PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat tablet yang baik.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara evaluasi tablet sesuai dengan ketentuan.
3. Untuk mengetahui apakah tablet yang dibuat sudah memenuhi persyaratan atau
tidak.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria Tablet :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
7. Bebas dari kerusakan fisik
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.
2
Komponen Tablet
Dalam pembuatan tablet harus terdiri dari beberapa komponen agar dapat dihasilkan tablet
yang baik. Komponennya terdiri dari :
1. Zat Aktif
Kebanyakan zat aktif tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet karena tidak punya
daya ikat yang cukup yang perlu untuk membuat suatu tablet, disamping itu tidak
semua zat aktif mempunyai sifat alir yang baik.
Zat aktif dalam pembuatan tablet dapat dibagi dua :
Zat aktif yang tidak larut, dimaksudkan untuk memberikan efek local pada
saluran cerna, misalnya adsorben untuk tukak lambung (Norit) .
Zat aktif yang larut, dimaksudkan untuk memberikan efek sistemik setelah
terdisolusi dalam cairan salura cerna kemudian diabsorbsi, terhadap zat aktif
yang harus diperhatikan formulasinya, desain, bentuk dan manufaktur untuk
menghasilkan tablet yang diinginkan. Sifat kelarutannya merupakan dasar
suntuk memformulasi dan mendesain produk yang efektif.
2. Zat Tambahan
Eksipien atau zat tambahan adalah zat inert yang tidak aktif secara farmakologi
berfungsi sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk membentuk tablet dan
untuk mempermudah teknik pembuatan tablet. Dalam pemilihan bahan tambahan
untuk pembuatan tablet harus diperhatikan sifat fisika dan sifat kimianya, begitu juga
dengan stabilitas dan zat tambahan yang digunakan.
Bahan tambahan tablet antara lain adalah :
a. Zat pengisi, zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam sebuah
formulasi tablet untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet sesuai dengan yang
ditetapkan, jika jumlah bahan aktif kecil, juga untuk mempermudah pembuatan
tablet walaupun pengisi adalah zat yang inert secara farmakologi, zat tersebut
masih dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biofarmasi dari sedian tablet.
Contoh, interaksi basa atau garam - garam amin dengan laktosa dan alkali basa
yang menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat sampai hitam. Laktosa
tidak bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide. Penggunaan dari pengisi
tergantung dari volume atau berat tablet yang diingan. Bahan pengisi yang sering
digunakan: laktosa USP, lactose anhydrous, spray dried lactose. Amylim : maydis,
oryzae, meranthae, solany, mannitol, sukrosa dan lain- lain.
b. Bahan pengikat, adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam
formulasi tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara partikel-partikel serbuk
dalam masa tablet yang diperlukan untuk pembentukkan granul dan kemudian
untuk pembentukan massa menjadi kompak dan padat yang disebut
tablet.Pengikat dapat dibagi 2 :
Pengikat kering (binder), pengikat kering ditambahkan kedalam massa kering.
Contoh, bahan kering yang sering digunakan:
Acasia 2 - 5 %
Derivat selulosa 1 - 5 %
Sukrosa 2 - 25 %
3
Pengikat Basah ( Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi,
contoh pengikat basah yang sering digunakan:
Derivat selulosa 1 – 5 %
Gelatin 1 – 5 %
Pasta amylum 1 – 5 %
Natrium alginat 2 – 5 %
c. Bahan Penghancur
Zat inert secara farmakologi yang ditambahkan pada massa untuk membantu
mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna, zat disintegran dapat
ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut sebagai fasa dalam yang disebut
sebagai bahan internal dan sebagai fasa luar yang disebut bahan eksternal.
Mekanisme kerja dari bahan penghancur adalah :
Jika kontak dengan air akan mengembang sehingga volume tablet
membesar dan akhirnya pecah,contoh : golongan selulosa.
Memecah ikatan partikel tablet sehingga akan pecah.
Membentuk kapiler,contoh : golongan amilum dan selulosa.
Membentuk gas : asam sitrat dan bikarbonat.
Membentuk lelehan, contoh : oleum cacao.
d. Bahan Pelicin (Lubricant)
Bahan pelicin (lubricant) dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan
(matrys). Biasanya digunakan talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearicum.
