Anda di halaman 1dari 31

BAB 3

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.“ A ” DENGAN DIAGNOSA


MEDIS TUBERCULOSIS PARU DI RUANG INTERNA II
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.R. SOEDJONO
SELONG KABUPATEN LOMBOK TIMUR

A. Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas Klien

Nama : Tn. “A”

Umur : 38 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Taken-aken, DesaLekor

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Sasak/Indonesia

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Petani

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 25 Februari 2020

Jam MRS : 19.00 WITA

Ruang / kelas : Interna II/Isolasi

No. Rekam Medik : 482620

Penanggung Jawab Biaya : BPJS

Diagnosa Medis : Tuberculosis Paru

Tanggal Pengkajian : 26 Februari 2020

47
48

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. “S”

Umur : 36 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Sasak/Indonesia

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMP

Alamat : Taken-aken, Desa Lekor

Hub dengan klien : Istri

2. Status Kesehatan Saat Ini

a. Keluhan Utama

Klien mengeluh sesak dan batuk berdahak

b. Keluhan Utama Saat Pengkajian

Klien mengeluh sesak, batuk berdahak, nyeri dada dan demam

naik turun.

c. Riwayat Kesehatan

Sejak tanggal 20 Februari 2020, klien mulai mengeluh

batuk-batuk disertai dahak, sesak nafas dan demam, klien di bawa

ke Puskesmas Janapria dan dirawat selama 2 hari, karena merasa

sudah membaik klien dipulnagkan. Pada tanggal 24 Februari 2020

penyakit klien kambuh lagi dan mengeluhkan keluhan yang sama

seperti sebelumnya yaitu batuk-batuk disertai dahak, sesak nafas


49

dan demam, klien di bawa ke Puskesmas Janapria jam 10.00 WITA,

sehri di rawat di Puskesmas Janapria dan tidak ada perubahan

akhirnya klien dirujuk ke RSUD dr.R.Soedjono Selong Lombok

Timur melalui IGD pada tanggal 25 Februari 2020 jam 19.00

WITA. Berdasarkan hasil pemeriksaan di IGD di dapatkan tekanan

darah 100/60 mmHg, nadi 98 x/menit, respirasi 24 x/menit, suhu

37,80C dan terdengar suara napas wheezing, di IGD klien

mendapatkan terapi oksigen 2-3 liter/menit. Infus Ns 14 tetes/menit.

Injeksi Ceftriaxon 2 x 1 gr (iv), selanjutnya pada tanggal 25

Februari 2020 jam 21.00 wita klien di bawa ke ruang Interna II

untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

d. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Klien mengatakan pernah mengalami sesak nafas sebelumnya

sekitar 1 bulan yang lalu dan di rawat di Puskesmas Janapria.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga lain yang

menderita penyakit seperti yang dialaminya.

Tn.”A” merupakan anak ketiga dari lima bersaudara menikah

dan mempunyai dua anak perempuan dan tinggal serumah bersama

istri dan anaknya


50

Genogram :

Gambar 3.1 Genogram Keluarga Tn.“A”

Keterangan

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Klien

: Tinggal serumah

: Garisper kawinan

: Garis keturunan

3. Pola Aktivitas Latihan

Sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan bahwa klien bisa

melakukan semua aktivitasnya seperti makan/minum, mandi,

berpakaian, toileting, berpindah dan berjalan secara mandiri.

Setelah masuk rumah sakit, klien mengatakan klien tidak bisa

melakukan aktivitasnya secara mandiri dan dibantu oleh keluarganya

seperti makan/minum disuapi oleh istrinya, mandi hanya di seka pakai


51

tisu basah, berpakaian, toileting, berpindah dan berjalan karena

kondisi penyakitnya.

4. Pola Nutrisi Metabolik

Sebelum masuk rumah sakit klien biasanya makan 3x sehari

dengan lauk pauk dan sayur dengan porsi 1 piring dapat dihabiskan

dan minum air putih sebanyak 3-5 gelas sehari (600-1000 cc/hari).

Setelah masuk rumah sakit klien hanya makan bubur yang

disediakan dari instalasi gizi RSUD dr.R.Soedjono Selong 3x sehari

dan minum air hanya 1 gelas saja (200cc/hari).

5. Pola Eliminasi

Sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan frekuensi BAB 1-2

kali sehari, tidak ada keluhan saat BAB. Setelah masuk rumah sakit

klien mengatakan frekuensi BAB hanya 1 kali sehari.

Sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan frekuensi BAK 4-5

kali sehari dan tidak ada keluhan saat BAK. Setelah masuk rumah

sakit klien menggunakan popok dan frekuensi BAK klien>5 kali

sehari.

