telusuri
JUL
Diversifikasi KBK telah disempurnakan terutama yang berhubungan dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan cakupan materi. Dalam konsep KBK, hendaknya diperhatikan potensi (bakat,
minat, dan kemampuan) peserta didik, kompetensi sekolah, dan tuntutan dunia usaha sesuai dengan
realita.
“Untuk mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
A. Kebijakan
Meliputi Dasar Pemikiran, Paradigma Baru Globalisasi Revolusi, Permasalahan Pendidikan di Indonesia.
v Spesifikasi KBK :
· Ciri KBK antara lain : adanya persaingan sehat dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya
manusia: persaingan antarsiswa, persaingan antar lembaga, peningkatan produk lembaga pendidikan,
adanya standar kompetensi yang jelas, realistis, menantang, menyenangkan, kreatif, dan mampu
memecahkan masalah dengan potensinya.
· Pendekatan KBK : Pendekatan 4 pilar pendidikan (belajar menjadi diri sendiri, mengetahui,
melakukan, dan belajar dalam kebersamaan), Inkuiri (menggali dan memecahkan masalah), Konstruktif (
Sains, Teknologi, Lingkungan , dan Masyarakat), Demokratis (penghargaan terhadap kemampuan, adil,
dan merata)
· Pengembangan potensi dalam KBM : Tugas lembaga dalam pengembangan potensi adalah menggali
dan mengembangkan potensi siswa secara optimal untuk mencapai kecakapan hidup sehingga siap
lanjut dan mampu bersaing dalam dunia kehidupan masyarakat. Tugas guru adalah menentukan
pengalaman belajar siswa, memilih strategi mengajar, dan menilai tingkat pencapaian kompetensi.
Dalam pengalaman belajar perlu diperhatikan kemitraan dan tanggung jawab bersama dari siswa, guru,
sekolah, orang tua, perguruan tinggi, dunia usaha, industri, dan masyarakat.
C. Komponen Kurikulum
D. Konsep KBM
1. Konsep
a. Belajar adalah proses perubahan perilaku secara sadar akibat adanya interaksi individu dengan
lingkungan. Perubahan perilaku yang dimaksud adalah kompetensi siswa.
b. Mengajar adalah upaya atau tindakan guru untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan
yang telah direncanakan.
c. Kegiatan belajar mengajar adalah adanya interaksi antara siswa belajar, guru mengajar secara
terencana, dan ditunjang oleh materi pembelajaran, sarana prasarana serta lingkungan belajar.
2. Prinsip KBM
3. Prinsip Belajar
5. Konsep Belajar
Belajar bermakna, komunikasi terbuka, guru sebagai model, tugas yang menantang, pengetahuan
keterampilan siap, sering latihan, penilaian yang berkesinambungan, kondisi menyenangkan, aneka
ragam pendekatan belajar, mengembangkan ragam kemampuan, melibatkan sebanyak mungkin indra,
pengaturan pengalaman belajar.
Gaya Transaksional ke transformasional, gaya otoriter ke demokratis, gaya formal ke nonformal, gaya
padat materi ke padat makna, dsb.
7. Hakekat guru
Sebagai agen pembaharuan, pemimpin kelas, fasilitator, bertanggung jawab atas tercapainya hasil
belajar, guru menjadi contoh dalam KBM, menunjang tinggi kode etik profesi.
Lingkungan salah satu hal yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, antara lain: lingkungan
kelas, laboratorium, tata ruang, cahaya, suasana belajar, musik.
Jigsaw (bentuk kelompok, urutkan pangkalan, isu/permasalahan, dan pembahasan), Curah pendapat,
peta konsep, diskusi, tanya jawab, pengamatan linhkungan, eksperimen, latihan, praktek lapangan/
laboratorium.
13. Implementasi kurikulum adalah kurikulum nyata bukan kurikulum harapan atau khayalan. Pressman
(1979) mengatakan, para implementator kurikulum harus bertanggung jawab sepenuhnya untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. 6 unsur yang patut dipertimbangkan dalam strategi
mengimplementasi kurikulum, yaitu:
1. Landasan
Filosofis : Pancasila
Kompetennsi lintas kurikulum, kompetensi lulusan, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi
Pokok, Indikator Pencapaian Kompetensi.
a. penilaian terpadu dengan pembelajaran, multi metoda, menyeluruh, dan berkesinambungan, adil,
terbuka, dan bermakna.
Perlu dipahami bahwa penilaian berbasis kelas bukan berarti menghakimi, artinya mana siswa yang
pandai, sedang, dan bodoh, akan tetapi lebih menekankan pada penghargaan atas hasil belajar siswa.
Jadi penilaian mengarah pada menemukan siswa pemula, sedang proses pengembangan, dan sudah
maju atau lihai.
C. BAB III (STRATEGI PENYUSUNAN SILABUS, SISTEM PENILAIAN, DAN RENCANA MODEL
PEMBELAJARAN)
1. Prinsip Silabus
a. Konsep silabus : Silabus adalah penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang ingin dicapai serta materi pokok yang perlu dipelajari siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Format silabus (Identitas, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Seleksi Materi Pokok,
Pengalaman Belajar dan Hasil Belajar, Indikator, Penilaian.
b. Proses
2. Analisa Materi Pelajaran dan seleksi materi pokok untuk kolaborasi atau elaborasi berdasarkan
kompetensi dasar dan indikator.
4. Distribusikan kompetensi dasar ke dalam format silabus sesuai dengan kolom yang tersedia.
5. Ekspresikan kompetensi Dasar ke dalam pengalaman belajar dengan memperhatikan materi pokok
dan indikator.
7. Tentukan jenis tagihan, bentuk tagihan, instrumen/soal dan penilaian dengan memperhatikan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang telah dituangkan pada pengalaman belajar dan jangan lupa
bahwa tolok ukur soal adalah indikator hasil belajar.
8. Alokasi waktu didistribusikan sesuai dengan kebutuhan kompetensi.
9. Pastikan sumber/alat/bahan yang diperlukan dapat memberikan informasi dan peraga sebagai
media informasi dalam pembelajaran teori maupun praktek lapangan.
1. Kuasai kembali pengetahuan tentang jenis tagihan, bentuk tagihan dan teknis membuat
instrumen/soal.
KBK menekankan bahwa guru berfungsi sebagai fasilitator, motivator dan konselor yang kompeten. Oleh
karena itu, guru harus profesional, guru perlu belajar untuk mengajar. KBM tidak hanya bersifat teoritis,
akan tetapi harus kontekstual, artinya berorientasi pada konseptual, faktual, aktual, dan autentik,
maksudnya harus kontekstual dengan kebutuhan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
mewujudkan hal tersebut dalam rencana pembelajaran, perlu didesain sedemikian rupa dengan
multimetoda, multi media, multi sumber, multi alat sarana prasarana, multi penilaian dan multi
pendekatan yang kemudian dikemas menjadi model pembelajaran.
Model pembelajaran yang dikembangkan oleh Bruce Joice dan Marsha Weil tahun 1986 adalah suatu
model pembelajaran yang mencakup pendidikan luas dan menyeluruh. Pembelajaran berfokus pada
siswa . siswa sebagai subjek dan siswa belajar untuk kompetensi pembelajaran. Model pembelajaran
adalah bagian atau potongan-potongan silabus yang menjadi satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Namun demikian, untuk praktisnya seyogianya model pembelajaran terpisah dari silabus karena model
pembelajaranlah yang setiap saat melekat pada guru waktu KBM berjalan. Model pembelajaran
merupakan gagasan/ekspresi yang didesain sedemikian rupa oleh guru pengajar yang bersangkutan.
Model-model pembelajaran terdiri dari CTL (Ccontextual Teaching and Learning), Konstruktivisme,
Terpadu, Sains Teknologi Masyarakat, Siklus Belajar, Whole Language, Cooperative, Interaktif,
Pendekatan Lingkungan, Inkuiri, Keterampilan Proses Sains, Model Pembelajaran Pendekatan Kecakapan
Hidup, Model Pembelajaran Langsung, Model Pembelajaran Berbasis Portofolio, Model Pembelajaran
Pendidikan Internet, dll.
Membicarakan BK dalam kesempatan ini tidak terfokus pada tugas dan tanggung jawab guru BK sebagai
profesi, akan tetapi sejauh mana peranan BK dalam konteks KBK dapat menunjang KBM. Guru BK
menjadi mediator, koordianator, dan sekaligus pelaksanaan utama. Kepala sekolah selaku pengelola
sekolah harus bertanggung jawab sepenuhnya tentang pendelegasian kewenangan kepada guru BK.
Sedangkan staf guru merupakan mitra kerja guru BK untuk memberdayakan siswa secara maksimal
dalam KBM. Jadi bimbingan dan penyuluhan pada hakekatnya adalah proses bantuan khusus pada siswa
dengan memperhatikan adanya kesulitan dalam rangka mengembangkan diri, mengarahkan sikap yang
sesuai dengan keadaan lingkungan sekolah, keadaan lingkungan keluarga, dan masyarakat.
