Anda di halaman 1dari 5

Seluk Beluk Filsafat Pendidikan

Pada mulanya filsafat pendidikan adalah cara pendekatan terhadap masalah


pendidikan yang biasa dilakukan di negara-negara Anglo dan Saxon. Di Amerika Serikat
misalnya, filsafat pndidikan dimulai dengan pengkajian terhadap beberapa aliran filsafat
tertentu seperti pragmatism, idealisme, realisme, eksistensialisme dan lain sebagainya yang
diakhiri dengan implikasinya ke dalam aspek-aspek pendidikan. Di Inggris filsafat
pendidikan dipusatkan pada prinsip-prinsip yang mendasar sekali dalam pendidikan,
misalnya tentang tujuan pendidikan, tujuan kurikulum, metode mengajar, organisasi
pendidikan dan lain-lain. Juga di Belanda tidak dikenal filsafat pendidikan, tetepi ada hanya
‘’paedagogiek’’ dan ‘’teoritische paedagogiek’’ dan ‘’opvoedkunde’’. Istilah paedagogiek
ialah suatu ilmu yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik,
yang bukan saja menelaah obyeknya untuk mengetahui betapa keadaan hakikat obyek itu,
melainkan mempelajari pula betapa seharusnya mendidik. Atas dasar ini, maka ilmu
pendidikan disebut juga seperti halnya suatu ilmu praktis. Jadi ada ilmu pendidikan teoretis
dan ilmu pendidikan praktis. Ilmu pendidikan teoretis, bahwa pikiran tertuju pada
penyusunan persoalan dan pengetahuan sekitar pendidikan secara ilmiah yang mempunyai
lapangan bergerak dari praktek pendidikan ke arah penyusunan suatu sistem pendidikan
termasuk pula persoalan yang muncul mengenai latar belakang filsafatnya. Sedangkan ilmu
pendidikan praktis menempatkan dirinya dalam situasi pendidikan dan ditujukan kepada
pelaksanaan daripada cita-cita yang tersusun dalam ilmu pendidikan teoretis.
Namun sejak munculnya aliran ‘’Autonomi Paedagogik’’ di Jerman pada abad ke 20-
an maka ilmu mendidik telah berdiri sendiri sebagai suatu disiplin ilmu. Pengertian ilmu
mendidik yang ada, pengertiannya dapat disamakan dengan ‘’filsafat pendidikan’’ karena
pengertian ilmu mendidik disini adalah: Ilmu pengetahuan teoritis, berdiri sendiri, murni
(ilmu pengetahuan dalam arti eksak dipandang sebagai penelitian dasar) yang terarah
keseluruhan gejala pendidikan, proses dan hasil serta percobaan, fenomena statis dan
dinamis, bentuk dan pengalaman menentukan, menguraikannya dari segala penghidupan
yang nyata, meninjaunya sebagai benda-benda yang sebenarnya, menjelaskannya dan
mencoba memahami dan memberikan maknanya.
Adapun pengertian ilmu mendidik (pendidikan) tersebut telah tercakup pengertian
tujuan pendidikan sebagaimana juga yang ada dalam filsafat pendidikan. Konsep ilmu
pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif yang bersifat praktis yang dalam
perkembangannya konsep tersebut telah melahirkan suatu cabang ilmu pengetahuan yang
disebut ‘’filsafat pendidikan’’.
Adapun lahirnya konsep dan rumusan filsafat pendidikan yang akan dibahas lebih
lanjut adalah didasarkan atas dasar beberapa pertimbangan yang merupakan pokok-pokok
pikiran, sebagai berikut:
1. Sebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah,
norma-norma atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oeh
manusia. Atau ilmu pendidikan bertugas merumuskan peraturan-peraturan tentang
tingkah laku perbuatan manusia dalam kehidupan dan penghidupannya.
2. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik maupun guru
ialah menanamkan sistem-sistem norma tingkah laku perbuatan manusia yang
didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan
pendidik dalam suatu masyarakat.
3. Sesuai dengan kenyataan di atas ilmu pendidikan erat hubungannya dengan ilmu
filsafat dan ilmu pengetahuan normatif lainnya yang dalam sejarah perkembangan
merupakan bagian dari ilmu tersebut dan kemudian memisahkan diri sebagai ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri, disamping menyebabkan lahirnya cabang ilmu
pengetahuan baru, yaitu filsafat pendidikan (tahun 1908).
4. Ilmu pengetahuan yang dimasukkan ke dalam ilmu pengetahuan ormatif meliputi
agama, filsafat dengan segala cabangnya, yaitu: metafisika, etik, aestika dan logika,
way of life social masyarakat, kaidah fundamental negara maupun tradisi
kepercayaan bangsa.
5. Bahwa agama, filsafat dengan segala cabangnya serta istilah yang ekuivalen lainnya,
menentukan dasar-dasar dan tujuan hidup yang akan menentukan dasar dan tujuan
pendidikan manusia, selanjutnya akan menentukan tingkah laku perbuatan manusia
dalam kehidupan dan penghidupannya.
6. Bahwa dalam perumusan dan tujan-tujuan alimit dan proksimit pendidikan akan
ditetapkan hakikat dan sifat hakikat manusia dan segi-segi pendidikan yang akan
dibina dan dikembangkan melalui proses pendidikan sebagaimana tercantum dalam
sistem pendidikan atau science of education.
7. Bahwa sistem pendidikan atau science of education bertugas merumuskan alat-alat,
prasarana, pelaksanaan, teknik-teknik dan atau pola-pola proses pendidikan dan
pengajaran dengan makna akan dicapai dan dibina tujuan-tujuan pendidikan, dan ini
meliputi problematika kepemimpinan dan metode pendidikan, politik pendidikan
sampai kepada seni mendidik (the art of education).
8. Isi moral pendidikan atau tujuan intermediit adalah berisi perumusan-perumusan
norma-norma atau nilai spiritual etis yang akan dijadikan sistem nilai pendidikan dan
atau merupakan konsepsi dasar nilai moral pendidikan, yang berlaku di segala jenis
dan tingkat pendidikan.
9. Bahwa wajar setiap manusia memiliki filsafat hidup atau kaidah-kaidah berpikir dan
pikiran tentang kehidupan dan penghidupannya maka suatu keharusan agar setiap
pendidik dan guru memiliki dan membina filsafat pendidikan yang menjadi
pedoman dalam pelaksanaan tugas pendidikan dan pengajarannya, baik di dalam
maupun di luar lembaga pendidikan formal sekolah, yaitu di dalam masyarakat.
10. Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi bertugas merumuskan secara
normatif dasar-dasar dan tujuan pendidikan, hakikat dan sifat hakikat manusia,
hakikat dan segi-segi pendidikan, isi moral pendidikan, sistem pendidikan yang
meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan, dan metodologi
pengajarannya; pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan
masyarakat.

Pokok-pokok pikiran tersebut tadi adalah merupakan asumsi dasar atau dasar alasan
yang dapat dijadikan untuk mengatakan kemungkinan lahirnya filsafat pendidikan sebagai
suatu cabang ilmu yang berdiri sendiri yang kita terima sebagai pedoman pelaksanaan
pendidikan dan pengajaran yang harus dipelajari dan diketahui oleh setiap pendidik atau
guru.
Filsafat pendidikan yang lahir dan menjadi bagian dari rumpun konsep ilmu pendidikan
sebagai ilmu pengetahuan normatif, merupakan disiplin ilmu yang merumuskan kaidah-
kaidah norma atau nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku manusia yang hidup di
tengah-tengah masyarakat. Dengan sendirinya ilmu ini berkaitan pula dengan ilmu
pengetahuan normatif lainnya seperti sosiologi, kebudayaan, filsafat, agama yang menjadi
sumber nilai atau norma hidup dan pendidikan yang sekaligus akan menentukan tingkah laku
perbuatan manusia dalam kehidupan dan penghidupannya.
Selanjutnya filsafat pendidikan yang lahir dari ilmu pendidikan sebagai ilmu
pengetahuan praktis dikandung maksud bahwa tugas pendidikan sebagai aspek kebudayaan
mempunyai tugas untuk menyalurkan nilai-nilai hidup serta melestarikan dan
mengembangkan nilai-nilai norma tingkah laku kepada subyek didik yang bersumber dari
filsafat, kebudayaan dan agama yang berlaku di dalam masyarakat atau negara.
Dari argumentasi-argumentasi yang merupakan dasar alasan lahirnya konsep dan
rumusan filsafat pendidikan yang telah disebutkan memberikan pengertian pula kepada kita
bahwa ilmu ini penting pula untuk dipelajari dan diketahui oleh setiap pendidik atau guru,
karena:
1. Bahwa setiap manusia atau individu harus bertindak, termasuk bertindak dalam
pendidikan, secara sadar dan terarah tujuan yang pasti serta atas keputusan
batinnya sendiri.
2. Bahwa demikian pula setiap individu harus bertanggung jawab termasuk
tanggung jawab dalam pendidikan yang tinggi rendahnya nilai mutu tanggung
jawab tersebut akan banyak ditentukan oleh sistem nilai dasar norma yang
melandasinya.
3. Tidak dapat dipungkiri, bahwa setiap manusia yang hidup tentu memiliki filsafat
hidup demikian pula manusia yang hidup dalam dunia pendidikan harus
memiliki filsafat pendidikan yang merupakan ‘’guide post’’ tonggak papan
menunjuk jalan sumber dasar dan tujuan tindakan dan tanggung jawabnya
dalam kegiatan pendidikannya.
4. Suatu kenyataan pula bahwa terdapat keragaman aliran-aliran pendidikan,
terhadap mana individu pendidik harus menentukan pilihannya secara bebas dan
bertanggung jawab, terbuka, kritis dengan meninjaunya dari segala segi, baik
positif dan negatifnya.
5. Pada suatu ketika individu pendidik telah menentukan pilihannya maka ia tidak
netral lagi dan meyakini serta mengamalkannya aliran filsafat pendidikannya
secara penuh rasa tanggung jawab.

Dari uraian tadi dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan merupakan tata pola pikir
terhadap permasalahan di bidang pendidikan dan pengajaran yang senantiasa mempunyai
hubungan dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain seperti: sejarah pendidikan,
pengantar pendidikan, pendidikan sistematis, pendidikan perbandingan, dan lain sebagainya
yang kesemuanya diperlukan oleh pendidik atau guru sebagai pengajar dalam bidang studi
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai