Percobaan 5 Kimor
Percobaan 5 Kimor
PERCOBAAN 5
ESTERIFIKASI FENOL: SINTESIS ASPIRIN
Disusun oleh:
Nama : Shafira Rizqika Ramadhina
NPM : 10060317020
Shift / Kelompok :A/4
Tanggal Praktikum : 7 Mei 2019
Tanggal Laporan : 14 Mei 2019
Nama Asisten : Nety Kurniaty, M.Sc.
3,8
didapat hasil nilai Rf sempel sebesar =0,68 dan nilai Rf pembandingan
5,5
4
=0,72. Pada percobaan KLT yang terdapat pengotor berwarna kuning didapat
5,5
4,7 4,4
nilai Rf sempel sebesar 0,85 dan nilai Rf pembanding sebesar =0,8.
5,5 5,5
6.3 Uji titik leleh.
Pada sampel yang di uji titik leleh menghasilkan titik leleh sebesar 82°C -
94°C, dan titik leleh pembanding menghasilkan titik leleh sebesar 120°C.
6.4 Analisis Kandungan Aspirin dalam tablet aspirin komersial
Konsemtrasi NaOH yang digunakan pada titrasi ini ada 0,1N sebanyak
1000mL.
g 1000
M= ×
Be v
g 1000
0,1= ×
40 1000
¿4 g
Jadi untuk membuat larutan NaOH 0,1N sebanyak 1000mL dibutuhkan sebanyak
4g NaOH.
Sampel 1:
10 ×0,1=50× M 2
N 2=0,02 M
Sampel 2:
11,5 × 0,1=50 × M 2
N 2=0,023 M
Sampel 3:
12 ×0,1=50 × M 2
N 2=0,024 M
Rata-rata mol :
0,02+0,023+ 0,024=0,0223 M
g 1000
0,0223= ×
18012 50
¿ 0,2 g
Jadi setiap 2 tablet Aptor tedapat 0,2 gram. Atau 0,1 gram dalam tiap tablet.
VII. Pembahasan
7.1 Pembuatan aspirin
Pembuatan aspirin termasuk reaksi substitusi. Katalis yang digunakan adalah
H2SO4 (asam sulfat) yang merupakan asam pekat. Ketika kedalam labu erlenmeyer
125 mL ditambahkan 1,4 gram asam salisilat dan 4 mL anhidrida asam asetat
menghasilkan campuran yang kental. Digunakan anhidrida asam asetat karena
anhidrida asam asetat lebih reaktif dibandingkan asam asetat. Kelebihreaktifan
anhidrida asam asetat ini disebabkan oleh struktur anhidrida asam asetat telah
kehilangan 1 atom hidrogen sehingga atom karbon tempat hidrogen melekat
menjadi lebih elektropositif. Ketika menambahkan H2SO4, penambahan dilakukan
di ruang asam. Ini dilakukan karena H2SO4 bersifat asam pekat yang jika terhirup
di udara terbuka, akan mengakibatkan pengaruh yang sangat fatal bagi organ
tubuh. Ditambahkan asam sulfat ini bermaksud agar reaksi esterifikasi berjalan
dengan baik dan cepat karena asam sulfat bertindak sebagai katalis dan pemberi
suasana asam. Selanjutnya, labu erlenmeyer tersebut dipanaskan pada penangas
air. ini dilakukan untuk mempercepat proses pelarutan asam salisilat kedalam
anhidrida asam asetat sehingga pembentukan aspirin menjadi lebih cepat. Pada
saat pemanasan, campuran menjadi homogen dan berwarna putih kotor. Setelah
itu, labu erlenmeyer diangkat dan dikeluarkan dari penangas air dan dengan
segera ditambahkan 2 mL aqua dm kedalamnya. Ini dilakukan untuk melarutkan
asam salisilat sebagai bahan baku pembentukan aspirin arena adanya gaya ikatan
hidrogen yang terbentuk antara gugus –OH dengan air, sekaligus menghentikan
reaksi karena air akan menghidrolisis anidrida asam asetat menjadi 2 molekul
asam asetat. Selanjutnya, labu dibiarkan mencapai suhu kamar. Ini dilakukan
supaya terbentuknya kristal dari campuran tersebut. Setelah itu, pemberian air es
batu bertujuan untuk mempercepat pembentukan kristal karena kelarutan aspirin
dalam suhu yang rendah sangat kecil. Selanjutnya, dilakukan proses kristalisasi
dengan corong buchner. Ketika kertas saring yang diletakkan di corong buchner,
kertas saring tidak boleh ada celah. Ini dikarenakan supaya tidak ada kristal yang
ikut tersaring. Setelah mendapatkan kristal, lalu dilakukan rekristalisasi. Proses
rekristalisasi ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh kristal yang lebih murni.
Setelah itu, kristal dilarutkan dalam 5 mL etanol. Dengan etanol, kristal hasil
kristalisasi akan melarut dengan mudah dan kristal akan terpisah dengan air dan
diperoleh kristal yang lebih murni dengan jumlah zat pengotor yang minimalis.
Setelah didapat kristalnya, kristal dikeringkan dan ditimbang. Ketika ditimbang,
didapat berat kristal sebesar 1,74 gram. Dalam percobaan ini, didapatkan
rendemen 96,7 %.
7.2 Uji terhadap aspirin
7.2.1 Uji reaksi pengkompleksan dengan Besi (III) klorida
Uji untuk mengetahui kristal yang didapat merupakan kristal aspirin atau
tidak. Ketika asam salisilat (berwujud serbuk putih) ditambahkan aqua dm
(berwujud cairan tidak berwarna), terbentuk larutan yang tidak bercampur karena
asam salisilat tidak larut dalam aqua dm. Ketika ditambahkan FeCl3 10%
berwujud cair dan berwarna kuning kecoklatan.
Ketika komersial aspirin ditambahkan aqua (berwujud cair dan tidak
berwarna), terbentuk campuran berwarna kuning. Ketika ditambahkan FeCl3 10%,
larutan menjadi kuning kecoklatan. Pada proses ini menurut literatur, tidak
terbentuk warna ungu, karena struktur aspirin tidak memiliki gugus OH.
Ketika aspirin hasil sintesis diuji dengan melarutkannya dengan aqua dm,
terbentuk campuran yang berwarna keruh, dan berwarna kuning. Ketika
ditambahkan FeCl3 10%, campuran menjadi berwarna kuning kecoklatan. Hal ini
menandakan, kristal yang disintesis tadi tidak mengandung asam salisilat dan itu
berarti kristal yang didapat kristal aspirin murni.
7.2.2 Penentuan titik leleh asam salisilat dan aspirin
Penentuan titik leleh suatu kristal merupakan cara yang digunakan untuk
menguji kemurnian suatu kristal. Jika zat padat dipanaskan, zat padat tersebut
akan meleleh. Suatu zat padat mempunyai struktur kisi yang teratur dan diikat
oleh gaya gravitasi dan elektrostatik. Jika zat padat dipanaskan, energi kinetik dari
molekul kristal akan naik dan moleul akan bergetar yang akhirnya pada titik
lelehnya, kristal akan meleleh. Ketika aspirin hasil sintesis dimasukkan kedalam
tabung kapiler dan tabung tersebut dimasukkan kedalam lubang di melting block,
setelah dipanaskan beberapa saat, aspirin tersebut mulai meleleh pada suhu 82°C.
Dan terus diamati, aspirin meleleh semua pada suhu 94°C. Titik leleh yang
didapat, berbeda dengan titik leleh aspirin menurut literatur. Menurut literatur,
titik leleh aspirin adalah 136°C. Perbedaan ini terjadi terjadi karena didalam
kristal terdapat zat pengotor (kristal asam salisilat) yang dapat mengganggu
struktur kisi kristal sehingga membuat trayek titik leleh menjadi kecil dan titik
lelehnya tidak sama dengan literatur. Pengaruh lain yang mempengaruhi
ketidaksamaan titik leleh ini mungkin karena pada saat pengisian tabung kapiler
pada melting block. Menurut literatur, kristal yang diperlukan untuk mengisi
tabung kapiler adalah sekitar 0,5 cm. Kebanyakan dan kesedikitan kristal dalam
tabung kapiler membuat perbedaan titik leleh ini juga terjadi.
7.2.3 Analisis kandungan aspirin dalam tablet aspirin komersial
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kadar aspirin dalam suatu tablet
aspirin. Sebelumnya, tablet aspirin dihancurkan dengan mortir menjadi serbuk
putih. Setelah itu, ditambahkan 50 ml etanol ke serbuk tablet aspirin tersebut.
Penambahan etanol dilakukan supaya dapat melarutkan aspirin yang terkandung
dalam tablet tersebut (kelarutan aspirin dalam etanol lebih baik daripada kelarutan
aspirin dalam air). Selanjutnya ditambahkan fenolftalein dan aqua dm kedalam
campuran tersebut. Fenolftalein merupakan senyawa yang tidak dapat larut dalam
air tetapi larut dalam etanol. Setelah itu, dilakukan titrasi triplo dengan larutan
baku NaOH 0,1 M sampai titik akhir titirasi. Titik akhir titrasi dapat diketahui
dengan adanya perubahan warna, adanya pengendapan, dan molaritas. Dan dalam
percobaan ini mendapatkan hasil rata2 normalitas dari titrasi sebanyak 3 kali yaitu
0,0223 mol aspirin. Kadar aspirin dalam tablet yaitu 0,1 gram. Sedangkan
menurut FDA kadar aspirin dalam tablet minimal adalah 0,324 gram. Kadarnya
kurang karena adanya kesalahan, karena kurang teliti dan kurang cermat dalam
pengerjaan analisisnya.
7.2.4 Uji KLT pada kristal
Kristal yang sudah didapat dari hasil sintesis lalu dilakukan uji KLT dengan
pembanding, sampel dilarutkan dalam etanol karena aspirin bersifat larut dalam
etanol, kemudian larutan sampel ditotolkan pada plat KLT, lalu dielusi dengan
Etil Asetat : Metanol (3:1), senyawa yang bersifat lebih polar akan tertahan pada
fase diamnya. Setelah dielusi sampai batas plat, kemudian dikeluarkan dan
dikeringkan, kemudian dilihat didalam lampu UV, dan dihitung nilai Rf nya. Pada
percobaan kali ini di lakukan 2 kali KLT di karenakan sempel KLT yang pertama
terkontaminasi senyawa kuning yang di duga kurkumin. dan pada percobaan kali
ini di dapat nilai Rf sebesar sebesar 0,68 dan nilai Rf pembandingan 0,72. Pada
percobaan KLT yang terdapat pengotor berwarna kuning didapat nilai Rf sempel
sebesar 0,85 dan nilai Rf pembanding sebesar 0,8.
VIII. Kesimpulan
1. Aspirin bisa disintesis dengan asam salisilat dan anhidrida asetat dengan katalis
H2SO4 diperoleh persen rendemen 96,7 %
2. Pada uji reaksi FeCl3 diperoleh hasil negatif
3. Reaksi uji titik leleh, suhu titik awal 82 oC - 94 oC
4. Uji KLT menghasilkan nilai Rf sebesar 0,69
5. Aspirin dapat dititrasi asam basa dengan rata-rata N= 0,0223 dengan kadar
aspirin 0,1 gram dalam 1 tablet.
IX. Daftar pustaka
Irdoni, Hs, Nirwana, Hz, 2013, Modul Kimia Organik (Praktikum), Pekanbaru,
Universitas Riau.
Fessenden, J Ralp, Joan S Fessenden, 1999, Kimia Organik Edisi 2, Jakarta,
Erlangga.
Ralp J. Fessenden, Joan S. Fessenden, 1990, Kimia Organik 3 rd Edition, Penerbit
Erlangga : Jakarta.
Pinalia, A. 2011. Kristalisasi Ammonium Perkoalat (AP) Dengan Sistem
Pendinginan Terkontrol Untuk Menghasilkan Kristal Berbentuk Bulat.
Majalah Teknologi Dirgantara, Vol. 9 No. 2.
Sahidin. 2009.Penuntun Praktikum Kimia organik I.Unhalu. Kendari.Tambunan.
Svehla, 1979, Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan
Semimikro, PT Kalman Media Pusaka, Jakarta.
Syukri, 1999, Kimia Dasar 3, ITB Press, Bandung.
Arsyad, M.N. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta.
Keenan. 1982. Kimia Untuk Universitas. Jakarta:Erlangga
Ralph H, Petrucci. 2008. Kimia Dasar II. Jakarta: Erlangga.
Sudarto,Unggul. 2008. Analisis Kimia Dasar. Yogyakarta: UNY.