Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN TEORI EKONOMI

PENGANTAR ILMU EKONOMI

Disusun Oleh :

Nama : Indra Sukma Wijaya

NIM : 1804010065

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
Perkembangan Teori Ekonomi

Teori Ekonomi Klasik

Aliran klasik muncul pada akhir abad ke 18 dan permukaan abad ke 19 yaitu dimasa
revolusi industry, dimana suasana waktu itu merupakan awal bagi adanya perkembangan
ekonomi. Ekonomi klasik awalnya dicetuskan oleh Karl Marx untuk merujuk pada ekonomi
Ricardian, aliran ekonomi yang dikembangkan oleh David Ricardo dan James Mill serta
pendahulunya.

Ekonomi klasik menyatakan bahwa pasar bebas akan mengatur dirinya sendiri jika tidak
ada campur tangan dari pihak apapun. Adam Smith menyebutnya dengan metafora Teori
Ekonomi Klasik

Aliran klasik muncul pada akhir abad ke 18 dan permukaan abad ke 19 yaitu dimasa
revolusi industry, dimana suasana waktu itu merupakan awal bagi adanya perkembangan
ekonomi. Ekonomi klasik awalnya dicetuskan oleh Karl Marx untuk merujuk pada ekonomi
Ricardian, aliran ekonomi yang dikembangkan oleh David Ricardo dan James Mill serta
pendahulunya.

Ekonomi klasik menyatakan bahwa pasar bebas akan mengatur dirinya sendiri jika tidak
ada campur tangan dari pihak apapun. Adam Smith menyebutnya dengan metafora “tangan
tak terlihat“, yang akan menggerakkan pasar menuju keseimbangan alami mereka tanpa
adanya campur tangan dari luar.
Dasar Filsafat Mazhab Klasik

Mazhab klasik dipelopori oleh Adam Smith (1732 – 1790), tercermin dalam bukunya
“An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nation” yang dianggap sebagai ibu
dari kelahiran ilmu ekonomi. Prinsip utama dalam mazhab klasik adalah kepentingan pribadi
(self interest) dan semangat individualisme (laissez faire). Kepentingan pribadi merupakan
kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi dan kekuatan untuk mengatur kesejahteraannya
sendiri, Berdasarkan prinsip tersebut para penganut mazhab klasik percaya bahwa sistem
ekonomi liberal atau sistem di mana setiap orang betul-betul bebas untuk melakukan kegiatan
ekonomi apa saja bisa mencapai kesejahteraan masyarakat secara otomatis. System ekonomi
liberal menganggap bahwa campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi sangat kecil,
bahkan tidak ada.

Dalam mazhab klasik, sistem ekonomi liberal dapat menjamin tercapainya :

 Tingkat kegiatan ekonomi nasional yang optimal (full employment level of activity)
 Alokasi sumberdaya, baik sumberdaya alam maupun factor-faktor produksi lainnya di
dalam berbagai kegiatan ekonomi secara efisien.

Esensi teori ekonomi klasik adalah bahwa suatu perekonomian liberal mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan tingkat kegiatan (Gross Domestic Product) yang full
employment secara otomatis (self regulating). Pada suatu waktu tertentu GDP mungkin saja
berada dibawah atau diatas tingkat full employment, tetapi akan segera kembali ke tingkat
full employment semula. Kaum klasik berpendapat bahwa, hal tersebut disebabkan oleh
“invisible hand”.

Pasar Barang

Menurut aliran klasik, di pasar barang tidak mungkin akan kekurangan produksi atau
kelebihan produksi dalam jangka waktu lama. Jika pada suatu waktu terjadi kelebihan atau
kekurangan produksi, maka mekanisme pasar akan secara otomatis mendorong kembali
perekonomian tersebut pada kondisi dimana tingkat produksi total masyarakat (penawaran
agregat) akan memenuhi permintaan total masyarakat (permintaan agregat), disebut dengan
kondisi keseimbangan atau ekuilibrium. Hal tersebut berdasarkan atas kepercayaan kaum
klasik yang menganggap bahwa di dunia nyata ini:

 Berlaku hokum say (Say’s Law) yang mengatakan bahwa “Setiap barang yang
diproduksikan selalu ada yang membutuhkannya (Supply creates its own demand)”,
dan
 Harga-harga dari hamper semua barang dan jasa adalah fleksibel, yaitu dapat dengan
mudah berubah (naik atau turun) sesuai dengan permintaan adan penawaran.