6. Pola Istirahat Tidur

Sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan biasanya tidur siang

jam 13.00 wita sampai 15.00 wita dan tidur malam kadang-kadang

mulai jam 21.00 Wita sampai jam 05.00 Wita.

Saat di rumah sakit klien mengatakan sering tidur karena

kondisinya yang lemah.


52

7. Pola Kebersihan Diri

Sebelum masuk rumah sakit klien tetap mandi menggunakan sabun

2 kali sehari, keramas 1 kali seminggu dan sikat gigi menggunakan

pasta gigi 2 kali sehari.

Setelah masuk rumah sakit klien hanya di seka pakai tisu basah,

klien tidak pernah keramas dan gosok gigi, rambut klien terlihat acak-

acakan dan Panjang.

8. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : lemah

b. Kesadaran :Compos Mentis

c. GCS : E4 V5 M6 = 15

d. Tanda-Tanda Vital

1) Tekanan Darah : 100/60 mmHg

2) Respirasi : 24 x/menit

3) Nadi : 98 x/menit

4) Suhu : 37,80C

5) SpO2 : 95%

e. Tinggi Badan : 170 cm

f. Berat Badan : 53 kg

g. Kepala dan leher


53

1) Kepala

Bentuk kepala klien simetris, tidak teraba adanya massa,

distribusi rambut tebal dan hitam ,warna kulit kepala putih

tampak kurang bersih.

2) Mata

Bentuk simetris, pupil normal bereaksi terhadap cahaya

dan fungsi pengliatan klien baik klien tidak menggunakan alat

bantu penglihatan

3) Hidung

Bentuk hidung simetris, tidak ada massa tidak ada nyeri

tekan, terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit.

4) Mulut dan tenggorokan

Mukosa mulut kering, lidah bersih tidak ada karies gigi,

tidak terdapat tanda-tanda radang, tidak ada perdarahan gusi,

dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

5) Telinga

Bentuk telinga klien simetris tidak ada lesi maupun

massa, klien tidak menggunakan alat bantu dengar.

6) Leher

Tidak terdapat kekakuan pada leher, tidak ada nyeri tekan

dan massa, tidak ada bendungan vena jugularis.


54

7) Dada

Bentuk dada simetris terlihat adanya retraksi dinding

dada,tidak teraba adanya massa. Pasien merasakan nyeri pada

daerah dada.

P : Nyeri dirasakan ketika terlalu sulit bernafas

Q : Nyeri yang dirasakan seperti ditonjok-tonjok

R :Nyeri dirasakan di dada kiri dan kanan

S : Skala nyeri 5 (0-10)

T : Nyeri datang sewaktu-waktu

a) Jantung

(1) Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak

(2) Palpasi :Iktus cordis teraba ICS V linea

midklavikula sinistra

(3) Perkusi

(a) Batas kanan jantung ICS II linea parasternal dextra

(b) Batas kiri jantung ICS V linea midklavikula

sinistra

(4) Auskultasi : S1S2 tunggal, regular.

b) Paru-Paru
(1) Inspeksi : bentuk normal
(2) Palpasi : nyeri terasa pada dada bagian kiri dan kanan
(3) Perkusi : sonor (+/+)
(4) Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), suara nafas
tambahan yaitu wheezing (+/+), ronchi (-/-)
55

8) Abdomen

Bentuk simetris, tidak di temukan lesi, tidak terdapat

nyeri tekan atau adanya massa.

9) Ekstremitas :

4 4

4 4
kekuatan otot :

10) Kulit dan kuku

1) Kulit : warna kulit sawo matang tidak ada lesi, turgor kulit

baik.

2) Kuku : tidak ada lesi, pengisian kapiler kurang dari 3 detik,

CRT < 2 detik.

9. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboraturium

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 25 Februari 2020

Jam 20.15 WITA di dapatkan :

Tabel 3.1 Pemeriksaan Darah Lengkap pada klien Tn.”A”.


Refrence
Test Result Unit
Range
WBC 9.70 [10^3/uL] (3.20-10.0)
LYMPH 14.5 [%] (12.0-45.0)
MONO 3.2 [%] (0.0-10.0)
EOS 0.0 [%] (0.0-6.0)
BASO 0.1 [%] (0.0-0.2)
56

Refrence
Test Result Unit
Range
NEU 82.2 [%] (36.0-73.0)
RBC 3.42 [10^6/uL] (3.80-5.00)
HGB 9.2 [g/dL] (13.0-18.0)
HCT 27.8 [%] (35.0-45.0)
MCV 81.1 [fL] (80.0-100.0)
MCH 26.9 [pg] (28.0-34.0)
MCHC 33.2 [g/dL] (32.0-36.0)
RDW 13.1 [%] (11.0-14.5)
PLT 15 [10^3/uL] (170-380)
MPV 9.3 [fl] (9.0-13.0)

