Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan

Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator dengan


menggunakan berbagai sarana dan media sehingga dapat diterima oleh sang penerima pesan
atau yang biasa disebut dengan komunikan. Manusia merupakan mahkluk yang tidak dapat hidup
sendiri. Ia melakukan komunikasi untuk menyampaikan isi pernyataan kepada manusia lain agar
tercapai kesamaan pandangan terhadap suatu hal. Komunikasi media massa adalah salah satu
bentuk komunikasi yang turut memengaruhi kehidupan orang banyak . Komunikasi massa bisa
didefinisikan dalam tiga ciri. Komunikasi massa kepada masyarakat yang relatif besar, berbeda-
beda, dan anonim. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa
mencapai sebanyak mungkin secara serempak dan sifatnya sementara dan komunikator
cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin
membutuhkan biaya yang besar.

Ketersediaan informasi dapat memperluas cakrawala pengetahuan manusia, memahami


kedudukan serta peranan dalam masyarakat dan mengetahui apa saja peristiwa yang terjadi di
sekitarnya. Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari
peranan suatu media dalam hubungannya dengan penyajian dan intepretasi fakta peristiwa.
Melalui media, masyarakat mendapatkan suatu bentuk penyajian informasi berupa berita melalui
media massa.

Media biasanya menyampaikan berita atau informasi yang isu-isunya sedang hangat
diperbincangkan dikalangan masyarakat. Disamping itu, media dapat membawa budaya luar
yang terkadang berbenturan dengan nilai-nilai budaya lokal, tidak bisa dipungkiri ini merupakan
dampak dari globalisasi.Salah satu tayangan media yang menjadi pembahasan yang sangat
hangat adalah mengenai Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT).

Media biasanya menyampaikan berita atau informasi yang isu-isunya sedang hangat
diperbincangkan dikalangan masyarakat. Disamping itu, media dapat membawa budaya luar
yang terkadang berbenturan dengan nilai-nilai budaya lokal, tidak bisa dipungkiri ini merupakan
dampak dari globalisasi.Salah satu tayangan media yang menjadi pembahasan yang sangat
hangat adalah mengenai Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT). Berbagai kalangan di
Indonesia belakangan ini sibuk membicarakan isi LGBT di tanah air. Hal tersebut terutama
berkaitan dengan ramainya berita di media menyangkut kasus-kasus hubungan seksual sesama
jenis belakangan ini.

Dalam paper ini, penulis akan menjelaskan mengenai pengaruh media yang dapat
mengembangkan maupun mencegah adanya LGBT. Culture Studies merupakan sebuah media
yang dapat mengkontruksi dalam kehidupan yang berkaitan dengan sosial maupun politik.
Sehingga dapat menimbulkan perbedaan. Pengaruh media dalam penyebaran LGBT sangatlah
besar. Ia menyebarkannya melalui media seperti televisi, handphone dll. Seperti adanya film
beuty and the beast yang sudah tidak asing lagi. Dengan penyebarannya melalui media, ia
menginginkan bahwa keberadaanya dianggap oleh masyarakat sekitarnya. Sehingga ia tidak
merasa terncam dan ketakutan. Perkembangan LGBT yang dicetuskan oleh barat telah menuai
aksi kritikan dari kalangan negara. Barat yang sudah melegalkan LGBT dan adapula negara yang
sudah memperbolehkan perkawinan sesama jenis. indonesia sendiri belum menetukan undang-
undang yang pasti tentang LBGT. Namun, Indonesia memberikan tindakan pidana terhadap
seseorang yang menyakiti dan melakukan tindakan seksual sesama jenis kepada anak yang
dibawah umur. Berbeda dengan arab yang merang keras terhadap LBGT.

Sejarah Munculnya LGBT

Pada dasarnya setiap negara memiliki masyarakat perorangan atupun kelompok yang
memilih sebagai homoseksual dalam hidupnya. Mereka menganggap bahwa perilaku
homseksual bukanlah ciri khas suatu negara .Namun perilaku homosesual seringkali
menimbulkan berbagai respon baik secara pro dan kontra dengan kehadiran para homoseksual di
lingkungan sekitar.

LGBT (Lesbian, gender, biseksual dan transgender) merupakan komunitas gay yang
bertujuan untuk menekankan keanekaragaman budaya yang berdasarkan identitas seksualitas dan
gender. Hadirnya LGBT berdasarkan kegagalan barat dalam menghadapi krisis perilaku dan
moral. LGBT memulai aksinya pada tahun 1960 di Eropa untuk menuntuk persamaan dan hak
legalitas tanpa memandang orientasi seksualitas mereka. Saat itu, kaum homosex dan sodomites
secara resmi mengubah nama mereka menjadi LBGT.

Awal mula terjadinya kebangkitan yang mengglobal oleh para pejuang homoseksual
dikarenakan munculnya peristiwa Stonewall tahun 1969 di Amerika Serikat 1. Saat itu, terjadi
peristiwa pembangkangan oleh kaum homoseksual untuk memperjuangkan hak-hak meraka yang
mengakibatkan adanya keterbukaan atas orientasi seksual. Mereka tidak takut dan tidak pula
bersembunyi . Mereka memulai untuk melakukan perjuangan dan menekan pemerintah di
negaranya masing-masing untuk mendapatkan haknya sebagai manusia yang tidak akan merasa
terkekenag karena adanya ancaman,ketakutan dan penolakan. Pada tanggal 4 mei 1970,
terjadinya aksi dari kaum homoseksual muda Amsterdam dengan melakukan peringatan nasional
bagi para korban yang meninggal akibat kekerasan. Pada bulan mei 1979, munculnya ide yang
dicetuskan oleh anggota center for culture and recreation yang merupakan sebuah organisasi
lesbian yang didirikan pertama kali di Amsterdam untuk mendirikan sebuah monument
peringatan untuk kaum homoseksual yang bekerjasama dengan kelompok gay dari partai
sosialist pacifist. Ide ini didukung dari kelompok gay dan lesbian, baik secara individu maupun
kelompok gay dan lesbian yang terdiri dari 7152 group. Group lesbian dan gay mendapatkan
dukungan dan antusiasme oleh masyarakat internasional.

1
Lestari Kalsum, Sejarah perkembangan homoseksual di Rusia dan Bentuk-bentuk Keterbukaan (Self Disclosure)
1991-2007. Http://www.lib.ui.ac.id
Selanjutnya pada tahun 1988, Amerika Serikat telah meresmikan LBGT dan pada tahun
1990, LGBT juga berada dibeberapa negara Eropa 2. Saat itu,negara yang pertama kali
melegalkan perkawinan sejanis adalah Denmark dan selanjutnya pada thun 2008 diikuti oleh
negara Nepal.

Pengertian Cultural Studies

Kajian budaya (cultural studies) adalah hubungan kajian budaya dengan soal-soal
kekuasaan dan politik, dengan keinginan akan perubahan dan ‘untuk’ kelompok-kelompok sosial
yang terpinggirkan, terutama kelompok kelas, gender dan ras (tapi juga kelompok usia,
kecacatan, kebangsaan, dan sebagainya).

Istilah ini diciptakan oleh Richard Hoggart pada tahun 1964 ketika ia mendirikan
Birmingham Pusat Studi Kontemporer Budaya atau CCCS. Ia telah menjadi sangat terkait
dengan Stuart Hall , yang menggantikan Hoggart sebagai Direktur. George Mason University
menawarkan Ph.D. pertama berdiri sendiri dalam kajian budaya di Amerika Serikat. Dari tahun
1970-an dan seterusnya, Karya rintisan Stuart Hall, bersama dengan rekan-rekannya Paul Willis ,
Dick Hebdige , Tony Jefferson, dan Angela McRobbie , menciptakan sebuah gerakan intelektual
internasional. Banyak sarjana studi budaya bekerja Marxis metode analisis, mengeksplorasi
hubungan antara bentuk-bentuk budaya ( superstruktur ) dan ekonomi politik ( dasar ).

Studi kultural merupakan kelompok pemikran yang memberikan perhatian pada cara-cara
bagaimana budaya dihasilkan melalui perjuangan diantara berbagai ideologi. Media adalah
instrumen kekuasaan kelompok elite, dan media berfungsi menyampaikan pemikiran kelompok
yang mendominasi masyarakat. Studi kultural menekankan pada gagasan bahwa media menjaga
kelompok yang berkuasa untuk tetap memegang kontrol atas masyarakat sementara mereka yang
kurang berkuasa menerima apa saja yang disisakan kepada mereka oleh kelompok yang
berkuasa.Studi kultural telah menciptakan kelompok elite berkuasa yang melakukan eksploitasi
terhadap kelompok yang lemah. Kelompok yang lemah mengalami kondisi psikologis dimana
orang mulai merasa mereka memiliki kontrol terbatas terhadap masa depan mereka.

Ada beberapa karakteristik yang dapat dikemukakan untuk mengidentifikasi apa. yang
disebut Cultural Studies itu. Yaitu antara lain:

1. Cultural Studies bertujuan meneliti/mengkaji berbagai kebudayaan dan praktik budaya


serta kaitannya dengan kekuasaan. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan dimensi
2
https://www.kompasiana.com.LBGT:Sejarah, dan perkembangan dan pengaruhnya terhadap gaya
bermasyarakat. Romadhon Arribath
kekuasaan dan bagaimana kekuasaan itu mempengaruhi berbagai bentuk kebudayaan
(sosial-politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, hukum dan lain-lain. Bandingkan dengan
konsep kuasa dan pengetahuan, kuasa dan kebenaran pada Foucault, kuasa dan
kepentingan pada Habermas).
2. Cultural Studies tidak membahasakan kebudayaan yang terlepas dari konteks sosial-
politik, akan tetapi mengkaji masalah budaya dalam konteks sosial-politik dimana
masalah kebudayaan itu tumbuh dan berkembang.
3. Dalam Cultural Studies budaya dikaji baik dari aspek obyek maupun lokasi tindakan
selalu dalam tradisi kritis, maksudnya kajian itu tidak hanya bertujuan merumuskan teori-
teori (intelektual), akan tetapi juga sebagai suatu tindakan (praksis) yang bersifat
emansipatoris (Bandingkan dengan teori kritis Mazhab Frankfurt).
4. Cultural Studies berupaya mendemonstrasi (membongkar, mendobrak) aturan-aturan, dan
pengkotak- kotakan ilmiah konvensional, lalu berupaya mendamaikan pengetahuan yang
objektif,-subjektif (intuitif), universal lokal.
5. Cultural Studies bukan hanya memberikan penghargaan pada identitas bersama (yang
plural), kepentingan bersama, akan tetapi mengakui saling keterkaitan dimensi subjek
(tivitas) dan objek(tivitas) dalam penelitian.
6. Cultural Studies tidak merasa harus steril dari nilai-nilai (tidak bebas nilai) akan tetapi
melibatkan diri dengan nilai dari pertimbangan moral masyarakat modern serta tindakan
politik dan konstruksi sosial.
7. Dengan demiklan Cultural Studies bukan hanya bertujuan memahami realitas masyarakat
atau budaya,
8. akan tetapi merubah struktur dominasi, struktur sosial-budaya yang menindas, khususnya
dalam masyarakat kapitalis-industrial

Pembahasan

Perlu diketahui bahwa Cultural Studies dan studi budaya adalah dua hal yang berbeda,
Cultural Studies teori kritis yang mengkonstruksi kehidupan sehari-hari, Terkait erat dengan
budaya kontemporer, ideologi politik, kelas, gender, etnisitas dll sedangkan Studi Budaya seperti
antropologi yaitu mempelajari perbedaan budaya-budaya. Terpusat pada pertanyaan tentang
representasi bagaimana dunia iini dikonstruksikan dan direpresentasikan secara sosial kepada
masyarakat yang menjadi media seperti program televisi, radio, majalah, dan buku sebagai
materi representasi.

Cultural studies sebagai politik menurut hall, yang diperbincangkan dalam cultural
studies adalah persoalan kekuasaan politik, dan kebutuhan akan perubahan dengan adanya
representasi atas dan bagi kelompok sosial yang terpinggirkan.

Secara historis, penggambaran komunitas LGBT di media telah negatif, mencerminkan


intoleransi untuk komunitas LGBT yang terlihat dalam budaya; namun, sejak tahun 1990-an
hingga hari ini, telah terjadi peningkatan penggambaran individu, masalah, dan kekhawatiran
LGBT dalam media utama di Amerika Utara. [1] Komunitas LGBT telah mengambil sikap yang
semakin proaktif dalam mendefinisikan budayanya sendiri dengan tujuan utama mencapai
visibilitas afirmatif di media mainstream. Penggambaran positif atau peningkatan kehadiran
komunitas LGBT di media telah berfungsi untuk meningkatkan penerimaan dan dukungan untuk
komunitas LGBT, menetapkan komunitas LGBT sebagai norma, dan memberikan informasi
tentang topik tersebut. [1] Gwendolyn Audrey Foster mengakui, "Kita mungkin masih hidup di
dunia dominasi dan heterosentrisme putih, tapi saya pikir kita dapat setuju bahwa kita berada di
tengah-tengah kekuatan destabilisasi postmodern ketika menyangkut seksualitas dan ras."

Cultural studies tidak hanya merupakan studi tentang budaya yang merupakan entitas
tersendiri yang terpisah dari konteks sosial dan politiknya. Tujuannya adalah memahami budaya
dalam segala bentuk kompleksnya dan menganalisis konteks sosial dan politik tempat budaya
tersebut berasal. . Ketika pesan dikirimkan kepada masyarakat, maka khalayak akan menerima
dan membandingkan pesan-pesan tersebut dengan makna sebelumnya yang telah disimpan dalam
ingatan. Dalam Cultural Studies Terdapat tiga skenario seseorang dalam memaknai dan mengkaji
sebuah pesan melalui media. dalam media memiliki tujuan untuk memaksa orang secara halus,
dan memaksa seseorang lewat alam bawah sadar.

Yang pertama adalah Dominant, yang pada intinya seseorang menerima pesan apa
adanya  tanpa adanya unsur kritis. Perayaan kemerdekaan Amerika Serikat 4 Juli 2015 yang lalu
penulis katakan sebagai kemenangan bagi kaum LGBT di Amerika Serikat. Pasalnya 26 Juni
sebelumnya, Supreme Court Amerika Serikat memutuskan bahwa konstitusi Amerika menjamin
pernikahan sesama jenis.

Ketika pembacaan konstitusi kebebasan LGBT oleh hakim agung Anthony kennedy,
ribuan warga LGBT di seluruh negara bagian Amerika Serikat bergembira, bahkan Presiden
Barack Obama mengatakan bahwa keputusan ini mengafirmasi adanya kepercayaan masyarakat
Amerika bahwa mereka diperlakukan secara sama di mata hukum. Publik di barat (Amerika &
eropa ) juga biasa-biasa aja dalam menghadapi kelompok LGBT, karena kita tahu bahwa
karakteristik masyarakat sana sangat individualistik, dan percaya diri. Dan kebanyakan dari
mereka tidak mau mengurusi orang lain

Yang kedua adalah negotiate, di sinilah seseorang mulai mengembangkan rasa dan sikap
kritis mereka, akan mengolah pesan atau ide untuk diterimanya. Di Indonesia pernikahan sejenis
melanggar Pasal 1 Ayat 1 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Dalam
undang-undang itu disebutkan perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami-istri. Hingga kini belum dapat dipastikan berapa jumlah LGBT
sebenarnya, pasalnya kebanyakan dari mereka masih menutup diri. Namun, jumlah mereka
pastinya akan terus bertambah setiap harinya. “Tren ini semakin meningkat seiring dengan
banyaknya produk-produk budaya populer yang masuk ke Indonesia. Seperti film tentang gay
misalnya, membuat orientasi berbeda sudah lumrah, dan dianggap sebagai sesuatu yang wajar.

Yang ketiga adalah sikap oposional, di sinilah seseorang menolak secara total tentang
suatu berita atau pesan yang diterimanya.Komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender
(LGBT) di Arab Saudi sangat dibatasi oleh hukum Islam ultrakonservatif. Aktivitas seks LGBT
dilarang keras, dan hak komunitas tersebut tidak dikenali oleh pemerintah. Orang-orang dari
komunits LGBT bisa menghadapi berbagai hukuman mulai dari cambuk hingga hukuman mati
jika terbukti melakukan penyimpangan.

Analisis Studi kasus konten LGBT dalam Film beauty and the beast Disney

Beauty and the Beast ("Cantik dan Buruk Rupa") pada awalnya merupakan film animasi
dari Amerika Serikat yang diproduksi oleh Walt Disney Feature Animation. Film ini disutradarai
oleh Bill Condon. Film ini merupakan kelanjutan adaptasi animasi Walt Disney. Film ini
merupakan adaptasi dari cerita Beauty and the Beast, yang berkisah tentang cinta seorang gadis
cantik bernama Belle dapat mengubah Beast menjadi manusia.

Jelang peluncuran film Beauty and the Beast, muncul penolakan dari berbagai kalangan.
Penyebabnya, film produksi Walt Disney itu menampilkan karakter gay (homoseksual). Diduga
film tersebut sebagai alat propaganda LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) kepada
konsumen film yang mayoritas anak-anak. Konten “LGBT” dalam film terbaru Disney, Beauty
and the Beast, menuai protes dari beberapa pihak. Dalam film ini memang mengindikasikan
adanya karakter gay melalui tokoh LeFou yang diperankan Josh Gad. Dalam satu adegan tampak
jika ia memiliki perasaan lebih terhadap tuannya, Gaston, dan di adegan akhir ia terlihat berdansa
dengan seorang pria. Dalam satu adegan pula tampak tiga orang karakter pria berpakaian wanita
dan salah satunya merasa nyaman dengan kondisi tersebut3. Memang sangat disayangkan film
Disney secara implisit tiba-tiba mendukung konten LGBT. terlebih seperti yang kita ketahui
bahwa Disney merupakan salah satu media hiburan terbesar didunia yang identik dengan
konsumsi keluarga yang pastinya dinonton oleh anak-anak. Sebagai media hiburan terbesar
didunia, kita bisa mengetahui Disney memiliki power dalam memengaruhi cara pandang
konsumen nya. Mereka mencoba untuk mendorong agenda LGBT ke dalam hati dan pikiran
anak-anak. Disney tengah berupaya untuk membuat gaya hidup gay terlihat normal. Hasil dari
Konten homoseksual ini membuat beberapa negara didunia mengambil sikap terkait pemutaran
film tersebut dinegaranya. Negara-negara didunia tidak seluruhnya menerima konten LGBT
sebagai sesuatu yang lumrah karena bertentangan dalam nilai budayanya. Disney sejauh ini telah
melakukan kesalahan terbesar karena tidak memahami perbedaan-perbedaan budaya dalam
menyajikan konten negatif kepada konsumen nya.

3
Diakses dari http://hiburan.metrotvnews.com/film/ybJy5vwN-mengandung-konten-gay-beauty-and-the-beast-
diboikot Pada Tanggal 6 Oktober 2018 pukul 19:44
Beberapa negara seperti Arab Saudi, Indonesia dan Amerika Serikat memliki cara
pandang yang berbeda-beda dalam mencermati Konten LGBT yang terkandung dalam film
tersebut. Cara negara berpikir dapat terkondisikan secara kultural.

Budaya- budaya timur melukiskan sesuatu dengan menggunakan visualisasi. Oleh karena
itu ketika konten LGBT yang muncul dan terlihat dalam film tersebut diartikan sebagai suatu hal
yang dilarang keras dalam budaya Timur4. Pendekatan oposional diimplentasikan dalam budaya
Timur yang mana seseorang menolak secara total tentang suatu berita atau pesan yang
diterimanya yang mengandung nilai lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT). di Arab
Saudi sangat dibatasi oleh hukum Islam ultrakonservatif. Aktivitas seks LGBT dilarang keras,
dan hak komunitas tersebut tidak dikenali oleh pemerintah. Orang-orang dari komunits LGBT
bisa menghadapi berbagai hukuman mulai dari cambuk hingga hukuman mati jika terbukti
melakukan penyimpangan.

Indonesia merupakan negara Bhineka Tunggal Ika, perbedaan yang dimilki oleh
Indonesia yang begitu beragam dan berbeda satu sama lainnya. Individu-individu di Indonesia
sangat cenderung menerima dan mempercai apa yang dikatakan budaya mereka. Masalah akan
muncul bila budaya dan cara mereka berpikir sebagian tertinggal terhadap realitas-realitas baru.
Oleh karena itu Indonesia sendiri dalam memandang fenomena LGBT terbagi menjadi dua, pro
dan kontra. Pendekatan negotiate dapat menganalisa Individu-individu di Indonesia. seseorang
mulai mengembangkan rasa dan sikap kritis mereka, akan mengolah pesan atau ide untuk
diterimanya. Dalam konteks pesan yang terkandung pada film Walt Disney tersebut, Individu di
Indonesia melihat nya sebagai sesuatu yang tidak lumrah dan memahaminya sebagai pola bentuk
kehidupan yang menyimpang. Namun juga terdapat dari penduduk Indonesia yang menilai
kontek eksplisit LGBT Disney sebagai salah satu lifestyle masa kini.

Dan yang terakhir dari segi nilai kebudayaan Amerika Serikat. Amerika Serikat
merupakan tanah kebebasan bagi setiap individu di dunia, sistem liberalisme memberikan ruang
bagi setiap Individu untuk bisa mengeskpresikan nilai kehidupannya. Dalam budaya barat,
mereka cenderung menggunakan konsep-konsep dalam. Karena suatu konsep adalah suatu
gagasan umum tentang ciri-ciri yang diketahui mengenai suatu subjek, ia memberikan suatu
kerangka untuk menganalisis suatu topik tertentu. Salah satu nya topik mengenai pesan LGBT
dalam film Disney. Dalam pandangan Dominant, Individu-individu di Amerika Serikat
menerima pesan LGBT yang terkandung dalam film Disney tersebut sebagai sesuatu yang
lumrah. Karena nilai kebebasan bagi setiap individu mutlak tidak bisa diganggu gugat oleh siapa
pun.

Penutup

Kesimpulan
4
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi AntarBudaya, Rosda, Bandung, 2005, hlm. 54.
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator dengan
menggunakan berbagai sarana dan media sehingga dapat diterima oleh sang penerima pesan
atau yang biasa disebut dengan komunikan. Manusia merupakan mahkluk yang tidak dapat hidup
sendiri. Dalam paper ini kami menggunakan culture studies dalam menganalisis isu yang
berhubungan dengan peran media dalam penyebaran LGBT.

Cultural Studies diciptakan oleh Richard Hoggart pada tahun 1964 ketika ia mendirikan
Birmingham Pusat Studi Kontemporer Budaya atau CCCS. Ia telah menjadi sangat terkait
dengan Stuart Hall , yang menggantikan Hoggart sebagai Direktur. George Mason University
menawarkan Ph.D. pertama berdiri sendiri dalam kajian budaya di Amerika Serikat. Dari tahun
1970-an dan seterusnya, Karya rintisan Stuart Hall, bersama dengan rekan-rekannya Paul Willis ,
Dick Hebdige , Tony Jefferson, dan Angela McRobbie , menciptakan sebuah gerakan intelektual
internasional. Banyak sarjana studi budaya bekerja Marxis metode analisis, mengeksplorasi
hubungan antara bentuk-bentuk budaya ( superstruktur ) dan ekonomi politik ( dasar ).

Studi kultural merupakan kelompok pemikiran yang memberikan perhatian pada cara-
cara bagaimana budaya dihasilkan melalui perjuangan diantara berbagai ideologi. Media adalah
instrumen kekuasaan kelompok elite, dan media berfungsi menyampaikan pemikiran kelompok
yang mendominasi masyarakat. Maka dari itu, ada keterkaitan antara cultural studies dengan
penyebaran LGBT melalui media. LGBT yang telah dilegalkan oleh barat telah mempunyai
pengaruh besar terhadap media. Seperti halnya adanya film-film yang menunjukan sisi LGBT
nya yang menuai sejumlah kritikan. Dalam menyikapi perkembangan LGBT tersebut, tidak
semua negara mampu menerimanya. Barat yang mana sudah melegalkan LGBT, bahkan ada pula
yang sudah melegalkan pernikahan sesame jenis. Tidak begitu dengan Indonesia yang masih
belum adanya undang-undang untuk LGBT. Sedangkan Arab justru melarang keras adanya
LGBT.

Referensi : Ziauddin Sardar, Borin Van Loon Mengenal cultural studies for beginners, 2001

Anda mungkin juga menyukai