Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan,tablet
merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun pasien,
dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karena disamping mudah
cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebih terjamin, relatif stabil dalam
penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi oleh udara, transportasi dan distribusinya
tidak sulit sehingga mudah sampai kepada pemakai. Secara ekonomis, sediaan ini
relatif lebih murah harganya,memberikan dosis yang tepat dari segi kimianya,
bentuknya kompak dan mudah transportasinya, memberikan kestabilan pada unsur-
unsur aktifnya.
Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara kempa cetak,
berbentuk rata dan atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis
bahan obat atau lebih dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai.
Tablet harus melepaskan zat berkhasiat ke dalam tubuh dalam jumlah yang tepat
dan menimbulkan efek yang diinginkan. Tablet hanya memberikan efek yang
diinginkan jika memiliki mutu yang baik. Untuk menghasilkan tablet dengan mutu
yang baik dan memenuhi persyaratan, pemilihan dan kombinasi bahan pembantu
memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembuatannya.

1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat tablet yang baik.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara evaluasi tablet sesuai dengan ketentuan.
3. Untuk mengetahui apakah tablet yang dibuat sudah memenuhi persyaratan atau
tidak.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Sediaan


Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa
(FI IV, 1995).
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak dalam tabung
pipih atau serkuler, kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis bahan
obat atau lebih dengan atau bahan tambahan.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai, tablet dapat berbeda ukuran, bentuk,
berat, kekerasan, dan ketebalan, daya hancurnya dan aspek lain yang tergantung dengan
pemakaian tablet dan cara pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian
secara oral. Kebanyakan tablet dibuat dengan penambahan zat warna dan zat pemberi rasa.
Tablet lain yang penggunaanya dapat cara sublingual, bukal, atau melalui vagina.
Bentuk luar tablet sangat mempengaruhi keutuhan tablet saat transportasi dan
penyimpanan.Jenis tablet dan penggunaannya : Tablet peroral, tablet oral, meliputi tablet
hisap, sublingual dan buchal, tablet parenteral, meliputi tablet injeksi dan tablet
implantasi. Serta tablet untuk penggunaan luar meliputi tablet larut, mata, vaginal, dental
resorpsi kerja lokal dipermukaan tubuh dan lubang-lubang tubuh. (Voiqt,1984)

Syarat – Syarat Tablet :


1. Memenuhi keseragaman ukuran
2. Memenuhi keseragaman bobot
3. Memenuhi waktu hancur
4. Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
5. Memenuhi waktu larut (dissolution test)

Kriteria Tablet :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
7. Bebas dari kerusakan fisik
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.

2
Komponen Tablet
Dalam pembuatan tablet harus terdiri dari beberapa komponen agar dapat dihasilkan tablet
yang baik. Komponennya terdiri dari :
1. Zat Aktif
Kebanyakan zat aktif tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet karena tidak punya
daya ikat yang cukup yang perlu untuk membuat suatu tablet, disamping itu tidak
semua zat aktif mempunyai sifat alir yang baik.
Zat aktif dalam pembuatan tablet dapat dibagi dua :
 Zat aktif yang tidak larut, dimaksudkan untuk memberikan efek local pada
saluran cerna, misalnya adsorben untuk tukak lambung (Norit) .
 Zat aktif yang larut, dimaksudkan untuk memberikan efek sistemik setelah
terdisolusi dalam cairan salura cerna kemudian diabsorbsi, terhadap zat aktif
yang harus diperhatikan formulasinya, desain, bentuk dan manufaktur untuk
menghasilkan tablet yang diinginkan. Sifat kelarutannya merupakan dasar
suntuk memformulasi dan mendesain produk yang efektif.
2. Zat Tambahan
Eksipien atau zat tambahan adalah zat inert yang tidak aktif secara farmakologi
berfungsi sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk membentuk tablet dan
untuk mempermudah teknik pembuatan tablet. Dalam pemilihan bahan tambahan
untuk pembuatan tablet harus diperhatikan sifat fisika dan sifat kimianya, begitu juga
dengan stabilitas dan zat tambahan yang digunakan.
Bahan tambahan tablet antara lain adalah :
a. Zat pengisi, zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam sebuah
formulasi tablet untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet sesuai dengan yang
ditetapkan, jika jumlah bahan aktif kecil, juga untuk mempermudah pembuatan
tablet walaupun pengisi adalah zat yang inert secara farmakologi, zat tersebut
masih dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biofarmasi dari sedian tablet.
Contoh, interaksi basa atau garam - garam amin dengan laktosa dan alkali basa
yang menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat sampai hitam. Laktosa
tidak bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide. Penggunaan dari pengisi
tergantung dari volume atau berat tablet yang diingan. Bahan pengisi yang sering
digunakan: laktosa USP, lactose anhydrous, spray dried lactose. Amylim : maydis,
oryzae, meranthae, solany, mannitol, sukrosa dan lain- lain.
b. Bahan pengikat, adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam
formulasi tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara partikel-partikel serbuk
dalam masa tablet yang diperlukan untuk pembentukkan granul dan kemudian
untuk pembentukan massa menjadi kompak dan padat yang disebut
tablet.Pengikat dapat dibagi 2 :
 Pengikat kering (binder), pengikat kering ditambahkan kedalam massa kering.
Contoh, bahan kering yang sering digunakan:
 Acasia 2 - 5 %
 Derivat selulosa 1 - 5 %
 Sukrosa 2 - 25 %

3
 Pengikat Basah ( Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi,
contoh pengikat basah yang sering digunakan:
 Derivat selulosa 1 – 5 %
 Gelatin 1 – 5 %
 Pasta amylum 1 – 5 %
 Natrium alginat 2 – 5 %
c. Bahan Penghancur
Zat inert secara farmakologi yang ditambahkan pada massa untuk membantu
mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna, zat disintegran dapat
ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut sebagai fasa dalam yang disebut
sebagai bahan internal dan sebagai fasa luar yang disebut bahan eksternal.
Mekanisme kerja dari bahan penghancur adalah :
 Jika kontak dengan air akan mengembang sehingga volume tablet
membesar dan akhirnya pecah,contoh : golongan selulosa.
 Memecah ikatan partikel tablet sehingga akan pecah.
 Membentuk kapiler,contoh : golongan amilum dan selulosa.
 Membentuk gas : asam sitrat dan bikarbonat.
 Membentuk lelehan, contoh : oleum cacao.
d. Bahan Pelicin (Lubricant)
Bahan pelicin (lubricant) dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan
(matrys). Biasanya digunakan talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearicum.
(Anief, M., 2005)
e. Bahan Pelincir (Glidant)
Adalah bahan yang digunakan untuk memudahkan agar tablet dapat masuk ke
mesin tablet sewaktu proses pencetakan. Salah satu contoh bahan pelincir yaitu
magnesium stearat.

Metode pembuatan granul dan tablet


Tablet dibuat dengan 3 cara umum yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa
langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran
atau kemampuan kempa. Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain, kecuali zat
pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet
dengan baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing) mengisi cetakan
serta menjaga agar tablet tidak retak (capping) (Anief, M., 2005).
Cara pembuatan granul ada 2 macam :
1. Cara Basah
Zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu dibasahi
dengan larutan  bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu
diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40⁰-
50⁰. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin
tablet.
2. Cara Kering

4
Dikerjakan sebagai berikut: Zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat
pengikat dan zat pelicin dicampur dan dibuat dengan cara kempa cetak menjadi tablet
yang besar(sugging,setelah itu tablet yang terjadi dipecah menjadi granul lalu
diayak, akhirnya dikempa cetak menjadi tablet yang dikehendaki dengan mesin tablet.
(Anief,Moh.,IMO,1988)
Dengan metode pembuatan tablet yang manapun, tablet yang dihasilkan harus mempunyai
sifat-sifat yang baik, yaitu :
1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan, pengemasan,
transportasi dan sewaktu di tangan konsumen. Sifat ini diuji dengan uji kekerasan dan
uji friabilitas.
2. Zat aktif dalam tablet harus dapat tersedia dalam tubuh. Sifat ini dilihat dari uji waktu
hancur dan uji disolusi.
3. Tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan (untuk zat
aktif kurang dari 50 ml). Parameter ini diuji dengan variasi bobot dan uji keseragaman
kandungan.
4. Tablet berpenampilan baik dan mempunyai karakteristik warna, bentuk dan tanda lain
yang menunjukkan identitas produk.
5. Tablet harus menunjukkan stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang konsisiten
(Anonim, 2005)

Keuntungan Sediaan Tablet


Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan,  yaitu :
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga
memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan;
4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.