10. Therapi Pengobatan

a. Infus Ns 14 tpm

b. Ceftriaxone 1 gr, injeksi iv 2 x 1 vial

c. Nebu Combivent 3 x sehari

d. Ranitidine 25 mg. injeksi iv 2 x 1 amp

e. Codein10 mg, oral 3 x 1 tab

f. Infus Levofloxacin 750 ml

g. Infus Paracetamol 3 x 500 ml

h. Ambroxol 30 mg, oral 3 x 1 tab

i. Paracetamol 500 mg, oral 3 x 1 tab

j. OAT kategori 1, 1 x 3 tab

B. DiagnosaKeperawatan

1. Analisis Data

Tabel 3.2 Analisa Data


No Sign dan symptom Etiologi Problem
1. Data Subyektif : Micobakterium Bersihan
- Klien mengeluhkan sesak sejak 3 tuberculosis jalan nafas
hari yang lalu, klien batuk disertai tidakefektif
57

dengan dahak.
Data Obyektif : Saluran
- Klien terlihat batuk disertai dahak pernapasan
- Frekuensi napas 24x/menit
- Terdengar suara wheezing
- Ada tarikan dinding dada Masuk ke paru
- O2 terpasang 3 liter / menit

Alveoli

Proses Peradangan

peningkatan
produksisecret
2 Data Subyektif: Infeksi primer pada Nyeri Akut
- Klien mengeluhkan nyeri dada Alveoli
seperti ditonjok-tonjok, nyeri
dirasakan ketika terlalu sulit
bernafas, nyeri datang sewaktu- Hematogen
waktu.

Data Obyektif : Bakterimia


- Klien terlihat meringis
- Skala nyeri 5 (0-10) Pleuritis
- Ekspresi klien meringis tapi tidak
mengeluarkan air mata
Nyeri dada
3. Data Subyektif : Udara tercemar Hipertermi
- Klien mengeluhkan badannya M.Tuberculosis
terasa panas dan kadang-kadang
menggigil
Data Obyektif : Terhirup lewat
- Badan klien teraba panas saluran pernafasan
- TTV
TD : 100/60 mmHg
S : 37,80C Masuk keparu
N : 98 x/m (Alveoli)
RR : 24 x/m
SPO2 : 95% Proses peradangan
- Terpasang infus Ns 14 tpm. (inflamasi)

Panas

Hipertermi
58

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi

secret berlebihan ditandai dengan klien mengeluhkan sesak sejak 3

hari yang lalu, klien batuk disertai dengan dahak, klien terlihat

batuk disertai dahak, frekuensi napas 24 x/menit, terdengar suara

wheezing, ada tarikan dinding dada dan O2 terpasang 3 liter / menit.

b. Nyeri akut berhubungan dengan bakterimia ditandai dengan klien

mengeluhkan nyeri dada seperti di tonjok-tonjok, nyeri dirasakan

ketika terlalu sulit bernafas, nyeri datang sewaktu-waktu, klien

terlihat meringis, skala nyeri 5 (0-10), ekspresi klien meringis tapi

tidak mengeluarkan air mata.

c. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan

klien mengeluhkan badannya terasa panas dan kadang-kadang

menggigil, badan klien teraba panas, TD : 100/60 mmHg, S :

37,80C, N : 98 x/m, RR : 24 x/m, SPO 2 : 95% dan terpasang infus

Ns 14 tpm.

C. Rencana Tindakan Keperawatan

Tabel 3.3 Rencana Tindakan Keperawatan Pada Klien Tn.”A”


dengan Diagnosa Medis Tuberculosis Paru

Hari/ Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Tgl Keperawatan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Rabu Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Ber
26-02- nafas tidak efektif tindakan keperawatan ikan O2 dengan nasal kanul.
20 berhubungan selama 3x24 jam 2. Pos
dengan produksi diharapkan jalan isikan klien untuk
secret berlebihan. nafas menjadi efektif memaksimalkan ventilasi
59

dengan kriteria. 3. Mo
- Klien nitor status O2 klien.
mengatakan
4. Ide
ntifikasi klien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
(1) (2) (3) (4) (5)
sesaknya berkurang buatan.
- Batuk 5. Kel
berkurang atau uarkan secret dengan batuk
hilang atau suction.
- Wheezing 6. Au
tidak ada skultasi suara nafas, catat
- Frekuensi adanya suara nafas
napas dalam batas tambahan.
normal (16-20 ) 7. Ber
x/menit). ikan Bronkodilator bila
perlu
8. Ber
ikan pelembab udara kassa
basah NaCl lembab.
2. Rabu Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Gunaka
26-06- berhubungan tindakan keperawatan n tekhnik komunikasi
20 dengan bakterimia selama 3x24 jam terapeutik untuk evaluasi
diharapkan nyeri pengalaman nyeri masa
dapat berkurang lalu
dengan kriteria : 2. Kontrol
- Klien lingkungan yang dapat
melaporkan mempengaruhi nyeri
bahwa nyeri yang seperti suhu ruangan,
dirasakan pencahayaan dan
berkurang kebisingan.
- Klien tidak 3. Kaji
meringis tipe dan sumber nyeri
- Klien 4. Tingkat
melaporkan rasa kan istirahat
nyaman setelah 5. Berikan
nyeri berkurang. analgetik untuk
- Skala 0-3 mengurangi nyeri.
60

6. Ajarkan
klien manajemen nyeri
yaitu raklasi nafas dalam
dan monitor penerimaan
klien tentang manajemen
nyeri.
3. Rabu Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu sesering
26-06- berhubungan tindakan keperawatan mungkin
20 dengan proses selama 3x24 jam 2. Monitor warna dan suhu
inflamasi suhu tubuh klien kulit.
kembali normal 3. Berikan antipiretik
- Suhu tubuh 4. Pemberian cairan
klien dalam intravena
rentang
(1) (2) (3) (4) (5)
normal (36,0oC- 5. Monitor penurunan
37,2OC) tingkat kesadaran.
- Nadi dan 6. Kompres klien pada
RR dalam rentang lipatan paha dan ketiak.
normal ( Nadi : 60- 7. Berikan pengobatan untk
100 x/m, RR : 16- mencegah terjadinya
20 x/m ) menggigil.
- Tidak ada
perubahan warna
kulit dan tidak ada
pusing.

D. Implementasi Keperawatan

Tabel 3.4 Tindakan Keperawatan pada KlienTn.“A” dengan


Diagnosa Medis Tuberculosis Paru

No. Hari/Tgl No. Jam Tindakan / Respon Hasil Paraf


Dx Implementasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Rabu 26- 1 14.00 1. Memberikan O2 dengan 1. Terpasang O2 3 lpm
02-20 nasal kanul nasal kanul
14.05 2. Monitor O2 2. SPO2 : 90 %, O2
lancar.
14.10 3. Memposisikan klien 3. Klien terlihat
semi fowler untuk nyaman dalam posisi
memaksimalkan semi fowler.
61

ventilasi
14.15 4. Mengidentifikasi klien 4. Klien tidak
perlunya pemasangan dipasangkan alat
alat jalan nafas buatan. jalan nafas buatan
karena dengan
oksigen nasal kanul
klien sudah biasa
bernafas.
14.20 5. Mengajarkan klien 5. Klien biasa
mengeluarkan secret menerapkan Teknik
dengan cara batuk batuk efektif tetapi
efektif secretnya masih
susah keluar
14.25 6. Mengauskultasi suara 6. Terdengar suara
nafas tambahan nafas tambaha nyaitu
wheezing di kedua
lapang paru
17.00 7. Memberikan 7. Klien diberikan nebu
bronkodilator combivent 3x1
selama 10 menit
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
II 14.30 1. Mengevaluasi 1. Klien mengatakan
pengalaman nyeri pernah mengalami
nyeri sebelumnya
pada punggungnya.
14.35 2. Mengontrol lingkungan 2. Lingkungan sekitar
klien bersih, lampu
dimatikan sebelum
tidur dan tidak
terlalu berisik.
14.40 3. Mengkaji tipe dan 3. Nyeri dirasakan di
sumber nyeri dada seperti
ditonjok-tonjok
14.45 4. Mengajarkan tekhnik 4. Klien mampu
relaksasi yaitu nafas melakukan Teknik
dalam nafas dalam tapi
nyeri masih terasa
17.00 5. Memberikan obat 5. Klien diberikan
analgetik Codein 3x 1 tab
17.00 1. Memberikan antipiretik 1. -Paracetamol infus
17.00 2. memberikan obat untuk 500 ml
mencegah terjadinya -paracetamol tablet
menggigil 500 mg 1 tab
2. Suhu : 38,9oC, badan
14.55 3. Memonitor suhu kulit klien teraba panas
dan warna kulit. dan warna kulit sawo
matang.
3. Klien tidak
15.00 4. Memonitor tingkat mengalami
kesadaran klien penurunan
kesadaran.
4. Nadi : 80 x/m, RR :
15.05 5. Memonitor nadi dan 24 x/m
pernafasan klien 5. Klien dikompres
62

15.10 6. Memberikan kompres dengan air hangat,


pada klien tetapi pansnya belum
turun.
2. Kamis I 09.00 1. Memberikan O2 dengan 1. O2 3 lpm terpasang
27-02-20 nasal kanul nasal kanul
09.05 2. Monitor O2 2. SPO2 : 95% dan
aliran O2 lancar.
09.10 3. Memposisikan klien 3. Klien dalam posisi
semi fowler untuk semi fowler
memaksimalkan
ventilasi
09.15 4. Mengidentifikasi klien 4. Klien tidak perlu
perlunya pemasangan dipasangkan alat
alat jalan nafas buatan. bantu nafas
09.20 5. Mengajarkan klien 5. Klien selalu
mengeluarkan secret menerapkan batuk
dengan cara batuk efekif, dahaknya bisa
efektif keluar tapi sedikit
09.25 6. Mengauskultasi suara 6. Terdengar suara
nafas tambahan nafas tambaha nyaitu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
wheezing di kedua
lapang paru.
10.00 8. Memberikan 7. Klien diberikan
bronkodilator nebucombivent 3 x
1 selama 10 menit.
II 10.00 1. Memberikan obat 1. Klien diberikan
analgetik codein 3x 1tab
10.05 2. Mengevaluasi 2. Klien mengatakan
pengalaman nyeri pernah mengalami
nyeri sebelumnya
pada punggungnya.
10.10 3. Mengontrol lingkungan 3. Lingkungan sekitar
klien bersih, lampu
dimatikan sebelum
tidur dan tidak
terlalu berisik.
10.15 4. Mengkaji tipe dan 4. Nyeri dirasakan di
sumber nyeri dada seperti
ditonjok-tonjok
10.20 5. Mengajarkan tekhnik 5. Klien mampu
relaksasi yaitu nafas melakukan Teknik
dalam nafas dalam tapi
nyeri masih terasa.
III 10.00 1. Memberikan antipiretik 1. -Paracetamol infus
500 ml
-paracetamol tablet
500 mg 1 tab
10.05 2. Memonitor suhu kulit 2. Suhu : 38,3oC, badan
dan warna kulit. klien teraba panas
dan warna kulit sawo
matang.
10.10 3. Memonitor tingkat 3. Klien tidak
kesadaran klien mengalami
penurunan
63

kesadaran.
10.15 4. Memonitor nadi dan 4. Nadi :90 x/m, RR :
pernafasan klien 24 x/m
15.20 5. Memberikan kompres 5. Klien dikompres
pada klien dengan air hangat,
tetapi pansnya belum
turun.
3. Jumat I 21.20 1. Memberikan O2 dengan 1. O2 3 lpm terpasang
28-02-20 nasal kanul nasal kanul
21.25 2. Monitor O2 2. SPO2 : 97% dan
aliran O2 lancar.
21.30 3. Memposisikan klien 3. Klien dalam posisi
semi fowler untuk semi fowler
memaksimalkan
ventilasi
21.35 4. Mengidentifikasi klien 4. Klien tidak perlu
perlunya pemasangan dipasangkan alat
alat jalan nafas buatan. bantu nafas
21.40 5. Mengajarkan klien 5. Klien selalu
mengeluarkan secret menerapkan batu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
dengan cara batuk efekif , dahaknya
efektif bisa keluar.
21.40 6. Mengauskultasi suara 6. Terdengar suara
nafas tambahan nafas tambahan yaitu
wheezing di kedua
lapang paru.
22.00 7. Memberikan 7. Klien diberikan
bronkodilator nebucombivent 3 x
1 selama 10 menit.
II 22.00 1. Memberikan obat 1. Klien diberikan obat
22.00 analgetik codein 3x 1tab
2. Mengevaluasi 2. Klien mengatakan
pengalaman nyeri pernah mengalami
nyeri sebelumnya
22.05 pada punggungnya.
3. Mengontrol lingkungan 3. Lingkungan sekitar
klien bersih, lampu
dimatikan sebelum
tidur dan tidak
22.10 terlalu berisik.
4. Mengkaji tipe dan 4. Nyeri dirasakan di
sumber nyeri dada seperti
22.15 ditonjok-tonjok
5. Mengajarkan tekhnik 5. Klien mampu
relaksasi yaitu nafas melakukan Teknik
dalam nafas dalam dan
nyeri mulai
berkurang
III 22.00 1. Memberikan antipiretik 1. - Paracetamol infus
500 ml
-paracetamol tablet
500 mg 1 tab
22.20 2. Memonitor suhu kulit 2. Suhu : 37,5oC, badan
dan warnakulit. klien teraba panas
64

dan warna kulit sawo


matang.
22.25 3. Memonitor tingkat 3. Klien tidak
kesadaran klien mengalami
penurunan
kesadaran.
22.30 4. Memonitor nadi dan 4. Nadi : 88 x/m, RR :
pernafasan klien 24 x/m
22.35 5. Memberikan kompres 5. Klien dikompres
pada klien dengan air hangat,
tetapi pansnya belum
turun.

