Anda di halaman 1dari 8

Bismillahirrahmanirrahim, ini lidahku awalnya aku pernah menulis tentang ini, hanya saja catatan itu aku

tulis disebuah buku. Ini hanyalah sebuah kenangan yang sebaiknya aku abadikan dalam bentuk tulisan.
Maghrib, Jumat 12 Juni 2020 aku kembali menulis kenangan itu.

2011 yang lalu.

Qum, qum, qum....

Suara seorang seniorku dipondok membangunkan kami, menggedor pintu keras sekali tidak hanya pintu,
jendela pun di pukul membuatnya bergetar. Kami seisi kamar langsung terkejut, bahkan ada yang
mengumpat dibangunkan dengan cara seperti itu. Aku sendiri? Tentu pada saati itu, adalah subuh
pertamaku dipondok pesantren. Aku seorang gadis piatu yang memulai kehidupan baru di salah satu
pondok pesantren yang pemimpinnya ada keluarga dari alm ayahku, begitulah akhirnya ibuku
memondokkanku ditempat yang akan banyak menyisakan kenangan. Aku dengan bersemangat langsung
terbangun, memakai mukenah putih list hijau, itu adalah mukenah terbaik yang dimiliki ibu, ibu
memberikannya untukku. Aku langsung membangunkan teman disampingku untuk bergegas ke kamar
mandi. Aku cukup ramah sehingga membuatku tidak susah untuk mendapatkan teman baru. Sekar, iya
dia adalah teman pertamaku, bagaimana tidak dia adalah sepupu jauhku. Kami berlari menuju kamar
mandi, pada saat itu jarak antara asrama dan kamar mandi cukup jauh dan sebelum itu kami harus
melewati kolam untuk wudhu santri putra dan sayap kanan musholla yang didominasi santri putra. Saat
itu kami belum merasa malu jika lewat didepan mereka. Aku dan sekar langsung ke kamar mandi,
disamakan sudah ada belasan santri yang sudah mengantri untuk mandi dan berwudhu, setelah lama
mengantri akhirnya aku dan sekar dapat giliran untuk masuk ke kamar mandi, kami langsung mandi
setelah itu berwudhu. Mandi sebelum Subuh adalah kebiasaan santriwati itu kami tau dari kakak senior
kami, karena kalau tidak mandi sebelum Subuh akan lama menunggu untuk dapat giliran mandi setelah
subuh. Karena kamar mandi yang hanya 5 pintu, cukup membuat antrian panjang santriwati yang akan
mandi, bahkan ada yang tidak dapat mandi. Hhhh, menjadi santri itu unik, mandi saja harus mengantri.
Setelah mandi dan berwudhu aku dan sekar langsung ke musholla, menggelar sajadah kami, bercerita
sambil menunggu azan subuh tiba. Setelah cukup lama menunggu azan subuh akhirnya berkumandang,
kemudian sholat. Selesai sholat dan zikir ternyata ada bacaan lain yang dibaca, aku pada saat itu belum
mengetahui apa yang dibaca aku hanya diam mendengarkan, ahh ternyata bacaannya lama membuatku
mengantuk, kulihat sekar yang ada disampingku hampir terbalik, ternyata dia tertidur. Aku yang
melihatnya hanya terdiam, aku yang sebenarnya dalam hati juga merasa sangat ngantuk, dan berusaha
keras untuk menahannya. Tiba-tiba datang senior kami yang berwajah beringas, tidak hanya satu namun
dua orang, yang satu pendek dan gemuk dan yang satunya putih, tinggi dan kurus, mereka menggulung
sajadah dan senior yang tinggi, putih dan kurus langsung melemparkan sajadah tepat didepan sekar, aku
terkejut, semua santriwati yang lain juga terkejut. Sekar? Tentu dia sangat terkejut, hampir menangis
tapi dia menahannya mungkin malu harus menangis di depan puluhan santriwati. Kedua kakak senior
kami mengambil sajadah yang baru saja menimpuk Sekar dan salah satu diantara keduanya mengatakan
" Eh anak baru, kamu jangan tidur dong, tahan sedikit, eh malah molor". Wajah Sekar menyeringai
marah, tapi apalah daya Sekar hanya murid baru dan tidak bisa berkata apa-apa selain meminta maaf. "
Kamu yang tadi tidur, ke kamar mandi gih sana wudhu biar ngantuk nya hilang " ucap kakak senior kami,
yang duduk agak jauh didepan kami, sepertinya dia menyaksikan Sekar ditimpuk, Sekar pun beranjak ke
kamar mandi, sebelum itu aku sempat melihatnya kemudian tersenyum mengatakan kata sabar sedikit
lirih dan kecil agar Kakak senior kami yang dua itu tidak mendengarnya. Aku kasihan melihat Sekar, tapi
Sekar juga memang salah dan wajar saja sampai ditegur. Beberapa menit setelah itu, akhirnya bacaan
panjang yang aku tidak mengerti sudah selesai dibaca, kami semua langsung ceria, mengatakan
Alhamdulillah dalam hati.

Kegiatan kami selanjutnya adalah sarapan, aku dan sekar pergi mengambil nasi ke dapur, kami sangat
lapar, dan sudah tidak sabar ingin makan. Aku dan sekar membuka bungkusan nasi yang dibungkus
koran, setelah membukanya, Aku menyeringai Sekar malah langsung meremas nasi bungkus itu, aku?
Ikut juga meremas nasi bungkus itu, kami kecewa lauknya ternyata tidak enak, lauknya hanya bihun dan
kacang. Kami sudah tidak berselera makan kami membuang nasi itu ke tong sampah. Kami saat itu uring-
uringan sambil duduk diberitakan depan asrama kami, kemudian salah satu teman kami, bernama Astuti
menyapa kami dan menanyakan apakah kami sudah sarapan. Oh iya aku kenalin dulu siapa Astuti, Astuti
adalah gadis cantik kulitnya putih dia adalah teman satu asrama, dia sangat baik dia juga piatu sepertiku,
dia asli orang sini satu desa dengan pesantren, dimana aturan pada saat itu santri yang rumahnya dekat
dengan pesantren tidak wajib kost makan, setiap waktu makan mereka diantarkan makanannya ke
pondok. Otomatis lauknya lebih enak dibandingkan lauk anak kost. Lanjut, aku dan sekar
menggelengkan kepala ketika ditanya apakah kami sudah sarapan atau belum, lantas Astuti langsung
menawari kami untuk sarapan bersama. Pada saat itu nasi sarapan Astuti lumayan banyak, cukup untuk
bertiga lauknya daging ayam tempe dan kerupuk. Kami makan dengan lahap, disela-sela makan aku dan
sekar ribut bagaimana tidak tidak marah Sekar memakan setiap daging ayam yang akan aku makan, aku
pun marah dan mengatakan " kamu itu rakus, daging yang mau aku makan kamu ambil " kataku kesal.
"Eh kamu itu yang rakus" Sekar menimpali seraya berteriak. Aku yang tidak suka dibentak lantas
langsung membentak balik, kami pun bertengkar, Astuti mencoba menengahi namun Sekar tambah
nyolot, akhirnya aku mengalah berhenti ikut sarapan dengan mereka padahal aku sangat lapar lagian
lauknya sangat enak. Ahhh daripada masalahnya semakin panjang aku memilih pergi bersiap-siap ke
musholla untuk sholat dhuha. Aku bersandar lemah di tiang musholla, kemudian ada gadis manis yang
menyapaku berkenalan aku pun membalas sapaannya dan mengenalkan diri juga, tak lama kami
mengobrol ditiang musholla kemudian datang gadis berwajah lonjong dengan gontai berjalan menuju
kami seraya tersenyum, ah senyumnya sangat tulus, ternyata dia adalah teman dari gadis manis yang
tadi menyapaku. Kami pun berkenalan, gadis manis yang tingginya sama sepertiku namanya Tara, dia
gadis manis mempunyai suara agak cempreng dan gadis dengan gaya jalan gontai tadi pun ikut
memperkenalkan diri, namanya Rain nama yang indah tinggi nya sedikit lebih dari kami berdua. Kami
menggelar sajadah duduk berdampingan mengobrol sambil menunggu waktu dhuha.

Singkat waktu, kami bertiga lumayan dekat dan menjalin persahabatan nama sahabat kami adalah
tumochi dalam bahasa Jepang yang artinya teman sejati. Sekar? Ya setelah kejadian itu kami berjarak,
tidak hanya itu saja penyebabnya dia juga sering menggangguku, dan menyebarkan rumor tentang aku
menyukai salah satu santri putra, ya aku memang suka sama lelaki itu, wajahnya sipit dan kulitnya
sangat putih, imut dan tinggi, tidak hanya itu dia juga adik dari ustadzah kami dan kebetulan aku
dibawah bimbingan kakaknya. Namanya Insan, mungkin hanya sekedar kagum entah karena fisiknya
atau apalah. Aku sangat marah kepada Sekar, aku juga malu, seisi asrama mengetahui itu dan mereka
juga mengejekku. Yang buat marah dan malu, ternyata Insan menyukai Astuti, gadis cantik yang baik
hati. Ah aku kecewa dan aku marah, aku yang pada saat itu mulai dendam dan iri dengan Astuti. Sejak
saat itu aku memutuskan untuk membencinya. Kejadian demi kejadian aku semakin tidak suka dengan
Astuti, aku selalu iri padanya dan Sekar? Aku juga sangat membencinya. Bersyukurnya disaat-saat
menjengkelkan seperti itu aku masih punya sahabat "tumochi" yang selalu ada untukku.

Kami selalu melakukan segala hal bersama-sama, persahabatan kami berjalan sangat baik. Aku tentu
sangat menyayangi mereka. Bagaimana Sekar, ah ada bagian yang aku lupakan entah karena alasan apa
Sekar berhenti mondok, aku yang pada saat itu sudah tidak akrab lagi dengan Sekar gengsi untuk
menanyakan alasannya berhenti mondok, sedikit sedih tapi senangnya lebih banyak. Aku yang pada saat
itu belum mengerti sepenuhnya hal baik dan buruk aku cuek saja. Dan bagaimana dengan Astuti, aku
masih dendam dengannya aku sangat membencinya aku yang pada saat itu memiliki hati paling dengki
dengannya, semua yang Astuti lakukan aku sangat tidak suka. Waktu berjalan cepat, tepat enam bulan
kami mondok. Siang itu ada bapak-bapak datang menemui pimpinan pondok, jarak asrama kami dengan
rumah pimpinan pondok kami sangat dekat, sehingga siapa saja tamu kami pasti memperhatikannya.
Aku yang pada saat itu cuek, pergi ke kamar mandi untuk mencuci. Beberapa saat kemudian, Rain
datang dan memberi kabar bahwa Tara akan berhenti mondok, bagian terburuk nya bukan itu
melainkan alasan Tara berhenti mondok. Ternyata bapaknya Tara sakit-sakitan ibunya kewalahan
merawat bapaknya sendirian. Aku yang tau kabar itu langsung berhenti mencuci berlari dengan Rain
menyusul dibelakang, aku sedih dan menangis memaksa Tara untuk tidak jadi berhenti mondok, Rain
juga begitu, kami menangis tersedu-sedu berpelukan. Bapak-bapak yang kulihat bertamu itu ternyata
pamannya, menatap sedih kearah kami seakan-akan mengerti apa yang kami rasakan. Namun apalah jua
Tara juga mempunyai kewajiban lain yang harus dilakukan, Tara akan pindah ke SMP dengan begitu Tara
bisa merawat bapaknya yang sakit-sakitan.

Secepat itu waktu berlalu, dipondok ada kakak kelasku yang sangat baik namanya kak Yana. Salah satu
tradisi turun temurun dipondok adalah mempunyai adik dan kakak angkat. Aneh. Tapi ternyata
menyenangkan juga, aku akhirnya diangkat oleh kak Yana menjadi adiknya, jadilah dipondok aku
memiliki saudara perempuan. Namanya kak Yana, tiga tahun diatasku Sanga perhatian, dan sangat baik.
Ah senangnya. Aku lupa menceritakan bagian nasi bungkus, seiring waktu berjalan sebulan awal aku
mondok aku masih sering membuang nasi aku benci setiap membukanya dan lauknya hanya tempe saja,
aku tetap meremas nasi itu kemudian membuang ke tong sampah, begitu setiap harinya selama
berbulan-bulan. Kak Yana yang saat itu selalu menasehati selalu mengajarkanku untuk bersyukur
membuatku perlahan mau menerima lauk yang sangat aku tidak suka, ada sedikit perubahan dari diriku.

Kisah yang sesungguhnya belum mulai. Baiklah akan aku ceritakan.

Lelaki terfavorit.
Saat itu, aku dan rain senang duduk didalam kelas. Saat itu aku kelas 1 MTS. Teman-teman yang lain
duduk diluar sambil mengobrol. Tiba-tiba Lina gadis cantik dikelas kami dia cukup tahu tentang santri
putra. Membawa gosip. " Eh kalian aku punya gosip, ada kakak kelas yang suka sama salah satu teman
kita " kata Lina mengawali gosip. Yang lain antusias bertanya. "Aku ga tau siapa yang disuka, tunggu aja
besok kita pasti tau" jawab Lina. Aulia dan Zahra yang dari tadi ikut nongkrong bersama akhirnya masuk
kemudian ikut duduk bersama aku dan Rain, kemudian Yanti ikut nimbrung kami pun ngobrol berlima
tak lupa Aulia dah Zahra menyampaikan isi gosip yang didapatkan dari Lina. "Eh kalian tau ngga, ada KK
kelas dari kelas 3 MTS suka sama temen kelas kita, tapi belum tau siapa orangnya" Kata Aulia. "Hmmm
siapa ya kira-kira" jawab Zahra sambil memegangi dagunya. "Entahlah" jawab aku, Rain dan Yanti sambil
mengangkat bahu.