Aliran klasik berpendapat bahwa pemerintah tidak perlu ikut campur atau intervensi
apapun dalam kegiatan ekonomi. Kalau terjadi resesi atau depresi, kita cukup menunggu saja
sampai perekonomian tersebut melakukan proses penyesuaian, dan keseimbangan pasti akan
kembali terjadi.
Pasar Tenaga Kerja

Kaum klasik menganggap bahwa di pasar tenaga kerja, seperti halnya di pasar barang,
apabila harga tenaga kerja (upah) cukup fleksibel maka permintaan tenaga kerja selalu
seimbang dengan penawaran tenaga kerja. Dalam teori klasik, tidak ada kemungkinan
timbulnya pengangguran sukarela. Artinya, semua orang yang bersedia bekerja pada tingkat
upah riil pasar tenaga kerja tersebut akan memperoleh pekerjaan.

Dengan demikian, mereka yang menganggur adalah mereka yang tidak bersedia
bekerja pada tingkat upah yang berlaku, disebut dengan pengangguran sukarela.
Pengangguran sukarela itu hanya berlangsung sementara sejalan dengan proses penyesuaian
dalam pasar barang. Pada saat jumlah barang berada pada posisi keseimbangan, maka posisi
full employment tercapai kembali. Pada keadaan demikian, semua angkatan kerja dapat
bekerja pada tingkat upah riil yang sama.

Pasar Uang

Kaum klasik memiliki teori permintaan akan uang yang cukup terkenal, yaitu teori
kuantitas. Teori kuantitas mengatakan bahwa masyarakat memerlukan uang tunai untuk
keperluan transaksi tukar menukar (jual beli barang & jasa), bukan untuk tujuan lain.
Menurut kaum klasik karena uang tidak bisa menghasilkan apa-apa kecuali hanya untuk
mempermudah transaksi, maka uang yang diminta oleh masyarakat hanya sebanyak jumlah
yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk membiayai proses transaksi mereka. Jadi, semakin
banyak transaksi yang dilakukan oleh masyarakat, semakin banyak pula uang tunai yang
dibutuhkan oleh masyarakat tersebut.

Volume transaksi di dalam masyarakat tergantung pada dua hal, yaitu: (1) volume
barang/jasa yang diproduksi masyarakat (yang diukur dengan GDP riel atau GDP pada harga
konstan), dan (2) tingkat harga umum. Semakin besar GDP diharapkan semakin banyak
transaksi yang dilakukan oleh masyarakat dan semakin tinggi harga umum semakin banyak
uang tunai yang dibutuhkan untuk menutup setiap transaksi. Jadi, penawaran uang (MS)
ditentukan oleh kebijakan moneter. Oleh karenanya, variabel ini disebut variabel eksogen,
yaitu variabel yang nilainya ditentukan oleh unsur di luar sistem persamaan. Permintaan
uang, MD = k PQ, dimana k = suatu konstanta; Q = GDP riel; P = harga umum.

Dalam jangka pendek k tidak berubah. Q atau GDP riel ditentukan di pasar barang,
dan tingkat Q yang normal adalah Q pada tingkat full employment. Dengan demikian Q
ditentukan diluar pasar uang, sehingga dapat dianggap sesuatu yang mendekati suatu
konstanta (ditentukan sebelumnya). Ini berarti bahwa penawaran uang tidak mempengaruhi
tingkat output nasional. Mekanisme pasar akan menyamakan penawaran uang dengan
permintaan uang, sehingga dapat ditulis dalam persamaan :

MS = MD = kPQ
Pasar Luar Negeri

Di pasar luar negeri, kaum klasik juga menganut pandangan bahwa dunia secara
otomatis mengoreksi ketidakseimbangan. Implikasi dari pandangan ini adalah bahwa suatu
perekonomian nasional tidak perlu merepotkan diri untuk menyeimbangkan neraca
perdagangan mereka dengan kebijakan-kebijakan khusus, asal pemerintah mau memakai
salah satu dari sistem pembayaran luar negeri di bawah ini:

Sistem Standar Emas : yaitu sistem yang memberlakukan uang dalam negeri
(misalnya rupiah) dijamin dengan emas. Artinya setiap satuan uang tersebut (misalnya satu
rupiah) selalu dapat ditukar dengan emas murni seberat x gram di Bank Sentral.