E. Evaluasi

Tabel 3.5 Evaluasi Keperawatan pada Klien Tn.“A” dengan Diagnosa


Medis Tuberculosis Paru
Hari/tanggal No. Jam Catatan Perkembangan Paraf
DX
(1) (2) (3) (4) (5)
Rabu I 20.00 S : - Klien mengatakan masih sesak
26-02-20 - Klien mengatakanmasih batuk dan dahaknya
masih ada.
O : - Klien terlihat batuk dan sesak
- Tarikan dinding dada masih ada
- Frekuensi napas 24 x/menit
- Masih terdengar suara wheezing
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
II 20.00 S : Klien mengatakan nyeri dada masih terasa
O : - Klien terlihat meringis
- Skala nyeri 5 (0-10)
- Ekspresi klien meringis tapi tidak
mengeluarkan air mata
- Terpasang infus Ns 14 tpm.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
III 20.00 S : Klien mengatakan badannya masih panas tapi tidak
65

lagi menggigil
O : - Badan klienmasihterabapanas
- Suhu : 38,7oC
- Nadi :85 x/m
A : Masalah teratasi sebagian
P :Intervensi dilanjutkan
Kamis I 15.00 S : - Klien mengatakan sesaknya sedikit berkurang.
27-02-20 - Klien mengatakan masih batuk dan dahaknya
masih ada karena ketika batuk hanya sedikit
dahaknya yang keluar.
O : - Klien terlihat masih batuk dan sesak, masih
terdengar bunyi wheezing
- TD : 130/80 mmHg
(1) (2) (3) (4) (5)
- N :88x/menit, RR: 22x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan.
II 15.00 S : Klien mengatakan nyeri dada masih terasa
O : - Klien tidak terlihat meringis
- Skala nyeri3 (0-10)
- Terpasang infus Ns 14 tpm.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
III 15.00 S : Klien mengatakan badannya masih panas tapi tidak
lagi menggigil
O : - Badan klienmasihterabapanas
- Suhu : 38,0oC
- Nadi :88 x/m
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Jumat I 07.00 S : - Klien mengatakan sesak berkurang.
28-02-20 - Klien mengatakan batuknya berkurang dan
dahaknya sudah tidak ada.
O : - Klien terlihat tidak terlalu sesak
- Tidak ada tarikan dinding dada.
- Frekuensi napas 21x/menit
- Tidak terdengar suara wheezing.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
II 07.00 S : Klien mengatakan nyeri dada tidak terasa lagi.
66

O : - Klien tidak terlihat meringis


- Skala nyeri1 (0-10)
- Terpasang infus Ns 14 tpm.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
III 07.00 S : Klien mengatakan badannya sudah tidak panas lagi
O : - Badan klien tidak teraba panas
- Suhu : 37,0oC
- Nadi :88 x/m
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada Bab ini penulis menguraikan tentang kesenjangan antara konsep teori

asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose medis Tuberculosis Paru

dengan kenyataan yang penulis temukan pada tinjauan kasus berdasarkan

pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,

rencana keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan kumpulan tindakan yang digunakan oleh

perawat untuk mengukur keadaan klien atau keluarga dengan menggunakan

norma-norma kesehatan maupun sosial dan merupakan suatu sistem yang

terintegrasi untuk mengatasinya.

Pengkajian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama yang

terdiri dari pengumpulan data secara umum dan tahap kedua terdiri dari data

untuk mengarah kepada penentuan data diagnosa keperawatan. Data-data

yang dikumpulkan pada tahap satu ini meliputi identitas umum, riwayat dan

perkembangan. Pengkajian, fungsi, strees dan koping, keadaan gizi dan

pemeriksaan fisik.

Adapun kesenjangan antara data yang muncul pada wawancara,

observasi, dan pemeriksaan fisik pada tinjauan teori dan tinjauan kasus

bahwa di dalam tinjauan teori, tanda dan gejala yang bisa muncul pada

tuberculosis paru adalah keletihan (malaise), anoreksia, sesak nafas,

68
69

penurunan berat badan, berkeringat pada malam hari, nyeri dada dan batuk

menetap. Pada awalnya mungkin non produktif, tetapi dapat berkembang

kearah pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.

Sedangkan tanda dan gejala yang ditemukan pada kasus Tn. “A”

adalah batuk, sesak, demam dan nyeri dada. Adapun perbedaan antara data

yang muncul pada wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik pada

landasan teori dengan tinjaun kasusnya merupakan sebuah respon dari

keunikan manusia. Hal tersebut tergantung pada tingkat penyakit, daya tahan

tubuh dan kepekaan dalam mengenal dan menangani secara dini masalah

yang terjadi.

B. Diagnosa Keperawatan

Dignosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu

atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

berupa menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2001).

Berdasarkan teori ada 6 diagnosa keperawatan yang muncul antara

lain :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekresi

disaluran pernafasan.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pengeluaran

karbondioksida di dalam membrane kapiler alveoli


70

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan, nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolism tubuh.

d. Kurang pengetahuan berhubungan keterbatasan kognitif, kurangnya

informasi .

e. Hipertermi berhubungan dengan Proses Peradangan

f. Nyeri akut berhubungan dengan bakterimia

Berdasarkan masalah kesehatan yang dialami oleh Tn “A” diagnose

keperawatan yang muncul adalah:

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi secret

berlebihan.

2. Nyeri akut berhubungan dengan bakterimia.

3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

Diagnosa keperawatan yang ada pada teori tetapi tidak ada pada klien antara

lain:

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pengeluaran

karbondioksida di dalam membrane kapiler alveoli

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan, nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolism tubuh.

3. Kurang pengetahuan berhubungan keterbatasan kognitif, kurangnya

informasi .

Ketiga diagnosa tersebut tidak muncul pada klien karena tidak

ditemukannya data-data yang mendukung diagnosa tersebut.


71

C. Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana (Intervensi) tindakan keperawatan adalah pengembangan

strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengkoreksi masalah-

masalah yang di identifikasi pada diagnose keperawatan yang diartikan

sebagai tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah dan tujuan (Nursalam,

2001).

Pada tinjauan kasus perencanaan disusun sesuai dengan langkah-

langkah yang terdapat pada landasan teori, yaitu diagnose keperawatan,

tujuan, kriteria standar dan itervensi. Jadi perncanaan antara landasan teori

dengan tinjauan kasus, tidak ada kesenjangan.

D. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan di mulai setelah rencana

tindakan disusun dan di tujukan pada nursing oders untuk membantu klien

mencapai tujuan yag di harapkan (Nursalam 2001).

Pelaksanaan tindakan pada kasus mengikuti rencana keperawatan,

tetapi pada kasus Tn.”A” ada beberapa tindakan dari ketiga diagnosa yang

tidak dilaksanakan menurut rencana keperawatan karena ada alasan sebagai

berikut:

1. Diagnosa bersihan jalan nafas tidak efekif berhubungan dengan produksi

secret berlebihan memiliki 8 intervensi tetapi ada 1 intervensi yang tidak

dikerjakan yaitu berikan pelembab udara kasa basah dan NaCl dengan
72

alasan karena air yang ada di dalam tabung humidifier sudah dirasa cukup

untuk melembabkan udara yang masuk ke hidung.

2. Diagnose nyeri akut berhubungan dengan bakterimia memiliki 6

intervensi tetapi ada 1 intervensi yang tidak dikerjakan yaitu tingkatkan

istirahat dengan alasan tubuh klien terlihat lemah dan tidak banyak

begerak sehingga klien lebih banyak berbaring dan tidur daripada

bergerak.

3. Diagnosa hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi memiliki 7

intervensi tetapi ada 1 intervensi yang tidak dikerjakan yaitu monitor

suhu sesering mungkin dengan alasan karena suhu diukur sesuai dengan

kebiasaan ruangan 3x sehari pada jam 06.00 pagi, jam 12.00 siang, dan

jam 17.00 sore.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana

tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam 2001).

Pada kasus Tn. “A” tahap evaluasi dilaksanakan selama tiga hari.

Pada hari ke I masalah belum teratasi sehingga tindakan terus dilanjutkan,

pada hari ke II masalah belum teratasi dan pada hari ke III masalah teratasi

semaunya, untuk ketiga diagnosa yang diangkat.


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus

penulis akhirnya dapat menarik benang merah sebagai berikut :

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan kumpulan tindakan yang digunakan oleh

perawat untuk mengukur keadaan klien atau keluarga dengan

menggunakan norma-norma kesehatan maupun sosial dan merupakan

suatu sistem yang terintegrasi untuk mengatasinya.

Secara umum penulis telah melaksanakan pengkajian keperawatan

sesuai dengan konsep teori, secara umum data hasil pengkajian pada kasus

sesuai dengan yang ada dalam tinjauan teori..

b. Diagnosa Keperawatan

Dignosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu

atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

berupa menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,

2001).