Teng...teng....teng......

Waktu pulang sudah tiba. Ketika akan menuruni tangga, aku disapa oleh kak Riyadh yang kebetulan dia
adalah tetanggaku dirumah. "Kaka salam temanku, namanya Indra" kak Riyadh langsung berlari tanpa
mendengar jawaban dariku. Aku terdiam, Indra? Siapa itu, aku tidak tahu. Aulia mengejutkanku yang
tengah berfikir mengajakku pulang ke asrama bersama-sama seraya menggenggam tanganku. Sesampai
di asrama, sambil mengganti pakaian aku bertanya pada Aulia. "Aulia, kamu tau ngga KK kelas yg
namanya Indra" Kataku hati-hati supaya tidak ada yang mendengarkan. Aulia manggut-manggut sambil
keluar dari asrama setelah memakai mukenah. "Kayanya kenal" jawab Aulia. Sesampai didepan pintu
terlihat banyak santri putra yang sedang berwudhu. "Ka, itu namanya kak Indra" Aulia menunjuk laki-laki
menggunakan baju hitam bersarung hijau tua yang sedang berwudhu. "Yang mana?" Mataku mencari
laki-laki yang dimaksud Aulia, mataku melihat kearah laki-laki yang dimaksud Aulia kamipun saling
pandang, aku langsung menundukkan pandangan, malu dan langsung mengajak Aulia ke musholla untuk
Sholat Zuhur. Aulia selalu menggoda "ciee...ciee kak Indra tadi liat kamu juga loh" Goda Aulia. "Apaan
sih" kataku sambil menyembunyikan senyum. Setelah selesai sholat, kak Yana menghampiriku. "Kaka,
ada salam dari teman kelas kakak, namanya Indra" Kata kak Yana sambil tersenyum menggoda. Belum
aku jawab kak Yana berseru "Itu yang namanya Indra" kata kak Yana. Ah ternyata yang aku lihat dengan
Aulia tadi bukanlah kak Indra. Aku langsung menengok ke arah musholla yang hanya diberi papan
supaya jadi pembatas. Aku melihatnya, dia juga melihatku, dia langsung bersembunyi dibalik tiang
musholla menunduk dan langsung berlari. Dia malu. " Ciee... Itu namanya Indra, dia teman kelas kakak...
Dia pemalu, pendiam" kata kak Yana. "Ah kakak, iya waaikumsalam" jawabku. Aku malu. Mungkin ini
yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Baru melihat nya aku langsung jatuh cinta,
padahal aku belum tau persis seperti apa dia. Hari-hari berlalu, kak Yana selalu memberiku salam dari
Kak Indra. Namanya kak Indra, kelas 3 MTS aku tahu dari kak Yana, dia sangat pendiam dan pemalu.
Untuk berjalan didepan perempuan pun dia malu, tidak sekedar menunduk namun dia berlari menjauh.
Ah sikapnya yang begitu, aku menjadi suka. Secepat itu aku menyukainya, entahlah. Setiap tidak sengaja
bertemu, aku selalu malu dia malah langsung berlari. Begitu seterusnya.

Hingga suatu hari, ketika berangkat ke Madrasah aku, Rain, Aulia, Zahra dan Yanti jalan bersamaan.
Sampai dikelas kami duduk-duduk diluar, kebiasaan ketika itu kami duduk diluar sambil melihat-lihat
santri putra yang akan lewat dan masuk ke kelas mereka. Ketika itu teman kelas kak Indra akan lewat
tapi karena banyak santri putri yang masih keluyuran dibawah mereka tidak jadi lewat dan duduk
diberugak sambil menunggu sepi. Akhirnya kak Indra dan teman-temannya melangkah ke arah
Madrasah, santri putri yang duduk dilantai suara dekat pembatas pun salting ketika teman-teman kak
Indra lewat. Wah wajar juga mereka salting, teman-teman kak Indra ganteng-ganteng. Diantara mereka
juga ada kak Indra, dia terlihat menunduk malu. Disebelah kelasku adalah kelas 2 Mts, disana juga ada
segerombolan santri putri yang juga memperhatikan mereka jalan. Salah satu diantara mereka berteriak
" Iiii Indra, Ria liat itu Indra" kata salah satu diantara mereka. Aku terdiam, dan langsung masuk ke kelas,
Aulia menyusul ku. " Ka, kamu tau ndk KK yang tadi teriak sebut nama kak Indra itu namanya kak Mia,
dia teman kelasnya. Dan tadi disampingnya namanya kak Ria, mereka berdua suka sama kak Indra" kata
Aulia. "Masak sih?, Hmmm " jawabku bingung. Aku bergumam dalam hati, ternyata kak Indra banyak
disukai sama santri Putri. Kak Mia dan Kak Ria sangat cantik, kak Mia cantik, putih orangnya heboh dan
gokil. Kak Ria satu tahun diatasku tak kalah cantik dia putih dan pendek, Sangat pendiam. Ah kak Ria
serasi sama kak Indra. Ternyata teman-teman kak Ria sangat mendukung supaya kak Indra jadian sama
kak Ria. Tapi ternyata kak Indra ngga suka sama kak Ria dan juga kak Mia. Kak Yana menceritakanku. Ah
aku Bingung, aku tidak mau menebar luka untuk mereka, akhirnya aku menyuruh kak Yana
merahasiakan tentang kak Indra yang menyukaiku.

Hmmm, hatiku merasa sedikit sakit saat menulis saat-saat seperti ini.

Waktu berjalan, hingga tiba saatnya kelulusan. Kak Indra akan lulus, dan kak Yana bilang kalau kak Indra
akan pindah dan lanjut sekolah ke salah satu pondok khusus kitab di Lombok timur. Ah aku sedih, harus
berpisah dengan kak Indra. Saat itu hari Jumat ini adalah hari terakhir kak Indra di pondok, saat itu pagi
musholla dikosongkan oleh santri putra karena mereka akan pergi sholat Jumat ke masjid. Aku dan Rain
saat itu berada di musholla, saat itu aku sangat sedih. Sepertinya Rain mengerti apa yang aku rasakan
saat itu, dia hanya duduk menemaniku. Aku perhatikan semua teman kak Indra sudah pulang. Termasuk
kak Yana, satu hal yang aku syukuri kak Yana akan melanjutkan sekolah di pondok ini. Setidaknya ada
tempat aku bercerita tentang kak Indra disetiap aku rindu. Saat aku sedang membaca Alquran kak Ria
dan kak Lala datang, yang aku tahu kak Ria juga sedih merasa kehilangan kak Indra. Aku kira kak Indra
sudah pergi, ternyata kak Indra masih dipondok, seperti nya dia belum dijemput. Tinggal dia sendiri yang
belum pulang, ah senangnya aku setidaknya aku masih bisa melihatnya. Sampai sore aku tidak tidur
siang, aku tidak mau melewati saat-saat terakhir bertemu dengan kak Indra, ketika itu kak Indra ikut
main bola, kupandangi terus menerus, hingga akhirnya kak Indra berlari ke arah asramanya, ketika
kembali kak Indra terlihat menenteng tas abu berukuran sedang, aku kaget dan ternyata saat itu kak
Indra akan pulang, terus kupandangi kak Indra yang melewati lapangan, sampai dia tidak terlihat. Hatiku
membatin air mataku jatuh, itu adalah saat terakhir aku melihat kak Indra. Aulia, Zahra, Yanti dan Rain
yang melihatku hanya terdiam sambil memegang bahuku, mereka tampak faham apa yang aku rasakan.
Semenjak itu aku seperti kehilangan semangat, Cinta ternyata memang seperti itu. Waktu tetap
berjalan, setiap waktu aku merindukannya, aku ingat saat itu aku selalu berdoa tanpa henti " Ya Allah,
jika memang kak Indra adalah jodohku, aku mohon biarkan dia kembali kesini, jika memang tidak buat
aku lupa tentang kak Indra". Kak Indra, lelaki pertama yang menyukaiku, sungguh. Bagaimana seorang
lelaki favorit suka sama gadis berkulit hitam, dengan bibir yang hitam pula, dengan gadis cerewet. Aku
dan kak Indra bagaikan langit dan bumi. Doa itu tak pernah putus, selalu aku ucapkan. Berbulan-bulan
berlalu, kenangan tentang kak Indra masih melekat didalam hatiku, aku selalu berdoa dengan doa yang
sama berharap ada keajaiban. Hingga suatu hari.

Aku saat itu sedang haid, aku duduk diatas got samping kamar mandi, sedang mengobrol sore dengan
Aulia, itu tempat tongkrongan favorit kami setiap sore. Saat itu kak Ria ada disana dia sedang menjemur
pakaian, tiba-tiba kak Mia datang dengan heboh " Ria, Indra balek kesini tau, dia mau pindah lagi kesini"
Kata kak Ria "sekarang Indra lagi dirumah mamiq, ayo kita lihat" Lanjut kak Mia, kak Ria mungkin sama
denganku dia langsung berlari mengikuti kak Mia dengan senang. Aku dan Aulia saling pandang tak
percaya. Aku senang, aku terharu, Aulia langsung memelukku. "Doamu didengar sama Allah ka, buktinya
kak Indra balek lagi sekolah disini" Kata Aulia. Aku tidak bisa berkata apa-apa, aku senang sekali terharu
ternyata Allah mendengar doaku. Aku memeluk erat Aulia. Rain kemudian datang " Kaka, kak Indra
didepan dia mau balek lagi mondok disini" Sorak Rain juga bahagia. Aku Hanya tersenyum, dan berkata
dalam hati terimakasih ya Allah. Rain dan Aulia adalah sahabat baruku, Yanti dan Zahra juga namun aku
lebih nyaman cerita dengan Rain dan Aulia, semua tentangku mereka tahu termasuk doa-doa yang
selama ini aku pinta. Aku penasaran dan bertanya pada Rain " Kak Indra kenapa pindah lagi kesini Rain?"
Tanyaku. "Tadi sih aku dengar gosip nya, dia kan awalnya mau mondok di Lombok timur tapi katanya
disana itu kamarnya terlalu kecil makanya ga kesana, setelah darisana kak Indra disuruh sekolah di
Narmada, tapi entah seminggu disana dia ndk betah dan akhirnya balek kesini. " Cerita rain panjang
lebar. Ah kok bisa dengan alasan kamarnya kecil kak Indra jadi tidak sekolah disini. Aku tersenyum
bagaimanapun juga yang penting kak Indra sudah kembali.

Aku kembali ke asrama, asramaku sudah dipindah aku saat ini kelas dua MTS. Diasrama ternyata semua
orang sudah ribut membicarakan tentang kak Indra yang kembali sekolah disini. Aku hanya diam tidak
berkomentar apapun, kak Ria juga terlihat sangat senang. Kembalinya kak Indra membuatku semangat,
dan yang membuatku senang kak Indra masih ingat denganku, sekali dua dia menitipkan salam untukku
lewat kakYana. Suatu siang ketika aku akan pergi ambil nasi bersama Aulia, aku melihat kak Indra juga
akan mengambil nasi, dia menggunakan sarung berwarna hijau tua dan baju kok berwarna hijau juga,
kak Indra juga melihatku dia langsung bersembunyi dibalik pohon mangga didepan rumah mamik Aulia
menggoda ku dengan melihat tingkah kak Indra, aku juga pada saat itu merasa malu, dan mengurungkan
niat untuk pergi mengambil nasi. Aku ingat setiap bertemu dengan kak Indra aku selalu deg-degan tak
karuan. Hari-hari berlalu. Suatu hari pada saat sekolah, Putra teman sejak SD menyapaku "Kaka,
salamnya kak Indra kamu mau ndk jadi pacarnya" kata Putra. Aku yang saat itu masih terlalu kecil untuk
mengenal Cinta tanpa berpikir mengatakan. "Tapi ada syaratnya" kataku. "Apa syarat nya?" Tanya putra.
"Suruh dia bacakan saya surah Ar Rahman" kataku. "Oke nanti saya sampaikan ke kak Indra" jawab
putra. Aku tertawa menulis bagian ini mengapa aku menyuruh kak Indra membacakan surat Ar Rahman
sebagai syarat, karena pada saat itu surat Arrahman menjadi surah favorit, yang katanya jika ada orang
yang membacanya untuk kita maka orang itu tulus menyayangi kita. Setelah kejadian itu aku sangat
senang, aku bercerita dengan Aulia dan Rain, tak lupa mereka pasti sangat mendukungku. Pada saat
pulang sekolah, kak Yana mengajakku bicara berdua di musholla " Ka, Indra itu sudah lama suka sama
kamu sejak kamu ikut lomba pidato bahasa Inggris dia kagum sama kamu, kamu pintar katanya" kata kak
Yana. Aku hanya tersenyum " salam Indra juga, katanya kalau cinta dengan syarat itu bukan cinta
namanya, kok bisa Indra bilang gitu? Kamu ditembak ya sama dia" kata Kak Yana. "Ah ndk kok kak"
jawabku berbohong aku tidak mau ada yang tau. Keesokan harinya, di sekolah Putra memanggilku "
Kaka, apa jawaban kamu? Kamu mau ndk jadi pacarnya Kak Indra" Oh my God aku Bingung mau jawab
apa, tapi yang aku tahu aku juga suka sama Kak Indra, aku akhirnya menjawab iya, putra kegirangan
namun aku mengatakan kepada Putra agar merahasiakannya karena takut ketahuan sama Ustadz dan
ustadzah dan yang terutama aku takut kak Ria dan kak Mia tau, aku takut mereka sedih dan marah.

Tepat tanggal 25 September 2012 , aku dan kak Indra jadian. Selama pacaran untuk bertemu pun kami
malu, kami hanya sembunyi-sembunyi. Bahkan saat libur kami tidak pernah bertemu, telfonan saja tidak
pernah hanya lewat SMS, waktu itu belum ada WhatsApp. Ada satu hal yang aku benci dari mencintai
kak Indra, aku candu dengan kak Indra, aku tidak akan melakukan apapun sebelum baikan sama kak
Indra, sebelum kak Indra berkata aku mencintaimu, bahkan untuk sholat pun aku tidak mau. Semenjak
sikapku berubah seperti itu, kak Indra merasa tidak nyaman, aku jarang diberi kabar, surat-suraku juga
lama dibalas ketika dipondok. Ah terlalu cepat rasanya hal-hal indah itu berlalu. Hingga suatu hari kak
Indra sudah tidak tahan dengan sikapku, akhirnya kak Indra memutuskanku melalui teman kelas ku
bernama Bakri. Aku hanya bisa mengiyakan. Semenjak itu hidupku terasa hancur, saat itu aku hampiri
gila, tidur siang bolong diatas bangunan yang belum jadi, dan hanya mengatakan aku hanya mau kak
Indra, Rain dah Aulia sudah menganggapku seperti orang gila. Iya aku gila pada saat itu. Setiap
terbangun aku langsung mengingat kak Indra, aku merasa sedih, hatiku rasanya sakit sekali. Berbulan-
bulan aku terpukul hampir gila. Bagaimana aku bisa melupakan kak Indra, aku sangat mencintainya. .
Waktu berlalu terasa sangat lambat, aku berusaha kuat untuk bangkit. Rain dan Aulia selalu
menyemangatiku. Saat itu tahun 2013, itu adalah keterpurukan paling besar dalam hidupku, bagian
terburuk dalam hidupku aku harus kehilangan kak Indra yang paling tulus mencintaiku. Akhirnya hari
demi hari aku mulai sadar bahwa yang aku lakukan salah, semenjak kejadian itu cukup membuatku
dewasa. Aku mulai bangkit saat itu aku sudah kelas 3, aku mulai membenahi bagian hidupku yang
hancur. Kak Indra? Dia seperti nya baik-baik saja setelah memilih untuk meninggalkanku.

Akhirnya aku lulus, dan aku melanjutkan sekolah ditempat yang sama. Kak Indra seperti nya sudah lupa
denganku. Bahkan Sekarang kak Indra sedang suka dengan adik kelasku. Namanya Vivi gadis cantik,
punya gingsul, kulitnya putih, wajahnya memerah ketika malu. Vivi gadis yang baik, dia pernah ditembak
sama kak Indra, tapi Vivi malu denganku, akhirnya aku mendekati Vivi dan mengatakan "Terima saja kak
Indra, aku baik-baik saja aku juga sudah melupakan kak Indra". "Tapi aku malu sama kak Kaka" kata Vivi.
Dia sepertinya berat hati mau menerima kak Indra, tapi demi kak Indra bahagia aku harus membuat Vivi
menerima kak Indra. Hingga suatu hari Vivi menghampiriku, dia berkata " Kak, Kaka mau ndk KK jadi KK
aku?" Aku kaget, kenapa bisa Vivi tiba-tiba berkata begitu. Aku tidak langsung menjawabnya. Aku
menyuruh dia menunggu. Ah se drama itukah aku?

