Value added reporting (VAR) atau laporan pertambahan nilai berkaitan juga dengan
Human Resources Accounting dan Employee Reporting terutama dalam hal informasi yang
disajikannya. Value Added Reporting ini masih belum diwajibkan sebagai laporan utama di
berbagai Negara, jadi masih dalam tahap wacana akademik. Value Added Reporting ini
sebenarnya menutupi kekurangan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan utama,
Neraca, Laba Rugi, dan Arus kas. Karena semua laporan ini gagal memberikan informasi :
Beberapa kegunaan dari value added reporting ini dapat disebut sebagai berikut:
1. Konsep ini dinilai objektif sehingga dianggap sebagai informasi yang abash sebagai
dasar perhitungan reward.
2. Pertambahan nilai kotor merupakan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui
angka reinvestasi (retained earnings dan penyusutan).
3. Laporan ini dianggap dapat menjembatani kepentingan akuntansi dan ekonomi dengan
mengungkapkan jumlah kekayaan dalam pengukuran pendapatan nasional
4. Pertambahan nilai bersih bisa menjadi dasar distribusi kekayaan bukan pertambahan nilai
kotor:
Pertambahan nilai bersih sangat cocok menjadi dasar perhitungan bonus produktivitas
tenaga kerja dengan memberikan penyisihan pada perubahan modal.
Dengan mengurangkan biaya penyusutan akan menghindari double counting yang
bisa terjadi jika ada pertukaran aktiva antara 2 perusahaan.
Pertambahan nilai bersih sangat menguntungkan bagi konsep laba untuk semua. Ini
akan mendorong spirit team dalam perusahaan. Masing-masing pihak mengetahui
kontribusinya dalam proses peningkatan kekayaan perusahaan.
Mestinya remunerasi karyawan tidak hanya berasal dari gaji, tapi juga dari kenaikkan
kekayaan.
Dapat menjadi media peramalan yang baik bagi peristiwa ekonomi yang dapat
mempenagruhi kesehatan perusahaan.
Sangat cocok untuk ekonom dalam perhitungan pendapatan nasional.
Namun, disamping keunggulannya ada juga beberapa keterbatasan laporan pertambahan nilai
ini, yaitu:
1. Tidak semua pihak yang terlibat dalam menghasilkan pertambahan nilai itu merasa
senang bekerja sama dengan pihak lain. Tidak jarang justru ada konflik, sehingga laporan
ini justru bisa menimbulkan atau mempertajam konflik.
2. Ada kemungkinan dengan adanya laporan pertambahan nilai ini manajemen salah
tanggap seolah ingin memaksimalkan pertambahan nilai.
3. Kesalahan penafsiran terhadap pertambahan nilai dapat menimbulkan kepalsuan
pendapat seperti:
Kenaikkan pertambahan nilai dianggap kenaikkan laba.
Kenaikkan pertambahan nilai per unit dianggap otomatis bermanfaat bagi pemegang
saham.
Seolah dianggap bisa mengidentifikasi distribusi yang adil atas perubahan
pertambahan nilai.
Pertambahan nilai yang tinggi untuk tenaga kerja per unit dianggap merupakan
prestasi ekonomi yang baik.
Share tenaga kerja yang besar atas pertambahan nilai tidak berhak mendapatkan gaji
yang tinggi.
2. Pelaporan karyawan
Beberapa hal yang mendesak dan mendorong perlunya employee reporting ini adalah (Purdy
dalam Belkaoui, 1985):
Jumlah pegawai
Lokasi tempat bekerja
Umur karyawan
Jam kerja
Biaya tenaga kerja
Program pension
Program jaminan social, kecelakaan kerja, kesehatan, hari tua
Pelatihan dan pendidikan atau adanya career path
Pengakuan terhadap serikat pekerja
Daftar karyawan berdasarkan agama, suku, bangsa dan kelamin
Dari suatu survey laporan keuangan kepada karyawan sejak tahun 1919 sampai 1979
diketahui beberapa alas an pelaporan sebagai berikut (Lewis dkk, 1984):
1. Menyampaikan perubahan.
2. Menyajikan propaganda manajemen.
3. Mempromosikan kepentingan memahami masalah dan prestasi perusahan.
4. Menyampaikan keputusan manajemen.
5. Menyampaikan hubungan antara karyawan, manajemen, dan pemegang saham.
6. Menjelaskan tujuan perusahaan.
7. Mendorong partisipasi karyawan yang lebih besar.
8. Merespon tekanan legislative atau serikat pekerja.
9. Membangun imej perusahaan.
10. Memenuhi ketentuan UU tentang pengungkapan informasi yang dibutuhkan karyawan.
11. Merespon kekhawatiran manajemen terhadap berbagai tuntutan pegawai, maupun
persaingan.