Kerugian Sediaan Tablet


Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunyai beberapa kerugian, antara
lain:
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan)
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
 Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya,
flokulasi, atau rendahnya berat jenis
 Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar
atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi
dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus diformulasi sedemikian
rupa)
 Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat
aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan

5
enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik
daripada tablet.

Langkah Mendesain Tablet

Mengubah bahan menjadi suatu sediaan (transformasi) memerlukan pengetahuan,


teknologi, keterampilan dan sikap yang tidak mudah. Pengetahuan diperlukan untuk
mendukung dan mempermudah penerapannya melalui teknologi menggunakan
keterampilan yang tinggi dan dengan suatu sikap atau kesadaran mendalam tentang
bagaimana pentingnya barang farmasi digunakan dalam bidang kesehatan. Ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dapat merubah bahan menjadi bentuk sediaan farmasi
adalah ilmu farmasetika dan teknologi farmasi.
Satu hal yang penting diingat adalah bahwa desain sediaan harus dilakukan dengan
sistematis berdasarkan pertimbangan kriteria atau syarat sediaan, informasi mengenai
bahan yang ada, sarana/prasarana yang tersedia, dan pertimbangan ekonomi.
Tahap desain sediaan padat yang umum dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian kelayakan bisnis
Langkah ini pada dasarnya adalah untuk menganalisa apakah secara bisnis/ekonomi
pembuatan tablet ini dapat memberikan nilai ekonomis bagi produsennya. Berbagai
cara dilakukan untuk melaksanakan pengkajian kelayakan bisnis, termasuk kondisi
pasar dan pemasaran yang ada dan berhubungan dengan produk tablet sejenis.
2. Pengkajian praformulasi bahan aktif
Merupakan upaya untuk mengenal secara baik bahan yang akan dipakai, untuk
mempersiapkan formula, proses pembuatan dan sekaligus untuk memberikan arahan
apa yang harus dilakukan untuk menegakkan mutu dan pengawasannya.
3. Pengkajian user/organ target
Tahapan ini adalah tahapan untuk memastikan bahwa obat yang akan dirancang
adalah untuk pemakaian dengan kelompok umur berapa, untuk jenis kelamin apa,
dan untuk pemakaian di organ tubuh yang mana.
4. Pengkajian dasar sediaan, sediaan dasar, sediaan jadi
Tahapan ini diperlukan untuk mempertimbangkan selain bahan aktif, bahan
dasar/pengisi apa yang diperlukan untuk memperoleh sediaan yang baik, atau
sediaan serbuk seperti atau untuk karakteristik apa yang akan dibuat sehingga
memudahkan untuk mengempa menjadi tablet sebagai sediaan jadi. Dalam hal ini
perlu dipertimbangkan dan diperhatikan sifat granul yang baik untuk pembuatan
tablet.
5. Praformulasi – formulasi – pascaformulasi
Tahapan ini adalah menghubungkan antara tahapan praformulasi diatas, dengan
keadaan dilapangan pada saat formulasi, misalnya apakah tersedia kapasitas mesin,
ruangan, atau alat uji mutu. Demikian juga apakah prosedur yang dirancang sudah
mempertimbangkan apakah pembuatan skala besar dapat dilaksanakan. Pada tahap
ini juga perlu dipikirkan kegiatan apa saja yang harus dilakukan pada saat produk
jadi (tablet) sudah selesai dikemas dan siap didistribusikan. Misalnya apakah

6
diadakan pengujian stabilitas selama proses distribusi atau apakah perlu dilakukan
monitoring terhadap pengguna tablet setelah beberapa tahun dimasyarakat.
6. Uji kaji – stability test
Tahapan ini pada dasarnya adalah kegiatan untuk memastikan apakah semua bahan
dan peralatan, metode, proses dan hasil setiap tahap sudah dilakukan dengan baik
dan benar. Pengujian dilakukan beberapa kali sedemikian rupa sehingga hasil
percobaan dalam skala laboratorium dapat diimplementasikan dalam skala produksi.
Disamping itu juga dilakukan uji stabilitas, untuk mengetahui apakah
karakteristik/mutu tablet yang dihasilkan tidak berubah selama dalam kondisi
penyimpanan, pendistribusian maupun jelang dipakai konsumen.
Pengujian dilakukan dengan mengamati perubahan karakteristik yang terjadi dalam
kondisi temperatur tertentu, tekanan fisik, pemaparan terhadap cahaya ataupun
kelembaban. Untuk mengetahui apakah dalam waktu yang lama (misal 3 tahun)
tablet dihasilkan stabil, tentunya terlalu lama waktu pengamatan yang dibutuhkan.
Biasanya dilakukan pengujian yang dipercepat, antara lain dengan melakukan
pengujian dalam temperature yang ditingkatkan, misalnya 45 – 50°C. Dengan suhu
penyimpanan tersebut selama 3 bulan dapat meramalkan kondisi 2 – 3 tahun
kedepan.
7. Uji kaji – test pasar
Pengujian sediaan atau produk jadi dipasar, terutama dilakukan untuk mengamati
apakah dokter, apoteker maupun tenaga kesehatan lain serta masyarakat dapat
menerima kehadiran produk tablet tersebut. Tahapan ini biasa dilakukan dengan
teknik penelitian khusus yang disebut

Langkah Membuat Tablet


Berikut ini disampaikan tahapan pembuatan granul dan sekaligus sampai dengan
pengempaan dengan cara kempa langsung, granulasi basah, dan granulasi kering :

No Kempalangsung Granulasibasah 1 Granulasi basah 2 Granulasi kering


1 Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Bahan baku
Bahan baku zat Bahan baku zat Bahan baku zat zat aktif meliputi :
aktif meliputi : aktif meliputi : aktif meliputi :  Kadar air
 Kadar air  Kadar air  Kadar air  Sudut henti
 Sudut henti  Sudut henti  Sudut henti  Tap density
 Tap density  Tap density  Tap density  Bulk density
 Bulk density  Bulk density  Bulk density  DUP
 DUP  DUP  DUP
2 Penimbangan Penimbangan Penimbangan Penimbangan
3 Penghalusan Penghalusan Penghalusan Penghalusan
4 Pencampuran Pencampuran Pencampuran Pencampuran I
padat padat
5 Pengempaan Pembuatan Penambahan Pengempaan (slugging)
larutan pengikat larutan pengikat
6 Pencampuran Granulasi (mesh 6 Granulasi (mesh 14 – 20 )

7
hasil 3 & 4 – 12)
7 Granulasi (mesh Pengeringan Pencampuran/lubrikasi
6 – 12) pengempaan
8 Pengeringan Granulasi (mesh
14 – 20 )
9 Granulasi (mesh Pencampuran/lubr
14 – 20 ) ikasi pengempaan
10 Pencampuran/lub
rikasi
pengempaan

Tahap ini dilakukan melalui :


1. Pengumpulan informasi tentang kriteria, persyaratan dan karakter yang diinginkan dari
sediaan tablet yang akan dibuat. Informasi ini dapat diperoleh dari buku resmi/standar.
Farmakope memuat batasan dan persyaratan umum sediaan serta standar sediaan untuk
bahan aktif tertentu serta cara pengujian persyaratan. Buku referensi memuat karakter
sediaan yang baik, cara pengujian dan sebagainya.
2. Pengumpulan informasi dan literature terkait mengenai bahan aktif dan bahan penolong
yang ada. Informasi ini dapat diperoleh dari :
 Monografi bahan aktif yang terdapat di dalam farmakope, merck index, atau buku
referensi lain.
 Monografi bahan aktif dan sediaan yang terdapat di dalam buku Martindale.
 Monografi bahan penolong yang terdapat di dalam hand book of exipient.
 Sertifikat analisis yang dikeluarkan oleh produsen bahan baku maupun lembaga
pemerintah atau swasta yang independent.
3. Mengidentifikasi parameter atau factor yang terkait dengan aspek fisika, kimia,
biologi/farmakologi dan bahan aktif yang ada, dihubungkan dengan keperluan atau
persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat serbuk granul yang baik untuk
pembuatan tablet ataupun untuk menghasilkan tablet yang baik dan memenuhi syarat.
4. Mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai celah (gap) antara karakter atau tujuan
yang harus dicapai dengan data/informasi yang tersedia dari parameter/persyaratan yang
ada, ada alternative pemecahan masalah yang ada atau alternative langkah yang harus
dilakukan untuk menghasilkan tablet bermutu.
5. Menyusun rekomendasi atau langkah yang harus dilakukan agar dapat diperoleh tablet
yang baik melalui proses pembuatan yang ekonomis dan efektif. Rekomendasi pada
umumnya terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
 Komponen apa saja yang harus ada didalam tablet , sehingga diperoleh susunan
formula yang baik dan benar.
 Bagaimana cara melaksanakan pembuatan tablet atau metode pembuatan tablet apa
yang akan dipakai.
 Bagaimana cara menegakkan, mengendalikan ataupun mengawasi mutu bahan awal,
bahan dalam proses, proses pembuatan dan sediaan jadi.

8
Disamping 3 hal diatas, juga sebaiknya direkomendasikan aspek atau informasi apa yang
harus dicantumkan di dalam penandaan ataupun lembar informasi/leaflet/brosur.
Langkah Evaluasi Granul dan Tablet
a. Pengawasan mutu sebelum proses ( in coming process)
a) Bahan aktif, yang dievaluasi mencakup kadar, identifikasi cemaran, sifat fisik,
dan sifat kimia.
b) Bahan tambahan, yang dievaluasi mencakup sifat fisik, sifat kimia, dan
ketercampuran.
b. Pengawasan mutu dalam proses (in process control)
a) Granul, yang dievaluasi mencakup homogenitas, distribusi ukuran partikel, kadar
air atau kelembaban, kompresibilitas, dan sifat aliran.
b) Tablet, yang dievaluasi mencakup bobot rata-rata, kekerasan, stabilitas fisik dan
waktu hancur.
c. Pengawasan mutu setelah proses ( end process control)

Dasar Untuk Evaluasi Agar Memenuhi Syarat


a. Kriteria/syarat yang ada dalam definisi Farmakope
Contoh :
Tablet harus memenuhi syarat : sediaan padat, kompak, bentuk tertentu,
mengandung bahan aktif yang seragam, bahan aktif dapat dilepaskan dari sediaan.
b. Ketentuan tentang sediaan, khususnya tablet yang ada dalam Farmakope
Contoh :
Keragaman bobot, keseragaman kandunganb, waktu hancur, laju disolusi,
keseragaman bobot, ukuran, kekerasan, dan friabilitas.
c. Ketentuan tentang sediaan, khususnya tablet yang ada di masing – masing industry.
Disamping memenuhi syarat Farmakope, biasanya industry juga menambahkan
persyaratan lain seperti : warna, aroma, rasa, dan tanda/logo yang ada pada tablet

Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah
memenuhi kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian, diantaranya adalah :
1. Uji Penampilan
Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas), bentuk (bundar,
permukaan rata/cembung), cetakan (garis patah, tanda, logo, pabrik), dll.
2. Uji Keseragaman Ukuran
Uji keseragaman ukuran dilakukan dengan cara 10 tablet diukur keseragaman ukuran
satu per satu, mengukur diameter menggunakan jangka sorong dan mengukur
ketebalan menggunakan mikrometer sekrup. Kecuali dinyatakan lain diameter tablet
tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 11/3 tebal tablet. Uji diameter dan
ketebalan tablet ini dilakukan terhadap 20 tablet.
3. Uji Kekerasan Tablet
Dilakukan dengan cara 20 tablet secara acak diuji satu per satu menggunakan
hardness tester dinyatakan dalam kg/cm2.
Syarat kekerasan tablet :
      Tablet kecil      : 3 – 5 kg/cm2
9
      Tablet besar     : 5 – 10 kg/cm2
      Tablet umum   : 4 – 8 kg/cm2
      Tablet kunyah  : 4 – 7 kg/cm2
      Tablet hisap     : 4 – 12 kg/cm2
4. Uji keseragaman Bobot
Uji ini dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu persatu.
Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot
rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata kolom B.
5. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet.
Persyaratan dalam Farmakope Indonesia jilid 3 : kecuali dinyatakan lain semua tablet
harus hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih dari
dari 60 menit untuk tablet salut gula atau tablet salut selaput.

Cara Pembuatan Obat yang Baik


Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) adalah system yang memastikan produk
dibuat dan dikontrol secara konsisten sesuai kualitas standar. Dibuat untuk meminimalkan
resika pada produk farmasi yang tidak dapat disingkirkan lagi saat produk diuji saat sudah
jadi. Resiko utama adalah kontaminasi, menyebabkan gangguan kesehatan bahkan
kematian, label yang tidak benar, bahan aktif yang terlalu sedikit atau banyak, berakibat
pengobatan tidak efektif atau menimbulkan efek samping.
CPOB meliputi semua proses produksi mulai dari bahan awal, tempat, dan alat sampai
pelatihan dan kebersihan dari pekerja. Prosedur tertulis dari tiap proses produksi adalah
komponen penting yang dapat mempengaruhi kualitas akhir dari produk.

BAB III
METODA
3.1. Preformulasi / Monografi Bahan Aktif
1. Asam Mefenamat

10
Rumus molekul : C15H15NO2
Pemerian : serbuk hablur putih atau hampir putih, melebur pada suhu 2300
Kelarutan : larut dalam larutan alkali hidroksida, agak sukar larut dalam klorofrom,
sukar larut dalam etanol
Stabilitas : simpan dalam wadah tertutup dengan temperatur dibawah 40 0C disarankan
15-30
Inkompatibilitas : tidak ada reaksi inkompatibilitas dengan senyawa
Kegunaan : Analgetik, antipiretik
Susut pengeringan : tidak lebih dari 1,0% lakukan pengeringan pada suhu 1050
Titik lebur : 2300- 2310C

3.2. Preformulasi / Monografi Bahan Tambahan


2. Avicel pH 101

Rumus molekul : ( C6H10O5 )n dimana n = 220


Pemerian : serbuk hablur sangat halus, putih tidak berbau
Kelarutan : sukar larut dalam larutan NaOH 5% b/b. Praktis tidak larut dalam air,
asam encer & sebagian besar pelarut organik
Aplikasi/ kegunaan dalam formulasi : pengisi/pengikat tablet 20-90%
Stabilitas : stabil meskipun higroskopis, harus disimpan dalam wadah tertutup baik.

11
Higroskopisitas : higroskopis
Kandungan lembab : <5%
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan agen-agen oksidator kuat

3. Pvp

Rumus molekul : (C6H9NO)n


Pemerian : serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau,
higroskopis.
Kelarutan : mudah larut dalam air,dalam etanol (95%) dan dalam klorofrom, kelarutan
tergantung dari bobot molekul, rata-rata : praktis tidak larut dalam eter.
Aplikasi/ kegunaan dalam formulasi : pengikat
Stabilitas : stabil dalam siklus pemanasan yang pendek sekitar 1100-1300 C
Higroskopisitas : sangat higroskopis sejumlah lembab yang nyata terabsorpsi pada
kelembapan relatif yang rendah
Kandungan lembab : tidak lebih dari 5%
Inkompatibilitas : dengan senyawa amonium kuartener

4. Amylum Maydis
Rumus molekul : C27H48O20
Pemerian : sangat halus, putih, tidak berbau dan rasa lemah
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin
Aplikasi/ kegunaan dalam formulasi : pengahancur tablet
Stabilitas : stabil tapi higroskopis
Higroskopisitas : bersifat higroskopis
Kandungan lemab : M.C : 12% pada kelembapan relatif 50%
Inkompatibilitas : inkompatibilitas dengan zat pengoksidasi kuat terbentuk senyawa
inklusi berwarna bila direaksikan dengan iodium.

5. Mg Stearat

12
Rumus molekul : (C18H35O3)2
Pemerian: berupa serbukhalus, putih dan voluminous, bau lemah khas, mudah
melekat dikulit, bebas dari butiran
Kelarutan : tidak larut dalam air, dalam etanol 95% dan dalam eter, sangat larut
dalam benzene panas dan etanol panas
Aplikasi / kegunaan dalam formulasi : sebagai lubrikan (0,25-2%)
Inkompatibilitas : tidak tercampurkan dengan asam kuat, garam alkali dan besi

6. Talkum
Rumus molekul : Mg6 (S1O5) (OH)4
Pemerian : berupa serbuk hablur sangat halus, putih / putih kelabu, mudah melekat
pada kulit dab bebas dari butiran debu
Kelarutan : praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkali, pelarut organik dan air/
udara
Aplikasi / kegunaan dalam formulasi : sebagai glidan (5%)
Stbilitas : talk merupakan bahan stabil dan dapat distabilkan dengan pemanasan1600C
selama < dari 1 jam
Kandunga lembab : menguap air dalam jumlah yang tidak disignifikasi pada suhu
2500 dan kelembapan relatif 90%

7. Aerosil
Rumus molekul : SiO2
Pemerian : serbuk amorf ( tidak berbentuk) ringan : meruah putih kebiru-biruan; tidak
berbau
Kelarutan : praktis tidak larutdalam air, pelarut organik dan asam, larut dalam larutan
panas alkali hidroksida
Aplikasi/ kegunaan dalam formulasi : anti adherent
Stabilitas : higroskopis, dapat menyerap air dalam jumlah besar tanpa menjadi air
Inkompatibilitas : sediaan dietilstilbestrol

3.3. Rasionalisasi formula


NO NAMA BAHAN FUNGSI ALASAN
1. Asam Mefenamat Sebagai zat aktif
2. Amylum maydis Sebagai bahan penghancur Mampu mengembang apabila
kontak dengan air & amilosa dapat

13
mengahsilkan gaya tolak antar
partikel, antara kontituen tablet
apabila kontak dengan air dan
bagian hidrofilik dari amylum
3. PVP Sebagai bahan pengikat Granul yang dihasilkan memiliki
sifat alir yang baik, sudut diam
minimum,menghasilkan finer yang
lebih sedikit dan daya
kompaktibilitas yang baik
4. Avicel Sebagai bahan diluent mengalami deformasi plastik pada
(pengisi) waktu kompresi sehingga memiliki
sifat kompaktibilitas yang
baik(Hadisoewignyo dan Fudholi,
2007).
5. Mg Stearat Sebagai bahan lubrikan Mg stearat mempunyai sifat
hidrofobik yang akan membuat
lapisan film pada partikel bahan
padat hingga dapat mengurangi
gesekan antara partikel dan
memudahkan partikel mengalir
6. Talkum Sebagai bahan glidan Talk merupakan glidan yang baik
dan dapat dikombinasikan dengan
Mg stearat untuk memperbaiki sifat
alir granul
7. Aerosil Sebagai adsorben Dapat mencegah melekatnya
granul atau tablet pada dinding die
atau punch.

3.4. Formulasi

Bahan aktif : Asam Mefenamat


Metode pembuatan :Granulasi basah
Bobot tablet :500mg
Ukuran tablet:

14
Besar batch : 250 tablet

KOMPONEN FORMULA
NO FUNGSI BAHAN NAMA BAHAN
PEMAKAIAN BAHAN

Lazim % Pertablet Per


(% x batch
bobot (bobot
tablet ) per
tablet
x
besar
batch)

FASE DALAM ( 92%)


1 Bahan aktif Asam Mefenamat 500mg 300mg 75000
mg
2 Pengikat PVP 2-10% 2,5%
3 Pelarut / Cairan Alkohol 95%
pembasah
4 Penghancur dalam Amylum 5-10% 2,5% 12,5
5 Pewarna -
6 Pemanis -
7 Adsorben Aerosil 0-20% 0,5% 2,5 625
8 Pengisi Avicel pH 101 20-90% 20% 100 25000

FASE LUAR (8%)


1 Penghancur luar Amylum 5-10% 2,5% 12,5 3,125
2 Lubricant Mg stearat 0,25-2% 0,25% 1,25 312,5
3 Glidan Talkum 1-5% 2,5% 12,5 3,125
4 Antiadhernet -

3.5. Perhitungan bahan

N Nama Bahan Bobot tablet (mg) Perbatch (g)


O
Fase dalam : 92% Rumus :
Bobot /tablet x besar
Rumus : 92/100 x bobot tablet (mg) = ........... mg batch
1 Asam mefenamat 300 mg 7500 mg
2 Pvp 10 mg 250 mg

15
3 Amylum 1,25 mg 3.125 mg
4 Talkum 12,5 mg 312,5 mg
5 Avicel 100 mg 25000
6 Aerosil 2,5 mg 625
Fase luar 8% :
Fase luar = 8/100 x500 = 64 mg

Nama bahan Perhitungan Jumlah bahan


Mg stearate 1% 8 x 250 2000 mg
Talc 2% 16 x 250 4.000 mg
Amillum 40 x 250 10.000 mg

3.1 Cara Kerja


3.6.1Proses Granulasi
1. Bahan aktif dan semua eksipien fasa dalam (bahan pengikat, bahan penghancud
dalam, pengisi, lubricant dan glidant) ditimbang sesuai kebutuhan (data perhitungan
per batch)
2. Jika diperlukan, zat aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan (tersendiri)b terlebih
dahulu
3. Campur seluruh fasa dalam yang telah dihaluskan sampai homogeny
4. Campuran di slugging/dikempa sebagai slug/tablet besar lalu digranul dengan ayakan
no 12
5. Granul yang dihasilkan kemudian dilakukan uji distribusi ukuran partikel dengan
saving analyzer. Apabila granul yang dihasilkan kurang baik menghasilkan
serbuk halus/fines > 30% maka sisa serbuk pada wadah digranul kembali (ulangi
proses 1-4)
6. Hasil granul ditimbang untuk menentukan fase luar sisa yang ditambahkan
(penghancur luar, lubrikan, glidan dan anthiaderen ) sebagai masa kempa
7. Campur granul fasa dalam dengan fase luar lalu dievaluasi mutunya
8. Granul yang memenuhi syarat dikempa dengan ukuran diameter cetakan yang sesuai
hingga menjadi tablet
9. Tablet yang diperoleh kemudian di evaluasi
3.2 Evaluasi

3.7.1Bahan Aktif
a. Uji Bulk Density
1. Ditimbang bahan aktif 64,02 gram
2. Dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml
3. Hasil Pengamatan :
x gram 64,02 gram gram
Bulk density= = =0,6402
a ml 100 ml ml
gram
Jadi bulk density yang diperoleh adalah 0,64
ml
b. Uji Tap Density
16
1. Gelas ukur sebanyak 64,02 gram diketuk sebanyak 500 kali
2. Dilihat volume dalam gelas ukur = 84 ml
3. Hasil Pengamatan:
x 64,02 gram gram
Tap density= = =0,7807
b ml 82 ml ml
gram
Jadi tap density yang diperoleh adalah 0,78
ml
c. Uji Rasio Hausner
Hasil Pengamatan :
tapdensity 0,78 gram
RH = = =1,21
bulk density 0,64 ml
gram
Jadi rasio hausner yang diperoleh adalah 1,21
ml
d. Uji Kompresibiltas
1. Kompresibilitas dapat dikatakan sebagai kemampuan serbuk/granul untuk setiap
kompak apabiladiberi tekanan semakin kecilnilai maka semakin baik
2. Batasan nilai kompresibilitas

Kompresibilitas
Keterangan
(%)
5-15 Baik Sekali
12-16 Baik
18-21 Agak Baik
23-28 Buruk
28-35 Buruk Sekali
35-38 Amat Buruk
>40 Amat Sangat Buruk

Hasil Pengamatan :
tap density−bulk density
% kompresibilitas= ×100 %
tap density
0,78−0,64
% kompresibilitas= × 100 %=17,94 %
0,78
Jadi asam mefenamat memiliki kompresibilitas yang “Baik”

e. Uji Susut Pengeringan dan Kadar Air


1. Disiapkan alat dan bahan :
2. Masukkan wadah alumunium foil ke dalam alat, tutup alat.

17
3. Kemudian tara buka penutup alat, timbang 5 gram, catat hasil penimbangan
(bobot basah)
4. Kemudian tutup kembali, jalankan alat selama 10 menit pada suhu 105oC
5. Matikan alat, catat bobot akhir (bobot kering) ulangi sampai bobot konstan
6. Hasil Pengamatan :
a. Susut pengeringan
bobot basah−bobot kering
% LoD = × 100 %
bobot basah
5,003−4,999
% LoD = ×100 %=0,079 %
5,003
b. Kadar air
bobot basah−bobot kering
% MC = × 100 %
bobot kering
5,003−4,999
% MC = × 100 %=0,080 %
4,999

f. Uji Sifat Alir


1. Ditimbang Asam Mefenamat sebanyak 100 mg
2. Dimasukkan kedalam alat Flow Rate Tester
3. Diukur tinggi dan diameter serbuk (berbentuk kerucut)
Hasil pengamatan:
2h
tan∝=
d
2 ×5 cm
tan∝= =0,77
12,9 cm
∝=¿ 37,59 °
Jadi asam mefenamat mempunyai sifat alir serbuk yang “mengalir”

g. Distribusi Ukuran Partikel


Alat yang digunakan adalah ayakan mesh 12,14,16,18,20
1. Ditimbang wadah atau kotak kertas (5 wadah), beri kode mesh dan hasil penimbangan
2. Ditimbang asam mefenamat 100 g, masukkan ke dalam mesh 12 kemudian jalankan
alat
3. Masukkan serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh pada wadah
4. Timbang serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh (bobot serbuk, misal a gram),
hitung total serbuk yang tersisa pada seluruh mesh (y gram).
Hasil Pengamatan 1:
o Berat akhir pengayakan tiap mesh
Mesh 12 = 78,05 - 5,24 = 72,81
Mesh 14 = 5,57 - 5,24 = 0,33
Mesh 16 = 5,74 - 5,24 = 0,50
Mesh 18 = 5,59 - 5,24 = 0,35
Mesh 20 = 5,92 - 5,24 = 0,68
Wadah = 30,25 -5,24 = 25,01

18
o % Mesh
72,81 gram
% Mesh 12 = x 100 % = 73,04 %
99,68 gram
0,33 gram
% Mesh 14 = x 100 % = 0,33 %
99,68 gram
0,50 gram
% Mesh 16 = x 100 % = 0,50 %
99,68 gram
0,35 gram
% Mesh 18 = x 100 % = 0,35 %
99,68 gram
0,68 gram
% Mesh 20 = x 100 % = 0,68 %
99,68 gram
25,01 gram
% Wadah = x 100 % = 25,09 %
99,68 gram

GRAFIK
80.00%
70.00%
60.00%
50.00% GRAFIK
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
wadah mesh 20 mesh 18 mesh 16 mesh 14 mesh 12

3.7.2Granul
a. Uji Bulk Density
1. Ditimbang bahan aktif 50 gram
2. Dimasukkan kedalam gelas ukur 90ml
3. Hasil Pengamatan:
x gram 50 gram gram
Bulk density= = =0,55
a ml 90 ml ml

b. Uji Tap Density


1. Gelas ukur sebanyak 50 g diketuk sebanyak1250 kali
2. Dilihat volume dalam gelas ukur = 79ml
Hasil Pengamatan :
x 50 gram gram
Tap density= = =0,63
b ml 79 ml ml

19
c. Uji Rasio Hausner
Hasil pengamatan :
tap density 0,63 gram
RH = = =1,14
bulk density 0,55 ml
d. Uji Kompresibilitas
Hasil pengamatan :
tap density−bulk density
% kompresibilitas= ×100 %
tap density
0,63−0,55
% kompresibilitas= ×100 %=12,18 %
0,63
e. Uji Susut Pengeringan dan Kadar Air
1. Disiapkan alat dan bahan :
2. Masukkan wadah alumunium foil ke dalam alat, tutup alat.
3. Kemudian tara buka penutup alat, timbang 5 gram, catat hasil penimbangan
(bobot basah)
4. Kemudian tutup kembali, jalankan alat selama 10 menit pada suhu 105oC
5. Matikan alat, catat bobot akhir (bobot kering) ulangi sampai bobot konstan
Hasil Pengamatan :
a. Susut pengeringan
bobot basah−bobot kering
% LoD = × 100 %
bobot basah
5,001−4,819
% LoD = × 100 %=3,63 %
5,001
b. Kadar air
bobot basah−bobot kering
% MC = × 100 %
bobot kering
5,001−4,819
% MC = × 100 %=3,77 %
4,819

f. Uji Sifat Alir


1. Ditimbang asam mefenamat sebanyak 33,31 g
2. Dimasukkan kedalam alat Flow Rate Tester
3. Diukur tinggi dan diameter serbuk (berbentuk kerucut)
Hasil pengamatan:
2h
tan∝=
d
2 ×6
tan∝= =0,92
13
∝=42,6°
Jadi sifat alir asam mefenamat adalah “sukar mengalir/very poor”

g. Distribusi Ukuran Partikel


Alat yang digunakan adalah ayakan mesh 12,14,16,18,20

20
1. Ditimbang wadah atau kotak kertas (5 wadah), beri kode mesh dan hasil
penimbangan
2. Ditimbang asam mefenamat 100 g, masukkan ke dalam mesh 12 kemudian
jalankan alat
3. Masukkan serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh pada wadah
4. Timbang serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh (bobot serbuk, misal a
gram), hitung total serbuk yang tersisa pada seluruh mesh (y gram).
Hasil pengamatan :
o Berat akhir pengayakan tiap mesh
Mesh 12 = 7,12-2,18 = 4,94
Mesh 14 = 8,28-2,18 = 6,10
Mesh 16 = 9,88-2,18 = 7,70
Mesh 18 = 6,46-2,18 = 4,46
Mesh 20 = 13,98-2,18 = 11,8
Wadah = 24,38-2,18 = 22,2

o % Mesh
4,94 gram
% Mesh 12 = x 100 %=8,63 %
57,2 gram
6,10 gram
% Mesh 14 = x 100 %=10,66 %
57,2 gram
7,70 gram
% Mesh 16 = x 100 %=13,46 %
57,2 gram
4,46 gram
% Mesh 18 = x 100 %=7,79 %
57,2 gram
11,8 gram
% Mesh 20 = x 100 %=20,62 %
57,2 gram
22,2 gram
% Wadah = x 100 %=28,81 %
57,2 gram

GRAFIK
35.00%
30.00%
25.00%
20.00% GRAFIK

15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
wadah mesh 20 mesh 18 mesh 16 mesh 14 mesh 12

3.7.3Tablet

21
1. Uji Organoleptis
Kesimpulan :
Rasa : Pahit
Bau : Tidak berbau
Warna : Putih
Bentuk : Bulat

2. Uji Keseragaman Bobot


Alat : Neraca Analitik
Tablet yang diuji : 20 tablet
Persyaratan :
 Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang
dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom “A”
dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-rata lebih dari harga dalam kolom “B”.
 Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan
dalam kolom “A” maupun kolom “B”.
Persen
Bobot per Selisih bobot
No tablet penyimpangan
tablet (mg) Tablet (mg)
(%)
1 0,41 0,02 5,12
2 0,46 0,07 17,94
3 0,42 0,03 7,69
4 0,41 0,02 5,12
5 0,42 0,03 7,69
6 0,41 0,02 5,12
7 0,41 0,02 5,12
8 0,44 0,05 12,82
9 0,43 0,04 10,25
10 0,41 0,02 5,12
11 0,43 0,04 10,25
12 0,41 0,02 5,12
13 0,43 0,04 10,25
14 0,44 0,05 12,82
15 0,42 0,03 7,69
16 0,43 0,04 10,25
17 0,45 0,06 15,38
18 0,42 0,03 7,69
19 0,43 0,04 10,25
20 0,41 0,02 5,12
Rata rata
bobot 0,39 0,33 8,58
tablet

22
Penyimpangan bobot rata-rata
Bobot rata-rata
A (%) B (%)
25 mg atau kurang 15 30
26 mg – 150 mg 10 20
151 mg – 300 mg 7,5 15
Lebih dari 300 mg 5 10
Kesimpulan : Setelah dihitung pengujian keseragaman, didapat nilai paling tinggi
2,5% mempunyai keseragaman bobot yang bagus

3. Uji Keseragaman Ukuran


Alat : Jangka Sorong
Tablet yang diuji : 10 Tablet
Persyaratan :Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 4/3 kali
tebalnya tablet.

Tablet Tebal Diameter


(mm) (mm)
1 3,99 12,20
2 3,74 12,05
3 4,04 11,91
4 3,86 11,60
5 3,97 11,59
6 3,89 11,96
7 3,82 11,92
8 3,95 11,94
9 3,99 11,89
10 4,02 11,91
11 3,92 12,01
12 3,95 12,05
Tablet 13 Kekerasan
3,79 12,07
2
14 (kg/cm
4,07) 11,94
1 15 7,5 4,00 12,03
2 16 7,5 3,87 11,94
3 17 7 3,96 11,95
4 18 7,5 3,81 11,65 Kesimpulan :Tablet asam mefenamat
5 19 7 3,82 12,96 diameter dan tebal tablet masih dalam
6 20 8,5 3,37 12,96 range
7Rata-rata
6,5 3,72 12,56
8 8 4. Uji Kekerasan
9 7,5
10 7
11 10
12 8
13 8 Alat :Hardness Tester
14 7 Tablet yang diuji : 5 tablet
15 7,5 Persyaratan : 4-10 kg/cm2
16 7
17 7
18 23
6,5
19 7
20 7
Rata-rata 7,4
Kesimpulan : Rata-rata kekerasan tablet yang didapat yaitu 7,5

5. Uji Kerapuhan
Alat : Friabilator / Friability Tester
Cara Kerja: Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan
dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan
ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan
putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan
dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan
bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
Persyaratan : Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% 
Bobot total : 14,32 g
Bobot setelah di uji kerapuhan : 13 g
Rumus :
Wo−Wf
% friabilitas= × 100 %
Wo
8,58−8,45
% friabilitas= × 100 %=1,51 %
8,58
Kesimpulan : Persentase friabilitas yang didapatkan adalah 1,51%

6. Uji Waktu Hancur


Alat :Desintegration tester

Cara Kerja :
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air
dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan
simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang
paling terakhir hancur.
Persyaratan:
Waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit,
untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk
tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam,
dan harus segera hancur dalam medium basa.
Tablet Waktu Hancur
(menit)

1 8,20 menit
2 8,35 menit
3 9,10 menit
4 9,23 menit
5 11,34 menit
6 16,20menit
Rata- 10,40Menit

24
rata
Kesimpulan : Waktu hancur yang didapat kurang dari 20 menit

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Bahan Aktif


Pada praktikum ini, serbuk asam mefenamat dilakukan uji evaluasi serbuk sebelum
pembuatan granul dan dilakukan pencetakkan tablet. Alasan serbuk zat aktif ini yakni
Asam Mefenamat dilakukan evaluasi adalah untuk mengetahui sifat-sifat serbuk Asam
Mefenamat agar didapati hasil untuk perlakuan metode pembuatan granul yang cocok.
Tahapan evaluasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Bulk Density
Pada pengujian ini dilakukan menggunakan serbuk asam mefenamat. Tujuan
nya dilakukan bulk density yaitu untuk mengetahui bobot jenis serbuk dalam
volume zat dan untuk mengetahui massa partikel yang menempati suatu unit volume
tertentu. Alat yang digunakan pada pengujian ini yaitu: gelas ukur dan neraca
analitik.
x 64,02 gram
Hasil yang didapat dari praktikum kemarin yaitu: = = 0,64 g/ml
a ml 100ml

2. Tap Density
Pada pengujian ini dilakukan menggunakan serbuk asam mefenamat. Tujuan
nya dilakukan tap density yaitu untuk memperoleh kerapatan serbuk di dalam gelas
ukur yang diketukkan dan untuk mengetahui massa partikel yang menempati suatu
unit volume tertentu setelah adanya hentakan dalam periode tertentu.
64,02 gram
Hasil Tap Density = = 0,78 gram/ml
82ml
Jadi tap density yang didapat adalah 0,78 gram/ml

3. Rasio Hausner
Pada pengujian ini dilakukan menggunakan serbuk asam mefenamat.
Tujuannya untuk mengetahui rasio antara densitas bulk setelah dipadatkan dengan
goncangan kecil (tapped) terhadap densitasnya tanpa pemadatan dan untuk
menganalisis karakteristik laju alir serbuk.
0,78 gram
Hasil yang didapat dari praktikum kemarin yaitu:RH = = 1,21 gram/ml
0,64 ml
Jadi rasiohausner yang didapat adalah 1,23 gram/ml dan Asam mefenamat memiliki
rasiohausner yang fair.

4. Kompresibilitas
Tujuan dari kompresibilas adalah untuk mengetahui kemampuan granul agar
kompak dengan adanya tekanan, untuk mengetahui perilaku serbuk pada saat
dikempa dan dan untuk mengetahui bentuk siklus tekanan kompresi pada saat
penabletan. Alat yang digunakan pada kompresibilitas ini adalah gelas ukur, mesin
tablet yang dilengkapi “strain gauge” dan “oscilloscope”.

26
Rumus yang gunakan dalam mengetahui hasil dari kompresibilitas yaitu, %
BD−TD
Kompresibilitas = x 100 % .
TD ml
Hasil dari % Kompresibilitas yang di dapat:
0,78−0,64
Rumus % Kompresibilitas = x 100 %= 17,94%
0,78 ml
Asam mefenamat memiliki kompresibilitas yang Fair (powdered granules)/ cukup
mudah mengalir

5. Sifat Alir atau Sudut Henti


Tujuan dari sifat alir atau sudut henti adalah untuk menentukan kecepatan
aliran suatu sediaan baik atau tidaknya. Alat yang digunakan pada sifat alir atau
sudut henti ini adalah flow rate tester, corong, statif. Rumus yang digunakan dalam
mengetahui hasil dari sudut henti atau sifat alir, yaitu ;
2h 2 x 6 cm
Tan α = =
diameter 13 cm
Tan α = 0,96
α = 42,6°
Asam mefenamat mempunyai sifat aliran serbuk sukar mengalir/very poor.

6. Susut Pengeringan dan Kadar Lembab


Susut Pengeringan dan Kadar Lembab bertujuan untuk memberikan batas
maksimal atau rentang tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses
pengeringan. Untuk susut pengeringan dan kadar lembab digunakan alat yaitu
Moisture Content Balance. Rumus untuk menghitung susut pengeringan adalah
Susut Pengeringan (LoD/Loss on Drying)
bobot basah−bobot kering
% LoD = ×100 %
bobot basah
5,003−4,999
= ×100 %=0,079 %
5.003
Sedangkan menghitung Kadar Lembab MC/Moisture content
bobot basah−bobot kering
%MC = ×100 %
bobot kering
5,003−4,999
¿ ×100 %=0,080 %
4,999

7. Distribusi Ukuran Partikel


Tujuan dari Distribusi ukuran partikel adalah mengukur partikel zat dengan metode
mikroskopi dan pengayakan atau sieving. Sebagai alat yang digunakan untuk
distribusi ukuran partikel adalah sieving analyzer atau ayakan dengan mesh 12, 14,
16, 18, 20.
bobot serbuk pada masing−masing mesh(× gram)
Rumus %Mesh = × 100 %.
bobot serbuk total yang tersisa( y gram)
Hasil dari perhitungan tiap mesh yaitu :

27
o % Mesh
72,81 gram
% Mesh 12 = x 100 % = 73,04%
99,68 gram
0,33 gram
% Mesh 14 = x 100 % = 0,33%
99,68 gram
0,50 gram
% Mesh 16 = x 100 % = 0,50%
99,68 gram
0,95 gram
% Mesh 18 = x 100 % = 0,35%
99,68 gram
0,68 gram
% Mesh 20 = x 100 % = 0,68%
99,68 gram
25,01 gram
% Wadah = x 100 % = 25,09%
99,68 gram

o Berat akhir pengayakan tiap mesh


Mesh 12 = 78,05-5,24 = 72,81
Mesh 14 = 5,57-5,24 = 0,33
Mesh 16 = 5,74-5,24 = 0,50
Mesh 18 = 5,59-5,24 = 0,35
Mesh 20 = 5,92-5,24 = 0,68
Wadah = 30,25-5,24 = 25,01
Kesimpulan yang didapat dari distribusi ukuran partikel Asam mefenamat adalah
ukuran partikel %fines kurang dari 30 % dan memenuhi syarat

4.2 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Granul


Pada praktikum ini, hasil granul yang didapat dilakukan uji evaluasi granul sebelum
pembuatan tablet dan dilakukan pencetakkan tablet. Alasan granul ini dilakukan
evaluasi adalah untuk mengetahui sifat-sifat granul agar didapati hasil untuk perlakuan
metode pembuatan tablet yang cocok.
1. Bulk Density
Pada uji ini dilakukan menggunakan granul, tujuan dilakukan uji bulk density
ini adalah untuk menjamin aliran granul baik.. Alat yang digunakan pada pengujian
ini yaitu: gelas ukur dan neraca analitik.
x 50 gram gram
Hasil yang didapatkan yaitu : = =0,55
a ml 90 ml ml
2. Tap Density
Pada uji ini dilakukan menggunakan granul, tujuan dilakukan uji tap density
ini adalah untuk memperoleh kerapatan serbuk di dalam gelas ukur yang diketukkan
dan untuk mengetahui massa partikel yang menempati suatu unit volume tertentu
setelah adanya hentakan dalam periodete tertentu.
x 50 gram gram
Hasil yang didapatkan yaitu : = =0,63
b ml 79 ml ml
3. Rasio Hausner

28
Pada pengujian ini dilakukan menggunakan serbuk asam mefenamat.
Tujuannya untuk mengetahui rasio antara densitas bulk setelah dipadatkan dengan
goncangan kecil (tapped) terhadap densitasnya tanpa pemadatan dan untuk
menganalisis karakteristik laju alir serbuk.
Hasil yang didapatkan yaitu :
tap density 0,63 gram
Rasio Housner = = =1,14
bulk density 0,55 ml
4. Kompresibilitas
Pada rasio hausner dilakukan untuk mengetahui rasio antara densitas bulk
setelah dipadatkan dengan goncangan kecil (tapped) terhadap densitasnya tanpa
pemadatandan menganalisis karakteristik laju alir granul. Alat yang digunakan pada
kompresibilitas ini adalah gelas ukur, mesin tablet yang dilengkapi “strain gauge”
dan “oscilloscope”.
Rumus yang gunakan dalam mengetahui hasil dari kompresibilitas yaitu,
BD−TD
% Kompresibilitas = x 100 % .
TD ml
0,63−0,55
Hasil dari % Kompresibilitas yang di dapat: ×100 %=12,18 %
0,63

5. Susut Pengeringan dan Kadar Lembab


Pada uji susut pengeringan dan kadar air dilakukan untuk memberikan batasan
maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.
Pada uji ini dilakukan menggunakan alat Moisture Content Balance. Rumus untuk
menghitung susut pengeringan adalah Susut Pengeringan (LoD/Loss on Drying)
bobot basah−bobot kering
% LoD = ×100 %
bobot basah
5,001−4,819
= ×100 %=3,63 %
5,001
Sedangkan menghitung Kadar Lembab MC/Moisture content
bobot basah−bobot kering
%MC = ×100 %
bobot kering
5,001−4,819
= ×100 %=3,77 %
4,819

6. Sifat Alir atau Sudut Henti


Pada uji sifat alir dilakukan untuk mengetahui sifat alir serbuk pada waktu
mengalami proses penabletan dan untuk menentukan kecepatan aliran suatu sediaan
baik / tidak. Alat yang digunakan pada sifat alir atau sudut henti ini adalah flow rate
tester, corong, statif.
Rumus yang digunakan dalam mengetahui hasil dari sudut henti atau sifat alir,
yaitu;
2h 2× 2,7
Tan α = = =0,54
diameter 10
∝=28,36°

29
7. Distribusi Ukuran Partikel
Tujuan dari Distribusi ukuran partikel adalah mengukur partikel zat dengan
metode mikroskopi dan pengayakan atau sieving. Sebagai alat yang digunakan
untuk distribusi ukuran partikel adalah sieving analyzer atau ayakan dengan mesh
12, 14, 16, 18, 20.
Hasil pengamatan :
o Berat akhir pengayakan tiap mesh
Mesh 12 = 7,12-2,18 = 4,94
Mesh 14 = 8,28-2,18 = 6,10
Mesh 16 = 9,88-2,18 = 7,70
Mesh 18 = 6,46-2,18 = 4,46
Mesh 20 = 13,98-2,18 = 11,8
Wadah = 24,38-2,18 = 22,2

o % Mesh
4,94 gram
% Mesh 12 = x 100 %=8,63 %
57,2 gram
6,10 gram
% Mesh 14 = x 100 %=10,66 %
57,2 gram
7,70 gram
% Mesh 16 = x 100 %=13,46 %
57,2 gram
4,46 gram
% Mesh 18 = x 100 %=7,79 %
57,2 gram
11,8 gram
% Mesh 20 = x 100 %=20,62 %
57,2 gram
22,2 gram
% Wadah = x 100 %=28,81 %
57,2 gram

4.3 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Tablet


Pada praktikum kali ini tablet asam mefenamat yang telah dibuat menggunakan
metode granulasi basah dilakukan evaluasi tablet, berikut evaluasi tablet yang
dilakukan:
1. Uji Organoleptis
Hasil dari uji organoleptis pada tablet Asam Mefenamat terhadap rasa, bau,
warna, dan bentuknya dapat dikatakan bahwa tablet terlihat baik secara fisik, tanpa
adanya kerusakan.
2. Uji Keseragaman Bobot
Uji keseragaman bobot ini menentukan nilai keseragaman mesin kempa dalam
menghasilkan tablet dan juga menentukan keseragaman dosis yang diberikan untuk
setiap terapi. Pengujian ini sangat penting untuk tablet dan sediaan padat lainnya,
karena pengaruhnya pada dosis terapi nilai variasi tablet yang kecil menunjukan
semakin baik tablet tersebut dalam dosis pemberiannya.

30
Uji sifat fisik tablet berupa keseragaman bobot dengan hasil % penyimpangan
bobot di mana bobot rata-rata dari tablet yang kami miliki sebesar 800mg. Uji ini
dilakukan dengan jalan menimbang 20 tablet satu persatu kemudian dihitung rata-
ratanya dan penyimpangan tiap tablet terhadap bobot rata-ratanya. Sehingga dari
hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa keseragaman bobot dari tablet yang diuji
memiliki tidak ada yang penyimpangan 5 % yang telah ditentukan, sementara untuk
nilai 10 % penyimpangan bobot tidak ada satupun tablet yang lebih dari 10%
penyimpangannya.  Sehingga nantinya dapat menghasilkan pelepasan kadar obat
yang sama.

3. Uji Keseragaman Ukuran


Uji keseragaman ukuran penting dilakukan karena memudahkan tablet untuk
dapat dikemas karena memiliki ukuran yang seragam, meningkatkan keyakinan
pasien terhadap keaslian obat sehingga obat dapat diterima (acceptable) oleh pasien,
serta dapat dikatakan bahwa tablet memiliki keseragaman kadar yang seragam. Uji
keseragaman ukuran ini menggunakan jangka sorong. Menurut Farmakope
Indonesia edisi III (1979), persyaratan keseragaman ukuran tablet yaitu diameter
tablet tidak boleh kurang dari 1/3 dan tidak boleh lebih dari 1 1/3 kali tebal tablet.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel menunjukkan bahwa tablet Asam
Mefenamat generik pada praktikum ini memenuhi syarat karena masih berada
dalam batas minimal dan maksimal tablet yang diinginkan yakni rata-rata
keseragaman ukuran dengan tebal tablet 12 mm dan diameter tablet 10,65 mm.
4. Uji Kekerasan
Uji kekerasan diartikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan
kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap
diameter tablet. Uji kekerasan ini menggunakan alat Hardness Tester. Uji kekerasan
pada tablet bertujuan untuk mengetahui seberapa besar ketahanan tablet terhadap
guncangan atau kekuatan yang diberikan dari luar saat tablet didistribusi dan
penyimpanan sehingga tablet dapat sampai pada pasien dalam keadaan baik.
Menurut Sulaiman (2007), tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4-10
kg/cm2.

Berdasarkan hasil uji kekerasan, seperti yang terlihat pada tabel menunjukkan
bahwa kekerasan tablet Asam Mefenamat masih berada pada range 4 – 10 kg/cm 2
yakni dengan rata-rata kekerasan tablet 5,03 kg/cm2. Sehingga kekerasan dari tablet
ini memenuhi persyaratan dan sesuai dengan teori yang berarti “tekanan yang
diberikan pada saat pembuatan tablet memiliki peranan penting, semakin besar
tekanan yang diberikan maka kekerasan tablet yang dihasilkan akan meningkat dan
sebaliknya bila tekanan yang diberikan kecil maka tablet tidak terlalu keras dan
dapat menyebabkan tablet cendrung rapuh”.

5. Uji Kerapuhan
Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan permukaan
tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan pengikisan pada

31
permukaan tablet. Uji kerapuhan tablet menggunakan alat Friability Tester. Uji
kerapuhan bertujuan untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap adanya pengikisan
maupun guncangan pada waktu pengemasan dan pengiriman. Tablet yang dianggap
baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1%. Uji kerapuhan berhubungan dengan
kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar
harga persentasi kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang.
Berdasarkan hasil uji kerapuhan yang diperoleh menunjukkan bahwa tablet
Asam Mefenamat memiliki persentase lebih dari 1% yang berarti tidak memenuhi
syarat dan tidak sesuai dengan teori dimana persentase yang diperoleh sebesar
4,65%. Ketidaksesuaian ini akan mempengaruhi konsentrasi atau kadar zat aktif
yang masih terdapat pada tablet. Faktor yang mempengaruhi persentase uji
kerapuhan yang tidak sesuai yaitu pengikat yang digunakan tidak terdistribusi
dengan homogen di dalam tablet atau dapat diakibatkan kesalahan saat proses
kompresi, dan tablet yang terbentuk kurang kompak sehingga tablet menjadi mudah
rapuh
.
6. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur menggambarkan suatu tablet utuh (liberasi) yang mengalami
deagregasi menjadi partikel-partikel kecil hingga tidak mempunyai inti yang jelas.
Semakin cepat tablet hancur maka akan semakin cepat pula tablet terdisolusi
melepaskan zat aktif. Uji disolusi atau waktu hancur ini menggunakan alat
Desintegration Tester. Semakin cepat waktu hancur maka semakin cepat pula obat
menimbulkan efek. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979) menyatakan
bahwa waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah tidak lebih dari 15 menit dan
untuk tablet bersalut adalah tidak lebih dari 60 menit. Tablet Asam Mefenamat
merupakan tablet yang tidak bersalut.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel menunjukkan bahwa tablet Asam
Mefenamat memenuhi syarat yaitu tidak lebih dari 15 untuk tablet yang tidak
bersalut.

32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat dari pembuatan tablet Asam Mefenamat dengan metode
pembuatan granulasi kering adalah :
1. Uji Organoleptis
Hasil yang didapati rasa pahit, tidak berbau, warna putih, bentuk bulat
2. Uji Keseragaman Bobot
Hasil uji keseragaman bobot didapati terdapat 3 tablet yang melebihi 5 %
penyimpangan dan tidak ada satupun tablet yang melebihi penyimpangan dari 10 %.
3. Uji Keseragaman Ukuran
Hasil uji keseragaman ukuran yang telah dilakukan adalah diameter rata-rata yang
didapat 10,6 mm dan tebal tablet yang diperoleh 12 mm.
4. Uji Kekerasan Tablet
Hasil uji kekerasan tablet yang telah didapat dengan rata-rata 5,03 kg/cm2. Hasil
sesuai dengan range ketetapan kekerasan tablet yang baik adalah 4-10 kg/cm2.
5. Uji Kerapuhan Tablet
Hasil uji kerapuhan yang didapat 4,6 %, hasil ini tidak memenuhi syarat yang
seharusnya kerapuhan tablet tidak boleh lebih lebih dari 1 % atau yang baiknya tidak
boleh lebih dari 0,8 %
6. Uji Waktu Hancur
Hasil uji disolusi / waktu hancur tablet sesuai syarat yakni 2,25 menit yang masih
dibawah 15 menit untuk syarat waktu hancur tablet biasa
5.2 Saran
Dalam proses pembuatan tablet membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai
agar praktikan dapat melakukan praktikum dengan baik.

33
DAFTAR PUSTAKA
1. Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek. Yogyakarta : UGM. Press.
2. Ansel, H. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed ke 4. Penerjemah: Farida. Jakarta
: UI Press. Terjemahan dari : Introduction to Pharmaceutical Dosage Form.
3. Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Ed ke 3. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
4. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Ed ke 4. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
5. Goth A. Medical Pharmacology, Principles and concept. Saint Louis : The CV.Mosby
Co, 1978:340.
6. Lachman, L., Lieberman, HA. Kanig J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Ed
ke 3. Penerjemah : Siti Suyatmi. Jakarta : UI Press.Terjemahan dari: The Teory and
Practice of Industrial Pharmacy.
7. Reynold James E.F. Martindale The Extra Pharmacopoiea.London : The Pharmaceutical
Press, 1982 : 263
8. Voigt, R. 1995. Pelajaran Teknologi Farmasi. Ed ke 5. Penerjemah: Noerono.
Yogyakarta : UGM Press.

34

Anda mungkin juga menyukai