Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PERCOBAAN 4
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT

Disusun oleh:
Nama : Shafira Rizqika Ramadhina
NPM : 10060317020
Shift / Kelompok :A/4
Tanggal Praktikum : 30 April 2019
Tanggal Laporan : 7 Mei 2019
Nama Asisten : Humairani rahman S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT A


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2019 M/ 1440 H
Percobaan 4
Kromatografi Lapis Tipis
Isolasi Kurkumin dari Kunyit

I. Tujuan
1. Pemurniaan kurkumin dari kunyit dengan menggunakan kromatografi kolom.
2. Mengekstraksi senyawa menggunakan metode refluks.
3. Memurnikan senyawa kurkumin dengan KLT preparatif.
4. Mengidentifikasi senyawa kurkumin menggunakan metode KLT.
II. Prinsip
1. Kromatografi kolom : pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan kepolaran
dan kecepatan migrasi eluen, fase diam berupa zat padat yang disimpan dikolom
dan fase gerak berupa zat cair.
2. Ekstraksi metode refluks : pemisahan senyawa yang berada dalam zat padat
yang dilarutkan dalam suatu pelarut dengan dibantu pemanasan, adanya
pendinginan balik
3. KLT : pemisahan senyawan berdasarkan perbedaan kepolaran dan kecepatan
migrasi
4. KLT preparatif : pemisahan berdasarkan perbedaan kepolaran dan kecepatan
migrasi, dipakai untuk pengujian kuantitatif
III. Teori dasar
Kurkumin (1,7-bis (4’- hidroksi- 3’-metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion,
merupakan senyawa hasil isolasi dari tanaman Curcuma sp dan telah berhasil
dikembangkan sintesisnya oleh Pabon (1964). Kurkumin telah diketahui memiliki
aktivitas biologis dengan spektrum yang luas. Aktivitas antioksidan ditentukan
oleh gugus hidroksi aromatik terminal, gugus β diketon dan ikatan rangkap telah
dibuktikan berperan pada aktivitas antikanker dan antimutagenik kurkumin
(Majeed et al., 1995). Kurkumin memiliki aktivitas penghambat siklooksigenase
(COX) sebesar 79% (van der Goot, 1997), dan diduga bersifat COX-2 selektif,
berdasarkan sifat tidak toksik pada gastrointestinal meskipun pada dosis tinggi
(Kawamori, et al., 1999). Aktivitas penghambat COX-2 memungkinkan
pengembangan kurkumin sebagai zat antikanker yang bersifat antiproliferaif dan
memacu apoptosis. (Meiyanto, 1999)
Salah satu cara pengambilan kurkumin dari rimpangnya adalah dengan
cara ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan
perbedaan kelarutan. Secara umum ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses
pemisahan dan isolasi zat dari suatu zat dengan penambahan pelarut tertentu untuk
mengeluarkan komponen campuran dari zat padat atau zat cair. Dalam hal ini
fraksi padat yang diinginkan bersifat larut dalam pelarut (solvent), sedangkan
fraksi padat lainnya tidak dapat larut. Proses tersebut akan menjadi sempurna jika
solute dipisahkan dari pelarutnya, misalnya dengan cara distilasi/penguapan
(Wahyuni, et al., 2004). 
Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi
komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen.
Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang didalamnya diisikan dasa
stasionerdiam yang dapat berupa padatan/cairam. Campuran ditambahkan ke
kolom dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban/
pembawa yang cocok (fasa gerak). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun
masing-masing komponen dalam kolom yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi
atau koefisien partisi antara fasa gerak dan fasa diam (Yoshito, 2009).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) terdapat fasa gerak yang akan
merayap/bergerak sepanjang fasa diam dan terbentuk kromatogram. KLT disebut
juga kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana, sensitif dan cepat dalam
pemisahan. Kecepatan pemisahan yang tinggi dan mudah juga dimiliki KLT
(Khopar, 2003).

Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 (BM = 368). Sifat kimia


kurkumin yang menarik adalah sifat perubahan warna akibat perubahan pH
lingkungan. Kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga pada suasana
asam,sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Kurkumin dalam suasana
basa atau pada lingkungan pH 8,5-10,0 dalam waktu yang relatif lama dapat
mengalami proses disosiasi, kurkumin mengalami degradasi membentuk asam
ferulat dan feruloilmetan. Warna kuning coklat feruloilmetan akan mempengaruhi
warna merah dari kurkumin yang seharusnya terjadi. Sifat kurkumin lain yang
penting adalah kestabilannya terhadap cahaya (Tonnesen, 1985; Van der Good,
1997). Adanya cahaya dapat menyebabkan terjadinya degradasi fotokimia

senyawa tersebut. Hal ini karena adanya gugus metilen aktif (-CH 2-) diantara dua
gugus keton pada senyawa tersebut. Kurkumin mempunyai aroma yang khas dan
tidak bersifat toksik bila dikonsumsi oleh manusia. Jumlah kurkumin yang aman
dikonsumsi oleh manusia adalah 100 mg/hari sedangkan untuk tikus 5 g/hari.
(Rahayu, 2010)
Sifat-sifat kurkumin adalah sebagai berikut(Wahyuni, 2004):
Berat molekul : 368.37 (C = 68,47 %; H = 5,47 %; O = 26,06 %)
Warna : Light yellow
Melting point : 183ºC
Larut dalam alkohol dan asam asetat glasial
Tidak larut dalam air
Kurkumin dapat ditemukan pada dua bentuk tautomer, yaitu bentuk keto
dan bentuk enol. Struktur keto lebih stabil atau lebih banyak ditemukan pada fasa
padat, sedangkan struktur enol lebih dominan pada fasa cair atau larutan (Yudha,
2009).
Kandungan kunyit berupa zat kurkumin 10 %, Demetoksikurkumin 1-5 %
Bisdemetoksikurkumin, sisanya minyak atsiri atau volatil oil (Keton sesquiterpen,
turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil),
lemak 1-3%, karbohidrat 3%, protein 30%, pati 8%, vitamin C 45-55%, dan
garam-garam Mineral (Zat besi, fosfor, dan kalsium). ( Pasto, 1992)
Salah satu cara pengambilan kurkumin dari rimpangnya adalah dengan
cara ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan
perbedaan kelarutan. Secara umum ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses
pemisahan dan isolasi dari zat padat atau zat cair. Dalam hal ini fraksi padat yang
diinginkan bersifat larut dalam pelarut (solvent), sedangkan fraksi padat lainnya
tidak dapat larut. Proses tersebut akan menjadi sempurna jika solut dipisahkan
dari pelarutnya, misalnya dengan cara distilasi/penguapan (Wahyuni, 2004).
Ekstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat
pada padatan menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan di ekstrak
dilembutkan terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga di iris-
iris menjadi bagian yang tipis-tipis. Kemudian peralatan ekstraksi dirangkai
dengan menggunakan pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan
pelarut organik sampai semua analit terekstrak ( Khamidinal, 2009).
IV. Alat dan bahan
Alat yang dipakai dalam percobaan ini adalah alat destilasi, alat spektrum uji,
batang pengaduk, corong pisah, gelas kimia, kertas saring, kertas perkamen,
penangas air, palt KLT, pipa kapiler, rotary evaporator, silica gel, saringan vakum.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah diklorometana, n- heksan,
rimpang kunyit, metanol.
V. Prosedur
20 gram rimpang kunyit kering dalam 50 ml diklorometana direfluks selama
1 jam. Dicapurkan kemudian segera disaring dengan saringan vakum hingga
diperoleh larutan kuning. Larutkan lalu dipekatkan melalui dekstilasi pada
penangas air 500oC. Residu kuning kemerahan yang diperoleh kemudian
dicampurkan dengan 20 ml n-heksana dan diaduk secara merata. Dicampurkan
kemudia disaring lagi dengan penyaring vakum. Padatan yang dihasilkan
selanjutnya dianalisis dengan kromatografi lapis tipis menggunakan eluen CH 2Cl :
MeOH = 99 : 1 yang akan menunjukan 3 kompenen utama.
Kromatografi dengan menggunakan kromatografi kolom dibuat
menggunakan 15 gram silika gel dan eluen CH 2Cl : MeOH = 99 : 1 dengan tinggi
kolom berkisar antara 15-20 cm. 0,3 gram ekstrak kasar yang diperoleh dilarutkan
dengan sesedikit mungkin pelarut CH2Cl : MeOH = 99 : 1 dan kemudia diteteskan
secara perlahan pada bagian atas kolom. Dilakukan elusi hingga komponen
pertama habis. Monitoring dilakukan dengan cara KLT. Gabungan fraksi yang
mengandung konponen pertama ini kemudian dikeringkan. Diuji spektrum UV
dan IR dari senyawa murni yang berhasil diisolasi.
Proses pemisahan dilakukan dengan cara KLT preparatif. Ekstrak kasar 0,1
gram dilarutkan dengan sesedikit mungkin pelarut CH 2Cl : MeOH = 99 : 1,
kemudian ditotolkan pada batas awal plat KLT preparatif dengan menggunakan
pipa kapiler yang diameternya lebih besar daripada pipa kalpiler untuk titik leleh.
Setelah noda kering, dilakukan elusi dengan eluen CH2Cl : MeOH = 99 : 1. hasil
elusi dilihat dibawah lampu UV, kemudian pita komponen utamanyadiberi
tandadengan ujung tumpul pipa kapiler. Bagian pita yang dipilih kemudian
dipisahkan dari komponen lainnya dengan cara mengerok lapisan silika gel
tersebut dan ditampung pada kertas. Pindahkan sililca tersebut ke gelas kimia,
dilarutkan dengan diklorometana, kemudian saring dan dicuci dengan pelarut
yang sama. Filtrat kemudian diuapkan dengan rotary evaporator. Dilakukan uji
kemurnian fraksi yang diperoleh dengan KLT.
VI. Data pengamatan
I.1. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis : Jarak pelarut : 6cm
1,3
1. Fraksi 1: =0,217
6
3,2
2. Fraksi 2: =0,53
6
4,4
3. Fraksi 3: =0,73
6
2,80−0,53
Perhitungan Rendemen : ×100=1,89 %
120

I.2. Kromatografi Kolom.


Tabung 1 :
2,5 4
Bercak 1 : =0,47 Bercak 2 : =0,75
5,3 5,3
Tabung 2 :
2,5
Bercak 1 : =0,47
5,3
Tabung 3 :
1 2,7
Bercak 1 : =0,16 Bercak 2 : =0,45
6 6
Tabung 4 :
1,2 2,6
Bercak 1 : =0,19 Bercak 2 : =0,42
6,1 6,1
Tabung 5 :
1,6 3,7
Bercak 1 : =0,26 Bercak 2 : =0,616
6 6
Tabung 6 :
1,5 3,6
Bercak 1 : =0,254 Bercak 2 : =0,61
5,9 5,9
Tabung 7 :
1 2,3
Bercak 1 : =0,19 Bercak 2 : =0,43
5,3 5,3
Tabung 8 :
1,2 2
Bercak 1 : =0,2 Bercak 2 : =0,37
5,4 5,4
Tabung 9 :
1,2
Bercak 1 : =0,20
5,9
Tabung 10 :
1,1
Bercak 1 : =0,19(0,186)
5,9
I.3. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Nilai KLT Preparatif
6,7
1. Rf : =0,37
18
11
2. Rf : =0,61
18
15
3. Rf : =0,83
18
Bobot krus kosong :
1. 23,02g
2. 30,32g
3. 20,91g
Bobot krus beserta isi nya :
1. 23,22g
2. 30,60g
3. 21,24g
Perhitungan Rendemen :
23,22−23,02
1. ×100=0,16 %
120
30,60−30,32
2. × 100=1,89 %
120
21,24−20,91
3. ×100=0,275 %
120
Dilakukan KLT setelah dilakukan KLT Preparatif pada pola yang
berwarna dihasilkan nilai Rf :
1
1. Rf : =0,18
5,5
1,5 2 3,3
2. a. Rf : =0,27 b. Rf : =0,36 c. Rf : =0,6
5,5 5,5 5,5
2,5
3. Rf : =0,45
5,5
VII. Pembahasan
Pada percobaan kali ini 20 gram rimpang kunyit kering dicampurkan dengan
50 ml diklorometana akan menjadi larutan. Larutan tersebut kemudian direfluks
selama 1 jam. Fungsi dari CHCl2 / diklorometana karena pelarut organik yang baik
dan mudah menguap. Adanya proses refluks agar memekatkan larutan rimpang
kunyit dengan diklorometana, dengan menguapkan senyawa diklorometana.
Selanjutnya refluktan (campuran pekat) di saring dengan penyaring vakum lalu
ambil filtrat berupa larutan kuning. Kemudian larutan dipekatkan melalui distilasi
penangas air 500oC, diperoleh distilat berupa diklorometana dan residu berupa
kurkumin. Residu kuning kemerahan yang didapat kemudian dicampurkan dengan
20 ml n-heksana dan diaduk merata. Penambahan n-heksanan pada campuran
bertujuan untuk menggumpalkan campuran menjadi padat, memisahkan diri dari
pelarut dan kemudian disaring lagi dengan penyaring vakum. Penyaringan
dimaksudkan agar diperoleh kurkumin murni berupa padatan yang tertinggal
(residu) pada saringan vakum. Selanjutnya padatan dianalisis dengan
kromatografi lapis tipis menggunakan eluen CH2Cl2 : MeOH = 99:1, akan
memunculkan 3 komponen utama. 3 komponen utama yang didapat, timbul warna
(Rf) adalah kuning (0,217), jingga (0,53) dan jingga tua (0,73).
Selanjutnya dilakukan Kromatografi kolom yang sebelumnya ditambah
silika gel diberi kapas atau tisu yang di gumpalkan didasar syringe (output point)
untuk menghilangkan gelembung udara. Adsorben silika gel harus terus basah
karena, jika dibiarkan kering, kolom yangterbentuk dari silika gel bisa retak,
sehingga proses pemisahan zat tidak berjalan optimal. Selainitu, juga untuk
memudahkan proses elusi (larutan melewati kolom) dalam kolom dibuat
menggunakan 15 g silica gel dicampur dengan n-heksan agar dapat
menggembang,dengan tinggi kolom berkisar 15-20 cm. 0,3 gram ekstrak kasar
dilarutkan dalam eluen CH2Cl2 : MeOH = 99:1. Pada pengamatan terbentuk tiga
komponen berwarna merah kecokelatan,orange, kuning kehijauan. Komponen
yang berwarna merah kecokelatan adalah demetoksi kurkumin,
komponen berwarna orange adalah bis-demetoksi kurkumin dan komponen
berwarna kuning kehijauan adalah kurkumin. Bila diurutkan dari segi kepolaran,
yang paling polar adalah demetoksikurkumin, kurkuminm dan bis-demetoksi
kurkumin. Berarti pada saat percobaan terjadi ikatan hidrogen dengan kurkumin
sehingga interaksi lemah dan membentuk ikatan antara kurkumin dengan silika
gel.
Setelah didapat hasil pemisahan warna, warna-warna sebelum dan sesudah
kromatografi kolom di uji pada KLT dengan menotolkan sampel zat pewarna
pada pelat KLT . digunakan eluen CH2Cl2 : MeOH = 99:1 Didapatkan nilai Rf
dari setiap tabung sebesar : Tabung 1: 0,47 dan 0,75; Tabung 2: 0,47; Tabung 3:
0,16 dan 0,45; Tabung 4: 0,19 dan 0,42; Tabung 5: 0,26 dan 0,616; Tabung 6:
0,254 dan 0,61; Tabung 7: 0,19 dan 0,43; Tabung 8: 0,2 dan 0,37 ; Tabung 9:
0,20 ; Tabung 10: 0,19( 0,186).
Setelah uji KLT selesai, dilakukan pemisahan dengan KLT preparatif.
Dengan menyiapkan kaca berukuran 7x5 cm yang dilapisi silika gel. Diberi batas
bawah (1 cm dari ujung pelat) dan atas dengan pensil, penggunaan KLT preparatif
1 kelompok untuk 2 percobaan. Menggunakan sampel yang akan dielusi, yaitu 0.1
gram ekstrak kasar (residu vakum) dilarutkan sesedikit mungkin pelarut CH 2Cl2 :
MeOH = 99:1. kemudian ditotolkan pada batas awal plat KLT preparatif dengan
menggunakan pipa kapiler yang diameternya lebih besar dari pipa kapiler untuk
titik leleh agar cepat saat pengerjaanya. Setelah noda kering, dilakukan elusi
dengan eluen CH2Cl2 : MeOH =99:1 untuk melihat pergerakan sampel. Digunakan
eluen tersebut karena sebagai fasa gerak pada pengujian yang merupakan senyawa
polar disamping fasa diam berupa silika gel, senyawa polar. Langkah selanjutnya
sampel beserta KLT preparatif dilihat dibawah sinar lampu UV, untuk
memunculkan dengan jelas pita komponen warna utama. Akhirnya diperoleh
warna hasil uji sampel, yaitu kuning 0.37 , 0.61 , 0,83 Diketahui bahawa zat yang
memiliki kepolaran tinggi akan tertahan lebih lama pada fasa diam, saat ini
ditunjukkan oleh senyawa demetoksi kurkumin yang berwarna kuning. Lalu
dilakukan pemisahan komponen yang dipilih dengan mengerok lapisan silika dan
ditampung pada krus,dan ditimbang. Silika Silika dipindahkan ke dalam gelas
kimia dan dilarutkan saring dan cuci dengan methanol.dilakukan uji kemurnian
fraksi dengan KLT (eluen CH2Cl2 : MeOH = 99:1). dan mendapatkan hasil nilai
Rf sebesar 0.18 cm, 0.27 cm, 0.36 cm. dan didapat jumlah rendemen sebesar 1.84
% , 0.16%, 0.23 %, 0.275%.
VIII. Kesimpulan
1. Kurkumin dari kunyit dapat diisolasi dengan cara ekstraksi refluks
2. Nilai Rf ekstrak kurkumin murni dari kromatografi kolom sebagai berikut :
0.47 cm, 0.75 cm, 0.47 cm, 0.16 cm, 0.45 cm, 0.19 cm, 0.42 cm, 0.26 cm,
0.61 cm, 0.25 cm, 0.61 cm, 0.19 cm, 0.43 cm, 0.37 cm, 0.28 cm, 0.19 cm.
3. Nilai Rf dari rendemen KLT preparatif
a. 0.37 cm, 0.61 cm, 0.83 cm
b. 0.18 cm, 0.27 cm, 0.36 cm
c. Krus kosong: 23.02, 30.32, 20.91
d. Krus dan isinya : 23.22, 30.60, 21.24
e. Rendemen : 1.84 % , 0.16%, 0.23 %, 0.275%
IX. Daftar pustaka
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Khamdinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Meiyanto, E. 1999. Kurkumin Sebagai Obat Anti Kanker: Menelusuri
Mekanisme Aksinya, “Majalah Farmasi Indonesia”. 10(4).
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M. 1992. Experiments and Techniques in
Organic Chemistry. Prentice Hall Inc., New Jersey. P. 47-55; 396-398.
Rahayu, Hertik DI. 2010. Pengaruh Pelarut yang Digunakan Terhadap
Optimasi Ekstraksi Kurkumin Pada Kunyit (Curcuma domestica
Vahl.)
Wahyuni, dkk. 2004. Ekstraksi Kurkumin dari Kunyit. Prosiding Seminar
Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2004 ISSN : 1411-4216
Yoshito, Takeuchi. 2009. Introduction to Chemistry. Iwanami.
Yudha, P.N. 2009. Kromatografi Kolom dan Kromatografi Lapis Tipis
Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma Longa L.)

Anda mungkin juga menyukai