Standar Kertas dan Kurs Devis yang fleksibel : yaitu sistem keuangan dalam negeri
yang dapat menggunakan standar kertas atau menggunakan uang kertas yang tidak dijamin
dengan emas, dan harus menganut sistem kurs devisa mengambang.

Asalkan semua negara memakai standar emas maka setiap perekonomian nasional
akan mempunyai suatu sistem neraca perdagangan yang dapat mengoreksi
ketidakseimbangan secara otomatis.

Teori Neo Klasik

Neo-Klasik adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan beberapa aliran


pemikiran ilmu ekonomi yang menjabarkan tentang pembentukan harga, produksi dan
distribusi pendapatan melalui mekanisme permintaan dan penawaran pada suatu pasar.

Pendapat neo-klasik mengenai perkembangan ekonomi dapat disimpulkan seperti berikut ini:

 Adanya akumulasi kapital merupakan faktor penting dalam perkembangan ekonomi.


Menurut neo-klasik, tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya
tingkat tabungan. Pada suatu tingkat tertentu, tingkat bunga menentukan tingginya
tingkat investasi.
 Perkembangan merupakan proses yang harmonis dan kumulatif. Proses
perkembangan meliputi semua faktor yang terlibat tumbuh bersama.
 Adanya aspek internasional dalam setiap perkembangan. Dengan adanya pasar yang
luas akan memungkinkan produksi sebesar-besarnya sehingga produktivitas semakin
meningkat.
 Perkembangan merupakan proses yang gradual. Perkembangan merupakan proses
yang bertahap dan berlangsung terus menerus.
 Aliran neo-klasik merasa optimis terhadap perkembangan ekonomi. Aliran
sebelumnya (aliran klasik) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi terhambat
karena terbatasnya SDA, sedangkan aliran neo-klasik yakin bahwa manusia mampu
mengatasi keterbatasan tersebut.

Beberapa ciri-ciri teori ekonomi neo-klasik adalah :


 Perkembangan faktor-faktor produksi dan kemajuan teknologi merupakan faktor
utama yang akan menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu masa tertentu
dan perkembangannya dari waktu ke waktu lainnya
 Pemerintah sudah ikut campur tangan dalam perekonomian negara
 Sudah diterapkannya sistem pajak dan kemungkinan akan terjadi inflasi
 Melihat bagaimana setiap faktor produksi dan perkembangan teknologi
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
 Menganalisis sumbangan dari perkembangan stok modal dan perkembangan teknologi
dalam pembangunan ekonomi.

Teori Keynesian

Aliran Keynesian yang dipelopori oleh John Maynard Keynes muncul untuk mengatasi
krisis yang melanda Eropa pada 1930-an pasca perang Dunia I. Pada saat itu teori klasik dan
neoklasik sudah tidak mampu lagi menjelaskan fenomena yang terjadi dan mengatasi krisis
yang dihadapi. Bukunya “The General Theory of Employment, Interest and Money”
merekomendasikan agar perekonomian tidak begitu saja diserahkan kepada mekanisme pasar,
namun diperlukan peran pemerintah dalam sistem perekonomian, yang justru dalam teori
klasik dan neoklasik peran pemerintah diharamkan.

Dasar Filsafat Teori Keynes

Inti dari ideologi Keynesianisme adalah untuk mengatasi masalah krisis ekonomi,
pemerintah harus melakukan lebih banyak campur tangan secara aktif dalam mengendalikan
perekonomian nasional. Kegiatan produksi dan pemilikan faktor-faktor produksi masih dapat
dipercayakan kepada swasta, tetapi pemerintah wajib melakukan kebijakan-kebijakan untuk
mempengaruhi perekonomian. Misalnya, dalam masa depresi pemerintah harus bersdia
melakukan kegiatan-kegiatan yang langsung dapat menyerap tenaga kerja yang tidak dapat
bekerja pada swasta, walaupun hal ini dapat menyebabkan defisit dalam anggaran belanja
negara. Dalam hal ini Keynes tidak percaya pada sistem liberalisme yang mengkoreksi diri
sendiri, untuk kembali pada posisi full employment secara otomatis. Full employment hanya
dapat dicapai dengan tindakan-tindakan terencana, bukan datang dengan sendirinya.

Pasar Tenaga Kerja

Berbeda dengan teori klasik yang menganggap permintaan dan penawaran terhadap
tenaga kerja selalu seimbang (equilibrium) karena harga-harga fleksibel, maka menurut
Keynes pasar tenaga kerja jauh dari seimbang, karena upah tidak pernah fleksibel, sehingga
permitaan dan penawaran hampir tidak pernah seimbang sehingga pengangguran sering
terjadi. Menurut Keynesian pengangguran bisa terjadi terus menerus dan jenis pengangguran
tersebut ada tiga macam:

 Pengangguran karena adanya pergeseran tingkat output dari berbagai sektor dan ini
bersifat sementara (frictional unemployment).
 Pengangguran musiman, yang jumlahnya tergantung dengan musim (seasonal
unemployment).
 Pengangguran yang “dibuat” (institutional unemployment).

Pengangguran pergeseran (frictional) adalah pengangguran yang disebabkan karena


adanya perubahan struktur dalam ekonomi dan orang-orang berpindah dari satu pekejaan ke
pekerjaan lain. Masa transisi perpindahan pekerjaan ini menyebabkan timbulnya
pengangguran sementara. Misalnya ada suatu industri yang tutup karena tidak efisien lagi
untuk diteruskan sehingga orang-orang harus mencari pekerjaan baru. Proses mencari
pekerjaan baru memerlukan waktu dan bahkan adakalanya pekerja tersebut harus dilatih
kembali untuk memsuki lapangan pekerjaan baru. Contoh lain adalah adanya perpindahan
dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dan sementara perkerjaan baru belum dapat maka status
pencari kerja tersebut adalah pengangguran.

Pengangguran musiman disebabkan karena adanya faktor musim dari suatu jenis
pekerjaan. Misalnya di sektor pertanian ada musim puncak, dimana banyak perkerjaan. Dan
ada pula musim senggang atau tidak ada pekerjaan sama sekali sehingga petani menjadi
menganggur dan mencari pekerjaan lain.

Pengangguran institusinal adalah pengangguran yang timbul akibat adanya


kebijakasanaan pemerintah seperti upah minimum yang menyebabkan permintaan terhadap
tanaga kerja berkurang. Sementara itu penawaran kerja dari pencari kerja cukup banyak
sehinga timbul pengangguran.

Timbulnya ketiga jenis penganguran tersebut diatas disebabkan oleh karena tidak
fleksibelnya harga-harga, termasuk harga tenaga kerja (upah) dan lambatnya reaksi rasional
dari para pelaku ekonomi sehingga tidak terjadi full employment.

Pasar Barang

Perbedaan pasar barang menurut Keynesian dengan klasik terletak pada Hukum Say
bahwa permintaan sama dengan penawaran sehingga tidak akan terjadi kelebihan atau
kekurangan permintan atau penawaran. Menurut Keynesian permintaan barang tidak selalu
sama dengan penawaran karena tidak semua income dibelanjakan tetapi sebagian dari
pendapatan tersebut akan disimpan dalam bentuk tabungan (saving). Tabungan tidak
menambah permintaan efektif terhadap barang dan jasa kalau tidak segera diinvestasikan
sehingga akan terjadi kelebihan stok barang atau kelebihan produksi barang (penawaran).

Apa akibat dari ketidakseimbangan permintaan dengan penawaran ini terhadap


perekonomian negara? Ada dua akibat yang akan terjadi. Pertama, para produsen akan
mengurangi jumlah produksi mereka pada tahun atau periode berkutnya, artinya output atau
GDP akan berkurang pada tahun berikutnya. Bila output berkurang maka dampaknya akan
sangat serius terhadap variabel makro, karena income lapangan pekerjaan, konsumsi,
investasi dan seterusnya akan menurun. Kedua,akbat dari turunnya GDP dan income, maka
harga-harga akan turun karena turunnya permintaan akibat penurunan income.

Apabila harga-harga (harga barang dan harga tenaga kerja) tidak kaku tetapi fleksibel
dan turun sebanding dengan penuruan income, seperti yang diasumsikan oleh teori Klasik,
maka keadaan ini tidak akan berlangsung lama karena harga yang turun akan kembali
mendorong naiknya permintaan (sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran).

Naiknya permintaan akan mendorong produsen kembali menggenjot produksi mereka


dan keadaan terpuruk akan segera terkoreksi kembali. Pabrik dan industri tidak akan tutup
sehingga para buruh tidak banyak yang kena PHK. Berbeda dengan teori Klasik yang
mengasumsikan harga-harga adalah fleksible, kenyataannya menurut Keynes, harga-harga
tidaklah fleksible tetapi kaku (rigid), tidak mau turun. Akibatnya permintaan akan turun dan
produksi tidak akan naik sehingga ekonomi akan terjebak pada resesi atau depresi.

Pasar Uang

Perbedaan teori Klasik dan Keynesian dalam hal uang adalah, dan ini yang
merupakan perbedaan besar, Keynesian tidak setuju dengan pendapat bahwa permintaan uang
hanya ditentukan oleh kebutuhan transaksi dimana transaksi ini dipengaruhi oleh volume
barang, harga barang dan kecepatan perputaran uang. Menurut Keynesian permintaan uang
ditentukan oleh tiga faktor yaitu:

 kebutuhan transaksi (transaction motive)


 kebutuhan untuk berjaga-jaga (precautionary motive) dan
 kebutuhan untuk berspekulasi (speculation motive) atau investasi.

Untuk kebutuhan transaksi sama dengan pendapat klasik dimana tergantung dengan
volume barang, harga dan konstanta. Tetapi untuk dua faktor lagi Keynesian berpendapat
bahwa permintaan akan uang juga ditentukan oleh faktor berjaga-jaga dan spekulasi.

Kebutuhan berjaga-jaga adalah suatu kebutuhan untuk mengahadapi situasi yang tidak
normal atau darurat, misalnya sakit, kecelakaan atau ada kebutuhan mendadak yang
memerlukan uang yang tidak terduga sebelumnya. Jumah kebutuhan untuk jenis ini sama
dengan kebutuhan transaksi, yakni tergantung dengan income. Bila dilihat secara prinsip
maka kebutuhan jenis ini juga hampir sama dengan kebutuhan transaksi.

Faktor ketiga yang menentukan permintaaan uang adalah spekulasi, berbeda secara
significant dengan teori klasik. Kebutuhan spekulasi adalah kebutuhan untuk mencari
keuntungan dari permainan resiko dan keberuntungan. Sama seperti teori klasik, menurut
Keynes uang tidak memberikan penghasilan apa-apa, misalnya dalam bentuk bunga, sehingga
rugi kalau disimpan dalam jumlah yang terlalu banyak. Pada saat teori ini dicetuskan oleh
Keynes, uang memang tidak memberikan keuntungan apa-apa kecuali untuk mempermudah
proses transaksi sehari-hari. Sebagai alternatif dari memegang uang adalah membeli aset lain
seperti obligasi (bonds) yang dikeluarkan pemerintah, karena obligasi memberikan
pendapatan berupa bunga.

Faktor kebutuhan uang untuk spekulasi merupakan perbedaan penting antara teori pasar
uang klasik dan Keynesian. Menurut teori Keynesian disamping untuk transaksi, uang
diperlukan juga untuk berjaga-jaga (berjaga-jaga hampir sama denga transaksi menurut versi
teori klasik) dan untuk berspekulasi. Dikatakan spekulasi karena ada tarik menarik antara
keperluan memegang uang dan memegang (membeli) aset yang lain selain uang sebagai ganti
memegang uang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Aset lain yang dimaksud
disini adalah aset finansial seperti obligasi atau surat-surat berharga lainnya. Sekarang ini
kegiatan spekulasi ini dilakukan di pasar uang dan pasar modal (bursa) seperti di Indonesia
Stock Exchange.

Teori Neo Keynesian

Pandangan mereka disebut Keynesian kerena teori mereka merupakan determinasi


pemikiran Keynes dan disebut Neo kerena pemikiran Keynes tersebut diperbaharui
berdasarkan penelitian empiris yang lebih baru. Neo-Keynes merupakan penerus ajaran
Keynes yang banyak berjasa dalam mengembangkan teori-teori yang berhubungan dengan
usaha menjaga stabilitas perekonomian. Teori-teori tersebut menjelaskan tentang fluktuasi
ekonomi (business cycle) dan teori-teori yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
pendapatan.

Fluktuasi Ekonomi (Business cycle)

Pada masa sebelumnya, masalah fluktuasi ekonomi ini telah dibicarakan, namun
pembahasannya hanya sepintas dikarenakan sudah begitu melekatnnya kepercayaan orang
terhadap pemikiran klasik, yang mengatakan bahwa perekonomian akan selalu menuju
keseimbangan dan tidak akan terjadi guncangan dalam perekonomian.

Bagi kaum Neo-Keynes, fluktuasi ekonomi terjadi karena dua penyebab utama.
Pertama, terjadinya perubahan-perubahan dalam tingkat investasi dan rendahnya tingkat
konsumsi. Kedua, fluktuasi terjadi karena tidak adanya mekanisme koreksi yang mampu
mendorong perekonomian pada keseimbangan full-employment, yang disebabkan oleh
kakunya harga dan tingkat upah dalam mekanisme penyesuaian. Kerena perekonomian tidak
selalu berada pada keseimbangan, sering terjadi fluktuasi. Ketidakseimbangan perekonomian
yang berkaitan dengan pengangguran dan inflasi menyebabkan kaum neo-keynesian percaya
perlunya intervensi dari pemerintah sebagai langkah koreksi.

Berikut tokoh-tokoh pemikir yang fenomenal dari kaum neo-keynesian:

 Alvin Harvey Hansen

Hansen berhasil menyusun secara sistematis serangkaian pikiran dasar Keynes dalam
suatu kerangka analisis yang rapi dan utuh. Dia dengan jelas menujukkan hal-hal pokok pada
sistem pemikirannya dalam ramifikasinya terhadap kebijakan negara secara langsung dan
tidak langsung. Hansen banyak menjelaskan tentang fluktuasi ekonomi, penyebabnya, dan
cara mengatasinya. Menurutnya fluktuasi ekonomi terjadi karena adanya gerak naik turun dan
determinan terhadap pendapatan nasional. Karenanya ia banyak mengupas tentang
pendapatan nasional. Dan mengaitkan pendapatan nasional investasi, dan kesempatan kerja,
dengan fluktuasi ekonomi.

 Joseph Schumpeter

Dari masa-masa sebelumnya, pakar pertama yang lebih serius dalam mengembang teori
pertumbuhan adalah Schumpeter. Bagi dia, pelaku utama pertumbuhan ekonomi adalah
adanya entepreneur. Entrepreneur bukan hanya seorang pengusaha atau manajer, melainkan
juga seseorang yang mau menerima risiko dan menghasilkan produk dan teknologi baru
dalam masyarakat. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi akan berkembang pesat dalam
lingkungan, masyarakat yang menghargai dan merangsang orang untuk menggali penemuan-
penemuan baru, seperti lingkungan masyarakat penganut laissez faire. Dalam masyarakat
yang demikian, insentif bagi penemuan baru lebih tinggi. Juga depresi tahun 30-an, menurut
Schumpeter, bukan karena kelemahan sistem kapatilis tetapi justru karena kekuatannya, yang
pada saat itu perekonomian sedang berada dalam salah satu titik terendah dalam suatu
gelombang panjang. Jika ditemukan inovasi dan teknologi baru, perekonomian akan
membaik kembali.

 Simon Kuznets

Kuznets berperan dalam kegiatan yang bersangkut-paut dengan data statistik yang
selanjutnya berkembang menjadi ilmu pengetahuan dengan kerangka analisis berdasarkan
teknik dan metode matematika canggih. Kuznets memantau kegiatan ekonomi dalam
masyarakat dengan berpangkal pada suatu kerangka perhitungan nasional dengan dilengkapi
tentang unsur-unsur komponen dalam pendapatan nasional. Berkat karya Kuznets tersebut,
pengertian-pengertian pokok dalam kerangka teori Keynes dapat diberikan wujud nyata
secara kuantitatif-empiris, seperti mengenai hubungan antara pendapatan-konsumsi-
tabungan-investasi dalam masyarakat secara agregat. Dan segala sesuatu itu dapat diamati
dan dikaji secara berturut-turut sesuai tahapan dalam perkembangan waktu. Hal ini dikenal
sebagai time series analysis. Dengan teori ini kita bias menghitung pertumbuhan ekonomi
lebih eksak.

 Paul Samuelson

Di bawah pengaruh Samuelson, kerangka dasar pemikiran Keynes disempurnakan sampai


pada tingkat yang lebih manju dan dalam lingkup pembahasan yang lebih luas. Ada dua hal
yang berjasa dari ulasan Samuelson.

Pertama, diperlihatkannya tentang hubungan timbal-balik antara faktor multiplier dan


asas accelerator yang berimplikasi bahwa multiplier dan accelerator saling memperkuat
perannya dalam jalannya perekonomian secara agregat. Permintaan efektif dari masyarakat
dipengaruhi oleh investasi langsung (autonomous investment), yang selanjutnya melalui
faktor angka pengganda (multiplier) menyebabkan tambahan pendapatan yang berlipat.
Permintaan efektif pun dapat diberi stimulan yang berawal dari pengeluaran konsumen, yang
selanjutnya melalui asas accelerator secara tidak langsung menyebabkan bertambahnya
investasi (induced investement).

Bidang kedua adalah mengenai lalu lintas perdagangan dan pembayaran internasional.
Samuelson memperjelas hubungan antara kebijakan fiskal dengan keseimbangan dalam lalu
lintas pembayaran internasional. Hal ini memperllihatkan peranan foreign trade multiplier
(dampak multiplier yang berasal dari perdangan luar negeri) dan berbagai kemungkinan
penyimpangan dari keseimbangan internasional. Di sini dapat dilihat adanya integrasi
mengenai segi ekulibrium internasional ke dalam kerangka umum teori ekonomi makro.
 Walt Withman Rostow

Teori pembangunan yang paling terkenal adalah ulasan dari Rostow, yang mengatakan
bahwa negara-negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan
sebagai berikut.

Tahap tradisional statis, yang dicirikan oleh keadaan IPTEK yang masih sangat rendah
dan tidak berpengaruh terhadap kehidupan dan perekonomian pun masih didominasi sektor
pertanian-pedesaan. Struktur sosial-politik masih kaku.

Tahap transisi, IPTEK mulai berkembang sehingga produktivitas semakin meningkat dan
industri semakin berkembang. Tenaga kerja mulai beralih dari sektor pertanian ke sektor
industri, pertumbuhan tinggi, kaum pedagang bermunculan, dan struktur sosial-politik
semakin membaik.

Tahap lepas landas (take-off), dicirikan oleh keadaan suatu hambatan sosial-politik yang
umumnya dapat diatasi. Tingkat kebudayaan dan IPTEK semakin maju, investasi dan
pertumbuhan tetap tinggi, dan mulai adanya ekspansi perdagangan ke luar negeri.

Tahap dewasa, masyarakat semakin tinggi penguasaan IPTEK, sehingga terjadi perubahan
komposisi angkatan kerja di mana jumlah skilled labor lebih banyak daripada unskilled labor.
Serikat dagang dan gerakan buruh semakin maju dan berperan. Pendapatan perkapita tinggi.

Tahap mass consumption, masyarakat hidup serba kecukupan, kehidupan aman tentram,
dan laju pertumbuhan penduduk semakin rendah.

