Anda di halaman 1dari 13

LECTURE NOTES

Legal Aspect in Economic

Minggu 2
Sesi 3

Property and Collateral Laws

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


LEARNING OUTCOMES

LO2 : Explain the basic principles of legal aspects in economic

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):


1. Hukum Benda
a) Tentang benda
b) Bentuk benda
c) Hal yang terkait dengan Benda
2. Hukum Jaminan
a) Jaminan Kebendaan
b) Jaminan Perseorangan

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Hukum Benda dan Hukum Jaminan

I. HUKUM BENDA
Setiap manusia dalam hidupnya pasti memiliki benda, namun tidak semua orang
memahami bahwa setiap benda yang dimiliki memiliki konstruksi hukum yang berbeda.
Pemahaman mengenai konstruksi hukum terhadap benda sangat berkaitan dengan
pengelolaan aset-aset berharga baik milik perorangan maupun perusahaan. Hukum benda
adalah aturan hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan benda sebagai
objek hukum (Silondae & Ilyas, 2011: 13).
1.1 Pengertian dan pembagian benda

Benda adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek hak dan kewajiban.
Menurut Pasal 499 KUH Perdata, “benda adalah segala sesuatu yang dapat menjadi
objek hak milik”. Benda menurut pasal 570 KUH Perdata adalah “Yang dimaksud
dengan kebendaan ialah, tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh
hak milik”. Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa yang dimaksud dengan
benda tidak hanya sesuatu yang berwujud (tangible) tetapi juga benda yang tidak
berwujud (intangible) seperti hak tagih, hak cipta, dsj. Namun demikian menurut
KUH Perdata, dan peraturan perundangan lain yang mengatur tentang benda,
setidaknya benda-benda yang ada disekitar kita dapat dibagi dalam kategori dalam
tabel berikut :
Tabel 1
Pembagian Benda
No Macam Benda Contoh

1 Berwujud & tidak berwujud Mobil dan Hak Cipta


2 Dipakai habis & tidak dipakai habis Alat Tulis dan Rumah
3 Sudah ada & yang akan ada Mobil dan Hasil Bumi
4 Dalam perdagangan & diluar perdagangan Sepeda Motor dan Jalan raya
5 Dapat dibagi & tidak dapat dibagi Beras dan Pesawat
6 Terdaftar & tidak terdaftar Alat Rumah Tangga dan Mobil
7 Bergerak & tidak bergerak Perhiasan dan Rumah

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Dari semua jenis pembagian benda di atas, yang paling banyak memiliki pembahasan
dalam konsekuensi hukum adalah pembagian benda menurut benda bergerak dan
benda tidak bergerak.
A. Benda Bergerak
Benda bergerak adalah benda yang dapat dipindahkan. Disebut sebagai benda
bergerak dikarenakan :
1) Benda bergerak karena sifatnya, yaitu sesuai dengan sifatnya sebuah benda
dapat dipindah-pindahkan dengan mudah. Misalnya: meja, kursi, perhiasan,
dll.
2) Benda bergerak karena ketentuan undang-undang menyebutnya demikian.
Misalnya: surat-surat berharga seperti cek, saham, obligasi, hak dibidang hak
kekayaan intelektual (HaKI), hak tagih, dll.

B. Benda Tidak Bergerak

Benda tidak bergerak secara umum adalah benda yang tidak dapat untuk
dipindah-pindahkan. Namun demikian hukum memberikan pengertian tersendiri
terhadap benda tidak bergerak. Benda tidak bergerak dibagi 3 golongan :
1. Benda tidak bergerak karena sifatnya, yaitu menurut sifat bendanya memang
tidak dapat dipindah-pindahkan. Misalnya : tanah, gedung
2. Benda tidak bergerak karena tujuannya,
Penjelasannya adalah bahwa semula tiap-tiap benda adalah benda bergerak
kemudian dilekatkan pada benda-benda yang tidak bergerak untuk mencapai
tujuan tertentu secara terus menerus, maka benda tsb menjadi benda tidak
bergerak, mis: rumah, mesin-mesin yang dilekatkan pada bangunan.
3. Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang menetapkan demikian.
Misalnya kapal laut (lebih dari 20 m3), pesawat, helikopter.

1.2 Konstruksi hukum yang terkait dengan pembagian jenis benda

Pentingnya pembagian benda atas benda bergerak dan benda tidak bergerak
terkait dengan hal berikut :

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


1. Kedudukan berkuasa (bezit)
2. Penyerahan (levering)
3. Daluarsa/lewatnya waktu (verjaring)
4. Pembebanan/jaminan (bezwaring)

Ad.1) Kedudukan Berkuasa (Bezit)

Pada benda bergerak, dikenal adanya bezit, yaitu suatu keadaan lahir ketika
seseorang menguasai suatu benda yang seolah-olah kepunyaannya sendiri sekaligus
oleh hukum dilindungi dengan tidak mempersoalkan hak milik atas benda tersebut
sebenarnya ada pada siapa. Oleh karenanya penguasaan terhadap benda bergerak
berlaku “penguasa/bezitter benda tidak bergerak adalah pemilik, kecuali dapat
dibuktikan sebaliknya” (Pasal 1977 KUH Perdata).
Sedangkan untuk benda tidak bergerak penguasaan terhadap benda tidak
selalu adalah pemilik, karena benda tidak bergerak merupakan benda atas nama yang
memerlukan register untuk kepemilikannya. Sebagai contoh, A menempati sebuah
rumah di atas sebidang tanah, maka tidak otomatis A adalah pemiliknya yang sah
menurut hukum. Pemilik yang sah adalah siapa yang namanya tercatat dalam
sertifikat hak milik dan terdaftar di Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Ad.2) Penyerahan (Levering)


Penyerahan merupakan cara untuk memperoleh hak kebendaan dan juga
merupakan syarat untuk berpindahnya hak milik. Penyerahan dapat terbagi atas :
a) Penyerahan nyata atau Feitelijke Levering
Merupakan penyerahan nyata atau riil (penyerahan dari tangan ke tangan).
Dengan penyerahan ini maka hak kebendaan beralih.
b) Penyerahan Yuridis atau Jurisdiche Levering :
Perbuatan hukum yang bertujuan untuk memindahkan hak kebendaan kepada
orang lain. Perbuatan ini merupakan penyerahan formal (resmi) yang umumnya
diikuti dengan pembuatan akta

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Untuk benda bergerak penyerahan dilakukan dengan feitelijke levering
(penyerahan nyata). Selain itu dapat dijelaskan bahwa dalam penyerahan yang terjadi
pada benda bergerak maka penyerahan nyata dan yuridis jatuh bersamaan, seketika
penyerahan nyata dilakukan, maka saat itu pula secara yuridis telah dilakukan
penyerahan dan hak milik atas benda telah berpindah.
Jika benda bergerak berupa surat berharga, maka :
• Surat berharga atas bawa (aan toonder) dilakukan dengan penyerahan nyata;
• Surat berharga atas tunjuk, penyerahan dilakukan dengan endossement,
• Surat berharga atas nama (op naam) dilakukan dengan akta cessie. Akta notariil,
yaitu yang dibuat oleh dan di hadapan pejabat notaris.

Ad. 3) Daluarsa (Verjaring)


Dengan berlalunya waktu seseorang dapat kehilangan atau memperoleh hak
kebendaan atau terbebasnya seseorang dari suatu kewajiban. Sebelum berlakunya
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA No. 5 Tahun 1960), masih dikenal adanya
daluarsa terhadap benda tidak bergerak, misalnya seseorang dalam masa waktu
tertentu dapat memperoleh hak milik atas suatu benda tidak bergerak (contoh :
Tanah). Dengan berlakunya UUPA, maka ketentuan mengenai daluarsa terhadap
benda bergerak tersebut tidak berlaku lagi, justru jika seseorang tidak memelihara
tanah yang dimilikinya maka seseorang tersebut akan dapat kehilangan hak miliknya
atas benda tidak bergerak.

Ad. 4) Pembebanan (Bezwaring)


Terhadap benda yag dimiliki oleh seseorang ataupun perusahaan, dapat
dilakukan pembebanan sebagai jaminan utang yang dimiliki oleh orang atau
perusahaan.

Pada tabel di bawah ini diuraikan pembedaan jenis-jenis benda bergerak dan
tidak bergerak beserta jaminan yang dapat dilakukan terhadap benda tersebut:

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Tabel 2
Jenis Benda dan Jaminan terhadap Benda

No Benda Pembebanan

1 Benda Tidak - Hak Tanggungan : Untuk Tanah dan segala objek yang
Bergerak berkaitan dengan tanah
- Hipotik : untuk kapal laut (di atas 20 m3) serta pesawat dan
helikopter

2 Benda Bergerak - Gadai dan Fidusia


- Resi Gudang

1.3 Hak Kebendaan

Hak kebendaan adalah hak yang memberikan kekuasaan atas suatu benda.
Kekuasaan tersebut dapat dipertahankan kepada setiap orang yang melanggar hak
tersebut. Sebagai contoh, jika seseorang mempunyai hak milik atas sebidang tanah
maka orang tersebut dapat mempertahankan haknya terhadap siapa pun yang
melanggar atau menggangu haknya atau menurut siapa pun yang merampas haknya
atas tanah tersebut.

Hak kebendaan dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu hak kebendaan
yang diberikan untuk kenikmatan dan hak kebendaan yang diberikan untuk dijadikan
jaminan utang. Hak kebendaan yang diberikan untuk kenikmatan adalah hak yang
langsung dimanfaatkan oleh pemegang hak tersebut. Hak kebendaan yang dapat
dinikmati al : 1) Hak Milik; 2) Bezit; 3) Hak memungut hasil; 4) Hak Pakai dan
Mediami.

Terdapat hak lain yang bukan hak kebendaan tetapi memiliki persamaan
dengan hak kebendaan antara lain. Diantaranya hak kebendaan yang diberikan untuk
dijadikan jaminan utang yaitu hak kebendaan yang memberikan kekuasaan langsung
atas suatu benda, tidak untuk dipakai, tetapi untuk dijadikan jaminan pelunasan utang,
misalnya gadai, hak tanggungan, dan fidusia.

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


1. Privilege (hak istimewa) yaitu hak yang berkaitan dengan pemberian jaminan.
Diatur dalam pasal 1134 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa gadai dan
hipotik lebih tinggi dari hak istimewa. Terdiri atas priviledge khusus (Ps. 1139
KUH Perdata) dan privilege khusus (Ps. 1149 KUHPerdata).
2. Hak Retensi yaitu hak untuk menahan suatu benda, sampai piutang yang bertalian
dengan benda itu dilunasi.
3. Hak Reklame yaitu hak untuk didahulukan pembayarannya (ps.1144-1145 KUH
Perdata)

1.4 Cara memperoleh Hak Kebendaan dan Hapusnya Hak Kebendaan

Hak atas suatu benda dapat diperoleh melalui empat cara, yaitu (1) bantuan
orang lain, (2) pengambilan secara langsung tanpa bantuan orang lain (originair), (3)
perlekatan (natreking), dan (4) warisan.

1. Bantuan orang lain,

Cara memperoleh hak kebendaan dengan bantuan orang lain terjadi dengan
penyerahan dari orang lain yang sudah memiliki hak atas benda tersebut.
Penyerahan tersebut disebabkan oleh pemberian atau hibah, jual beli, tukar
menukar, atau karena hal lain yang sah

2. Pengambilan secara langsung tanpa bantuan orang lain (originair). Pengambilan


benda yang diambil langsung dari alam
3. Perlekatan (natreking).

Cara memperoleh hak kebendaan dengan perlekatan terjadi karena benda itu
mengikuti atau melekat pada benda yang lain. Selain itu, dapat pula terjadi apabila
benda terse but bertambah besar atau berlipat karena faktor alami, misalnya
sebidang tanah di tepi sungai bertambah luas karena pengendapan air sungai

4. Warisan

Cara memperoleh hak kebendaan dengan warisan terjadi karena adanya


seseorang yang meninggal dunia dan ia meninggalkan harta kekayaannya.

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Hapusnya hak Kebendaan dapat terjadi dengan cara:
1. Benda lenyap / musnah
2. Dipindahtangankan
3. Karena pelepasan hak
4. Karena daluarsa (lampau waktu)
5. Karena pencabutan hak.

C. Hukum Jaminan
Yang dimaksud dengan jaminan adalah pemberian keyakinan kepada kreditor
(pihak yang berpiutang) atas pembayaran utang-utang yang telah diberikan kepada
debitur (pihak yang berutang), yang terjadi karena hukum atau karena perjanjian.
Aturan mengenai jaminan terdapat dalam KUH Perdata, yaitu :
a) Pasal 1131 KUH Perdata : “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada
dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”
b) Pasal 1132 KUH Perdata : “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-
sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan
benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar
kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu
ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”

Jaminan Umum dan Khusus


• Jaminan Umum yaitu jaminan dari pihak debitur yang terjadi karena hukum
(mandatory rule) bahwa setiap benda bergerak dan tidak bergerak milik
debitur akan menjadi tanggungan utangnya kepada kreditur (Pasal 1132 KUH
Perdata).
• Jaminan Khusus yaitu Jaminan yang berasal dari perjanjian utang, dimana dari
perjanjian utang tersebut dibuat perjanjian khusus yang ditujukan untuk
barang-barang tertentu (Pasal 1132 KUH Perdata).
• Perjanjian Utang merupakan perjanjian obligatoir (utama)
• Perjanjian Jaminan merupakan perjanjian acessoir (perjanjian ikutan)

