta 0,61 -0,87% (1989-1992), manado 2,2-6% (1990-1996) dan Semarang
0,2%. Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001-2006 insidennya dibandingkan
kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis URJ Kulit dan Kelamin RSU Dr.Soetomo
antara 0,31% - 1,55%. Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%) daripada tipe Graypatch
(37,5%). Tipe Blackdot tidak ditemukan.3

2.5 PATOGENESIS

 Infeksi ektotrik ( diluar rambut )

4
Infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis, menyebar sekitar batang rambut dan
di batang rambut bawah kutikula dari pertengahan sampai akhir anagen saja. Sebelum turun ke
folikel rambut untuk menembus kortek rambut. Hifa-hifa intrapilari kemudian turun ke batas
daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan dengan proses keratinisasi, tidak
pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini disebut Adamson’s
fringe, dan dari sini hifa berpolifrasi dan membagi menjadi atrokonidia yang mencapai korteks
rambut dan dibawa keatas pada permukaan rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas
fringe tersebut, dimana rambutnya sekarang menjadi sangat rapuh sekali. Secara mikroskop
hanya atrokonidia ektotrik yang tampak pada rambut yang patah, walaupun hifa intrapilari ada
juga.3

 Infeksi Endotrik ( didalam rambut )


Kurang lebih sama dengan ektotrik kecuali kutikula tidak terkena dan atrokonodia hanya
tinggal di dalam batang rambut menggantikan keratin intrapilari dan meninggalkan kortek yang
intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh dan patah pada permukaan kepala dimana penyanggah
dan dinding folikular hilang meninggalkan black dot. Infeksi endotrik juga lebih kronis karena
kemampuannya tetap berlangsung di fase anagen ke fase telogen.3

2.6 GEJALA KLINIS

Di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai 3 bentuk yang jelas :2

1. Grey patch ringworm.

Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus
Microsporum dan sering ditemukan pada anak – anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang
kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak yang menjadi pucat dan
bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu – abu dan tidak berkilat
lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset
tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk
alopesia setempat.1,2

Tempat – tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang di lihat dalam klinik
tidak menunjukkan batas – batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan dengan lampu
wood dapat di lihat flouresensi hijau kekuningan pada rambut yang sakit melampaui batas –

5
batas grey tersebut. Pada kasus – kasus tanpa keluahan pemeriksaan dengan lampu wood ini
banyak membantu diagnosis. Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouinii
biasanya disertai tanda peradangan ringan, hanya sekali – sekali dapat terbentuk kerion.2

Gambar 1. Gray patch Ringworm

2. Kerion

Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan
yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang padat disekitarnya. Bila
penyebabnya Microsporum caniis dan Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lebih
sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya adalah Trichophyto violaceum. Kelainan ini dapat
menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap, parut yang menonjol kadang
– kadang dapat terbentuk.1

Gambar 2: kerion

3. Black dot ringworm

6
Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton
violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang di sebabkan
oleh genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada rambut yang penuh
spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberi gambaran khas, yaitu black
dot, Ujung rambut yang patah kalau tumbuh kadang – kadang masuk ke bawah permukaan kulit.1

Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapatkan bahan biakan jamur Tinea
kapitis juga akan menunjukkan reaksi peradangan yang lebih berat, bila disebabkan oleh
Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton verrucosum, yang keduanya bersifat zoofilik.
Trichophyton rubrum sangat jarang menyebabkan tinea kapitis, walaupun demikian bentuk klinis
granuloma, kerion , alopesia dan black dot yang disebabkan Trichophyton rubrum pernah di
tulis.1,2

Gambar 3: Black dot ringworm

4. Favus

Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna
merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta ntibo
bau busuk seperti bau tikus “ ntib odor”. Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas
dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang
permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. ntibo. Oleh
karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah
kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit-penyakit bukan oleh jamur seperti:
Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.2

Favus, favosa tinea juga disebut, adalah infeksi dermatophytic inflamasi kronis biasanya
disebabkan oleh Trichophyton schoenleinii. Jarang, favus disebabkan oleh Trichophyton

7
violaceum, Trichophyton mentagrophytes var quinckeanum, atau Microsporum gypseum.Favus
biasanya mempengaruhi kulit kepala rambut tetapi juga dapat menginfeksi kulit berbulu dan
kuku.Agen penyebab mouse favus adalah T mentagrophytes var quinckeanum, juga disebut
Trichophyton quinckeanum, yang dapat menyebabkan favus pada manusia, meskipun jarang.2

Favus adalah 1 dari 3 pola utama infeksi rambut (ectothrix, endothrix, favus).Biasanya,
rambut tidak seperti yang terinfeksi berat seperti dalam trichophytosis disebabkan oleh
Trichophyton tonsurans.Rambut dapat tumbuh, dan sering, rambut panjang diamati pada
keadaan penyakit.Fitur yang paling karakteristik adalah pembentukan ruang udara antara hifa
dalam rambut yang terinfeksi.Ruang udara ini (udara terowongan) bentuk sebagai akibat dari
otolisis hifa.Arthroconidia jarang terlihat dalam rambut.Rambut yang terinfeksi seperti yang
biasa disebut favus-jenis rambut. Dalam sera pasien, atibody terhadap jamur penyebab
ditemukan oleh aglutinasi arang dan uji imunodifusi, namun peran yang tepat dari atibody tidak
jelas.1

Menurut berat ringannya penyakit, 3 tahap utama dijelaskan.

 Tahap pertama: Hanya eritema kulit kepala terlihat, terutama di sekitar folikel. Rambut
tidak longgar atau rusak.
 Tahap kedua: Pembentukan scutula terlihat dengan awal kerontokan rambut.
 Tahap Ketiga: Tahap paling parah melibatkan daerah yang luas dari kulit kepala
(setidaknya sepertiga); rambut rontok luas, atrofi, dan hasilnya jaringan parut.
Pembentukan scutula baru di pinggiran plak adalah umum.

Bentuk khas dari scutulum, kerak cangkir berbentuk kuning yang mengelilingi rambut dan
menembus pusat, adalah khas.Scutula membentuk plak padat, masing-masing terdiri dari miselia
dan puing-puing epidermis.Seringkali, infeksi bakteri sekunder terjadi pada plak.Penghapusan
Plak meninggalkan basis eritematosa lembab.Massa padat kerak kuning mungkin soliter atau
banyak, dan pada pasien yang terkena dampak parah, melibatkan seluruh kulit kepala.Bau
pemalu biasanya hadir.Kulit berbulu mungkin menunjukkan krusta kuning serupa.1

Pada kulit berbulu, favus adalah letusan papulovesikular dan papulosquamous di mana
scutula khas mungkin jelas.Sebagai sebuah onikomikosis, favosa tinea menyerupai bentuk-
bentuk tinea unguium.3

8
Gambar 4: Favus

2.7 DIAGNOSA

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan lampu wood dan
pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH. Pada pemeriksaan mikroskopik akan
terlihat spora di luar rambut ( ektotriks ) atau di dalam rambut ( endotriks ).3

Diagnosis laboratorium dari dermatofitosis tergantung pada pemeriksaan dan kultur dari
kikisan lesi. Infeksi pada rambut ditandai dengan kerusakan yang ditemukan pada pemeriksaan.
Lesi dapat dilepaskan dengan forsep tanpa disertai dengan trauma atau dikumpulkan dengan
potongan – potongan yang halus dengan ayakan halus atau sikat gigi.3

Sampel rambut terpilih di kultur atau dilembutkan dalam 10 – 20 % potassium hydroxide


( KOH ) sebelum pemeriksaan di bawah mikroskop. Pemeriksaan dengan preparat KOH ( KOH
mount ) selalu menghasilkan diagnosa yang tepat adanya infeksi tinea.1,2

Pada pemeriksaan lampu wood didapatlkan infeksi rambut oleh M. canis, M.ferrugineum,
akan memberikan flouresensi cahaya hijau terang hingga kuning kehijauan. Infeksi rambut oleh
T. schoeiileinii akan terlihat warna hijau pudar atau biru keputihan, dan hifa didapatkan di dalam
batang rambut. Pada rambut sapi T. verrucosum memperlihatkan fluoresensi hijau tetapi pada
manusia tidak berfluoresensi.2

9
Ketika diagnosa ringworm dalam pertimbangan, kulit kepala diperiksa di bawah lampu
wood. Jika fluoresensi rambut yang terinfeksi biasa, pemeriksaan mikroskopik cahaya dan
kultur. Infeksi yang disebabkan oleh spesies microsporum memberikan fluoresensi warna hijau.1

2.8 DIAGNOSA BANDING

Diagnosa banding untuk tinea kapitis terdapat dalam beberapa kondisi, tergantung dari
presentasi klinisnya. Dibawah ini tabel untuk mempermudah memilah diagnosis banding tinea
kapitis sesuai dengan gambaran klinisnya.6
Tabel 2.3 Diagnosis banding berdasarkan gambaran Klinis

Gambaran Klinis Diagnosa Banding


Grey patch Ringworm Psoriasis scalp Dermatitis Atopik
- Papul atau plak - Plak eritematosa - plak eritematosa
hipopigmentasi
- Plak berskuama - Skuama tebal berwarna putih - Berskuama
- Bentuk kelainan oval atau perak
- Rambut berwarna abu- - Gatal - Linkenifikasi
abu, dan mudah patah serta - Rambut dapat rontok
lepas dari akarnya
- Keluhan rasa gatal    
Blackdots Alopecia areata Trichotilomania
- Bentuk kelainan oval - Bentuk kelainan oval - Bentuk kelainan oval
- Rambut patah - Gambaran kulit normal atau - Rambut hilang
- Terdapat sisa ujung sedikit kemerehan - Kulit dasar normal
rambut yang patah - Tidak ada keluhan gatal

Favus Dermatitis Seboroik Psoriasis


- Papul eritematosa - Bayi: cradle cap, krusta tebal, - Plak eritematosa
- Plak pecah-pecah, berminyak - Skuama tebal, berwarna
- Sikatriks - Dewasa: Makula/plak, putih/perak.
- Gatal
- Krusta berbentuk cawan eritematosa/kekuningan, terdapat
- Rambut dapat rontok
(skutula) skuama dan krusta tipis-tebal yang
- Rambut ada/rontok basah/berminyak

Kerion Karbunkel  
- Radang luas - Nyeri
- Radang luas eritematosa
- abses berisi pus
- Fistul

2.9 PENATALAKSANAAN

10
1. Terapi sistemik
 Griseofulvin
Pada tahun 1958, Williams dan Marten mendokumentasikan efektivitas terapi oral
dengan griseofulvin pada tinea kapitis , dan penggunaan obat ini telah secara signifikan
mengurangi angka penyakit secara epidemic. Berkat ditemukannya griseofulvin penggunaan X-
ray untuk pembotakan yang telah digunakan sebelum itu oleh Sabouraud pada awal abad 19 telah
mulai ditinggalkan begitu juga penggunaan thallium asetat. Walau bagaimanapun tinea kapitis
terus berlanjut menjadi penyakit yang biasanya diderita oleh anak-anak dan biasanya menyentuh
10%-20% dari populasi bila terjadi wabah epidemik. Sejak akhir tahun 1950, Griseofulvin telah
dijadikan gold standart pada tinea kapitis, meskipun dosis dan durasinya berbeda pada tiap
pasien, secara umum dosis yang digunakan adalah 10-20 mg/kg/hari selama delapan sampai
duabelas minggu. Griseofulvin adalah obat fungistatik dan berfungsi menghambat sintesis
asamnukleid dan mengganggu perkembangbiakan inti sel dalam metaphase yang akhirnya
mencegah pembentukan dinding sel jamur. Griseofulvin pun memiliki efek anti-inflamasi. Obat
ini tersedia dalam bentuk tablet, dan biasanya direkomendasikan untuk diminum bersamaan
dengan makanan berlemak, karena hal itu akan meningkatkan absorpsi obat dan meningkatkan
bioavailabilitasnya. Durasi dari terapi tergantung dari mikroorganisme penyebabnya
(T.Tonsurans membutuhkan terapi yang lebih lama). Efek samping obat ini adalah mual dan
erupsi eksantematosa pada 8%-15% kasus, dan obat ini berkontraindikasi pada kehamilan.
Beberapa studi telah membandingkan penggunaan Griseovulfin dengan ketokonazole sebagai
terapi tinea kapitis pada anak-anak dan telah dinyatakan bahwa ketokonazole aman dan efektif
meskipun belum menunjukan kemampuan yang lebih baik daripada griseovulfin, yang dimana
menunjukan efek yang lebih cepat. Griseovulfin aman dan efektif pada anak selama diberikan
pada dosis yang sesuai.4

 Terbinafine
Terbinafin adalah sebuah allylamine fungisidal yang mempunyai afinitas tinggi untuk
keratin dan bekerja pada membrane sel dari jamur. Obat ini efektif pada semua jenis dermatofit.
Obat ini seefektif griseovulfin dan aman untuk terapi spesies Trichophyton pada anak, sementara
untuk spesies Microsporum masih diperdebatkan; tetapi telah dianjurkan pada kasus ini
membutuhkan terapi lebih lama (lebih dari 4 minggu) dan dengan dosis yang tinggi. Dosis obat
ini tergantung dari berat badan pasien, biasanya 3 sampai 6 mg/kg/ hari. Dalam hal efek
samping, keluhan gastrointestinal pada 5% kasus dan erupsi obat pada 3% kasus. Pada studi yang
melibatkan 50 anak, yang dimana 49 anak menderita tinea dengan spesies Trichophyton dan

11
hanya 1 anak yang menderita tinea dari spesies microsporum, didapatkan kesembuhan 86 %
secara klinis dan histologi setelah terapi selama 2 minggu; peneliti pada kasus ini menganjurkan
penambahan 2 minggu untuk menterapi anak dengan tinea dengan jenis Microsporum. Pada studi
lain yang mengevaluasi terapi terbinafin pada 152 anak, kesembuhan secara klinis dan mikologi
sangat baik dengan persentase 96%; dalam studi ini peneliti ini merekomendasikan terapi selama
4 minggu pada tinea kapitis pada anak.4

 Golongan Azole:
 Ketokonazole
Ketokenazol bersifat fungistatik. Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulvin dapat
diberikan obat ini sebanyak 200 mg per hari selama 10 hari- 2 minggu pada pagi hari setelah
makan. Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.1
 Itrakonazole
Itrakonazole mempunyai aktifitas fungistatik dan fungisidal, meskipun lebih banyak
berfungsi sebagai fungstatik dengan memakan ergosterol pada membran sel jamur yang akhirnya
membuat perubahan permeabilitas membran sel. Dosis yang direkomendasikan adalah 100
mg/hari selama 4 minggu atau 5 mg/kg/ hari pada anak-anak, dimana sama efektif dengan
griseofulvin dan terbinafine (table 4). Obat ini sangat lipofilik dan keratinofilik dan obat ini
bertahan dalam stratum korneum selama 3 sampai 4 minggu setelah pemberian. 4 Obat ini cocok
sebagai pengganti ketokonazol yang mempunyai sifat hepatotoksik terutama bila diberikan lebih
dari 10 hari.

 Flukonazole
Flukonazole adalah obat anti jamur yang memiliki spectrum luas dan dapat diberikan
pada dermatofit dan juga spesies kandida. Obat ini memiliki bioavailabilitas yang baik, rendah
dalam ikatan dengan protein dan memiliki waktu paruh yang panjang. Dalam studi yang meneliti
anak-anak dengan T. tonsurans, obat ini didapatkan efektif dan aman dalam dosis 6 mg/kg/ hari
selama 20 hari.4
 Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat digunakan pada tinea kapitis lesi kerion. Penggunaan kotikosteroid
harus hati-hati pada pasien seperti ini dan kontraindikasi dalam pemberiannya harus ditepikan.
Kortikosteroid intralesi dapat digunakan pada lesi yang terlokalisir sedangkan, kortikosteroid
sistemik harus diberikan pada kondisi lesi yang difus, yang biasanya digunakan secara umum
adalah prednisone pada dosis 1 mg/kg/hari selama 1-2 minggu.4
12
2. Terapi topikal

Terapi topikal saja biasanya tidak direkomendasikan untuk penyakit ini karena preparat
topikal tidak berprenetrasi secara adekuat pada kulit kepala. Pada tahun 1982, Allen dkk,
melaporkan bahwa dengan menggunakan shampoo yang mengandung selenium sulfide 2%
cukup efektif dalam mengurangi spora pada kulit kepala pasien anak yang diterapi pararel
dengan griseofulin dan akhir-akhir ini penggunaan shampoo yang mengandung ketoconazole 2%
juga menghasilkan hasil yang sama. Pasien harus dianjurkan untuk menggunakan shampoo 3 kali
dalam seminggu dan membiarkannya meresap paling minimal 5 menit sebelum dibasuh.
Shampoo tersebut harus digunakan sampai pasien secara klinis dan histologi sembuh. 4 Dapat juga
digunakan shampoo ketokonasol 1-2% 2-3x/minggu.5

2.10 PROGNOSIS

Proses penyebaran spora jamur mungkin bertahan beberapa bulan meskipun sedang
dilakukan terapi; oleh karena itu sangat perlu untuk terus memantau keadaan pasien. Penyebab
terjadinya kegagalan terapi yang termasuk didalamnya yaitu reinfeksi, organisme jamur yang
relatif tidak sensitive terhadap obat, absorbsi obat yang tidak terlalu optimal dan kurangnya
kepatuhan pasien karena pengobatan yang lama. T.tonsurans dan Microsporum adalah spesies
jamur yang seringkali pesisten terhadap terapi. Jikalau jamur masih dapat diisolasi dari lesi pada
kulit yang telah diterapi dengan maksimal, tetapi secara klinis ada perbaikan, yang
direkomendasikan dari keadaan ini adalah terus memberikan terapi yang sama selama satu bulan
lagi.

13

Anda mungkin juga menyukai