Bimbingan Konseling menjadi pendamping fungsi utama sekolah di bidang pembelajaran dan
pengembangan intelektual untuk menangani pribadi siswa. Setiap siswa harus diberi pelayanan secara
adil, merata, dan tuntas. Pelayanan BK bukan hanya masalah kenakalan akan tetapi segala sesuatu yang
dapat mempengaruhi prestasi siswa.
c. Kegiatan pendukung yaitu aplikasi instrumentasi, himpunan data, konfirmasi kasus, kunjungan
rumah, alih tangan kasus.
Apakah MGMP masih dibutuhkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi ? salah satu komponen KBK
adalah Kurikulum Berbasis Sekolah. Untuk mendesain pengelolaan sekolah dalam upaya perbaikan
kinerja guru maka pada tahun 1999 Dirjen Dikdasmen merencanakan Managemen Berbasis Sekolah.
Meningkatkan kompetensi siswa perlu ditunjang oleh kompetensi guru dalam KBM, yaitu dipandang
perlu adanya target pencapaian mutu melalui Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Kelas (MPMBK).
Kurikulum Berbasis Kompetensi pendekatan KBK sangat membutuhkan MGMP sebagai ujung tombak
manajemen peningkatan mutu berbasis kelas atau KBM. Salah satu ciri KBK adalah padat komitmen,
kolaborasi, eksplorasi, serta dalam KBM menggunakan multi pendekatan, multi metoda, multi media,
multi strategi, multi sumber/bahan/alat, multi penilaian, dan multi model pembelajaran, maka
diperlukan suatu wadah pertemuan untuk menyamakan persepsi dan pengembangan/ peningkatan
mutu pendidikan.
MGMP merupakan suatu wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran yang berada pada satu
wilayah, kabupaten, kecamatan, sanggar sampai kepada satu gugus sekolah. Prinsip kerjanya adalah
cerminan kegiatan dari, oleh, dan untuk guru. MGMP merupakan organisasi nonstruktural, sifat mandiri,
asas kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarki dengan lembaga lain. MGMP memiliki
kemandirian namun disisi lain harus dapat bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait
(pakar/narasumber, dewan pendidikan, MKS/K3S, pemerintah dan masyarakat pemerhati pendidikan).
Guru harus kompeten, komitmen terhadap kode etik profesi dan bertanggung jawab pada diri sendiri,
masyarakat, dan pemerintah.
Paradigma baru dalam dunia pendidikan memandang perlu adanya reformasi sistem manajemen
sekolah denga dasar: adanya tuntutan masyarakat peningkatan tentang kualitas sekolah, adanya
kebijakan politik sentralisasi menjadi desentralisasi, adanya pengambilan keputusan di pihak yang
berkepentingan lokal. Tujuannya adalah untuk membuat sekolah mandiri sesuai kondisi sekolah dan
tuntutan lingkungan masyarakat, dan membuat sekolah kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab
mengelola program secara aktif dan efisien. Peningkatan mutu pendidikan didukung oleh adanya
Keterbukaan, Kompetensi, Kemandirian, Kepribadian, Sosial, Tanggung Jawab.
Konsep MBS : MBS merupakan gagasan yang menempatkan kewenangan pengelolaan sekolah dalam
satu keutuhan identitas sistem. Di dalamnya terkandung adanya desentralisasi kewenangan yang
diberikan kepada sekolah untuk membuat keputusan (Eric Digest: 1995) MBS sebagai upaya
memposisikan peran sekolah yang sesungguhnya. Program sekolah direfleksikan ke dalam bentuk visi,
misi, strategi, dan tujuan pengembangan sekolah. MBS sangat memperhatikan keberadaan
stakeholders/dewan sekolah dan akan melahirkan rasa memiliki. Makna berbasis sekolah dalam konsep
MBS bukan berarti meninggalkan kebijakan-kebijakan strategis yang telah ditetapkan oleh pemerintah
pusat. Misalnya standar kompetensi siswa, standar materi pembelajaran pokok, standar penguasaan
minimum, standar pelayanan minimum, penetapan kalender pendidikan dan jumlah belajar efektif
setiap tahun, dll.
MPMBS (Managemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah) adalah suatu pendekatan baru dalam
pengelolaan sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan yang direncanakan Dirjen Dikdasmen th
1999. Manajemen Berbasis Sekolah adalah pendekatan politik untuk mendesain pengelolaan sekolah
yang memberikan keleluasaan dan partisipasi sekolah dalam upaya perbaikan kinerja guru, siswa, orang
tua siswa, dan partisipasi masyarakat. Komponen MPMBS berfokus pada proses, bukan masalah
inpit/output pendidikan.
0 Tambahkan komentar
Memuat