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Jaminan Khusus dibagi menjadi dua :
1. Jaminan Kebendaan: suatu tindakan berupa suatu penjaminan yang
dilakukan oleh kreditur terhadap debitur, atau antara si berpiutang dengan
seorang pihak ketiga guna memenuhi kewajiban-kewajiban dari si debitur
(Saliman, 2005: 19). Pemberian jaminan kebendaan kepada seorang kreditur
tertentu memberikan kepada kreditur tersebut suatu kedudukan istimewa
(privilege) dibanding kepada kreditur-kreditur lainnya. Bentuk jaminan
tersebut dapat dibedakan dalam tabel 2 di atas, dan disebutkan kembali secara
lebih rinci pada tabel di bawah ini:

Tabel 2
Jenis Benda dan Jaminan terhadap Benda
No Benda Pembebanan Diatur dalam

1 Benda - Hak Tanggungan: Untuk benda Undang-Undang No. 4 Tahun


Tidak tidak bergerak berupa Tanah dan 1996
Bergerak segala objek yang berkaitan dengan
tanah (UUPA)
- Hipotik: untuk benda tidak Pasal 314 KUHD jo. UU No. 17
bergerak selain tanah  kapal laut tahun 2008 tentang Pelayaran,
(di atas 20 m3) secara lebih spesifik lagi diatur
dalam Permenhub No. PM
13/2012
- Fidusia: untuk benda tidak bergerak Undang-Undang No. 42 Tahun
berupa tanah dan atau bangunan 1999
dengan Hak Pakai (misalnya rumah
susun/apartemen dengan hak pakai)
2 Benda - Gadai: untuk benda bergerak yang Buku II KUH Perdata Pasal 1150
Bergerak penguasaan bendanya ada pada s.d 1160 dan Peraturan
penerima gadai (benda harus Pemerintah Nomor 51 Tahun
diserahkan pada kreditur) 2011 khusus untuk PT.
Pegadaian
- Fidusia: untuk benda bergerak Undang-Undang No. 42 Tahun
yang penguasaan bendanya ada pada 1999
pemberi fidusia (benda masih
dipegang oleh debitur)
- Resi Gudang: untuk benda Undang-Undang No. 9 Tahun
bergerak berupa hasil-hasil 2006 dan perubahannya UU No.
pertanian 9 Tahun 2011

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Jaminan Perorangan
Jaminan seseorang dari pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin
dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari debitur (Saliman, 2005: 18). Suatu
perjanjian dilakukan antara kreditur dan pihak ketiga yang menjamin
dipenuhinya kewajiban-kewajiban debitur. Jenis perjanjian tersebut atara lain
adalah :
a. Perjanjian penanggungan (borgtocht)
b. Perjanjian
c. Perjanjian tanggung menanggung/tanggung renteng

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


SIMPULAN

Pemahaman mengenai kepemilikan terhadap benda dan konsekuensi dari kepemilikan


benda tersebut tersebut memiliki konstruksi hukum tersendiri. Benda merupakan aset yang
dimiliki oleh seseorang ataupun perusahaan.oleh karenanya kedudukan benda dalam hukum
dan perlakukan benda menurut hukum akan sangat terkait pada bagaimana seseorang atau
perusahaan dalam memperoleh, memiliki dan memanfaatkan benda tersebut.

Pengaturan mengenai benda berhubungan dengan jenis benda, apakah termasuk dalam
benda bergerak atau benda tidak bergerak, karena kedua hal tersebut akan mempengaruhi hal-
hal antara lain : Kedudukan berkuasa (bezit, Penyerahan (levering), Daluarsa/lewatnya waktu
(verjaring), Pembebanan/jaminan (bezwaring). Pembebanan terhadap benda diatur tersendiri
dalam undang-undang, yaitu misalnya Undang-Undang Hak Tanggungan, Undang-Undang
Jaminan Fidusia, Undang-Undang tentang Resi Gudang, Hipotik, dan aturan dalam KUH
Perdata yang masih berlaku tentang gadai. Pembebanan dalam praktek masyarakat sehari-hari
terjadi jika ada seseorang yang membutuhkan dana (uang), maka ia dapat memanfaatkan
benda berharga yang ia miliki untuk dijadikan jaminan hutang.

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


DAFTAR PUSTAKA

1. Kansil, CST. & Kansil Christine ST. (2013). Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum
Dagang Indonesia. Ed.2. Jakarta: Sinar Grafika.

2. Meliala, DS. (2014). Hukum Perdata dalam Perspektif BW. Bandung: Nuansa Aulia.

3. Silondae, AA. & Ilyas, WB. (2011). Pokok-Pokok Hukum Bisnis. Jakarta: Salemba
Empat.

4. Subekti, R & Tjitrosudibio. (1992) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Jakarta:


Pradnya Paramita.

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic

Anda mungkin juga menyukai