Proses di atas hanya bisa berlangsung jika dipenuhi beberapa kondisi, seperti
pemerintahan yang stabil, adanya perbaikan tingkat pendidikan, adanya kelompok inovator
dan wiraswastawan, meningkatnya tabungan dan investasi hingga mencapai 10 persen dari
pendapatan nasional, dan adanya reformasi sosial.

Teori Post Keynesian

Dalam pandangannya, teori Post Keynesian sangat percaya kepada tingkat permintaan
efektif. Meskipun ini pandangan ekonomi makro, tetapi pada dasarnya dapat diaplikasikan
kepada ekonomi perusahaan dan moneter. Teori post keynesian membedakan antara
kebutuhan dan hasrat. Yang dimaksud dengan kebutuhan adalah minum, sementara pilihan
antara minum fanta atau coca cola merupakan hasrat, bukan kebutuhan. Menurutnya, neo
klasik tidak membedakan antara kebutuhan dan hasrat.

Kemudian adanya subordinasi atau hirarki dalam konsumsi. Dengan kata lain, barang
tertentu lebih penting dibandingkan dengan barang yang lain. Hal ini tentu sangat berbeda
dengan teori substitusi neo klasik yang mengatakan setiap barang sama dan dapat
disubstitusikan dengan yang lain. Konsep subordinasi ini juga mengasumsikan adanya proses
dalam ekonomi bahwa pilihan yang sebelumnya menentukan pilihan yang berikutnya.
Teori post Keynesian dalam pandangannya dari sisi produksi, harga tidak diserahkan
kepada pasar, melainkan ditentukan oleh perusahaan itu sendiri, baik oleh biaya produksi,
maupun secara administrasi dan strategi perusahaan. Oleh karena itu, harga bersifat tidak
fleksibel

Teori Post Keynesian setuju dengan Keynes tentang likuiditas, sehingga sangat
berbeda dengan neo klasik. Menurutnya, neo klasik tidak membedakan tingkat likuiditas
sehingga percaya kepada efek substitusi. Padahal, pada saat terjadi kenaikan tingkat
permintaan atas uang atau aset likuid, perusahaan tidak mungkin menambahkan jumlah
tenaga kerja. Artinya, uang tidak mungkin disubstitusikan kepada aset lain, seperti misalnya
tenaga kerja. Dengan kata lain, pengangguran tidak bersifat suka rela. Hal itu berhubungan
dengan dua macam uang dalam pandangan Post Keynesian, yaitu uang yang berasal dari
tabungan atau pendapatan dan uang kredit. Keduanya, terutama uang kredit sangat penting
dalam menentukan keputusan investasi perusahaan dalam rangka mencapai tingkat
permintaan yang efektif. Tingkat kredit berasal dari relasi bank dengan pelaku ekonomi.
Dengan kata lain, seluruh penjelasan Post Keynesian tidak memisahkan uang dan produksi
atau moneter dengan sektor riil, melainkan uang terintegrasi ke dalam sistem produksi.

Bagi Post Keynesian, harga uang tidak bisa ditentukan oleh Bank Sentral secara
artfisial. Karena pada kenyataannya uang ada dalam setiap transaksi, terutama pada
pengambilan keputusan tentang investasi oleh perusahaan. Dengan demikian, transaksi tidak
secara naif hanya penjual dan pembeli, melainkan meliputi juga sistem perbankan, terutama
pada ekonomi modern. Pada pandangan Post Keynesian, tingkat kredit tidak bergantung
kepada tingkat cadangan atau tingkat suku bunga. Menurutnya, penciptaan uang ada di dalam
ekonomi itu sendiri, yaitu dalam sektor perbankan atau bank komersial. “, yang akan
menggerakkan pasar menuju keseimbangan alami mereka tanpa adanya campur tangan dari
luar.

Sumber :

 https://kageweblog.wordpress.com/2017/09/25/perkembangan-teori-ekonomi
 http://shevalina13.blogspot.co.id/2013/08/teori-ekonomi-klasik-vs-teori-ekonomi.html
 http://waodesh.blogspot.co.id/2014/05/33-pertumbuhan-ekonomi-menurut-teori.html

Anda mungkin juga menyukai