12. Menunjukkan perhatian besar terhadap karyawan.
Terdapat empat aktivitas yang berhubungan dengan akuntansi sosial yaitu ; akuntansi
pertanggungjawaban sosial (social responsibility accounting, SRA), Akuntansi sosioekonomi
(socioeconomis accounting, SEA), akuntansi dampak total ( total impact accounting, TIA),
dan akuntansi indikator sosial (social indicator accounting, SIA).
1. Terkait dengan kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat. Secara implicit,
diasumsikan bahwa organisasi seharusnya bertindak dalam cara memaksimalkan
kesejahteraan social, seolah-olah terdapat kontrak social di antar organisasi dan
masyrakat.
2. Membantu dalam mengaplikasikan konsep kejujuran yang akan bermanfaat bagi
akuntansi sosial. Memuat prinsip-prinsip untuk mengevaluasi hukum dan institusi dari
sudut pandang moral. Prinsip kewajaran diyakini menguntungkan bagi akuntansi
social.
3. Kebutuhan pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan alokasi dana. Pada
dasarnya pengguna laporan keuangan membutuhkan informasi soisial untuk
keputusan mealokasi pendapatan mereka. Marc Epstein memberikan langkah-langkah
agar dapat mengelola pengeluaran-pengeluaran yang berkaitan dengan kepentingan
social: mengintegrasikan kesadaran perusahaan akan masalah-masalah social, etika
dan lingkungan hidup kedalam keputusan perusahaan, mengembangkan metode-
metode untuk mengavlasi dan melaporkan dampak-dampak social dan lingkungan
hidup, menciptakan insentif untuk perilaku karyawan yanag bertanggung jawab secara
etika, lingkungan hidup dan social, menyadari bahwa jika lingkunga hidup ingin
dibersikhan, dunia bisnis harus mengambil peran pimpinan didalam memeperkecil
polutan dan menggunakan sumber daya alam secara bijaksana.
4. Investasi sosial. Pada dasanya diasumsikan bahwa saat ini suatu kelompok investor
yang etis mengandalkan infromasi social yang disajikan dalam laporan tahunan dalam
laporan akuntansinya.
Diasumsikan bahwa saat ini suatu kelompok investor yang etis mengandalkan
informasi social yang disajikan dalam laporan tahunan untuk membuat keputusan
investasinya.
Konsep nilai manusia berasal dari teori umum mengenai nilai ekonomis. Individu dan
kelompok dapat dilekati nilai, seperti aset fisik yang didasarkan pada kemampuan untuk
memberikan jasa ekonomi di masa mendatang. Nilai individu atau kelompok
didefinisikan sebagai manfaat jasa yang diberikan saat ini yang diberikan kepada
organisasi sepanjang masa pemberian jasa individu atau kelompok yang diharapkan.
a. Determinan dari nilai individual
Pada model Flamholtz, ukuran yang digunakan untuk mengukur manfaat manusia
adalah nilai expected realizable nya. Nilai individu meruapakan interaksi antara dua
variable:
Variabel kausal : variabel bebas yang diubah atau diganti secara sengaja atau
secara langsung oleh organisasi dan manajemennya dan yang menentukan arah
perkembangan dalam organisasi.
Variabel Intervening : merefleksi keadaan internal, kesehatan dan kemampuan
kinerja organisasi.
Variabel hasil akhir : variabel terikat yang merefleksikan hasil yang di capai oleh
suatu perusahaan.
Membuat estimasi cost untuk mengganti sumber daya manusia yang ada
dalam perusahaan. Keuntungan metode ini adalah metode ini merupakan pengganti
pengukuran yang baik bagi nilai ekonomis aset dengan batasan bahwa pertimbangan
pasar penting untuk membentuk tafsiran akhir
d. Metode Kompensasi
Nilai modal manusia yang dikandung oleh seorang manusia pada umur tahun
adalah nilai sekarang dari earnings yang akan diperolehnya dari pekerjaanya.
Kelemahan metode ini adalah subjetivitas yang terkait dengan penentuan tingkat gaji
mendatang, lama karyawan bekerja dalam organisasi, dan tingkat diskon.
Ukuran non moneter ini digunakan untuk mengukur aset manusia yang telah
digunakan seperti metode sederhana yaitu dilakukan pembuatan peringkat atau
ranking mengenai kinerja individual dan pengukuran sikap.