Anda di halaman 1dari 14

TUGAS HOME CARE

“Laporan Pendahuluan Penyakit Gastritis”

Nama Dosen : Ns, Rosani Naim. S.Kep., m.Kep [K]

OLEH:
Nama : Srimurtini
Nim : 182432033
Tingkat : II B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Rahmat dan Hidayah-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan tugas Individu
dengan judul “Laporan Pendahuluan Penyakit Gastritis “. Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Home Care. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak atas segala bantuannya
sehingga makalah ini dapat tersusun, semoga bermanfaat bagi para pembaca
sekalian.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam dunia
pengetahuan khususnya ilmu keperawatan. Kami menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran yang
membangun sangatlah penulis harapkan demi kesepurnaan makalah ini.

Kolaka 30 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini memang semakin modernnya zaman, semakin banyak juga penyakit
yang timbul akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri. Salah satunya
penyakit Gastritis yang terjadi karena inflamasi yang terjadi pada lapisan
lambung yang menjadikan sering terasa nyeri pada bagian perut, penyakit ini
tidak bisa menular tapi biasanya bakteri Helycobacter pylori masuk ke dalam
tubuh manusia melalui makanan dan bisa terjadi pada semua jenis kelamin.
Penyakit gastritis ini lebih menyerang kepada usia remaja sampai dewasa
sehingga butuh perawatan khusus karena akan menggaggu masa tua kita semua,
sehingga dibutuhkan pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik lagi untuk
mencegah terjadinya penyakit ini sejak dini.
Oleh karena itu, penyakit ini sangat menarik untuk dibahas karena sangat
dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari kita. Penyakit ini tentu bisa merusak
aspek psikoliogi dan psikososial penderita, dan diperlukan asuhan keperawatan
yang holistik dan pendidikan kesehatan untuk mencegah penyakit ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi Gastritis?
2. Apakah Etiologi Gastritis?
3. Bagaimana patofisiologi Gastritis?
4. Bagaimana Manifestasi Klinik Gastritis?
5. Bagaimana cara terapi dan penanganan Gastritis?
6. Apa saja komplikasi pada Gastritis?

1.3 Tujuan Penulisan


Laporan ini disusun dengan tujuan untuk memberikan suatu gambaran,
penjelasan yang lebih mendalam mengenai penyakit Gastritis ini.

1.4 Manfaat
Agar mahasiswa dan masyarakat dapat mengetahui cara pencegahan dan
pengobatan dini dengan cara yang tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Defenisi
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani
yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung.
Gastritis adalah segala radang mukosa lambung. Gastritis merupakan
suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difus atau local.
Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga
diartikan sebagai suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada  daerah tersebut.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari
beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada
lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh
bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di
lambung yaitu Helicobacter pylori. Peradangan  ini mengakibatkan sel darah
putih menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada
bagian tersebut.

2.1.2 Klasifikasi
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu: (David Ovedorf, 2002)
a. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut
dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
1) Gastritis eksogen akut, biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari
luar, seperti bahan kimia. Misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein
lada, steroid, mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi
terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan
erosi mukosa lambung).
2) Gastritis endogen akut, adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan
badan.
b. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory. Gastritis
kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B.
Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri.
Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan
mukosa. Penurunan pada sekresi gastric mempengaruhi produksi
antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik
tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi Helicobacter pylori
yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

2.1.3 Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya
sebagai berikut:
a. Gastritis Akut Penyebabnya adalah stres psikologi, obat analgetik, anti
inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat
menyebabkan erosi mukosa lambung), makanan, bahan kimia misalnya
lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
b. Gastritis Kronik Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum
diketahui, biasanya disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung Helicobacter pylori. Gastritis ini merupakan kejadian biasa
pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.

2.1.4 Patofisiologi
a. Gastritis akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti
Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat
analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuproven dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka
kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika
pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang
berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. Pemberian
aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh
lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang
mengandung nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein
seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu
terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering
kontak dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung
berlebih sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung. Kemudian
stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat menyebabkan
gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia
mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung mengakibatkan peningkatan
permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi balik H+ ke dalam mukosa.
Mukosa tidak mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan edema
lalu rusak.
b. Gastritis Kronik
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A
(sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan
sel parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini
dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa dan
terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut
sebagai gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan bakteri H. pylory,
faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan
dan alkohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H.
Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini
dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung.
Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan
lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus
lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri
menyebabkan luka atau tukak.
Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori
tersebut dengan mengirimkan butir-butir leukosit, selT-killer, dan
pelawan infeksi lainnya. Namun demikian semuanya tidak mampu
melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan
lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons
kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan
mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan
lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun
nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya,
keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi
superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan). Dalam
beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung akan terbentuk.

2.1.5 Manifestasi Klinis


a. Gastritis Akut
1) Anoreksia
2) Mual
3) Muntah
4) Nyeri epigastrum
5) Perdarahan saluran cerna pada hematemasis melena, tanda lebih lanjut
yaitu anemia.
b. Gastritis Kronik
Pada tipe A, biasanya asimtomatik, klien tidak mempunyai keluhan. Namun
pada gastritis tipe B, pasien biasanya mengeluh :
1) Nyeri ulu hati
2) Anorexia
3) Nausea
4) Anemia

2.1.6 Penatalaksanaan
Pengobatan gastritis meliputi :
1) Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
2) Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3) Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain
4) Pada gastritis, penatalaksanaanya dapat dilakukan dengan (medis dan
non medis), yaitu sebagai berikut:
a. Gastritis Akut
1) Intruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
2) Bila pasien mampu makan melalui mulut, anjurkan diet
mengandung gizi.
3) Bila gejala menetap, cairan perlu diberi secara parenteral.
4) Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi
saluran gastrofestinal.
5) Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
6) Untuk menetralisir alkhali gunakan jus lemon encer atau cuka
encer.
7) Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat
gangren atau perforasi.
8) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah
jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.
9) Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi polirus.
b. Gastritis Kronik
1) Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak
diberikan sedikit tapi lebih sering.
2) Mengurangi stress
3) H.pylori diatasi dengan antibiotik (seperti tetraciklin ¼,
amoxillin) dan gram bismuth (pepto-bismol).

2.1.7 Komplikasi
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematimesis dan melena yang
dapat berakhir sebagai syok hemoragie.
b. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin
B12
2.2 Konsep Keperawatan Penyakit
2.2.1 Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas
Anamnesa meliputi nama, usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, alamat,
suku/bangsa, agama, tingkat pendidikan (bagi orang yang tingkat
pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis,
maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap
gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang
dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini)
2) Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama: Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan bawah.
b) Riwayat penyakit saat ini: Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari
gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara
mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi
masalah tersebut.
c) Riwayat penyakit dahulu: Meliputi penyakit yang berhubungan
dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit dan riwayat
pemakaian obat.
3) Pemeriksaan fisik (Head to Toe):
 Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam beruban , tekstur rambut
merata, keadaan rambut bersih, tidak terdapat luka pada kulit kepala,
tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa.
 Mata
Bentuk mata simetris, bentuk pupilnya sama besar, sklera kemerahan,
tidak ada sekret dan tidak ada nyeri tekan pada bola mata, ketajaman
tanpa alat pembantu.
 Telinga
Bentuk telinga simetris,keadaan tampak bersih, tidak ada lesi, tidak
ada benjolan, ketajaman pendengaran tanpa alat pembantu.
 Hidung
Bentuk hidung simetris,terdapat bulu hidung, keadaan tampak bersih.
 Mulut
Bentuk bibir simetris, keadaan kering, warna bibir merah pucat,
keadaan tampak cukup bersih, gigi tampak cukup bersih.
 Leher
Warna kulit leher pasien normal seperti warna kulit di sekitarnya,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan
limfe, dan tidak ada peradangan.
 Dada dan Paru
Bentuk paru-paru pasien simetris, tidak ada bekas luka, tidak ada nyeri
tekan, tidak terasa massa, terdengar suara sonor, dan suara resonan
normal  
 Payudara dan Ketiak
Bentuk payudara simetris, keadaan tidak ada benjolan. Pada ketiak
pasien tidak ada warna kemerahan, tidak teraba massa, dan tidak ada
pembengkakan pada limfe, ada bulu di ketiak
 Abdomen
Perut pasien terlihat kembung, tidak terjadi pigmentasi,terdapat nyeri
tekan, tidak ada edema, dan suaranya terdengar timpani.
 Genetalia
 Kulit dan Kuku
Warna kulit pucat , tidak ada lesi, keadaan kulit kotor, turgor kulit
baik kembali kurang dari 2 detik.
 Ektremitas
Ekstremitas atas dan bawah tampak normal, tidak ada edema, fungsi
pergerakan baik.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1) hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (mis, inflamasi,
iskemia, neoplasma)
3) Deficit nutrisi  berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan mual, muntah, nyeri
2.2.3 Intervensi
1) hipovolemia
Manajemen Hipovolemia
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan asupan cairan oral
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis, Nacl/RL)
2) Nyeri
Manajemen Nyeri
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik
3) Deficit nutrisi
Manajemen nutrisi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi makanan yang disukai
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan protein
- Ajarkan diet yang diprogramkan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
4) Gangguan Pola Tidur
Dukungan Tidur
- Identifikasi pola aktivitas tidur
- Identifikasi factor pengganggu tidur
- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
- Modifikasi lingkungan\
- Batasi waktu tidur siang
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menghindari makanan dan minuman yang mengganggu
tidur
- Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologis lainnya

2.2.4 Implementasi
1) Kekurangan volume cairan (hipovolemia)
- Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia
- Menghitung kebutuhan cairan
- Memberikan asupan cairan oral
- Mengkolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis, Nacl/RL)
2) Nyeri
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
- Mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Memberikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Mengajarkan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
- Mengkolaborasi pemberian analgetik
3) Deficit nutrisi
- Mengidentifikasi status nutrisi
- Mengidentifikasi makanan yang disukai
- Memonitor asupan makanan
- Memonitor berat badan
- Memberikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Memberikan makanan tinggi kalori dan protein
- Mengajarkan diet yang diprogramkan
- Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
4) Gangguan Pola Tidur
- Mengidentifikasi pola aktivitas tidur
- Mengidentifikasi factor pengganggu tidur
- Menidentifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
- Memodifikasi lingkungan\
- Membatasi waktu tidur siang
- Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
- Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Menganjurkan menghindari makanan dan minuman yang
mengganggu tidur
- Mengajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologis
lainnya
2.2.5 Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta :EGC.


Dongoes Mailyn. E.2005 . Rencana Asuhan keperawatan. EGC : Jakarta
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta :
Media Aesculapius.
Price A. Sylvia &  Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi edisi 6,vol.2.
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Time pokja SDKI DPP PPNI 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta.
Time Pokja SIKI DPP PPNI 2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai