ANOMALI GIGI
Pembimbing :
Drg.Luciana Maria K.D.
Disusun oleh :
Paramitha Setiadi (1015171)
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Jumlah gigi manusia yang normal adalah 20 gigi susu (dentes decidui) dan
32 gigi tetap (dentes permanents), tetapi dapat dijumpai jumlah yang lebih
atau kurang dari jumlah tersebut. Kelainan jumlah gigi adalah kelainan gigi
yang berlebih karena benih berlebih atau penyebab lain dan kekurangan
jumlah gigi disebabkan karena benih gigi yang tidak ada atau kurang[ CITATION
Uni141 \l 1033 ].
1. Hipodonsia
Hipodosia adalah jumlah gigi kurang karena tidak tumbuh satu atau lebih
elemen gigi secara normal akibat agenesis gigi, yaitu tidak dibentuknya atau
tidak tumbuhnya benih gigi, antara lain :
Agenesis soliter : tidak terbentuknya satu atau beberapa elemen.
Oligodonsia : multi agenesis/ reduksi multiple jumlah elemen gigi.
Anodonsia : sedikit atau sama sekali tidak mempunyai gigi.
3. Fusion Teeth
Pertumbuhan menjadi satu dentin dan email dari dua elemen menjadi satu
elemen selama pembentukan. Lebih sering ditemukan pada gigi anterior dan
sebagian akibat dari bersatunya dua benih gigi. Biasanya gigi ini masing-
masing mempunyai akar dan rongga pulpa terpisah. Gigi susu lebih banyak
daripada gigi tetap dan pada rahang atas lebih sering daripada rahang bawah.
Terbentuk karena adanya tekanan waktu pembentukan akar. Kebanyakan
didapat fusion dan gigi lebih dengan gigi yang berdekatan dengannya. Sebagai
contoh M3 bawah fusion dengan M4 bawah (jarang sekali terjadi), I2 atas fusion
dengan gigi lebih anterior, dua gigi P1 bawah fusion [ CITATION Uni11 \l 1033 ].
o
gigi membentuk sudut 45 sampai lebih dan 90°. Dilaceratio (latin)
berarti penyobekan. Dapat diakibatkan karena trauma mekanis pada
mahkota gigi yang telah mengalami pembentukan sehingga tersobek
dan akarnya. Sering terjadi pada kasus M3 bawah.
Gambar 2.7. Dilaserasi
o
d. Flexion : akar gigi yang bengkok kurang dari 90 atau rotasi .
e. Tonjol ekstra dan rigi email : jumlah tonjolan yang lebih banyak
daripada normal dan adanya rigi email, contohnya gigi incisivus
bentuk sekop, bentuk bintang, T, dan Y. Talon (tonjolan ekstra pada
tuberculum dentis gigi incisivus). Tuberculum Carabelli pada
mesiolingual gigi molar atas pertama. Tuberculum paramolar (tonjolan
ekstra pada mebukal gigi molar atas dan bawah terutama gigi molar
kedua dan ketiga).
f. Makrodonsia : ukuran gigi yang pelampaui batas nilai normal pada satu
atau lebih ukuran dan satu sampai semua elemen gigi. Pada umumnya
tidak ada penyimpangan bentuk lainnya.
i. Penambahan akar gigi : jumlah akar gigi yang lebih banyak daripada
normal pada suatu elemen bisa karena pembelahan akar gigi atau
penambahan akar gigi.
e. Fluorosis : secara klinis terlihar semua gigi tetap warnanya berubah dari putih
kekuningan, coklat bintik-bintik dan atau perubahan morfologis enamel
berubah menjadi berlubang-lubang.
f. High fever : pada gigi ini enamel berbintik-bintik pada gigi tetap. Sering
sebagai akibat demam pada masa kanak-kanak dan penyakit campak.
g. Dentin dysplasia :yaitu anomali dentin, baik yang disebabkan oleh turunan
atau oleh penyakit/ sistemis.
h. Dentinogenesis imperfect :secara klinis semua gigi susu/ tetap berwarna biru
keabu-abuan sampai kuning. Kadang-kadang bertukar warna. Secara
radiologis menunjukkan saluran akar dan ruang pulpa sebagian atau sama
sekali tidak ada. Gigi ini lemah karena kurang dukungan dan jaringan dentin.
a. Natal Teeth
Gigi natal adalah gigi yang telah erupsi/ telah ada dalam mulut pada waktu
bayi dilahirkan. Definisi gigi neonatal adalah gigi yang erupsi selama masa
neonatal, yaitu dari lahir sampai bayi berusia 30 hari. Erupsi normal gigi susu
incisivus bawah dimulai pada usia 6 bulan, jika gigi susu erupsi semasa 3-6 bulan
kehidupan disebut gigi predesidui[ CITATION Uni141 \l 1033 ].
Natal teeth dapat disebabkan oleh posisi benih yang superfisial (dekat ke
permukaan), bertambahnya proses erupsi gigi selama atau setelah anak mengalami
demam, keturunan, akibat sifilis kongenital, gangguan kelenjar endokrin, dan
defisiensi makanan[ CITATION Uni141 \l 1033 ].
Gambaran klinis menunjukkan perkembangan yang kurang, ukuran kecil,
bentuk konikal, warna kuning (bahkan ada yang coklat) disertai ypoplasia email
dan dentin serta kurangnya atau tidak ada perkembangan akar. Akibat tidak
mempunyai akar atau kurangnya perkembangan akar, maka gigi tersebut hanya
melekat pada leher gingiva, tidak kuat sehingga memungkinkan gigi tersebut
dapat bergerak ke segala arah[ CITATION Uni141 \l 1033 ].
b. Teething
Teething yaitu suatu proses fisiologis dari waktu erupsi gigi yang terjadi
pada masa bayi, anak, dan remaja (sewaktu gigi molar tiga akan erupsi) yang
diikuti dengan gejala lokal maupun sistemik . Teething lebih sering timbul pada
erupsi gigi sulung, terutama erupsi gigi molar yang relatif besar, sedangkan gigi
incisivus sulung yang ukurannya relatif lebih kecil dapat erupsi tanpa mengalami
gangguan, walaupun gejala lokal dan sistemik dapat juga menyertainya. Erupsi
gigi pada anak secara umum diketahui dapat menimbulkan gejala [ CITATION
Uni141 \l 1033 ].
Gejala klinis yang dapat terlihata antara lain, pada rongga mulut terlihat
warna kemerahan atau pembengkakkan gingiva pada regio yang akan erupsi,
konsistensinya keras, berkilat, dan konturnya sangat cembung, terjadi
hipersalivasi dan konsistensinya kental, disekeliling gigi yang akan erupsi terlihat
daerah keputih-putihan. Pada wajah terdapat eritema, yaitu ruam pada pipi tepi
mulut dari regio yang akan erupsi, hal ini disebabkan aliran saliva yang terus
menerus. terlihat asimetris wajah atau pembengkakan[ CITATION Uni141 \l 1033 ].
Gejala sistemik yang dapat terjadi, antara lain bayi akan gelisah, menangis,
tidak dapat tidur, kehilangan nafsu makan, rasa haus yang meningkat, bahkan
dapat disertai diare yang berat[ CITATION Uni141 \l 1033 ].
c. Kista Erupsi
Kista erupsi adalah suatu kista yang terjadi akibat rongga folikuler di
sekitar mahkota gigi susu/ tetap yang akan erupsi mengembang karena
penumpukan cairan dari jaringan atau darah[ CITATION Uni141 \l 1033 ].
Gambaran klinis diawali dengan terlihatnya daerah kebiru-biruan pada gigi
yang akan erupsi kemudian terjadi pembengkakan mukosa yang disertai warna
kemerahan. Akibat pembengkakan ini dapat menyebabkan tergigit oleh gigi
antagonisnya sehingga menimbulkan rasa tidak enak atau rasa sakit[ CITATION
Uni141 \l 1033 ].
Universitas Gadjah Mada. (2011). Kelainan Gigi. Retrieved April 27, 2014,
from http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&ved=0CFUQFjAI&url=http%3A
%2F%2Felisa.ugm.ac.id%2Fuser%2Farchive%2Fdownload
%2F40826%2Ff7f398571e2c77eef191fe11086299ba&ei=z7dcU73JIaT_iAfy1YH
ICg&usg=AFQjCNE-
AkqKn_qjI67MtloNU4gcPq1yFA&bvm=bv.65397613,d.aGc.