Minggu 2
Sesi 3
I. HUKUM BENDA
Setiap manusia dalam hidupnya pasti memiliki benda, namun tidak semua orang
memahami bahwa setiap benda yang dimiliki memiliki konstruksi hukum yang berbeda.
Pemahaman mengenai konstruksi hukum terhadap benda sangat berkaitan dengan
pengelolaan aset-aset berharga baik milik perorangan maupun perusahaan. Hukum benda
adalah aturan hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan benda sebagai
objek hukum (Silondae & Ilyas, 2011: 13).
1.1 Pengertian dan pembagian benda
Benda adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek hak dan kewajiban.
Menurut Pasal 499 KUH Perdata, “benda adalah segala sesuatu yang dapat menjadi
objek hak milik”. Benda menurut pasal 570 KUH Perdata adalah “Yang dimaksud
dengan kebendaan ialah, tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh
hak milik”. Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa yang dimaksud dengan
benda tidak hanya sesuatu yang berwujud (tangible) tetapi juga benda yang tidak
berwujud (intangible) seperti hak tagih, hak cipta, dsj. Namun demikian menurut
KUH Perdata, dan peraturan perundangan lain yang mengatur tentang benda,
setidaknya benda-benda yang ada disekitar kita dapat dibagi dalam kategori dalam
tabel berikut :
Tabel 1
Pembagian Benda
No Macam Benda Contoh
Benda tidak bergerak secara umum adalah benda yang tidak dapat untuk
dipindah-pindahkan. Namun demikian hukum memberikan pengertian tersendiri
terhadap benda tidak bergerak. Benda tidak bergerak dibagi 3 golongan :
1. Benda tidak bergerak karena sifatnya, yaitu menurut sifat bendanya memang
tidak dapat dipindah-pindahkan. Misalnya : tanah, gedung
2. Benda tidak bergerak karena tujuannya,
Penjelasannya adalah bahwa semula tiap-tiap benda adalah benda bergerak
kemudian dilekatkan pada benda-benda yang tidak bergerak untuk mencapai
tujuan tertentu secara terus menerus, maka benda tsb menjadi benda tidak
bergerak, mis: rumah, mesin-mesin yang dilekatkan pada bangunan.
3. Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang menetapkan demikian.
Misalnya kapal laut (lebih dari 20 m3), pesawat, helikopter.
Pentingnya pembagian benda atas benda bergerak dan benda tidak bergerak
terkait dengan hal berikut :
Pada benda bergerak, dikenal adanya bezit, yaitu suatu keadaan lahir ketika
seseorang menguasai suatu benda yang seolah-olah kepunyaannya sendiri sekaligus
oleh hukum dilindungi dengan tidak mempersoalkan hak milik atas benda tersebut
sebenarnya ada pada siapa. Oleh karenanya penguasaan terhadap benda bergerak
berlaku “penguasa/bezitter benda tidak bergerak adalah pemilik, kecuali dapat
dibuktikan sebaliknya” (Pasal 1977 KUH Perdata).
Sedangkan untuk benda tidak bergerak penguasaan terhadap benda tidak
selalu adalah pemilik, karena benda tidak bergerak merupakan benda atas nama yang
memerlukan register untuk kepemilikannya. Sebagai contoh, A menempati sebuah
rumah di atas sebidang tanah, maka tidak otomatis A adalah pemiliknya yang sah
menurut hukum. Pemilik yang sah adalah siapa yang namanya tercatat dalam
sertifikat hak milik dan terdaftar di Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Pada tabel di bawah ini diuraikan pembedaan jenis-jenis benda bergerak dan
tidak bergerak beserta jaminan yang dapat dilakukan terhadap benda tersebut:
No Benda Pembebanan
1 Benda Tidak - Hak Tanggungan : Untuk Tanah dan segala objek yang
Bergerak berkaitan dengan tanah
- Hipotik : untuk kapal laut (di atas 20 m3) serta pesawat dan
helikopter
Hak kebendaan adalah hak yang memberikan kekuasaan atas suatu benda.
Kekuasaan tersebut dapat dipertahankan kepada setiap orang yang melanggar hak
tersebut. Sebagai contoh, jika seseorang mempunyai hak milik atas sebidang tanah
maka orang tersebut dapat mempertahankan haknya terhadap siapa pun yang
melanggar atau menggangu haknya atau menurut siapa pun yang merampas haknya
atas tanah tersebut.
Hak kebendaan dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu hak kebendaan
yang diberikan untuk kenikmatan dan hak kebendaan yang diberikan untuk dijadikan
jaminan utang. Hak kebendaan yang diberikan untuk kenikmatan adalah hak yang
langsung dimanfaatkan oleh pemegang hak tersebut. Hak kebendaan yang dapat
dinikmati al : 1) Hak Milik; 2) Bezit; 3) Hak memungut hasil; 4) Hak Pakai dan
Mediami.
Terdapat hak lain yang bukan hak kebendaan tetapi memiliki persamaan
dengan hak kebendaan antara lain. Diantaranya hak kebendaan yang diberikan untuk
dijadikan jaminan utang yaitu hak kebendaan yang memberikan kekuasaan langsung
atas suatu benda, tidak untuk dipakai, tetapi untuk dijadikan jaminan pelunasan utang,
misalnya gadai, hak tanggungan, dan fidusia.
Hak atas suatu benda dapat diperoleh melalui empat cara, yaitu (1) bantuan
orang lain, (2) pengambilan secara langsung tanpa bantuan orang lain (originair), (3)
perlekatan (natreking), dan (4) warisan.
Cara memperoleh hak kebendaan dengan bantuan orang lain terjadi dengan
penyerahan dari orang lain yang sudah memiliki hak atas benda tersebut.
Penyerahan tersebut disebabkan oleh pemberian atau hibah, jual beli, tukar
menukar, atau karena hal lain yang sah
Cara memperoleh hak kebendaan dengan perlekatan terjadi karena benda itu
mengikuti atau melekat pada benda yang lain. Selain itu, dapat pula terjadi apabila
benda terse but bertambah besar atau berlipat karena faktor alami, misalnya
sebidang tanah di tepi sungai bertambah luas karena pengendapan air sungai
4. Warisan
C. Hukum Jaminan
Yang dimaksud dengan jaminan adalah pemberian keyakinan kepada kreditor
(pihak yang berpiutang) atas pembayaran utang-utang yang telah diberikan kepada
debitur (pihak yang berutang), yang terjadi karena hukum atau karena perjanjian.
Aturan mengenai jaminan terdapat dalam KUH Perdata, yaitu :
a) Pasal 1131 KUH Perdata : “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada
dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”
b) Pasal 1132 KUH Perdata : “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-
sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan
benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar
kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu
ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”
Tabel 2
Jenis Benda dan Jaminan terhadap Benda
No Benda Pembebanan Diatur dalam
Pengaturan mengenai benda berhubungan dengan jenis benda, apakah termasuk dalam
benda bergerak atau benda tidak bergerak, karena kedua hal tersebut akan mempengaruhi hal-
hal antara lain : Kedudukan berkuasa (bezit, Penyerahan (levering), Daluarsa/lewatnya waktu
(verjaring), Pembebanan/jaminan (bezwaring). Pembebanan terhadap benda diatur tersendiri
dalam undang-undang, yaitu misalnya Undang-Undang Hak Tanggungan, Undang-Undang
Jaminan Fidusia, Undang-Undang tentang Resi Gudang, Hipotik, dan aturan dalam KUH
Perdata yang masih berlaku tentang gadai. Pembebanan dalam praktek masyarakat sehari-hari
terjadi jika ada seseorang yang membutuhkan dana (uang), maka ia dapat memanfaatkan
benda berharga yang ia miliki untuk dijadikan jaminan hutang.
1. Kansil, CST. & Kansil Christine ST. (2013). Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum
Dagang Indonesia. Ed.2. Jakarta: Sinar Grafika.
2. Meliala, DS. (2014). Hukum Perdata dalam Perspektif BW. Bandung: Nuansa Aulia.
3. Silondae, AA. & Ilyas, WB. (2011). Pokok-Pokok Hukum Bisnis. Jakarta: Salemba
Empat.