(Anief, M., 2005)
e. Bahan Pelincir (Glidant)
Adalah bahan yang digunakan untuk memudahkan agar tablet dapat masuk ke
mesin tablet sewaktu proses pencetakan. Salah satu contoh bahan pelincir yaitu
magnesium stearat.
4
Dikerjakan sebagai berikut: Zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat
pengikat dan zat pelicin dicampur dan dibuat dengan cara kempa cetak menjadi tablet
yang besar(sugging,setelah itu tablet yang terjadi dipecah menjadi granul lalu
diayak, akhirnya dikempa cetak menjadi tablet yang dikehendaki dengan mesin tablet.
(Anief,Moh.,IMO,1988)
Dengan metode pembuatan tablet yang manapun, tablet yang dihasilkan harus mempunyai
sifat-sifat yang baik, yaitu :
1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan, pengemasan,
transportasi dan sewaktu di tangan konsumen. Sifat ini diuji dengan uji kekerasan dan
uji friabilitas.
2. Zat aktif dalam tablet harus dapat tersedia dalam tubuh. Sifat ini dilihat dari uji waktu
hancur dan uji disolusi.
3. Tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan (untuk zat
aktif kurang dari 50 ml). Parameter ini diuji dengan variasi bobot dan uji keseragaman
kandungan.
4. Tablet berpenampilan baik dan mempunyai karakteristik warna, bentuk dan tanda lain
yang menunjukkan identitas produk.
5. Tablet harus menunjukkan stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang konsisiten
(Anonim, 2005)
5
enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik
daripada tablet.
6
diadakan pengujian stabilitas selama proses distribusi atau apakah perlu dilakukan
monitoring terhadap pengguna tablet setelah beberapa tahun dimasyarakat.
6. Uji kaji – stability test
Tahapan ini pada dasarnya adalah kegiatan untuk memastikan apakah semua bahan
dan peralatan, metode, proses dan hasil setiap tahap sudah dilakukan dengan baik
dan benar. Pengujian dilakukan beberapa kali sedemikian rupa sehingga hasil
percobaan dalam skala laboratorium dapat diimplementasikan dalam skala produksi.
Disamping itu juga dilakukan uji stabilitas, untuk mengetahui apakah
karakteristik/mutu tablet yang dihasilkan tidak berubah selama dalam kondisi
penyimpanan, pendistribusian maupun jelang dipakai konsumen.
Pengujian dilakukan dengan mengamati perubahan karakteristik yang terjadi dalam
kondisi temperatur tertentu, tekanan fisik, pemaparan terhadap cahaya ataupun
kelembaban. Untuk mengetahui apakah dalam waktu yang lama (misal 3 tahun)
tablet dihasilkan stabil, tentunya terlalu lama waktu pengamatan yang dibutuhkan.
Biasanya dilakukan pengujian yang dipercepat, antara lain dengan melakukan
pengujian dalam temperature yang ditingkatkan, misalnya 45 – 50°C. Dengan suhu
penyimpanan tersebut selama 3 bulan dapat meramalkan kondisi 2 – 3 tahun
kedepan.
7. Uji kaji – test pasar
Pengujian sediaan atau produk jadi dipasar, terutama dilakukan untuk mengamati
apakah dokter, apoteker maupun tenaga kesehatan lain serta masyarakat dapat
menerima kehadiran produk tablet tersebut. Tahapan ini biasa dilakukan dengan
teknik penelitian khusus yang disebut
7
hasil 3 & 4 – 12)
7 Granulasi (mesh Pengeringan Pencampuran/lubrikasi
6 – 12) pengempaan
8 Pengeringan Granulasi (mesh
14 – 20 )
9 Granulasi (mesh Pencampuran/lubr
14 – 20 ) ikasi pengempaan
10 Pencampuran/lub
rikasi
pengempaan
8
Disamping 3 hal diatas, juga sebaiknya direkomendasikan aspek atau informasi apa yang
harus dicantumkan di dalam penandaan ataupun lembar informasi/leaflet/brosur.
Langkah Evaluasi Granul dan Tablet
a. Pengawasan mutu sebelum proses ( in coming process)
a) Bahan aktif, yang dievaluasi mencakup kadar, identifikasi cemaran, sifat fisik,
dan sifat kimia.
b) Bahan tambahan, yang dievaluasi mencakup sifat fisik, sifat kimia, dan
ketercampuran.
b. Pengawasan mutu dalam proses (in process control)
a) Granul, yang dievaluasi mencakup homogenitas, distribusi ukuran partikel, kadar
air atau kelembaban, kompresibilitas, dan sifat aliran.
b) Tablet, yang dievaluasi mencakup bobot rata-rata, kekerasan, stabilitas fisik dan
waktu hancur.
c. Pengawasan mutu setelah proses ( end process control)
Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah
memenuhi kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian, diantaranya adalah :
1. Uji Penampilan
Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas), bentuk (bundar,
permukaan rata/cembung), cetakan (garis patah, tanda, logo, pabrik), dll.
2. Uji Keseragaman Ukuran
Uji keseragaman ukuran dilakukan dengan cara 10 tablet diukur keseragaman ukuran
satu per satu, mengukur diameter menggunakan jangka sorong dan mengukur
ketebalan menggunakan mikrometer sekrup. Kecuali dinyatakan lain diameter tablet
tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 11/3 tebal tablet. Uji diameter dan
ketebalan tablet ini dilakukan terhadap 20 tablet.
3. Uji Kekerasan Tablet
Dilakukan dengan cara 20 tablet secara acak diuji satu per satu menggunakan
hardness tester dinyatakan dalam kg/cm2.
Syarat kekerasan tablet :
Tablet kecil : 3 – 5 kg/cm2
9
Tablet besar : 5 – 10 kg/cm2
Tablet umum : 4 – 8 kg/cm2
Tablet kunyah : 4 – 7 kg/cm2
Tablet hisap : 4 – 12 kg/cm2
4. Uji keseragaman Bobot
Uji ini dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu persatu.
Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot
rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata kolom B.
5. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet.
Persyaratan dalam Farmakope Indonesia jilid 3 : kecuali dinyatakan lain semua tablet
harus hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih dari
dari 60 menit untuk tablet salut gula atau tablet salut selaput.
BAB III
METODA
3.1. Preformulasi / Monografi Bahan Aktif
1. Asam Mefenamat
10
Rumus molekul : C15H15NO2
Pemerian : serbuk hablur putih atau hampir putih, melebur pada suhu 2300
Kelarutan : larut dalam larutan alkali hidroksida, agak sukar larut dalam klorofrom,
sukar larut dalam etanol
Stabilitas : simpan dalam wadah tertutup dengan temperatur dibawah 40 0C disarankan
15-30
Inkompatibilitas : tidak ada reaksi inkompatibilitas dengan senyawa
Kegunaan : Analgetik, antipiretik
Susut pengeringan : tidak lebih dari 1,0% lakukan pengeringan pada suhu 1050
Titik lebur : 2300- 2310C
11
Higroskopisitas : higroskopis
Kandungan lembab : <5%
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan agen-agen oksidator kuat
3. Pvp
4. Amylum Maydis
Rumus molekul : C27H48O20
Pemerian : sangat halus, putih, tidak berbau dan rasa lemah
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin
Aplikasi/ kegunaan dalam formulasi : pengahancur tablet
Stabilitas : stabil tapi higroskopis
Higroskopisitas : bersifat higroskopis
Kandungan lemab : M.C : 12% pada kelembapan relatif 50%
Inkompatibilitas : inkompatibilitas dengan zat pengoksidasi kuat terbentuk senyawa
inklusi berwarna bila direaksikan dengan iodium.
5. Mg Stearat
12
Rumus molekul : (C18H35O3)2
Pemerian: berupa serbukhalus, putih dan voluminous, bau lemah khas, mudah
melekat dikulit, bebas dari butiran
Kelarutan : tidak larut dalam air, dalam etanol 95% dan dalam eter, sangat larut
dalam benzene panas dan etanol panas
Aplikasi / kegunaan dalam formulasi : sebagai lubrikan (0,25-2%)
Inkompatibilitas : tidak tercampurkan dengan asam kuat, garam alkali dan besi
6. Talkum
Rumus molekul : Mg6 (S1O5) (OH)4
Pemerian : berupa serbuk hablur sangat halus, putih / putih kelabu, mudah melekat
pada kulit dab bebas dari butiran debu
Kelarutan : praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkali, pelarut organik dan air/
udara
Aplikasi / kegunaan dalam formulasi : sebagai glidan (5%)
Stbilitas : talk merupakan bahan stabil dan dapat distabilkan dengan pemanasan1600C
selama < dari 1 jam
Kandunga lembab : menguap air dalam jumlah yang tidak disignifikasi pada suhu
2500 dan kelembapan relatif 90%
7. Aerosil
Rumus molekul : SiO2
Pemerian : serbuk amorf ( tidak berbentuk) ringan : meruah putih kebiru-biruan; tidak
berbau
Kelarutan : praktis tidak larutdalam air, pelarut organik dan asam, larut dalam larutan
panas alkali hidroksida
Aplikasi/ kegunaan dalam formulasi : anti adherent
Stabilitas : higroskopis, dapat menyerap air dalam jumlah besar tanpa menjadi air
Inkompatibilitas : sediaan dietilstilbestrol
13
mengahsilkan gaya tolak antar
partikel, antara kontituen tablet
apabila kontak dengan air dan
bagian hidrofilik dari amylum
3. PVP Sebagai bahan pengikat Granul yang dihasilkan memiliki
sifat alir yang baik, sudut diam
minimum,menghasilkan finer yang
lebih sedikit dan daya
kompaktibilitas yang baik
4. Avicel Sebagai bahan diluent mengalami deformasi plastik pada
(pengisi) waktu kompresi sehingga memiliki
sifat kompaktibilitas yang
baik(Hadisoewignyo dan Fudholi,
2007).
5. Mg Stearat Sebagai bahan lubrikan Mg stearat mempunyai sifat
hidrofobik yang akan membuat
lapisan film pada partikel bahan
padat hingga dapat mengurangi
gesekan antara partikel dan
memudahkan partikel mengalir
6. Talkum Sebagai bahan glidan Talk merupakan glidan yang baik
dan dapat dikombinasikan dengan
Mg stearat untuk memperbaiki sifat
alir granul
7. Aerosil Sebagai adsorben Dapat mencegah melekatnya
granul atau tablet pada dinding die
atau punch.
3.4. Formulasi
14
Besar batch : 250 tablet
KOMPONEN FORMULA
NO FUNGSI BAHAN NAMA BAHAN
PEMAKAIAN BAHAN
15
3 Amylum 1,25 mg 3.125 mg
4 Talkum 12,5 mg 312,5 mg
5 Avicel 100 mg 25000
6 Aerosil 2,5 mg 625
Fase luar 8% :
Fase luar = 8/100 x500 = 64 mg
3.7.1Bahan Aktif
a. Uji Bulk Density
1. Ditimbang bahan aktif 64,02 gram
2. Dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml
3. Hasil Pengamatan :
x gram 64,02 gram gram
Bulk density= = =0,6402
a ml 100 ml ml
gram
Jadi bulk density yang diperoleh adalah 0,64
ml
b. Uji Tap Density
16
1. Gelas ukur sebanyak 64,02 gram diketuk sebanyak 500 kali
2. Dilihat volume dalam gelas ukur = 84 ml
3. Hasil Pengamatan:
x 64,02 gram gram
Tap density= = =0,7807
b ml 82 ml ml
gram
Jadi tap density yang diperoleh adalah 0,78
ml
c. Uji Rasio Hausner
Hasil Pengamatan :
tapdensity 0,78 gram
RH = = =1,21
bulk density 0,64 ml
gram
Jadi rasio hausner yang diperoleh adalah 1,21
ml
d. Uji Kompresibiltas
1. Kompresibilitas dapat dikatakan sebagai kemampuan serbuk/granul untuk setiap
kompak apabiladiberi tekanan semakin kecilnilai maka semakin baik
2. Batasan nilai kompresibilitas
Kompresibilitas
Keterangan
(%)
5-15 Baik Sekali
12-16 Baik
18-21 Agak Baik
23-28 Buruk
28-35 Buruk Sekali
35-38 Amat Buruk
>40 Amat Sangat Buruk
Hasil Pengamatan :
tap density−bulk density
% kompresibilitas= ×100 %
tap density
0,78−0,64
% kompresibilitas= × 100 %=17,94 %
0,78
Jadi asam mefenamat memiliki kompresibilitas yang “Baik”
17
3. Kemudian tara buka penutup alat, timbang 5 gram, catat hasil penimbangan
(bobot basah)
4. Kemudian tutup kembali, jalankan alat selama 10 menit pada suhu 105oC
5. Matikan alat, catat bobot akhir (bobot kering) ulangi sampai bobot konstan
6. Hasil Pengamatan :
a. Susut pengeringan
bobot basah−bobot kering
% LoD = × 100 %
bobot basah
5,003−4,999
% LoD = ×100 %=0,079 %
5,003
b. Kadar air
bobot basah−bobot kering
% MC = × 100 %
bobot kering
5,003−4,999
% MC = × 100 %=0,080 %
4,999
18
o % Mesh
72,81 gram
% Mesh 12 = x 100 % = 73,04 %
99,68 gram
0,33 gram
% Mesh 14 = x 100 % = 0,33 %
99,68 gram
0,50 gram
% Mesh 16 = x 100 % = 0,50 %
99,68 gram
0,35 gram
% Mesh 18 = x 100 % = 0,35 %
99,68 gram
0,68 gram
% Mesh 20 = x 100 % = 0,68 %
99,68 gram
25,01 gram
% Wadah = x 100 % = 25,09 %
99,68 gram
GRAFIK
80.00%
70.00%
60.00%
50.00% GRAFIK
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
wadah mesh 20 mesh 18 mesh 16 mesh 14 mesh 12
3.7.2Granul
a. Uji Bulk Density
1. Ditimbang bahan aktif 50 gram
2. Dimasukkan kedalam gelas ukur 90ml
3. Hasil Pengamatan:
x gram 50 gram gram
Bulk density= = =0,55
a ml 90 ml ml
19
c. Uji Rasio Hausner
Hasil pengamatan :
tap density 0,63 gram
RH = = =1,14
bulk density 0,55 ml
d. Uji Kompresibilitas
Hasil pengamatan :
tap density−bulk density
% kompresibilitas= ×100 %
tap density
0,63−0,55
% kompresibilitas= ×100 %=12,18 %
0,63
e. Uji Susut Pengeringan dan Kadar Air
1. Disiapkan alat dan bahan :
2. Masukkan wadah alumunium foil ke dalam alat, tutup alat.
3. Kemudian tara buka penutup alat, timbang 5 gram, catat hasil penimbangan
(bobot basah)
4. Kemudian tutup kembali, jalankan alat selama 10 menit pada suhu 105oC
5. Matikan alat, catat bobot akhir (bobot kering) ulangi sampai bobot konstan
Hasil Pengamatan :
a. Susut pengeringan
bobot basah−bobot kering
% LoD = × 100 %
bobot basah
5,001−4,819
% LoD = × 100 %=3,63 %
5,001
b. Kadar air
bobot basah−bobot kering
% MC = × 100 %
bobot kering
5,001−4,819
% MC = × 100 %=3,77 %
4,819
20
1. Ditimbang wadah atau kotak kertas (5 wadah), beri kode mesh dan hasil
penimbangan
2. Ditimbang asam mefenamat 100 g, masukkan ke dalam mesh 12 kemudian
jalankan alat
3. Masukkan serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh pada wadah
4. Timbang serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh (bobot serbuk, misal a
gram), hitung total serbuk yang tersisa pada seluruh mesh (y gram).
Hasil pengamatan :
o Berat akhir pengayakan tiap mesh
Mesh 12 = 7,12-2,18 = 4,94
Mesh 14 = 8,28-2,18 = 6,10
Mesh 16 = 9,88-2,18 = 7,70
Mesh 18 = 6,46-2,18 = 4,46
Mesh 20 = 13,98-2,18 = 11,8
Wadah = 24,38-2,18 = 22,2
o % Mesh
4,94 gram
% Mesh 12 = x 100 %=8,63 %
57,2 gram
6,10 gram
% Mesh 14 = x 100 %=10,66 %
57,2 gram
7,70 gram
% Mesh 16 = x 100 %=13,46 %
57,2 gram
4,46 gram
% Mesh 18 = x 100 %=7,79 %
57,2 gram
11,8 gram
% Mesh 20 = x 100 %=20,62 %
57,2 gram
22,2 gram
% Wadah = x 100 %=28,81 %
57,2 gram
GRAFIK
35.00%
30.00%
25.00%
20.00% GRAFIK
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
wadah mesh 20 mesh 18 mesh 16 mesh 14 mesh 12
3.7.3Tablet
21
1. Uji Organoleptis
Kesimpulan :
Rasa : Pahit
Bau : Tidak berbau
Warna : Putih
Bentuk : Bulat
22
Penyimpangan bobot rata-rata
Bobot rata-rata
A (%) B (%)
25 mg atau kurang 15 30
26 mg – 150 mg 10 20
151 mg – 300 mg 7,5 15
Lebih dari 300 mg 5 10
Kesimpulan : Setelah dihitung pengujian keseragaman, didapat nilai paling tinggi
2,5% mempunyai keseragaman bobot yang bagus
5. Uji Kerapuhan
Alat : Friabilator / Friability Tester
Cara Kerja: Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan
dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan
ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan
putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan
dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan
bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
Persyaratan : Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1%
Bobot total : 14,32 g
Bobot setelah di uji kerapuhan : 13 g
Rumus :
Wo−Wf
% friabilitas= × 100 %
Wo
8,58−8,45
% friabilitas= × 100 %=1,51 %
8,58
Kesimpulan : Persentase friabilitas yang didapatkan adalah 1,51%
Cara Kerja :
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air
dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan
simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang
paling terakhir hancur.
Persyaratan:
Waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit,
untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk
tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam,
dan harus segera hancur dalam medium basa.
Tablet Waktu Hancur
(menit)
1 8,20 menit
2 8,35 menit
3 9,10 menit
4 9,23 menit
5 11,34 menit
6 16,20menit
Rata- 10,40Menit
24
rata
Kesimpulan : Waktu hancur yang didapat kurang dari 20 menit
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Tap Density
Pada pengujian ini dilakukan menggunakan serbuk asam mefenamat. Tujuan
nya dilakukan tap density yaitu untuk memperoleh kerapatan serbuk di dalam gelas
ukur yang diketukkan dan untuk mengetahui massa partikel yang menempati suatu
unit volume tertentu setelah adanya hentakan dalam periode tertentu.
64,02 gram
Hasil Tap Density = = 0,78 gram/ml
82ml
Jadi tap density yang didapat adalah 0,78 gram/ml
3. Rasio Hausner
Pada pengujian ini dilakukan menggunakan serbuk asam mefenamat.
Tujuannya untuk mengetahui rasio antara densitas bulk setelah dipadatkan dengan
goncangan kecil (tapped) terhadap densitasnya tanpa pemadatan dan untuk
menganalisis karakteristik laju alir serbuk.
0,78 gram
Hasil yang didapat dari praktikum kemarin yaitu:RH = = 1,21 gram/ml
0,64 ml
Jadi rasiohausner yang didapat adalah 1,23 gram/ml dan Asam mefenamat memiliki
rasiohausner yang fair.
4. Kompresibilitas
Tujuan dari kompresibilas adalah untuk mengetahui kemampuan granul agar
kompak dengan adanya tekanan, untuk mengetahui perilaku serbuk pada saat
dikempa dan dan untuk mengetahui bentuk siklus tekanan kompresi pada saat
penabletan. Alat yang digunakan pada kompresibilitas ini adalah gelas ukur, mesin
tablet yang dilengkapi “strain gauge” dan “oscilloscope”.
26
Rumus yang gunakan dalam mengetahui hasil dari kompresibilitas yaitu, %
BD−TD
Kompresibilitas = x 100 % .
TD ml
Hasil dari % Kompresibilitas yang di dapat:
0,78−0,64
Rumus % Kompresibilitas = x 100 %= 17,94%
0,78 ml
Asam mefenamat memiliki kompresibilitas yang Fair (powdered granules)/ cukup
mudah mengalir
27
o % Mesh
72,81 gram
% Mesh 12 = x 100 % = 73,04%
99,68 gram
0,33 gram
% Mesh 14 = x 100 % = 0,33%
99,68 gram
0,50 gram
% Mesh 16 = x 100 % = 0,50%
99,68 gram
0,95 gram
% Mesh 18 = x 100 % = 0,35%
99,68 gram
0,68 gram
% Mesh 20 = x 100 % = 0,68%
99,68 gram
25,01 gram
% Wadah = x 100 % = 25,09%
99,68 gram
28
Pada pengujian ini dilakukan menggunakan serbuk asam mefenamat.
Tujuannya untuk mengetahui rasio antara densitas bulk setelah dipadatkan dengan
goncangan kecil (tapped) terhadap densitasnya tanpa pemadatan dan untuk
menganalisis karakteristik laju alir serbuk.
Hasil yang didapatkan yaitu :
tap density 0,63 gram
Rasio Housner = = =1,14
bulk density 0,55 ml
4. Kompresibilitas
Pada rasio hausner dilakukan untuk mengetahui rasio antara densitas bulk
setelah dipadatkan dengan goncangan kecil (tapped) terhadap densitasnya tanpa
pemadatandan menganalisis karakteristik laju alir granul. Alat yang digunakan pada
kompresibilitas ini adalah gelas ukur, mesin tablet yang dilengkapi “strain gauge”
dan “oscilloscope”.
Rumus yang gunakan dalam mengetahui hasil dari kompresibilitas yaitu,
BD−TD
% Kompresibilitas = x 100 % .
TD ml
0,63−0,55
Hasil dari % Kompresibilitas yang di dapat: ×100 %=12,18 %
0,63
29
7. Distribusi Ukuran Partikel
Tujuan dari Distribusi ukuran partikel adalah mengukur partikel zat dengan
metode mikroskopi dan pengayakan atau sieving. Sebagai alat yang digunakan
untuk distribusi ukuran partikel adalah sieving analyzer atau ayakan dengan mesh
12, 14, 16, 18, 20.
Hasil pengamatan :
o Berat akhir pengayakan tiap mesh
Mesh 12 = 7,12-2,18 = 4,94
Mesh 14 = 8,28-2,18 = 6,10
Mesh 16 = 9,88-2,18 = 7,70
Mesh 18 = 6,46-2,18 = 4,46
Mesh 20 = 13,98-2,18 = 11,8
Wadah = 24,38-2,18 = 22,2
o % Mesh
4,94 gram
% Mesh 12 = x 100 %=8,63 %
57,2 gram
6,10 gram
% Mesh 14 = x 100 %=10,66 %
57,2 gram
7,70 gram
% Mesh 16 = x 100 %=13,46 %
57,2 gram
4,46 gram
% Mesh 18 = x 100 %=7,79 %
57,2 gram
11,8 gram
% Mesh 20 = x 100 %=20,62 %
57,2 gram
22,2 gram
% Wadah = x 100 %=28,81 %
57,2 gram
30
Uji sifat fisik tablet berupa keseragaman bobot dengan hasil % penyimpangan
bobot di mana bobot rata-rata dari tablet yang kami miliki sebesar 800mg. Uji ini
dilakukan dengan jalan menimbang 20 tablet satu persatu kemudian dihitung rata-
ratanya dan penyimpangan tiap tablet terhadap bobot rata-ratanya. Sehingga dari
hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa keseragaman bobot dari tablet yang diuji
memiliki tidak ada yang penyimpangan 5 % yang telah ditentukan, sementara untuk
nilai 10 % penyimpangan bobot tidak ada satupun tablet yang lebih dari 10%
penyimpangannya. Sehingga nantinya dapat menghasilkan pelepasan kadar obat
yang sama.
Berdasarkan hasil uji kekerasan, seperti yang terlihat pada tabel menunjukkan
bahwa kekerasan tablet Asam Mefenamat masih berada pada range 4 – 10 kg/cm 2
yakni dengan rata-rata kekerasan tablet 5,03 kg/cm2. Sehingga kekerasan dari tablet
ini memenuhi persyaratan dan sesuai dengan teori yang berarti “tekanan yang
diberikan pada saat pembuatan tablet memiliki peranan penting, semakin besar
tekanan yang diberikan maka kekerasan tablet yang dihasilkan akan meningkat dan
sebaliknya bila tekanan yang diberikan kecil maka tablet tidak terlalu keras dan
dapat menyebabkan tablet cendrung rapuh”.
5. Uji Kerapuhan
Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan permukaan
tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan pengikisan pada
31
permukaan tablet. Uji kerapuhan tablet menggunakan alat Friability Tester. Uji
kerapuhan bertujuan untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap adanya pengikisan
maupun guncangan pada waktu pengemasan dan pengiriman. Tablet yang dianggap
baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1%. Uji kerapuhan berhubungan dengan
kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar
harga persentasi kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang.
Berdasarkan hasil uji kerapuhan yang diperoleh menunjukkan bahwa tablet
Asam Mefenamat memiliki persentase lebih dari 1% yang berarti tidak memenuhi
syarat dan tidak sesuai dengan teori dimana persentase yang diperoleh sebesar
4,65%. Ketidaksesuaian ini akan mempengaruhi konsentrasi atau kadar zat aktif
yang masih terdapat pada tablet. Faktor yang mempengaruhi persentase uji
kerapuhan yang tidak sesuai yaitu pengikat yang digunakan tidak terdistribusi
dengan homogen di dalam tablet atau dapat diakibatkan kesalahan saat proses
kompresi, dan tablet yang terbentuk kurang kompak sehingga tablet menjadi mudah
rapuh
.
6. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur menggambarkan suatu tablet utuh (liberasi) yang mengalami
deagregasi menjadi partikel-partikel kecil hingga tidak mempunyai inti yang jelas.
Semakin cepat tablet hancur maka akan semakin cepat pula tablet terdisolusi
melepaskan zat aktif. Uji disolusi atau waktu hancur ini menggunakan alat
Desintegration Tester. Semakin cepat waktu hancur maka semakin cepat pula obat
menimbulkan efek. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979) menyatakan
bahwa waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah tidak lebih dari 15 menit dan
untuk tablet bersalut adalah tidak lebih dari 60 menit. Tablet Asam Mefenamat
merupakan tablet yang tidak bersalut.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel menunjukkan bahwa tablet Asam
Mefenamat memenuhi syarat yaitu tidak lebih dari 15 untuk tablet yang tidak
bersalut.
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat dari pembuatan tablet Asam Mefenamat dengan metode
pembuatan granulasi kering adalah :
1. Uji Organoleptis
Hasil yang didapati rasa pahit, tidak berbau, warna putih, bentuk bulat
2. Uji Keseragaman Bobot
Hasil uji keseragaman bobot didapati terdapat 3 tablet yang melebihi 5 %
penyimpangan dan tidak ada satupun tablet yang melebihi penyimpangan dari 10 %.
3. Uji Keseragaman Ukuran
Hasil uji keseragaman ukuran yang telah dilakukan adalah diameter rata-rata yang
didapat 10,6 mm dan tebal tablet yang diperoleh 12 mm.
4. Uji Kekerasan Tablet
Hasil uji kekerasan tablet yang telah didapat dengan rata-rata 5,03 kg/cm2. Hasil
sesuai dengan range ketetapan kekerasan tablet yang baik adalah 4-10 kg/cm2.
5. Uji Kerapuhan Tablet
Hasil uji kerapuhan yang didapat 4,6 %, hasil ini tidak memenuhi syarat yang
seharusnya kerapuhan tablet tidak boleh lebih lebih dari 1 % atau yang baiknya tidak
boleh lebih dari 0,8 %
6. Uji Waktu Hancur
Hasil uji disolusi / waktu hancur tablet sesuai syarat yakni 2,25 menit yang masih
dibawah 15 menit untuk syarat waktu hancur tablet biasa
5.2 Saran
Dalam proses pembuatan tablet membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai
agar praktikan dapat melakukan praktikum dengan baik.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek. Yogyakarta : UGM. Press.
2. Ansel, H. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed ke 4. Penerjemah: Farida. Jakarta
: UI Press. Terjemahan dari : Introduction to Pharmaceutical Dosage Form.
3. Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Ed ke 3. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
4. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Ed ke 4. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
5. Goth A. Medical Pharmacology, Principles and concept. Saint Louis : The CV.Mosby
Co, 1978:340.
6. Lachman, L., Lieberman, HA. Kanig J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Ed
ke 3. Penerjemah : Siti Suyatmi. Jakarta : UI Press.Terjemahan dari: The Teory and
Practice of Industrial Pharmacy.
7. Reynold James E.F. Martindale The Extra Pharmacopoiea.London : The Pharmaceutical
Press, 1982 : 263
8. Voigt, R. 1995. Pelajaran Teknologi Farmasi. Ed ke 5. Penerjemah: Noerono.
Yogyakarta : UGM Press.
34