Aku mencari tahu dari kak Evi, kakak Sepupu Vivi, kak Evi sangat dekat dengan Vivi, aku bertanya ke kak
Evi apa alasan Vivi memintaku untuk menjadi kakaknya. Ternyata Vivi kagum denganku, entah apa yang
dia kagumi dariku, apakah karena aku mantan kak Indra? Entahlah. Akhirnya demi kak Indra, aku
menerima Vivi menjadi adik angkatku dengan syarat Vivi harus menerima kak Indra. Yang seharusnya
terjadi, akhirnya terjadi juga, aku resmi menjadi kakak angkat nya Vivi dan sehari setelah itu kak Indra
resmi pacaran dengan Vivi. Semenjak putus denganku kak Indra lumayan berubah, dia sudah tidak
pemalu lagi, bahkan ketika berpacaran dengan Vivi kak Indra sering mengobrol, beda ketika pacaran
denganku. Boro-boro mau ngobrol, saling liat saja sudah malu. Ternyata aku cukup tegar melihat mereka
pacaran, aku sudah cukup mengerti tentang keadaan ku yang sekarang. Aku sudah mulai berfikir dan
menerima semua kejadian ini.

Waktu terus berlalu, ketika memasuki babak baru dalam kehidupanku, saat masuk MA aku memutuskan
untuk masuk kelas khusus, program nya hanya mengaji saja. Tekadku sudah bulat, aku juga ingin
berubah. Akhirnya aku diterima dan mulai ikut program. Kak Indra dan Vivi terlihat semakin langgeng,
akupun sudah terbiasa dengan itu semua. Kehidupan berjalan seperti biasanya, aku sudah mulai
berubah mulai memperbaiki semua salahku dimasa lalu, aku pun bergidik malu ketika mengingat masa-
masa dimana aku hampir gila karena mencintai kak Indra. Kak Indar semakin hari semakin berubah, dia
sudah mulai cerewet, sudah tidak malu menyapa perempuan. Kak Indra banyak berubah. Suatu hari aku
dapat kabar kalau Vivi dan kak Indra putus, aku enggan menanyakannya dengan Vivi. Jadinya aku cuek
saja . Ah kak Indra pada saat itu aku sudah tidak terlalu mengingat nya. Pada tahun 2015 aku pada saat
itu sudah ada Facebook, saat itu aku sedang libur dari pondok, aku buka inbox di Facebook, kulihat ada
yang mengirimiku pesan. Ternyata itu dari Fikri, teman masa kecilku dulu, kami satu desa namun beda
dusun. Sejak itu kami sering memberi kabar, walau Hanya lewat Facebook. Fikri, dia laki-laki tampan,
perawakannya tinggi, kulitnya putih. Jika dibandingkan dengan kak Indra, Fikri jauh lebih tampan.
Setelah lama dekat akhirnya kami jadian. Lagi-lagi kami berpacaran hanya lewat sosial media, Fikri yang
saat itu sedang mondok di Jawa, kami pun menjalin hubungan dengan LDR. Kenangan tentang kak Indra
lenyap, berkat Fikri. Aku sudah lupa dengan kak Indra, bahkan saat kak Indra lulus dari pondok, merasa
biasa saja. Bahkan untuk sejenak aku lupa semua tentang kak Indra. Waktu memang berjalan begitu
cepat.

Satu tahun sejak lulus nya kak Indra, aku saat itu tengah duduk kelas 2 MA, tepat pada tahun 2016. Aku
sudah lupa dengan kak Indra, hingga suatu hari aku mendapatkan kabar bahwa kak Indra sudah
mempunyai pacar baru, namanya kak Tika. Kebetulan sekali kak Tika punya keponakan yang juga adik
kelasku dipondok, namanya Aleena. Suatu hari Alena memanggilku " Kak Kaka, ayo kedepan ada kak Tika
ingin bertemu kakak" wah buat apa ya kataku dalam hati, mungkin karena aku mantan kak Indra dia
jadinya kepo dan penasaran bagaimana wajahku. Tidak hanya aku ternyata Vivi sudah ada disana, wah
semua mantan kak Indra mau dia lihat. Saat melihat kak Tika, dia sangat cantik tubuhnya mungil, wah
pantes kak Indra suka. Aku bersikap biasa saja ketika bertemu. Dia sepertinya malu bertemu denganku,
seharusnya aku yang malu. Setelah lama mengobrol akhirnya kak Tika berpamitan.

.......

Libur tiba, ketika aku dirumah ada nomer masuk, ternyata kak Tika. Kita ngobrol cukup lama, dia
menceritakan bagaimana kak Indra sayang sama dia, gimana kak Indra tidak mau pisah dengan dia,
entah apa tujuannya menceritakan ku. Aku hanya mengiyakan semuanya. Pada saat itu aku masih
berpacaran online dengan Fikri.

Anda mungkin juga menyukai