73
74

Pada teori, membahas masalah klien dengan diangnosa

Tuberculosis Paru, penulis mendapatkan ada 6 diagnosa keperawatan,

sedangkan pada kasus penulis hanya mendapatkan 3 diagnosa

keperawatan, untuk 3 kasus yang ada pada teori tapi tidak ada pada kasus

dikarenakan penulis tidak mendapatkan data-data yang mendukung untuk

mengangkat diagnosa tersebut.

c. Rencana Keperawatan

Rencana (Intervensi) tindakan keperawatan adalah pengembangan

strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengkoreksi masalah-

masalah yang di identifikasi pada diagnose keperawatan yang diartikan

sebagai tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah dan tujuan

(Nursalam, 2001).

Pada tinjauan kasus, penulis menyusun rencana tindakan

keperawatan untuk masing-masing diagnosa sesuai dengan teori.

d. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan di mulai setelah

rencana tindakan disusun dan di tujukan pada nursing oders untuk

membantu klien mencapai tujuan yag di harapkan (Nursalam 2001).

Rtindakan keperawatan yang disusun, untuk ketiga diagnosa yang

diangkat sudah dilaksanakan. Ada beberapa rencana tindakan yang tidak

dilaksanakan karena terbatasnya waktu penulis dan tergantung kebijakan

setiap ruangan.
75

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam

2001).

Pada tahap evaluasi, ketiga masalah yang diangkat sudah teratasi

sehingga tindakan keperawatan tidak dilanjutkan lagi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Institusi pendidikan Akkademi Perawat kesehatan provinsi NTB

Diharapkan pada institusi pendididkan agar dapat menyediakan

literature-literatur yang lengkap sehingga dalam menyusun laporan akhir

kita bbisa mendapatkan referensi-referensi yang di butuhkan, dan

membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang professional,

diperlukan adanya pemahaman yang memadai tentang kasus yang

dihadapi yang meliputi masalah.

2. Perawat lain

Perawat dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya

dalam melakukan proses-proses keperawatan, sehingga data yang di

peroleh dari hasil pengkajian benar-benar akurat dan dapat memberikan

asuahan keperawatan yang baik.

3. Mahasiswa AKPER kesehatan NTB


76

Penulis dan mahasiswa lain dapat meningkatkan minat baca, untuk

menambah wawasan mengenai asuahn keperawatan pada klien dengan

diagnose medis tuberculosis paru sehingga dalam menerapkan asuhan

keperawatan diperoleh hasil yang optimal dan sesuai dengan yang

diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff Hood, &Mukty A. (2005). Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru


Cet. 3. Surabaya

Amin Huda N. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Jilid 3. Jogjakarta

Brunner & Suddart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC . Jakarta

Carpenito, Lynda juall. (2001). Ilmu Penyakit Dalam.EGC Bandung

Data Penderita Tuberculosis Paru Rumah Sakit Umum Daerah Soedjono Selong
Lombok Timur

Depkes,2017.Profil Kesehatan Indonesia, Diakses melalui (online) :


https://depkes.go.id//profil//kesehatan tanggal 28 April 2020 jam 10.00
WITA

Dinkes Pemprov NTB, 2018. Profil Kesehatan Nusa Tenggara Barat, Diakses
melalui (online): https://dinkes.ntbprov.go.id/profil/kesehatan tanggal 11
Mei 2020 jam 18.57 WITA

Dinkes Kabupaten Lombok Timur, 2017. Profil Kesehatan Lombok Timur,


Diakses (online): https://dinkes.lomboktimurkab.go.id/profil/kesehatan
tanggal 11 Mei 2020 jam 19.00 WITA

La Ode JumadiGaffar, (1999),Pengantar Keperawatan Profesional, EGC Jakarta.

Marilynn E. Doengoes, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian PerawatanPasien,EGC, Jakarta.

Mansjoer, Arif(2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, EGC, Jakarta.

Nanda (2007-2008). Diagnosa Nanda (Nic&Noc), Philadelphia USA.

Nettina, Sandra M. (2011). Pedoman Praktik Keperawatan. EGC.Jakarta

Nursalam, (2001), Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan


Praktik,Salemba Medika Surabaya.

Potter dan Perry, (2005). Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta

77
78

Price, sylviaA, lorraine M. (2005). Patofisiologis konsep klinis proses penyakit:


Jakarta.EGC

Santa Manurung,S.M. (2013). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pernafasan


Akibat Infeksi. EGC: Jakarta.

Smeltzer suzane C Brenda G Barre . (2001). Buku Ajar Medikal Bedah brunner &
suddarth. Edisi 8.vol .1..Jakarta : EGC

Smeltzer & suzane C Brenda G Barre (2002). Buku Ajar Medikal Bedah brunner
& suddarth.Edisi8.vol .1..Jakarta : EGC

Smeltzer & Suzanne, (2001),Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC,


Jakarta.

Soeparman, (1990),Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit, FKUI, Jakarta.

Somantri (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan GangguanSistem


Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Syaifudin, (2011),Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi edisi 4,


EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai